Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO MATERI KELOMPOK C7 (3)

Seorang laki-laki usia 55 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan
berupa bercak merah bersisik tebal seperti mika pada dada, perut, punggung, pinggang, kedua
tungkai atas dan bawah yang terasa gatal sejak 4 minggu yang lalu. Selain kelainan kulit
pasien juga menderita penyakit kencing manis yang diketahuinya sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien berobat teratur untuk penyakit kencing manisnya. Pemeriksaan fisik umum didapatkan
gizi kurang, konjungtiva anemis +/+, lain-lain dalam batas normal.

BAB I. PENDAHULUAN
1

1.1. Latar Belakang


Penyakit kulit merupakan salah satu hal yang penting dalam kedokteran, hal ini
berguna untuk mengetahui apa-apa saja kegunaan kulit dan bagian-bagiannya, serta
kemungkinan-kemungkinan penyakit yang menyerangnya, sebab dalam kehidupan sehari-hari
penyakit kulit adalah salah satu penyakit yang tersering dijumpai seorang dokter baik dalam
berpraktek maupun tidak, mudahnya seperti bentol / wheal akibat serangga, dermatitis,
jerawat, dan lainnya. Oleh karena itu penting bagi calon petugas kesehatan untuk mengerti
lebih jauh mengenai kulit manusia.
Dalam skenario ini yang dimunculkan adalah seorang laki-laki berumur 55 tahun
yang diperkirakan menderita Psoriasis bila dilihat dari gejala-gejalanya seperti bercak merah
bersisik tebal seperti mika pada dada, perut, punggung, pinggang, kedua tungkai atas dan
bawah yang terasa gatal sejak 4 minggu yang lalu.
Melalui tulisan ini akan dijabarkan tentang hal yang berhubungan dengan psoriasis.
1.2. Tujuan

Untuk mengetahui berbagai hal tentang psoriasis, seperti pemeriksaannya, gejalagejalanya, epidemiologi, patologi, penatalaksanaan, etiologi, prognosis, komplikasi, dan
pencegahannya.
1.3. Identifikasi istilah
Mika :
1.KBBI = Mineral yg menyerupai kaca yg (secara kimiawi) kompleks, digunakan untuk
isolasi listrik; batu cermin; abrak1.
2.Wikipedia = sejenis mineral. Kata "mika" berasal dari kata bahasa Latin micare,
"bergemerlapan", sebab mineral satu ini terlihat gemerlap (khususnya saat berskala
kecil)2.
1.4. Rumusan masalah
Seorang laki-laki berusia 55 tahun dengan gejala bercak merah bersisik tebal pada dada,
perut, punggung, pinggang, kedua tungkai atas dan bawah yang terasa gatal sejak 4
minggu yang lalu.

BAB II. PEMBAHASAN


2.1.Anamnesis
2

Anamnesis adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh dokter apabila
berhadapan dengan pasien. Anamnesis bertujuan untuk mengambil data berkenaan dengan
pasien melalui wawancara bersama pasien maupun keluarga pasien. Anamnesis perlu
dilakukan dengan cara-cara khas yang berkaitan dengan penyakit yang bermula dari
permasalahan pasien. Anamnesis yang baik akan membantu dokter memperoleh maklumat
seperti berikut :

Penyakit atau kondisi yang mungkin menjadi punca keluhan pasien


(kemungkinan diagnosis)

Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab


munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)

Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut


(faktor predisposisi, predileksi dan faktor risiko)

Kemungkinan penyebab penyakit (etiologi)

Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien


(faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk


menentukan diagnosisnya

Bagi pasien yang pertama kali datang ke dokter, pertanyaan yang perlu diajukan adalah data
pribadi pasien seperti:
1. Nama lengkap pasien
2. Jenis kelamin
3. Umur pasien
4. Tempat lahir pasien
5. Status perkawinan
6. Agama
7. Suku bangsa
3

8. Alamat
9. Pendidikan
10. Pekerjaan
11. Riwayat keluarga yang meliputi kakek dan nenek sebelah ayah, kakek dan nenek
sebelah ibu, ayah, ibu, saudara kandung dan anak-anak
Seterusnya adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keluhan pasien
1. Kapan mulai timbul keluhan utama?
2. Sudah berapa lama keluhan utama berlangsung?
3. Apakah keluhan utama timbulnya mendadak?
4. Apakah keluhan utama diselingi keluhan lain?
5. Obat-obatan apa saja yang sudah diberikan untuk meredakan keluhan utama, maupun
keluhan lain?
6. Apakah keluhan utama dan keluhan lain mereda / hilang timbul?
7. Sudah berapa lamakah keluhan lain berlangsung?
8.

