KATARAK HIPERMATUR
Oleh :
Yusuf A Bahtiar
0510710151
Ima Linda
0510714005
Tengku Nadia
0510714016
Pembimbing:
Dr Debby Sp.M
BAB 1
PENDAHULUAN
bervariasi dalam
menghalangi
lahan menyebabkan
diobati.
perjalanan
kehilangan
kedua mata, tetapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain (Ilyas,
2005).
Menurut WHO prevalensi kebutaan di negara berkembang adalah 10 - 40 x lebih
besar daripada negara industri.Penyebab kebutaan itu sendiri dapat di sebabkan karena
penyakit infeksi dan rudapaksa pada mata. Penyakit mata yang menyebabkan kebutaan
antara lain adalah :glaucoma, penyakit retina oleh karena Diabetes Mellitus dan katarak.
Di negara yang sedang berkembang penyebab utamanya adalah katarak.(WHO,2003)
Klasifikasi katarak berdasarkan usia dapat dibagi menjadi tiga kelompok iaitu
katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis. Katarak senilis pula dapat dibagi
menjadi beberapa stadium iaitu katarak insipiens, katarak immatur, katarak matur dan
katarak hipermatur. (Ilyas, 2005) Pada makalah ini akan kami bahas tentang katarak
hipermatur dengan lebih lanjut terutama tentang komplikasi yang bisa terjadi akibat
katarak itu sendiri antara lain seperti subluksasi dan luksasi lensa, glaukoma dan uveitis
serta penanganan yang dapat dilakukan bagi setiap komplikasi yang terjadi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
agar
mata
bisa
memungkinkan sebuah
fokus
terhadap
gambar
objek
nyata yang
dari
pelbagai
jarak,
sehingga
akan
terbentuk di retina. Penyesuaian ini dikenal sebagai akomodasi. Hal ini mirip dengan
memfokuskan kamera dengan menggerakkan lensanya. Lensa lebih datar pada sisi
anteriornya. (Candia,2004)
Lensa juga dikenali sebagai aquula (bahasa Latin dari sungai, aqua, air) atau lensa
kristalin.
Pada
manusia,
Cahaya dari satu titik dari objek jauh dan cahaya dari satu titik dari objek dekat
dibawa ke fokus dengan mengubah kelengkungan lensa
Gambar 2.1
elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya.(John Forrester,2004)
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari enam puluh lima
persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.
Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak
ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.(John Forrester,2004)
Faktor lain yang penting dalam menjaga transparansi lensa adalah tidak ada
struktur yang menghalang pembiasan cahaya seperti nukleus, retikulum endoplasma dan
mitokondria pda serabut lensa yang matang. Serabut lensa juga memiliki sitoskeleton
yang sangat luas untuk mempertahankan bentuk yan tepat dan membungkus serabut
lensa. Gangguan/ mutasi pada sitoskeletal tertentu dapat mennyebabkan hilangnya
transparansi.
Gambar 2.2
Katarak
Presbiopia
Aphakia
Ectopia lentis
Nuclear Sclerosis
3.1 Katarak
Katarak berasal dari bahasa latin cataracta dan bahasa yunani katarakts yang
artinya adalah air terjun. Sedangkan menurut WHO adalah hilangnya kejernihan lensa
kristalin dari mata.Terjadinya kekeruhan karena akibat penimbunan air di susunan serabut
- serabut lensa dan absorbsi intra selular atau dapat juga disebabkan karena koagulasi,
yaitu perubahan kimia dari kandungan protein lensa yang semula air menjadi tidak larut.
(WHO,2003)
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi
keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan
kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan
mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat
jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. bila tidak diobati, katarak dapat
menyebabkan glaukoma. (Victor,2005)
3.2 Gejala dari katarak
cahaya ultra
violet, radiasi,
efek
sekunder
dari
penyakit
seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut, atau trauma(dapat terjadi lebih awal), mereka
biasanya akibat denaturasi dari lensa protein. faktor-faktor genetik sering menjadi
penyebab katarak kongenital dan sejarah keluarga yang positif juga mungkin berperan
dalam predisposisi seseorang untuk katarak pada usia lebih dini, fenomena "antisipasi"
dalam katarak pra-senilis. (Karen,2004)
3.5 Pemeriksaan Katarak
3.5.1 Pemeriksaan fisik
adanya pengembunan, atau mutiara keabuan pada mata
pupil akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih
3.5.2 Pemeriksaan Diagnostik
keratometri
pemeriksaan dengan ophtalmoskop untuk melihat terpendarnya cahaya
hitung sel endotel bila akan dilakukan operasi+2000 sel/mm3
3.6 Klasifikasi Katarak
Menurut terjadinya katarak dapat di klasifikasikan menjadi (Victor, 2005)
1. Katarak development
2. Katarak degeneratif
3. Katarak komplikata
4. Katarak traumatik
Sedangkan menurut usia penderita katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak Kongenital
2. Katarak Juvenil
3. Katarak Preseninel
4. Katarak Senile
Katarak
pada
dewasa
biasanya
berhubungan
dengan
proses
2. Katarak immatur : pada stadium ini lensa menyerap air hingga terlihat bulging dan
beresiko terjadinya galukoma. Kekeruhan terjadi di posterior nukleus lensa dan
belum mengenai seluruh lapisan lensa, dan mulai menimbulkan gangguan
penglihatan.
