Anda di halaman 1dari 12

Sinusitis Bakterial Akut pada Anak

Gregory P. DeMuri, M.D., dan Ellen R. Wald, M.D.


Jurnal diawali dengan skema kasus yang menyorot masalah klinis umum. Bukti
yang mendukung berbagai strategi kemudian disajikan, diikuti oleh tinjauan
pedoman formal yang ada. Artikel ini diakhiri dengan rekomendasi klinis dari
penulis.
Seorang anak perempuan 4 tahun menunjukkan rinorea dan batuk siang hari yang
muncul sejak 12 hari. Tidak ada demam, tetapi nafsu makan menurun dan minat
terhadap aktivitas sehari-hari berkurang. Pada pemeriksaan fisik, terdapat rinorea
bening pada rongga hidung. Pada pemeriksaan lainnya tidak ditemukan kelainan.
Apakah seharusnya pasien diberi antibiotik?
MASALAH KLINIK
Infeksi saluran pernapasan atas akibat virus umum terjadi pada anak-anak
dari segala usia. Kasus sulit sinusitis bakterial akut sekitar 6 sampai 8%, meskipun
insiden yang pasti tidak diketahui.1,2 Anak-anak yang datang pada hari pelayanan
dua kali lebih mungkin menderita sinusitis setelah infeksi saluran pernapasan
bagian atas.3 Di Amerika Serikat, sinusitis mempengaruhi sekitar 1% dari anakanak setiap tahun dan membutuhkan lebih dari $ 1,8 miliar biaya kesehatan
langsung dan 20 juta resep antibiotik per tahun.4,5
Dua faktor predisposisi yang paling umum untuk sinusitis bakterial akut
adalah infeksi saluran pernapasan atas akibat virus dan alergi. 6 Sekitar 80%
episode sinusitis bakterial akut didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas
akibat virus. Pemahaman tentang riwayat penyakit pasien misalnya infeksi
penting untuk membedakannya dari sinusitis. Pilek ditandai dengan sumbatan
hidung dan sekret dengan atau tanpa nyeri tenggorokan. 7 Sekret hidung awalnya
bening dan berair, menjadi kental dan mukoid, dan kemudian berwarna dan opak.
Sebelum sembuh, sekret hidung mengering atau berubah menjadi berair dan
bening. Suara serak dan batuk mungkin bersamaan atau mengikuti gejala pada

hidung. Demam umunya timbul pada anak-anak (sampai usia 8 tahun) daripada
dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas, dan biasanya hilang dalam 1
sampai 2 hari. Infeksi biasanya berlangsung selama 5 sampai 10 hari, dengan
gejala memuncak pada hari ke 3-5.8 Kurang dari 10% anak dengan pilek memiliki
gejala selama lebih dari 10 hari, dan kebanyakan dari mereka memiliki perbaikan
gejala hari ke-10.9 Penelitian tahun 1996 anak-anak dengan gejala pernapasan,
hanya 6,5% memiliki gejala yang belum mulai mereda setelah 10 hari.2
Presentasi sinusitis bakteri akut sesuai dengan salah satu dari tiga pola. 10
Paling sering, anak-anak muncul dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas
sampai kongesti hidung (atau rinorea), batuk, atau keduanya yang telah
berlangsung selama lebih dari 10 hari, tetapi kurang dari 30 hari tanpa mereda.
Rinorea mungkin dari berbagai kualitas (kental atau cair, berair, mukoid, atau
purulen). Batuk berdahak atau kering terjadi pada siang hari tapi seringkali
memburuk pada malam hari; batuk yang terjadi hanya pada malam hari lebih
menunjukkan post nasal drip atau penyakit saluran napas reaktif. Karena infeksi
saluran pernapasan akibat virus umumnya mulai mereda dalam waktu 10 hari, jika
gejala persisten tanpa perbaikan, merupakan ciri khas sinusitis bakterial akut.
Pada pemeriksaan fisik, anak mungkin terlihat hanya sakit ringan. Jika ada demam
hanya derajat rendah. Mukosa eritema dan sekret dapat terlihat pada konka
hidung.
KATA KUNCI
Sinusitis Bakterial akut pada Anak