Apakah pasien mampu mengingat kapan keluhan utama dan keluhan lain terjadi?
Dan hasil dari anamnesis adalah keluhan berupa bercak merah bersisik tebal seperti

mika pada dada, perut, punggung, pinggang, kedua tungkai atas dan bawah yang terasa gatal
sejak 4 minggu yang lalu. Selain kelainan kulit pasien juga menderita penyakit kencing manis
yang diketahuinya sejak 6 bulan yang lalu. Pasien berobat teratur untuk penyakit kencing
manisnya.

2.2. Pemeriksaan
4

Untuk memperkuat diagnosis tentang suatu penyakit kita harus melakukan


pemeriksaan kepada

pasien. Pemeriksaan paling utama yang harus dilakukan adalah

pemeriksaan fisik dan apabila ingin memperkuat diagnosis tersebut dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang, misalnya pemeriksaan lab.
2.2.1.Pemeriksaan Fisik3
Pemeriksaan fisik merupakan suatu keterampilan pemeriksaan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang dokter dalam mendukung diagnosanya terhadap suatu penyakit. Seorang
dokter yang baik, harus mendahulukan pemeriksaan fisik, sebelum pemeriksaan lainnya.
2.2.1.1.Lesi Kulit
Yang khas dari psoriasis adalah skuma tebal berlapis-lapis disertai tanda tetesan lilin,
dan auspitz
1.Type : Papul dan plak yang ditandai dengan sisik putih keperakan, bertepi tajam.
Dapat berupa pustul, maupun eritroderma.
2.Warna : Salmon pink
3.Bentuk : Bulat, oval, polisiklik, annular
4.Pola : Zosteriform (menyerupai herpes zooster), arciform (menyerupai busur),
serpiginous (luka yang ujungnya berbentuk arciform dan bertepi seperti gelombang),
scattered discrete lesions (luka yang menyebar dan terpisah-pisah), eritroderma
(tersebar luas tanpa batas jelas)
5.Distribusi :
1.Luka tunggal atau lokal dalam satu area (penis), regional (scalp),
generalisata / universal (seluruh kulit dan kuku)
2.Bilateral, namun jarang simetris, berbagi daerah yang terkena,
menyukai daerah yang mengalami tekanan dan saling bersentuhan.
Ada juga yang luka kecil yang tersebar luas (seperti psoriasis gutata).
2.2.1.2.Rambut dan kuku
5

Alopecia tidak umum walaupun ada keterkaitan dengan scalp. Jari tangan dan jari
kaki memiliki tingkat kemunculan sebesar 25% pada psoriasis, terutama timbul bersamaan
dengan artritis. Perubahan pada kuku : pitting (berlekuk-lekuk) , onycholysis (merenggang /
lepas), bercak kuning dibawah kuku / oil spot
2.2.1.3.Artritis
Memiliki angka insiden (1-32%), jarang sebelum berumur 20 tahun, ada 2 tipe :
1.tipe distal; seronegative dan tanpa nodul subkutan, yang melibatkan sendi interfalang
terminal tangan dan kaki. 2.tipe mutilating psoriatic arthritis, dengan erosi tulang dan
osteolysis, dan ankylosis; terutama mengenai bagian sacroiliac, pinggang, dan area inguinal
dengan ankylosing spondilitis; sering dilihat terutama pada eritroderma dan psoriasis pustula.
2.2.2.Pemeriksaan Penunjang4
Pemeriksaan penunjang biasanya berupa pemeriksaan lab. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mendapatkan diagnosa secara tepat.
Diagnosis dari psoriasis umumnya berupa klinikal. Pemeriksaan lab dari psoriasis
umumnya digunakan untuk membantu membedakan antara RA, gout dari artritis psoriatika.
Studi lab pada pasien psoriasis meliputi :
-

Reumatoid factor negative

Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) umumnya normal (kecuali pada psoriasis


pustular dan eritroderma psoriatik.

Asam urat pada psorisis bisa meningkat (terutama pada psoriasis pustular)

Cairan dari pustul bersifat steril dengan infiltrat neutrofil.

Tes uji jamur (digunakan terutama pada kasus psoriasis tangan dan kaki yang
tampak semakin parah dengan pengobatan steroid topikal).

Tes lain
6

Meskipun sebagian besar kasus psoriasis dapat didiagnosa secara klinis, beberapa
bentuk pustul dapat sulit diketahui. Dalam kasus ini, biopsi bisa dipakai untuk
diagnosis. Biopsi dari lesi kulit bisa terdapat hiperplasia sel basal, proliferasi
pembuluh darah subepidermal, tidak adanya kematangan sel normal, dan
keratinisasi. Terdapat jumlah T sel aktif yang besar pada epidermis

Radiografi dari sendi yang terkena bisa membantu membedakan tipe artritis. X-ray
sendi bisa membantu mendiagnosis artritis psoriatika. Scan tulang bisa untuk
mengetahui lebih awal keterlibatan sendi pada psoriasis.

