KEABADIAN SYARIAH, PENGERTIAN TUJUAN KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP IBADAH DAN KAITANNYA DENGAN
Ruang lingkup Fiqih serta
keabadian Syariah Fiqih menurut bahasa sebagaimana pendapat Al-Ghazali bahwa secara literal, fikih (fiqih) bermakna al-ilm wa al-fahm (ilmu dan pemahaman), Sedangkan arti terminologinya adalah mengetahuai sesuatu yang menjadi hak maupun kewajiban seseorang, atau mengetahui hukum-hukum partikular (juzi) berdasar dalil-dalilnya. Fiqih secara istilah mengandung 2 arti : 1. pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syariat agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al -Quran dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma dan ijtihad. 2. Hukum-hukum syariat itu sendiri.
menurut al-Syafii fiqih adalah mengetahui hukum-hukum syar'i
yang bersifat amali (praktis) dan diperoleh melalui proses istinbath hukum berdasarkan dalil-dalil tafshili (terperinci). Dari definisi ini dapat dikemukakan bahwa fiqih merupakan hukumhukum operasioanal yang sangat praktis dan aplikatif sebagai preskripsi dan panduan manusia mukallaf dalam menjalankan aktivitas kesehariannya dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Pada prinsipnya, setiap hukum yang melekat pada berbagai peristiwa dan kejadian mempunyai pijakan dalil berupa wahyu. Namun demikian, tidak semua pijakan wahyu dapat tergambarkan secara tersurat dalam lembaran teks al-Qur'an maupun al-Hadith. Sebaliknya, tidak sedikit pijakan wahyu yang hanya mengungkapkan persoalan hukum secara tersirat. Atas dasar itu maka dalil wahyu sesungguhnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Dalil juz'i / tafshili 2. Dalil kulli / ijmali
Dalil kulli dan juzi dalam konteks penggalian dan
perumusan hukum-hukum (fiqh) mempunyai hubungan sangat erat dan hampir tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Artinya, dalam rangkaian kerja istinbath al-ahkam (penggalian hukum-hukum) selain diperlukan dali-dalil juzi yang tersurat dalam teks wahyu, juga tidak bisa mengabaikan dalil-dalil kulli baik berupa prinsip-prinsip umum seperti tersirat dalam kandungan teks wahyu maupun kaidah. Dalam konteks inilah fiqih (hukum Islam) mempunyai peran sangat sentral dalam penentuan arah kemaslahatan ummat baik di dunia maupun di akhirat. Maka dalam ini muncul 2 fiqih: 1.Fiqih ibadah menyangkut hubungan vertikal seorang hamba dengan Tuhan Penciptanya. 2.fiqh muamalah untuk mengapresiasi kemaslahatan dunia yang profan dengan beragam varian dan implikasinya.
Pengertian, Tujuan dan Ruang lingkup
Ibadah serta kaitannya dengan Syahadat Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan jalan menaati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-laranganNya dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah. Ibadah terdiri dari dua macam, yaitu: 1. Ibadah umum (ammah) atau ibadah ghaira mahdhah 2. ibadah Khusus (khassah) atau ibadah mahdhah.
Tujuan ibadah dalam Islam bukan sejenis
perbuatan magis yang bermaksud mengundang campur tangan adikodrati di dunia yang terikat dengan hukum kausalitas (sebab akibat) bukan juga pemujaan yang mengandung maksud berlebihan dengan mengharapkan pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Tetapi ibadah dalam Islam merupakan pengabdian yang bertujuan untuk mendapatkan keridoan Allah SWT karena Dialah yang telah menciptakan dan menghidupkan semua umat manusia dan makhluk lainnya.
Ruang lingkup ibadah dapat di klasifikasikan menjadi ibadah
umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untukmengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara (nash)bentuk dan caranya oleh karna itu dapat dikemukaan sistematikanya secara garisbesar sebagai berikut: Tharah Shalat Zakat Puasa Haji dan umrah ziarah Iktikaf Sumpah dan kafarat Nadzar
Syahadatain (dua kalimat syahadat) menjadi
penting disini karena merupakan asas dan dasar bagi rukun Islam lainnya, dan menjadi tiang untuk rukun iman. Syahadatain merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh karena itu syahadah menjadi sangat penting. Sahnya iman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain. Tanpa mengucapkan kalimat ini, maka amal ibadah yang dikerjakan bagaikan abu, atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada. Dalam Al Quran Allah menyebutkannya bagaikan debu yang berterbangan, walaupun amal yang dilakukan adalah amal yang baik sekalipun, namun tidak didasari oleh syahadat.