Dalam kebanyakan kasus, sinusitis bakterial akut pada anak diawali oleh
infeksi saluran pernapasan bagian atas akibat virus.
Sinusitis pada anak memiliki tiga pola prediksi: Persisten, berat, dan
perburukan gejala.
Diagnosis sinusitis bakterial akut dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
perjalanan penyakit, umumnya tanpa menggunakan pemeriksaan radiologi.
Haemophilus influenzae tampaknya telah menjadi penyebab terbanyak dan
Streptococcus pneumoniae lebih sedikit ditemukan sebagai penyebab
sinusitis bakterial akut pada anak.
Produksi beta-laktamase pada H. influenzae telah meningkat di banyak
wilayah geografis.
Studi penggunaan agen antimikroba masih memiliki hasil yang bertentangan,
tapi temuan beberapa antimikroba umumnya mampu mendukung dalam
pengobatan.
Amoksisilin-klavulanat harus dipertimbangkan sebagai pengobatan lini
pertama pada kasus sinusitis pada anak.

Karakteristik dari pola kedua ditandai dengan gejala berat di awal. Anakanak dengan suhu tinggi ( 38.5 C) minimal 3 sampai 4 hari dengan durasi 11
lebih panjang dari 1 sampai 2 hari, merupakan gejala yang khas dari infeksi
saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh virus. Demam disertai
dengan rinorrea yang purulen (tebal, berwarna, dan opak).
Karakteristik dari pola ketiga ditandai dengan perburukan gejala setelah
terdapat perbaikan awal (yaitu, penyakit biphasik).12 Gejala-gejala semakin
memburuk, yang biasanya menjadi nyata sekitar seminggu setelah timbulnya
penyakit, termasuk demam yang kembali muncul dan peningkatan sekret dari
hidung, sering batuk, atau keduanya.
Komplikasi sinusitis jarang terjadi, tetapi komplikasi mungkin saja sebagai
hasil dari letak anatomi yang berdekatan dari sinus paranasal ke otak dan orbit.
Komplikasi ekstrakranial mungkin saja terjadi, termasuk edema periorbital, abses
subperiosteal, selulitis orbita, abses orbital, dan tumor Potts puffy (abses
subperiosteal dari tulang frontal), atau intrakranial, termasuk empiema subdural,
epidural atau abses otak, meningitis, dan trombosis sinus venosus. 13 Penggunaan 3
macam kombinasi terapi antibiotik belum cukup kuat untuk menilai apakah
pengobatan dengan agen antimikroba dapat mengurangi tingkat komplikasi yang
terjadi.
Patogenesis dari sinusitis melibatkan tiga komponen: obstruksi sinus
ostium, penurunan klirens dari mukosiliar, dan sekret yang semakin kental.
Karena mukosa sinus secara langsung berlanjut dengan mukosa rongga hidung,
inflamsi dari mukosa sinus dapat terjadi saat infeksi saluran pernapasan atas yang
disebabkan oleh virus. Pada kebanyakan pasien respon inflamasi ini dapat sembuh
secara spontan, tapi kadang-kadang, obstruksi sinus ostium, kekentalan sekret,
atau gangguan dari aparatus mukosiliar dapat terjadi, kondisi ini
mendukung untuk terjadi pertumbuhan bakteri.

sangat

STRATEGI DAN BUKTI


Evaluasi
Sinusitis bakterial akut pada anak didiagnosis berdasarkan riwayat perjalanan
penyakit dengan menggunakan kriteria yang tercantum dalam Tabel 1.2,3,14
Pemeriksaan radiologi (plain film radiografi, computed tomography [CT],
magnetic resonance imaging [MRI], dan ultrasonografi) menunjukkan tanda-tanda
peradangan pada sinus tetapi tidak dianjurkan pada pasien dengan infeksi tanpa
komplikasi, karena memberikan hasil dengan spesifikasi yang rendah. Penemuan
abnormal yang tinggi secara konsisten telah dilaporkan pada pemeriksaan
radiologi sinus terhadap pasien dengan infeksi saluran pernapasan atas akibat
virus tanpa adanya komplikasi.15-20 Misalnya, dalam sebuah penelitian di mana CT
scan dilakukan pada orang dewasa muda setelah 48-96 jam dari onset timbulnya
pilek,16 temuan abnormal (konsisten dengan inflamasi mukosa)

pada sinus

paranasal ditemukan lebih dari 80% pasien. Pemeriksaan radiologi tidak bisa
membedakan peradangan yang disebabkan oleh virus atau bakteri.
Tabel 1. Kriteria klinis diagnosis sinusitis bakterial akut
Gejala persisten
Kongesti nasal, rinorea, batuk
Durasi 10 hari tanpa perbaikan
Gejala berat
Suhu 38,50C selama 3-4 hari
Rinorea purulen selama 3-4 hari
Perburukan gejala
Kembalinya gejala setelah penyembuhan awal
Demam muncul kembali, rinorea dan batuk yang semakin parah