Adanya tanda auspitz ketika squama dibersihkan.

2.3.Diagnosis
2.3.1.Working Diagnosis5
Working diagnosis merupakan diagnosis utama tentang penyakit yang diderita pasien
setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien. Berdasarkan pengertian
tersebut didapatkan working diagnosis untuk kasus ini yaitu psoriasis.
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan kobner..
2.3.1.1.Gejala Klinis
-

Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma.
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan
daerah tersebut dengan muka, ekstremitas ekstensor seperti siku dan lutut, dan daerah
lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama
diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering
eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis,
kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi :
lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar

lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi
setelah infeksi akut oleh Streptococcus.
-

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz, dan kobner (isomorfik). Kedua
fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tidak khas,
hanya kira-kira 47% yang positif.

Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan,
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat
dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena auspitz tampak serum atau darah berbintikbintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Trauma pada kulit penderita psoriasis,
misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan
disebut fenomen kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50%, yang
agak khas ialah yang disebut pitting nail / nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan
yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat kareng terdapat
lapisan tanduk dibawahnya (hiperkeratosis subungual), onikolisis.

Selain itu psoriasis dapat menyebabkan kelainan pada sendi (artritis psoriatik), terdapat
pada 10-15% pasien psoriasis. Umumnya pada sendi distal interfalang, bersifat
poliartikular, terbanyak pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi
ankilosis, dan lesi kistik subkorteks.

2.3.1.2.Bentuk Klinis
1. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata,
umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabit influenza atau
morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi
yang lain, baik bakterial maupun viral.

2. Psoriasis Vulgaris
Bentuk paling lazim ditemukan pada psoriasis, maka disebut vulgaris, dinamakan pula
tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang
telah diterangkan di atas.
3. Eritroderma Psoriatik
Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau
oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi
psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih
meninggi.
4. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa,
bentuk lokalisata (Psoriasis putulosa palmo-plantar / barber), dan generalisata (Psoriasis
pustulosa generalisata akut / von zumbusch)
Barber : penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau telapak
kaki atau keduanya. Kelainan berupa kelompok-kelompok pustul kecil steril dan dalam,
di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.
Von Zumbusch : Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah
menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah menderita
psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum berupa
demam, malaise, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada semakin eritematosa.
Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang
normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut. Dalam
sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus berukuran beberapa cm.
Kelainan-kelainan semacam itu akan terus menerus dan dapat menjadi eritroderma.
Pemeriksaan lab leukosit 20.000 / l.

5. Psoriasis Inversa
Psoriasis yang memiliki tempat predileksi pada daerah fleksor / inversa dari psoriasis
normal.
6. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Umumnya kelainan psoriasis kering, namun pada bentuk ini
kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.
7. Dermatitis Seboroik (seboriasis)
Memiliki gambaran klinis gabungan antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama
yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada
tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.

2.4.Different Diagnosis5
2.4.1.Pitriasis Rosea
Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksinya. Ada yang mengemukakan
hipotesis bahwa penyebabnyaa adalah virus, karena penyakit ini merupakan penyakit selflimitting disease, umumnya sembuh sendiri dalam waktu 3 8 minggu.
Memiliki gejala klinis yang khas yaitu berupa Herald Patch / lesi berbentuk medali,
ruam terdiri atas eritema dan skuama yang halus, tidak begitu gatal, lesi berikutnya lebih kecil
dari lesi pertama, yang susunannya sejajar dengan kosta, yang menyerupai pohon cemara
terbalik. Tempat predileksi pada badan, lengan atas proksimal dan paha atas, sehingga seperti
pakaian renang wanita.
Pengobatan bersifat simtomatik. Untuk gatalnya dapat diberikan sedative, sedangkan
obat topikalnya diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol - 1 %.
Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3 8 minggu.
-Yang membedakan dari psoriasis yang utama ialah adanya herald patch pada lesi pertama,
dan bentuk eritem seperti pakaian renang wanita pada lesi berikutnya, serta skuamanya halus.