lensa sudah seluruhnya keruh
3. Katarak matur : Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa dan terjadi penurunan
penglihatan yang sangat tajam
Visual acuity 1/60 - LP (+)
Indikasi operasi +
Morgagnian katarak :
Kebanyakan lensa agak keruh setelah usia 60 tahun. Sebagian besar penderita
mengalami perubahan yang serupa pada kedua matanya, meskipun perubahan pada
salah satu mata mungkin lebih buruk dibandingkan dengan mata yang lainnya.
Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak.
3.7 Katarak hipermatur
3.7.1 Definisi
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair (IIyas, 2009).
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan
dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu
disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni (IIyas, 2009).
Tidak diketahui kenapa katarak senile pada orang tertentu berbentuk korteks
anterior dengan celah air, nucleus, dan korteks subkapsular posterior. Mungkin terdapat
factor penentu lainnya (IIyas, 2009).
Penderita dengan katarak hipermatur mengeluh penglihatan sangat terganggu,
yang biasanya disertai keluhan mata sakit, cekot-cekot kadang merah, tergantung sejauh
mana komplikasi yang sudah terjadi (IIyas, 2009).
Penyulit dari katarak hipermatur adalah, uveistis fakoanafilaksis akibat dari rupture
spontan ke dalam kamar depan, sehingga terjadi respon inflamasi. Bisa juga terjadi
penyulit lain yaitu glaucoma fakolitik. Karena sel inflamasi terperangkap di trabecular
meshwork sehingga memblokir outflow akuous. Penyulit yang lain adalah uveitis
fakotoksik (Harkness, 2003).
Peningkatan tekanan intraokular dan inflamasi harus ditangani
dengan cara
ekstraksi katarak secepatnya supaya penderita dapat melihat dengan baik (Stainer, 2010).
Prognosis penderita katarak hipermatur bergantung kepada komplikasi yang
menyertai, dan cepatnya penderita mendapatkan pengobatan (IIyas, 2009).
lensa sehingga dapat terjadi proses inflamasi segmen depan mata atau uveitis fakolitik
(Suhardjo, 1999).
Pada proses inflamasi tersebut, terjadi hiperemi dan pelebaran pembuluh darah iris
maupun badan siliar, sehingga dapat terjadi hifema bail spontan maupun karena trauma
(Suhardjo, 1999).
Tanda dan gejala dari uveitis berupa mata merah, nyeri sampai cekot-cekot,
kornea edema, terdapata sel-sel radang di COA, Tyndal efek (+), dan peningkatan
tekanan intraocular.
3.7.2.2 Uveuitis Faoanafilaktik
Uveuitis Faoanafilaktik disebabkan protein lensa yang keluar yang disebabkan
kapsul lensa pecah atau penyakit degenerative degeneratif dan ditandai oleh reaksi
granulomatosa terhadap antigen protein lensa.
Protein lensa kemungkinan besar mempunyai imunologi yang berbeda, dan protein
tersebut memulai suatu sensitisasi imunologi hanya setelah memasuki aqueous humor.
Perbedaan imunologi ini mungkin karena banyak faktor, yaitu: protein lensa terisolasi dari
sirkulasi janin sejak awal kehidupan embrio, lensa tanpa persarafan, dan lensa dewasa
benar-benar avaskular. Namun, penyebab imunopatogenesis lensa-uveitis belum tepat
dapat dipahami. Lens induced uveitis dapat menyebabkan atau mungkin berhubungan
dengan edema makula cystoid, hypotony, dan glaukoma sekunder. Endophthalmitis
Phacoanaphylactic dan lensa-induced uveitis lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia,
dengan kejadian puncak pada dekade keenam ketujuh (Graham, 2009).