Meskipun pencitraan bukan merupakan indikasi yang bertujuan untuk


mendiagnosis sinusitis bakterial, namun ini dapat digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis ketika temuannya normal.21 CT atau MRI diperlukan pada pasien
dengan tanda atau gejala yang menunjukkan komplikasi sinusitis (misalnya, sakit
kepala berat, seizure, defisit neurologi fokal, edema periorbital, atau fungsi tidak

normal otot intraokular) dan mungkin menghabiskan persediaan cairan di dalam


alam kranium atau orbit.
Terapi Antimikroba
Peran dari antibiotik di dalam terapi sinusitis bakterial akut sangat
kontroversial. Empat percobaan secara acak yaitu uji coba agen antimikroba
dengan plasebo terkontrol untuk pengobatan sinusitis pada anak-anak,2,14,22,23 dua
diantaranya membuktikan bahwa terapi antibiotik tidak membuahkan hasil.22,23
Dalam salah satu uji coba yang berhasil negatif, cefuroxime axetil telah digunakan
dalam dosis subterapeutik, dan sebagian besar pasien memiliki gejala kurang dari
10 hari.23 Di uji coba lainnya,22 beberapa anak yang terdaftar dalam uji coba
tersebut menampakkan gejala minimal 10 hari, tetapi rata-rata anak-anak tersebut
memiliki asma atau alergi dalam rekam medisnya (di mana dapat menimbulkan
keraguan terhadap diagnosa dan penanganan medis), pengobatan simtomatikpun
dilakukan (hal ini dapat membuat manfaat penelitian pada obat-obatan bersifat
tidak jelas), serta dosis dari amoksisilin-klavulanat yang digunakan didalam uji
coba terlalu rendah untuk membasmi Streptococcus pneumonia. Tolok ukurnya
adalah penilaian yang berdasarkan gejala, bukan dari definisi prioritas terhadap
kegagaalan pengobatan atau penyebuhan.
Uji coba baru-baru ini menbandingkan penggunaan dosis tinggi dari
amoksisilin-klavulanat dengan plasebo ke 58 anak dalam rentang umur 1 dan 10
tahun di mana anak-anak tersebut memiliki gejala yang persisten. Setelah 14 hari
dari awal mula mulainya terapi, penilaian pun dilakukan, secara acak pasien yang
dibagi ke perawatan aktif (90 mg amoksisilin dan 6,4 mg klavulanat per kg bb
dibagi dalam dua dosis per hari) minim kegagalan perawatan (14% vs 68%
dengan plasebo); jumlah pasien yang butuh perawatan untuk menghindari
kegagalan perawatan adalah 3 orang (95% dalam interval yang diyakini, skala 1,7
sampai 16,7). Efek samping (paling sering adalah diare) lebih sering dialami oleh
anak yang diberikan antibiotik dibandingkan dengan diberikan plasebo (44% vs
14%) dan mengakibatkan penghentian terapi antibiotik terhadap 3 dari 28 anak
(11%).2

Percobaan keempat membandingkan amoksisilin (40 mg per kilogram per


hari, diberikan dalam tiga dosis), amoksisilin klavulanat (40 mg amoksisilin dan
10 mg klavulanat per kilogram per hari, diberikan dalam tiga dosis) dan plasebo.
Percobaan ini menunjukkan manfaat pada kedua kelompok yang menerima terapi
antibiotik. Angka kesembuhan pada hari ke-3 adalah 45% pada anak yang
menerima antibiotik dan 11% pada anak yang menerima plasebo dan pada hari ke10, masing-masing adalah 65% dan 40%. Angka kesembuhan untuk amoksisilin
(67%) dan amoksisilin klavulanat (64%) tidak berbeda secara signifikan. Namun,
studi ini dilakukan sebelum pengenalan vaksin konjugasi pneumokokus.14
Pemilihan agen antimikroba yang tepat untuk pengobatan sinusitis
membutuhkan pengetahuan tentang kemungkinan patogen yang menginfeksi dan
pola resistensinya. Dua penelitian yang dilakukan beberapa dekade lalu yang
melibatkan aspirasi sinus maksilaris pada anak yang mengalami gejala sinus
selama24,25 10 sampai 30 hari, diidentifikasinya S. pneumonia sebagai bakteri
predominan (terdeteksi pada 40% dari total isolat), diikuti oleh Haemophilus
influenzae nontypable dan Moraxella catarrhalis (masing-masing terdeteksi pada
20% dari total isolat), dan lebih jarang pada bakteri lain (Streptokokus kelompok
A, Streptokokus kelompok C, Eikenella corrodens, Peptostreptococcus, dan
Alpha-hemolytic

streptococcus).