2.4.2.Dermatitis seboroik
10

Etiologi belum diketahui. Faktor predisposisinya ialah kelainan konstitusi berupa


status seborik yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. Banyak
percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan infeksi oleh bakteri
atau Pityrosporum ovale.
Status seborik sering berasosiasi dengan meningginya suspensibilitas terhadap infeksi
piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang menyebabkan D.S.
D.S berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif
pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9 12 tahun akibat stimulasi
hormon androgen ibu berhenti. D.S pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama,
kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada usia
18 40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. D.S lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
dengan wanita.
Meskipun kematangan kelenjar sebasea merupakan faktor timbulnya D.S, tetapi tidak
ada hubungan langsung secara kuantitatif antara keaktivan kelenjar tersebut dengan
suspensibilitas untuk memperoleh D.S. Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi,
timbulnya D.S dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stes emosional, atau infeksi.
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,
batasnya agak kurang tegas. D. S yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuamaskuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala
dengan skuama-skuama halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe).
Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai dengan eritema dan
krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok,
mulai di bagian vertex dan frontal.
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan
berminyak, disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
posaurikular, dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang
kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.
Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di
bawahnya, eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama kekuningan, dapat pula
terjadi blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah disertai skuama-skuama halus.
Selain tempat-tempat tersebut, D.S juga dapat mengenai liang telinga luar, lipatan
nasolabial, daerah sterna, areola mamae, lipatan di bawah mamae pada wanita, interskapular,
umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Pada merah pipi, hidung, dan dahu kelainan
dapat berupa papul-papul.
11

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar disembuhkan


meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan, misalnya
stress emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak.
Pengobatan sistemik
Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20 30 mg sehari.
Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder
diberi antibiotik.
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi
aktivitas kelenjar sebasea. Dosis 0.1-0.3 mg / KgBB / hari, perbaikan tampak setelah 4
minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun
untuk mengontrol penyakitnya.
Narrow band UVB. Setelah pemberian terapi 3x seminggu selama 8 minggu, sebagian
besar penderita mengalami perbaikan.
Pengobatan topikal
Obat yang dipakai untuk D.S ialah :
- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2 5% atau krim pragmatar
- Resorsin 1 3%
- Sulfur praesipitatum 4 20%, dapat digabung dengan asam salisil 3 6%
- Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison. Pada kasus dengan inflamasi yang
berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat,
asalkan jangan dipakai terlalu lama karena efek sampingnya
Obat-obatan tersebut sebaiknya dipakai dalam bentuk krim.
Prognosis
Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi,
penyakit ini agak sulit disembuhkan.
-Yang membedakan dari psoriasis yang utama ialah skuama pada daerah seboroik yang
berminyak dan berwarna kekuningan.
2.4.3.Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratrum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita.
Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur
ini mempunyai sifat mencerna keratin.

12

Dermatofitosis dibagi menjadi dermatomikosis, trimikosis, dan onikomikosis


berdasarkan bagian tubuh yang terserang. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk :
1. tinea kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
2. tinea barbae : dermatofitosis pada dagu dan jenggot
3. tinea kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
4. tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan.
5. tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.
6. tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea
di atas.
Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus yaitu :
1. tinea imbrikata : dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan
disebabkan Trichophyton concentricum.
2. tinea favosa : dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichophyton schoenleini,
secara klinis berbau seperti tikus (mousy odor).
3. tinea fasialis, tinea aksilaris : dermatofitosis yang predileksi sesuai namanya.
4. tinea sirsinata, arkuata : dermatofitosis yang namanya sesuai bentuk morfologinya.
Diagnosis lab untuk menentukan dermatofitosis ialah dengan menggunakan kerokan
kulit lesi pasien kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH, tunggu 15-20 menit untuk
proses melarutkan jaringan. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat
warna pada sediaan KOH, misalnya tinta parker super-chroom blue black. Pada sediaan kulit
dan kuku yang terlihat adalah hifa. Sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan
bercabang, maupun spora berderet (artrospora). Diagnosis bisa juga dengan menggunakan
media pembiakan yaitu agar dekstrosa Sabouraud. Pada agar dapat ditambahkan antibiotik
(kloramfenikol) dan klorheksimid yang berguna untuk menghindari kontaminasi bakterial /
jamur.
Penatalaksanaan
13

Griseofulvin yang bersifat fungistatik dengan dosis 10-25 mg /KgBB, lama


pengobatan tergantung pada lokasi penyakit, penyebab, dan keadaan imunitas penderita.
Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif.
Ketokonazol yang bersifat fungistatik untuk kasus resiten griseofulvin, dosis 200mg /
hari selama 10 hari- 2minggu pada pagi hari setelah makan, namun obat ini hepatotoksik.
Sebagai pengganti ketokonazol yang heptotoksisk terutama untuk pengobatan lebih
dari 10 hari bisa diberikan itrakonazol, dengan dosis 2x 100-200mg /hari dalam kapsul selama
3 hari.
Prognosis
Prognosis yang dihasilkan adalah baik untuk dermatofitosis lokal setelah diberikan
obat-obatan.
- Yang membedakan dengan psoriasis yang utama ialah keluhan pada dermatofitosis gatal
sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
2.4.4.Sifilis stadium 2 / S II
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, sangat kronik
dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat
menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
Biasanya S II timbul setelah enam sampai delapan minggu sejak S I. Gejala berupa
anoreksia, turun berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, artralgia.
Gejala penting untuk membedakannya dengan berbagai penyakit kulit lainnya ialah
lesinya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata, juga terjadi pada telapak tangan
dan kaki.
Bentuk papul merupakan bentuk yang paling sering terlihat pada S II. Bentuknya
bulat, ada kalanya terdapat bersama-sama dengan roseola. Papul tersebut dapat berskuama
yang terdapat di pinggir (koleret) dan disebut papulo-skuamosa. Skuama dapat pula menutupi
permukaan papul sehingga mirip psoriasis, oleh karena itu dinamai psoriasiformis. Jika papulpapul tersebut menghilang dapat meninggalkan bercak-bercak hipopigmentasi dan disebut
leukoderma sifilitikum, yang akan menghilang perlahan-lahan.