Gejala klinis mungkin termasuk fotofobia berat, epiphora, nyeri, floaters, visus
menurun, dan kemerahan mata. Penurunan visus mungkin karena kesalahan bias
(pergeseran rabun atau hyperopic) yang berhubungan dengan faktor-faktor seperti edema
makula, hypotony, atau perubahan posisi lensa. ketajaman visual pada pasien dengan
uveitis phacoanaphylactic cukup bervariasi, mulai dari 20/20 atau tidak ada persepsi
cahaya. Peradangan dapat bervariasi dari uveitis anterior ringan ke endophthalmitis
fulminan.Biasanya, peradangan unilateral dan hanya melibatkan mata trauma atau
degenerasi. Tanda-tanda klinis yang paling penting dari lensa-induced uveitis adalah
edema pelpebra, injeksi perilimbal atau menyebar, kabut kornea, keratik presipitat
(nongranulomatous), sel dan suar, fibrin di ruang anterior (kadang-kadang), synechiae
anterior perifer, synechiae posterior , pupil membran, dan nodul iris. Pada segmen
posterior, fragmen lensa, sel-sel inflamasi, band traksi di vitreous, edema retina, cuffing
inflamasi pembuluh darah, edema makula cystoid, dan pembentukan membran epiretinal
dapat
diamati.
Jika
tidak
diobati,
lensa-induced
uveitis
endophthalmitis
pada kedalaman bilik anterior juga dapat merupakan pertanda adanya kemungkinan
terjadi subluksasi lensa.
dapat memfasilitasi penurunan tekanan intraokuler (TIO) dan mengurangkan nyeri. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan obat-obat siklopegik. Terapi medikamentosa diberikan
sampai terjadi penurunan tekanan intraocular kemudian baru dilakukan operasi ekstaksi
katarak (Kayoung, 2009).
Terapi definitif adalah ekstraksi katarak. Prosedur pilihan adalah
extracapsular
BAB 3
KESIMPULAN
Katarak hipermatur adalah stadium lanjut dari katarak senile yang terjadi karena
pencairan korteks lensa dan pengerutan kapsul lensa. Penderita dengan katarak
hipermatur mengeluh penglihatannya sangat terganggu, disertai keluhan mata sakit,
cekot-cekot dan kadang merah.
Penderita katarak hipermatur perlu dilakukan pengobatan secepatnya supaya
penderita dapat melihat dengan baik dan untuk menghindari komplikasi-kaomplikasi dari
katarak hipermatur yaitu uveitis dan glaucoma fakolitik. Bila tidak ditangani dengan
segera, akan terjadi kebutaan total.
Terapi definitif untuk pengobatan katarak adalah melalui pembedahan ektraksi
lensa ekstrakapsuler yang merupakan pilihan masa kini. Penggunaan obat-obatan
hanyalah untuk mengurangkan keluhan nyeri dan keradangan.
DAFTAR PUSTAKA
dr
Tarek
Mamoun,
(2009)
Senile
cataract
http://eyescure.com/Default.aspx?
Lens
and
Cataract.
Digital
Reference
of
Ophthalmology.
http://dro.hs.columbia.edu/morgagnian.htm
Graham, Robert. 2009. Phacoanafilaktic. http://www.emedicine.com
Ilyas. S., 2009. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Karen
smith
(2004)
Cataracts
and
Crystallins
http://www.thenakedscientists.com/HTML/articles/article/karensmithcolumn3.htm/
Kayoung Yi, Teresa C Chen, 2009 Glaucoma, Phacolytic Medication. Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/1204814-medicationJavitt, JC; Wang, F;
West, SK (2000). "Blindness Due to Cataract: Epidemiology and John Forrester,
Andrew Dick, Paul McMenamin, William Lee (2004). The Eye: Basic Sciences in
Practice. London: W.B. Saunders Company Ltd. p. 28 ISBN 0-7020-1790-6
http://en.wikipedia.org/wiki/Lens_(anatomy)
Prevention". Annual review of public health 17: 15977.WHO.Priority Eye Disease
(2003).http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html
O. Candia (2004). Electrolyte and fluid transport across corneal, conjunctival and lens
epithelia.Experimental
Eye
Research 78
(3):
527-535
http://en.wikipedia.org/wiki/Lens_(anatomy)
Stainer L and Hanratty M., 2010. Cataract part 1: Aetiology, morphology and classification.
Optician. Hal: 22-26
Suhardjo, Siti Asfani, 1999. Hifema pada Glaukoma fakolitik Laporan Kasus. Berkala
Ilmu Kedokteran vol. 31, No.2: 119-123.U. Andley (2006) Crystallins in the eye:
function
and
pathology. Progress
in
Retinal
and
Eye
Research .http://www.britannica.com/EBchecked/topic/336040/lens
Vicente
Victor
Ocampo
Jr,
MD.
Senile
Cataract
(2005)
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview
Whikehart, David R. (2003). Biochemistry of the Eye, 2nd ed. 2003. Philadelphia:
Butterworth
Heinemann,
p.107-8 ISBN
medical.net/health/Cataract-Symptoms.aspx
0-7506-7152-1
http://www.news-