Virus

saluran

pernapasan,

termasuk

parainfluenza, adenovirus, rinovirus dan virus influenza, diisolasi secara jarang


dengan penggunaan kultur virus tradisional.25,26
Tidak ada studi terbaru mengenai aspirasi sinus yang dilakukan untuk
menentukan apakah sifat mikrobiologis dari sinusitis bakteri akut telah berubah
selama tiga dekade terakhir.24 Kultur cairan dari telinga tengah (sinus paranasal)
yang diperoleh dengan cara timpanosentesis dari anak-anak dengan otitis media
akut dapat berfungsi sebagai pengganti untuk kultur pada sinus paranasal yang
lain.27 Studi yang dilakukan dalam 10 tahun terakhir atau lebih telah didapati
penurunan proporsi relatif dari kasus otitis media akut yang disebabkan oleh S.
pneumonia, sebuah temuan yang timbul untuk pengenalan vaksin konjugasi
pneumokokus 7-valent dan 13-valent (masing-masing, PCV7 dan PCV13).28-30
Tingkat isolasi H. influenzae nontypable telah meningkat secara bersamaan.28

Pilihan antibiotik harus memperhitungkan tidak hanya kemungkinan flora


yang menginfeksi tetapi juga pola resistensi, yang bervariasi dari waktu ke waktu
dan sesuai dengan lokasi geografis. Tingkat resistensi terhadap penisilin di antara
isolat S. pneumonia biasanya 10 sampai 15%, tetapi mungkin setinggi 50% pada
beberapa area.31,32 Demikian pula, tingkat produksi betalaktamase di antara isolat
H. influenza berkisar antara 10-68%33-35. M. catarrhalis menghasilkan
betalaktamase hampir 100%. Resistensi dari patogen sinus terhadap makrolida
meningkat. Tingkat resistensi terhadap berbagai azitromisin berkisar antara 2263% untuk S. pneumonia dan tingkat resistensi setinggi 100% telah dilaporkan
untuk H. influenza.30,31,33,36,37 Sekitar seperempat dari total isolat H. influenza dan
setengah dari total isolat S. pneumonia menunjukkan resistensi terhadap
trimethoprim-sulfamethoxazole.33 Fluorokuinolon, seperti levofloksasin dan
moksifloksasin, memiliki tingkat aktivitas yang tinggi terhadap S. pneumonia dan
H. influenza ketika terisolasi pada spesimen saluran pernafasan, tetapi obat ini
tidak rutin dianjurkan karena kekhawatiran terhadap toksisitas, biaya dan
resistensi yang muncul.31,32 Linezolid memiliki aktivitas yang sangat baik terhadap
S. pneumonia, termasuk strain yang resisten terhadap penisilin, tetapi memiliki
aktivitas yang kurang terhadap H. influenza dan M. catarrhalis.32
Amoksisilin-klavulanat, biasanya diberikan dalam dosis 90 mg per
kilogram per hari, memilik komprehensif paling dalam mencakup bakteri yang
menyebabkan sinusitis dan dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan lini
pertama untuk sinusitis bakteri akut, terutama karena tingkat beta-laktamasememproduksi H.influenzae meningkat di banyak geografis daerah. Amoksisilin
sendiri dapat digunakan sebagai alternatif tetapi harus diberikan dalam dosis dari
90 mg per kilogram per hari di daerah dimana tidak rentan penisili infeksi
endemik dan tingkat resistensi kira-kira 10% atau lebih tinggi pada anak-anak
pada peningkatan risiko untuk resisten pneumokokus (anak kurang dari 2 tahun,
yang dirawat dan mereka yang telah menerima antibiotik dalam bulan
sebelumnya).
Antibiotik lain belum dievaluasi secara sistematis untuk pengobatan
sinusitis bakteri aku pada anak, tetapi digunakan sebagai alternatif seperti yang
telah