14

Bentuk lain adalah kodilomata lata, terdiri atas paul-papul lentikular, permukaannya
datar, sebagian berkonfluensi, terletak pada daerah lipatan kulit; akibat gesekan antar-kulit
permukaannya menjadi erosif, eksudatif, sangat menular. Tempat predileksinya di lipat paha,
skrotum, vulva, perianal, di bawah mamme, dan antar jari kaki.
Untuk membedakan psoriasis dengan sifilis stadium II selain dilakukan anamnesis
mengenai sifilis bila ada. Menggunakan cairan lesi yang infeksius :
1.Menggunakan mikroskop lapangan gelap : untuk melihat pergerakan dan bentuk
yang khas dari Treponema, terutama Treponema pallidum.
2.Tes serologi : Tidak spesifik T.pallidum : tes VDRL, RPR, dan Wassermann
Spesifik T.palliduum : tes TPHA
Pengobatan
1.Penisilin G : terutama penisilin G benzatin dengan dosis 2.4 juta unit yang akan bertahan
dalam serum dua sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama. Namun kadang dengan
penisilin bisa timbul reaksi Jarish-Herxheimer, untuk itu harus dipersiapkan kortikosteroid,
contohnya prednison 20-40mg /hari.
2.Bagi alergi penisilin bisa menggunakan tetrasiklin 4x500 mg / hari, atau eritromisin 4x500
mg/ hari, atau doksisiklin 2x 100 mg /hari.

Prognosis
Pada stadium dini yang diberikan pengobatan prognosisnya adalah baik, namun bila tidak
diobati maka 1/4nya akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis
kardiovaskular, 9% pada pria dan 5% pada wanita akan mendapat neurosifilis, dan 23% akan
meninggal.
- Yang membedakan dengan psoriasis yang utama adalah, adanya coitus suspectus,
pembesaran kelenjar getah bening, dan tes serologi sifilis +.

15

2.5.Penatalaksanaan6
PASI (Psoriasis Area Severity Index)
Erythema
(0-4)

Desquamation
(0-4)

Desquamation
0-No
1-Small & Few
2-Small
3-Many
4-Big & Many

Infiltration
0-No
1-Slight
2-Moderate
3-Deep
4-Very Deep

Infiltration
(0-4)

Involvement
(0-4)

Head
Trunk
Upper Limbs
Lower Limbs
Erythema
0-No
1-Slight
2-Moderate
3-Severe
4-Very Severe
Area involvement
1= < 10%
2= 10-30%
3= 30-50%

4= 50-70%
5= 70-90%
6= 90-100%

PASI =
0,1 (Eh + Ih + Dh) Ah = 0,3 (Et +It +Dtt) Att + 0,2 (Eu + Iu + Du) Au + 0,4 (Ei + Ii + Dii) Aii
D=
E = erythema
I = Infiltration
Desquamation
A= Area
h = Head
t = trunk
u = upper
I = lower
extremities
extremities

Pengobatan psoriasis dapat dibagi menjadi 3 langkah :


1. langkah 1 : Terapi topikal
Untuk psoriasis ringan dengan PASI < 8 atau luas lesi < 10% permukaan tubuh.
2. langkah 2 : Fototerapi
Dipakai untuk psoriasis sedang sampai berat (PASI > 8); yang tidak respon terhadap
terapi topikal; psoriasis yang terlalu luas untuk terapi topikal.
3. langkah 3 : Terapi sistemik
Untuk psoriasis sedang sampai berat / artritis psoriatika berat. Juga dipakai untuk
psoriatika eritroderma / pustulosa.
Terapi topikal
1.Kortikosteroid
16

