A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya perbankan syariah di Indonesia,
berkembang pula lembaga keuangan mikro syariah dgn sarana
pendukung yg lebih lengkap. Ketersedian infrastruktur baik berupa
Peraturan Mentri, Keputusan Mentri, S0P, SOM, IT, Jaringan dan
Asosiasi serta perhatian perbankan khususnya perbankan syariah
mempermudah masyarakat mendirikan BMT. Belajar dari 15 th
perkembangan BMT, ternyata BMT yg gugur dan BMT yg tumbuh
pesat sangat di pengaruhi oleh SDM, Modal Kerja, Sistem. SDM
sebagai poin pertama menjadi pondasi utama BMT. Apabila BMT
berisi SDM yg memiliki integritas tinggi, kapable di bidangnya,
semangat kerja dan kinerja yg baik maka BMT akan bergerak dan
tumbuh dengan dinamis. Namun pergerakan dan pertumbuhannya
akan terhambat ketika modal kerja yg dimiliki tidak memadai.
Modal kerja sangat dibutuhkan untuk mengembangkan BMT.
Jumlah pendapatan yang ditargetkan tidak mungkin tercapai jika
target
pembiayaan
(yang
menjadi core
business BMT)tidak
tercapai.Salah satu faktor pendukung besarnya volume pembiayaan
yang dapat dikeluarkan adalah modal kerja. Sehebat apapun SDM
yang dimiliki BMT, jika tidak didukung oleh modal kerja yang
memadai maka SDM yang baik pun akan goyah karena dihadapkan
oleh perolehan pendapatan yang minim yang tentu juga
dikhawatirkan berdampak pada penghasilan mereka dan kepastian
masa depannya.Maka timbulah berbagai masalah di BMT terkait
SDM. Pengunduran diri karyawan terlatih adalah hal yang sering
muncul karena masalah kesejahteraan. Yang terberat adalah
karyawan menjadi tidak amanah, dana anggota diselewengkan.
Maka tinggalah pengurus BMT menanggung akibatnya.
Jika BMT memiliki SDM yang baik dan modal kerja yang cukup
kita bisa lebih berharap kepada BMT dengan kondisi seperti
ini. Namun BMT dengan kondisi seperti ini pun tidak selamanya
terbebas dari masalah.BMT tumbuh menjadi lembaga keuangan
yang terus berkembang menjadi besar. Namun suatu saat BMT ini
tersadar ketika proses audit dilakukan. Ternyata angka-angka pada
neraca tidak memiliki data pendukung yang memadai. Terjadi
banyak selisih data, yang pada akhirnya menimbulkan biaya baru.
BMT ini pun kesulitan melakukan evaluasi terhadap kinerja
keuangan, kinerja marketing dan resiko yang sedang dihadapinya.
Banyak BMT besar yang runtuh karena hal ini. Akar masalah dari hal
tersebut adalah tidak adanya atau tidak dijalankannya sistem.
Banyak sistem yang harus dijalankan oleh BMT. Sistem Operasional
Sistem
B. BMT Maslahah
Koperasi BMT (Baitul Maal wat Tamwil) MASLAHAH adalah
sebuah lembaga keuangan mikro berbasis usaha mandiri dan
terpadu bermasyarakat yang berlandaskan syariah kaidah Islam.
Dalam kegiatannya tak lain guna mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas perekonomian
pengusaha kecil, mendorong kegiatan menabung dan menunjang
kegiatan ekonomi masyarakat; Dasar-dasar mula berdirinya
Koperasi BMT MASLAHAH yang berkantor pusat di Jalan Raya
Sidogiri No. 10 Kraton Pasuruan dan didirikan Tanggal 17 Juli 1997
atau 12 Robiul Awwal 1418 H ini, yakni mengacu dari bentuk
keprihatinan adanya perilaku praktik tindakan di bidang muamalah
yang tidak memperhatikan syariah-syariah kaidah Islam. Bahkan
lebih cenderung maraup keuntungan ekonomi yang ribah dan jelas
dilarang oleh agama. Koperasi BMT MASLAHAH yang telah memiliki
97 anak cabang yang tersebar di kabupaten dan kota besar di Jawa
Timur, dengan besaran jumlah nasabah sebanyak 60 ribu lebih
anggota di seluruh Indonesia, dengan asumsi perputaran perhari
mencapai 6 miliar ditambah ketersediaan Rp. 1,106 triliun, kini hadir
di tengah masyarakat sebagai tempat mengatasi solusi keuangan
baik dalam prospek peminjaman nominal maksimal mencapai Rp.
50 juta, serta transaksi menabung, investasi dan lain-lain dalam
bentuk kaidah syariah Islam tanpa ribah. Saat ini BMT telah kembali
melebarkan
cabang-cabang
barunya
memenuhi
kebutuhan
masyarakat. Ini dibuktikannya dengan sukses berdirinya pembukaan
cabang koperasi BMT MASLAHAH di Kabupaten Malang yang barubaru ini diresmikan, diantaranya bertempat di jl.Raya PakisAji
No.140, wilayah Kecamatan Sumberpucung, Wonosari, Kromengan
dan Kecamatan Singosari dengan perincian total yakni 19 anak
cabang Malang. Sukses berdirinya anak cabang di Malang ini tidak
lepas dari kerjasama dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM)
desa. Kehadiran BMT MASLAHAH diharapkan kedepannya dapat
membantu masyarakat 7 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan
Sumberpucung. Salah satu contoh di Desa Jatiguwi, disana terdapat
banyak home industry pembuatan tahu dan tempe, yang setiap
harinya membutuhkan 10 ton kedelai yang nantinya tak lepas
mengalami kendala permodalan usaha. Pembukakan BMT
MASLAHAH ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan
efektifitas mengembangkan masyarakat kecil yang sejahtera. Peran
serta dalam keanggotaan BMT MASLAHAH sangatlah penting
dilakukan, tentu saja sebagai upaya untuk mewujudkan sistem
BAB II
Ilustrasi Transaksi BMT Maslahah
BAB III
Analisis hasil laporan keuangan