dijelaskan diatas. Golongan sefalosporin seperti cefuroxime axetil,

cefpodoxime, atau cefdinir mungkin digunakan, tetapi mereka tidak komprehensif


seperti amoksisilin klavulanat. Azitromisin dan klaritromisin tidak lagi
direkomendasikan untuk pengobatan sinusitis jangka panjang, karena tinggi
tingkat resistansi antara kedua S. pneumoniae dan H. influenzae tinggi. Untuk
pasien yang alergi penisilin dan sefalosporin, levofloxacin (hanya fluorokuinolon
untuk

saluran

pernafasan

tersedia

dalam

formulasi

cair)

harus

dipertimbangkan,walaupun belum disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat


untuk diindikaskan pada anak. Jika pengobatan dengan amoxicillin-klavulanat
gagal, baik levofloxacin atau kombinasi klindamisin dengan cefixime atau
linezolid dengan cefixime dapat dipertimbangkan. (Golongan antimikroba
digunakan untuk mengobati sinusitis bakteri akut disajikan pada Tabel 2).
Data yang kurang untuk membandingkan efektivitas berbagai antibiotik
dalam pengobatan akut sinusitis bakteri pada anak-anak dan untuk menentukan
durasi pengobatan paling efektif. Pedoman profesional merekomendasikan
pengobatan untuk 10 sampai 14 hari, atau sampai pasien bebas dari gejala
ditambah lagi 7 hari.11
Terapi simptomatik
Data yang terbatas dari uji acak belum menunjukkan bahwa mencuci
saline nasal atau semprotan memberikan bantuan substansial dari gejala dan
menunjukkan bahwa glukokortikoid intranasal diberikan hanya sedikit (yaitu,
terlalu sederhana untuk digunakan secara rutin).38,39 Antihistamin dan dekongestan
telah terbukti tidak bermanfaat dalam mengurangi gejala sinusitis pada anak-anak
dan mungkin memiliki klinis yang signifikan toksisitas.40,41
Pencegahan
Pencegahan infeksi virus yang mendahului atau pencegahan kolonisasi
oleh bacterial patogenik diharapkan dapat mencegah sinusitis bakterial akut.
Angka otitis media telah menurun pada kelompok dengan peningkatan
penggunaan vaksin influenza dan pengenalan vaksin konjugasi pneumokokus.
Data kurang menunjukkan penurunan serupa pada kunjungan kantor atau resep
untuk sinusitis pada anak.43

Daerah Ketidakpastian
Peran yang tepat dari infeksi virus pada pathogenesis sinusitis bakterial
akut (kejadian yang mendahului pasien terkena infeksi bakteri atau infeksi yang
bersamaan) masih belum jelas. Sedangkan episode tersering dari sinusitis
bakterial akut dipercaya didahului oleh infeksi virus pada traktus respiratori atas.
Dari penelitian ditemukan adanya virus pada kurang dari 10% pasien. 25,26
Bagaimanapun, pada penelitian terbanyak, sampel telah diperoleh terlambat pada
perjalanan penyakit (714 hari setelah onset gejala), ketika jumlah virus akan
menurun, dan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi virus telah jauh
kurang sensitive dibandingkan pengerasan asam nukleat.
Tidak pasti apakah Staphylococcus aureus menjadi salah satu penyebab
sinusitis akut. Meskipun S. aureus teridentifikasi pada kultur yang diperoleh dari
endoskopi pada anak, itu belum pulih dari kultur yang diperoleh dengan cara
aspirasi sinus.24,25 Perbedaan ini mungkin dapat dijelaskan dengan kontaminasi
kultur yang diperoleh dari endoskopi tersebut dengan flora nasal. Namun, S.
aureus teridentifikasi sebagai pathogen pada komplikasi sinusitis pada anak-anak.
Meskipun data sendiri kita mendukung penggunaan antibiotik pada
pengobatan sinusitis bakterial akut,2,14 data dari percobaan acak terapi antibiotik
adalah tidak konsisten dan terbatas. Sebagai tambahan, durasi yang paling efektif
dari pengobatan sinusitis bacterial akut pada anak belum diselidiki secara
sistematis.
Tabel 2. Agent antimikroba yang digunakan pada pengobatan sinusitis pada anak
Obat
Dosis
Efek samping
Keterangan
Amoxicillin
40-90 mg/kgBB/hari, dalam
Diare, ruam
Dosis tinggi
dua dosis
seharusnya
digunakan ketika
berisiko resisten
pneumococcus
Amoxicillin40-90 mg Amoxicillin/kg/hari,
Diare, ruam
Dosis tinggi
clavulanatel
dalam dua dosis
seharusnya
digunakan ketika
berisiko resisten
pneumococcus
Cefdinir
14 mg/kg/hari, dalam satu atau Diare, ruam
dua dosis
Cefixime
8 mg/kg/hari, dalam satu dosis
Diare, ruam
Cefpodoxime
10 mg/kg/hari, dalam dua dosis Diare, ruam