Merupakan obat topikal yang paling banyak diberikan oleh karena sangat efektif dan
tersedia dalam berbagai potensi dan formulasi disesuaikan dengan keadaan lesi. Dalam
pemilihan perlu diperhatikan : usia penderita, luas lesi, area lesi.
2.Tar
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat tar, yang mempunyai efek
antiradang. Menurut asalnya, preparat tar dibagi menjadi 3, yakni berasal dari :
- Fosil, misalnya iktiol
- Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
- Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens
Preparat tar yang berasal dari fosil, biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang
cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu, oleh karena itu, hanya kedua tar
tersebut yang akan dibicarakan. Tar dari batubara lebih efektif daripada tar yang berasal dari
kayu, sebaliknya, kemungkinan memberikan iritasi juga lebih besar.
Pada psoriasis yang telah menahun, lebih baik digunakan tar yang berasal dari
batubara, karena tar tersebut lebih efektif daripada tar yang berasal dari kayu dan pada
psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi lebih kecil.
Sebaliknya, pada psoriasis akut, dipilih ter yang terbuat dari kayu, karena jika dipakai
ter dari batubara, dikhawatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma.
Tar yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau kurang sedap
dan berwarna cokelat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis detergen tidak demikian.
Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5%, dmulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak
ada perbaikan, konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya penetrasinya harus
dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 5%.
3. Ditranol (antralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan pakaian.
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 0,8% dalam pasta, salep, atau krim. Lama
pemakaian hanya - jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam waktu
3 minggu.
Terapi Fototerapi
Seperti diketahui, sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga
dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis.
Cara terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi sayang, tidak dapat diukur dan
jika berlebihan malah akan memperhebat psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet
artificial, di antaranya, sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan
17

secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen dan disebut PUVA, atau bersama-sama
dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cahaya Goeckerman.
UVB juga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata, pustular, dan
eritroderma. Pada tipe plak dan gutata, dikombinasi dengan salep likuor karbonis detergens 5
7 % yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar, dicuci dahulu.
Dosis UVB pertama 12 23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsurangsur. Setiap kali dinaikkan 15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali.
Target pengobatan ialah pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index).
Hasil baik yang dicapai pada 73,3% kasus, terutama tipe plak.
Terapi Sistemik
1.Kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada eritroderma psoriasis dan psoriasis pustulosa
generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednisolon sehari, jika telah sembuh, dosis
diturunkan perlahan-lahan.

2.Metotreksat
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi
kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar.
Dosis 3 x 2,5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg.
Jika tidak tampak perbaikan, dosis dinaikkan menjadi 2,5 5 mg per minggu. Biasanya
dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak perbaikan. Cara lain adalah diberikan i.m. 7,5
25 mg dosis tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih banyak menimbulkan efek samping
daripada cara pertama. Jika penyakitnya telah terkontrol, dosis diturunkan atau masa interval
diperpanjang, kemudian dihentikan dan kembali ke terapi topikal.
3.Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Di antara penderita
Parkinson, yang menderita psoriasis, ada yang membaik psoriasisnya dengan pengobatan
levodopa. Menurut uji coba yang dilakukan, obat ini berhasil menyembuhkan kira-kira
sejumlah 40% kasus psoriasis. Dosisnya antara 2 x 250 mg 3 x 500 mg.
4.Retinoid
Digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obatan lain mengingat
efek sampingnya. Dapat pula digunakan untuk eritroderma psoriatika. Cara kerjanya belum
18

diketahui pasti. Pada psoriasis, obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal.
Dosisnya bervariasi; pada bulan pertama diberikan 1 mg/kgBB, jika belum terjadi
perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1 mg/kgBB.
5.Terapi Biologik7
Saat ini terapi biologik paling baik adalah dengan adalimumab yang bekerja dengan
menghambat pembentukan TNF-alpha yang menghambat inflamasi dan angiogenesis serta
proliferasi keratinosit.
2.6.Etiologi8
Etiologinya diperkirakan akibat autoimun. Pembentukan epidermis (turn over time)
dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal, lamanya adalah 27 hari.
Faktor pencetus eksaserbasi psoriasis plakat dibagi menjadi dua yaitu faktor lokal dan
faktor sistemik. Faktor lokal meliputi trauma, paparan sinar matahari, dan posisi anatomis.
Sedangkan faktor sistemik meliputi infeksi, HIV, obat, stress, alkohol, dan endokrin.
1.Trauma : semua jenis trauma dapat mempengaruhi perkembangan psoriasis plakat, baik
fisik, kimiawi, elektrik, bedah, infeksi dan peradangan. Bahkan garukan yang berlebihan
dapat memperberat atau mencetuskan psoriasis lokal. Bahkan dapat menyebabkan fenomena
kobner pada tempat trauma.
2.Paparan sinar matahari : Meningkatnya dosis paparan sinar matahari yang diterima kulit
akan meningkatkan tingkat keparahan penyakit.
3.Posisi anatomis : Posisi telungkup dapat memperberat penyakit ini.
4.Infeksi : Frekuensi dari infeksi sebagai pencetus psoriasis bervariasi dari 15% - 76%,
bahkan 54% anak mengalami eksaserbasi psoriasis pada interval 2-3 minggu sesudah infeksi
saluran napas atas. Psoriasis gutata sering mengikuti infeksi Streptococcus dan 56-85%
diawali dengan penyakit Streptococcus.
5.HIV : Pada HIV penderita psoriasis akan terjadi kekambuhan yang parah. Psoriasis sering
aktif pada infeksi HIV stadium lanjut. Penderita akan memberi gambaran klinis yang khusus,
yaitu lokal, menunjukkan gutata/plakat yang luas dan yang lain memberi gambaran dermatitis
psoriasiform yang difus.
19

6.Obat : terutama Beta adrenalgik blocker dapat menyebabkan eksaserbasi psoriasis. Lalu
juga dengan withdrawal effect dari kortikosteroid sistemik. ACE Inhibitor dan NSAID juga
berperan dalam eksaserbasi psoriasis.
7. Stress : Psoriasis akan semakin memburuk dengan adanya stress.
8. Alkohol : Alkohol dapat memperberat psoriasis, lalu juga menyebabkan turunnya tingkat
kepatuhan penderita dalam berobat, serta menimbulkan kelainan psikologis.
9. Endokrin : Angka kesakitan psoriasis pada pubertas dan menopause tinggi. Namun pada
kehamilan dilaporkan bahwa psoriasis mengalami perbaikan, tetapi setelah melahirkan
penyakit memburuk. Sering didapatkan kekambuhan pada saat premenstruasi.
10.Faktor genetik : ada kemungkinan psoriasis diwariskan secara poligenik, dan anak dari
penderita psoriasis memiliki kemungkinan menderita psoriasis lebih besar.
2.7.Patofisiologi9
Psoriasis merupakan penyakit kompleks dan multifactorial yang terkait dengan genetik
dan komponen imunologi, hal ini didukung dengan kesuksesan pengobatan psoriasis dengan
imunologi, dan agen biologis. Patogenesis dari psoriasis belum diketahui. Banyak teori
berkembang seperti akibat trauma, stress. Namun begitu muncul, terdapat unsur leukosit pada
dermis dan epidermis yang mengakibatkan pada plak psoriasis.
Secara spesifik, epidermis di infiltrasi oleh sejumlah besar dari T sel,yang dapat
mencetuskan proliferasi kertinosit. Hal ini didukung oleh pemeriksaan histologi dan
imunokimiawi dari plak psoriasis yang memperlihatkan populasi besar dari T sel pada lesi
psoriasis. Laporan mengatakan bahwa pasien dengan lesi psoriasis sebesar 20% dari
permukaan tubuh memiliki 8 milyar T sel dalam darahnya, bila dibandingkan, terdapat 20
milyar T sel dalam dermis dan epidermis dari plak psoriasis.
Studi lain memperlihatkan hiperaktivitas T sel dan mediator proinflamasi (IL-17/23)
memiliki peran besar dalam patogenitas psoriasis.
Temuan-temuan utama dalam kulit pada pasien dengan psoriasis, termasuk
pembengkakan pembuluh darah akibat pelebaran pembuluh darah superfisial dan siklus sel
epidermis berubah. Hiperplasia epidermal, yang mengarah ke tingkat aselerasi pergantian sel
(dari 23 hari ke 3-5 hari), menyebabkan maturasi sel yang tidak seharusnya.
20

Sel

yang

biasanya

kehilangan

inti

mereka

dalam

stratum

granulosum

mempertahankan inti mereka, kondisi ini dikenal sebagai parakeratosis. Sebagai tembahan
dari parakeratosis, sel-sel epidermis yang terpengaruh gagal untuk melepaskan tingkat lipid
yang adekuat, yang normalnya untuk pengeras adhesi dari korneosit. Selanjutnya,
terbentuklah stratum korneum yang buruk yang mengarah pada kulit dan skuama pada lesi
psoriasis, yang sering dilihat sebagai squama keperakan.
2.8.Epidemiologi5
.

Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan

kematian, namun menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa


perjalanannya menahun dan residif.
Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di
Eropa dilaporkan sebanyak 3-7% kasus, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%.
Pada bangsa kulit hitam, misalnya di Afrik, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di
Amerika.
Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua
usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.
2.9.Komplikasi10
Menurut studi tersebut, penderita psoriasis yang sangat parah mengalami peningkatan
insiden sejumlah penyakit yang lebih berbahaya. Misaln yasaja, artritis psoriasis, penyakit
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, kanker, dan depresi, obesitas, dan bahkan kondisi lain
yang

terkait

sistem

imun,

semisal

Crohn's

disease.