Cefuroxim
axetil
Clindamycin
(dengan
cefixime)
Levofloxacin

30 mg/kg/hari, dalam dua dosis

Diare, ruam

30-40 mg/kg/hari, dalam tiga


dosis

Diare

Palabilitas kurang
pada anak-anak

16 mg/kg/hari, dalam dua


dosis, 12 jam terpisah

Ketidaknyamanan
muskuloskeletal

Linezolid
(dengan
cefixime)

20-30 mg/kg/hari, dalam dua


atau tiga dosis

Sindrom serotonin,
myelosupresi,
ruam, asidosis
laktat, neuropati

Resisten dapat
berkembang cepat,
tidak disetujui oleh
FDA untuk indikasi
ini
Interaksi dengan
inhibitor serotonin
selektif dan
makanan yang
mengandung
tiramin tinggi, tidak
disetujui oleh FDA
untuk indikasi ini

PEDOMAN
The Infectious Disease Society of America (IDSA) baru-baru ini telah
rekomendasi penanganan sinusitis bacterial akut. rekomendasi dalam artikel ini
secara umum ditetapkan berdasarkan guidelines. Pengobatan yang dianjurkan
untuk anak-anak disarankan berdasarkan criteria sinusitis bacterial akut (tabel 1).
Dosis tinggi amoxicillin clavulanat (90 mg perkg BB per hari, dibagi dalam dua
dosis) direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk anak-anak pada daerahdaerah yang endemik dan angka resistensinya 10% atau lebih yang mana
penicillin tidak dapat digunakan untuk strain S. pneumoni, orang-orang di tempat
penitipan, usia kurang dari 2 tahun, dan mereka yang telah dirawat di rumah sakit
atau diobati dengan antibiotik dalam satu bulan terakhir. Jika faktor-faktor risiko
ini tidak ada, dianjurkan diberikan dosis standar amoksisilin klavulanat (40 mg
per kilogram per hari, diberikan dalam dua dosis). Makrolida dan trimetoprimsulfamethoxazol tidak dianjurkan karena tingginya tingkat resistensi di Amerika
Serikat. Levofloxacin dianjurkan untuk anak-anak dengan riwayat reaksi
hipersensitivitas

tipe

terhadap

penisilin.

Durasi

pengobatan

yang

direkomendasikan dengan amoksisilin klavulanat atau levofloxacin adalah 10


sampai 14 hari pada anak-anak.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Jadi anak dengan rhinorrhea dan batuk selama 12 hari ditetapkan sebagai
sinusitis bakterial akut. Diagnosis sinusitis harus dibuat

berdasarkan kriteria

klinis, rontgen tidak harus dilakukan. Meskipun kriteria klinis dalam waktu 10
hari atau lebih itu tidak merupakan gejala mutlak (dan jarang ditemukan kasuskasus infeksi virus saluran pernapasan atas), di sebagian besar anak-anak dengan
infeksi virus, gejala akan sembuh atau berkurang. Bukti yang diberikan, meskipun
tidak konsisten, bahwa terapi antimikroba untuk sinusitis bakterial akut secara
signifikan meningkatkan kemungkinan penyembuhan dalam waktu 10 hari, kami
akan merekomendasikan terapi antibiotik untuk anak, amoksisilin klavulanat
akan menjadi pilihan pertama dan ditetapkan berdasarkan pedoman IDSA.
Meskipun durasi optimal terapi tidak diketahui, namun cukup membaik 10 sampai
14 hari pada kebanyakan pasien. Gejala gastrointestinal adalah efek samping yang
umum tetapi biasanya ringan dan terbatas. Tidak dianjurkan menggunakan
antihistamin atau dekongestan karena keduanya tidak memiliki manfaat dan
mungkin memiliki efek samping.

Journal Reading

SINUSITIS BAKTERIAL AKUT PADA ANAK

Oleh:
Ardilla Usman
Dhiya Ul Azka
Farida
Frida Septiani Tavia
Nadya Fatma Rosalin
Oktri Yetta Wimarti
Siti Handayani
Widuri

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2015

Anda mungkin juga menyukai