Oleh

karena

itu,

peneliti

merekomendasikan pasien psoriasis memperoleh pemeriksaan lengkap dan teratur. Mereka


juga diminta memperbaiki kesehatan fisik dan mental sambil menghindari tindakan yang
meningkatkan risiko, semisal merokok, paparan dengan sinar matahari yang berlebihan, dan
makan yang berlebih-lebihan.
Sebenarnya, psoriasis telah lama terkait dengan peningkatan faktor risiko penyakit
kardiovaskuler, seperti obesitas dan merokok. Namun hal tersebut lebih dipertimbangkan
sebagai efek beban psikososial psoriasis. Dan dua studi terkini telah merubah pemikiran
tersebut. Studi tersebut menunjukkan, pasien psoriasis tetap mengalami peningkatan risiko
jantung dan sirkulasi, meskipun faktor risiko kardiovaskuler utama telah dikontrol. Akhirn
21

yastudi ini berkesimpulan bahwa psoriasis itu sendiri dipertimbangkan sebagai faktor risiko
berkembangnya aterosklerosis dan infark miokard.
Menurut Alexa B. Kimball, associate professor of dermatology dari Harvard Medical
School yang mengomandoi studi tersebut, psoriasis telah lama dikenal sebagai penyebab
stress emosional pada pasien. Psoriasis juga dikaitkan dengan meningkatnya insiden
gangguan mood. Satu studi memperkirakan bahwa 24% pasien psoriasis mengalami depresi.
Beberapa studi juga menumukan ada peningkatan risiko kanker tertentu pada pasien psoriasis,
semisal limfoma dan sejenis kanker kulit yang disebut squamous cell carcinoma. Beberapa
dari kanker tersebut diduga timbul karena penggunaan obat spesifik psoriasis yang menekan
system imun
2.10.Prognosis5
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif.
Namun secara keseluruhan bila ditangani dengan baik, pronosisnya adalah baik.
2.11.Pencegahan11
Tidak ada cara untuk mencegah psoriasis. Namun, ada beberapa tips yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki gejala atau membantu mengurangi jumlah psoriasis flare-up, yaitu :
-

Mempertahankan kelembapan kulit dan dilumasi.

Hindari dingin dengan menggunakan baju/jaket hangat, waspada pada iklim


kering.

Hindari menggaruk luka/lesi kulit, mengambil kulit dan luka kulit (luka atau
goresan). Termasuk cedera kuku atau kulit terdekat saat memangkas kuku.

Hindari stres dan kecemasan.

Hindari infeksi.

Cobalah untuk menghindari obat tertentu. Beberapa, termasuk beta-blocker (obatobatan untuk jantung) dan lithium, dapat memperburuk gejala psoriasis.

Hindari minuman yang mengandung alkohol.

Kurangi merokok/berhenti merokok


22

BAB III. PENUTUP


3.1.Kesimpulan
Dari hasil yang didapat pada Bab II, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang
disepakati, yaitu bercak merah bersisik tebal seperti mika pada dada, perut, punggung,
pinggang, kedua tungkai atas dan bawah yang terasa gatal sejak 4 minggu yang lalu
merupakan gejala dari psoriasis adalah benar.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Mika.

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

[Online].

Diunduh

dari

http://kamusbahasaindonesia.org/mika, 27 April 2011.


2. Mika. Wikipedia. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mika, 27 April 2011.
3. Fitzpatrick TB, Polano MK, Suurmond D. Color atlas and synopsis of clinical
dermatology.USA: Mc Graw Hill, 1983.p.46.
4. Meffert J, OConnor RE. Psoriasis workup : Lab Studies. 22 April 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-workup#aw2aab6b5b2aa, 26 April 2011.
5. Djuanda et al. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.Edisi 6.Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.hlm.189-95.
6. Wulansari D, Harijati E, Harun ES. Pengobatan psoriasis. Berkala Ilmu Penyakit Kulit &
Kelamin 2005 Aug;17(2):129-39.
7. Miller G. Adalimumab show moderate promise for difficult psoriasis. 20 Decemberl 2010.
Diunduh dari http://www.medscape.com/viewarticle/735092, 26 April 2011.
8. Yusuf A, Pohan SS. Etiopatogenesis psoriasis. Berkala Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
2005 Apr;17(1):76-81.
9. Meffert J, OConnor RE. Psoriasis workup : Pathophysiology. 22 April 2011. Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview#a0104, 26 April 2011.
10. Kilas.Komplikasi lebih serius dari psoriasis.2008 Jun[diunduh 26 April
2011];7(11):10.Diunduh

dari

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?

IDNews=790

24

11. Psoriasis-Prevention.

2009

Dec

10[diunduh

26

April

2011].Diunduh

http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/psoriasis/psoriasis-prevention.

25

dari

Anda mungkin juga menyukai