Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI KIMIA ORGANIK 1

DISTILASI CAMPURAN

Oleh :
Wira Wanti Bangalino / 652012026
Christine Handayani / 652013011
Theresia Cisilya / 652013037
Injilia Mikha / 652013039

Program Studi Kimia


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
Nama / NIM

: Wira wanti bangalino / 652012026

Kelompok
Tanggal Praktikum
JUDUL

Christine handayani / 652013011


Theresia Cisilya / 652013037
Injilia Mikha / 652013039
: B ( kamis, 12-16 )
: 5 Juni 2014

: Destilasi Campuran

TUJUAN

Menentukan larutan yang dicampur bersifat azeotrop atau tidak


Menghitung perbandingan komponen komponen azeotrop
Menghitung jumlah komponen distilat yang menetes
Menentukan yield dari campuran larutan

DATA FISIK
BP ( C )
Diclormetan + Etanol

Aseton +
Hexan

40, 1
78,5
56,2
69,0

BP azeotrop ( C )
< 39,9

49,8

% Komposisi ( % )
> 95,0
< 5,0
59,0
41,0

ALAT DAN BAHAN


1. Alat:
2. BAHAN:
1. Air

4. 15 ml Aseton

2. 15 ml CH2Cl2

5. 15 ml Hexan

3. 15 ml C2H5OH

6. Batu didih

CARA KERJA
1.

Dirangkai 1 set alat distilasi seperti gambar berikut:

2.

Diperiksa rangkaian dan aliran air apakah terjadi kebocoran atau tidak

3.
4.

Diisi beaker glass dengan air secukupnya(seperempat beaker glass)


Diambil 15 ml CH2Cl2 dan 15 ml C2H5OH juga 1 buah batu didih, dan dimasukkan ke dalam kolf
(kolf dibilas terlebih dahulu dengan C2H5OH)
5. Dipanaskan sample yang terdapat dalam kolf dan waterbath dengan menggunakan bunsen sampai
sample mulai mendidih
6. Diukur suhu pada sample dan waterbath ketika sample mulai mendidih
7. Ditampung distilat dalam erlenmeyer dan distilasi dihentikan sampai distilat berhenti menetes(untuk
hasil
azeotrop
terdapat
pada
suhu
63
C)
sementara pada hasil untuk C2H5OH mnetes pada suhu 69 C)
8. Diukur volume distilat yang berada di erlenmeyer dengan gelas ukur(untuk kedua hasil)
9. Dihitung %Yield dari masing-masing data tersebut
10. Diulangi Langkah 1 hingga langkah 9 dengan mengganti sample dari 15 ml Aseton dan 15 ml
Dichlormetan menjadi 15 ml CH2Cl2 dan 15 ml C2H5O

HASIL PENGAMATAN

Sample I : 15 ml CH2Cl2 + 15 ml C2H5OH


Distilat I

Distilat II

Suhu sample saat distilat I menetes : 63C

Suhu sample saat distilat II menetes : 69C

Suhu waterbath saat distilat I menetes : 78C

Suhu waterbath saat distilat II menetes : 84C

Sample II : 15 ml Aseton + 15 ml Hexan


Distilat I

Distilat II

Suhu sample saat distilat I menetes : 38 C

Suhu sample saat distilat II menetes : 41 C

Suhu waterbath saat distilat I menetes : 51 C

Suhu waterbath saat distilat II menetes : 73


C

Diketahui :
azeotrop : awal = 30 ml
Perhitungan Yield Sample I
% Yield Distilat I
% Yield =

hasildistilat
100 %
volumeawal

% Yield Distilat II
% Yield =

hasildistilat
100 %
volumeawal

21,3ml
100 %
30ml
= 71 %
=

2,6ml
100 %
15ml
= 17,3 % etanol
=

Perhitungan Yield Sample II


% Yield Distilat I
hasildistilat
100 %
volumeawal
23,7 ml
100 %
=
30ml
= 79 %

% Yield =

% Yield Distilat II
hasildistilat
100 %
volumeawal
0,2ml
100 %
=
15ml
= 1,3 % heksana

% Yield =

PEMBAHASAN
Destilasi campuran adalah cara yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam suatu
campuran berdasarkan kemudahannya menguap (berdasarkan perbedaaan titik didihnya). Pada destilasi
campuran, proses pendidihan dan kondensasi dilakukan berulang-ulang secara berurutan hingga diperoleh
destilat yang diinginkan. Setelah destilat pertama keluar maka proses pendidihan dan kondensasi dilakukan
lagi untuk mendapatkan destilat kedua dan seterusnya.
Prinsip kerja pada destilasi campuran tidak jauh berbeda dengan distilasi tunggal, hanya saja
pembedanya adalah bahan yang akan didistilasi. Pada distilasi campuran, bahan yang akan dipisahkan
adalah campuran azeotrop. Azeotrop adalah suatu campuran yang mempunyai titik didih yang konstan
sehingga tidak dapat dipisahkan, karena pada titik tertentu akan menguap bersama-sama. Dalam hal ini,
praktikum distilasi campuran bukan untuk memisahkan azeotropnya, karena azeotrop tidak dapat
dipisahkan dengan proses distilasi biasa.
Pada proses distilasi campuran digunakan bahan campuran sebanyak 15 ml dichloromethane
(CH2Cl2) + 15 ml etanol (C2H5OH) dengan menambah batu didih pada labu. Batu didih digunakan sebagai
penyebar/pemerata pemanasan dalam labu didih yang berisi bahan karena batu didih memiliki pori-pori
yang begitu banyak, sehingga pemanasan tidak terjadi pada satu titik saja tetapi ke segala arah pada labu
didih.
1. Destilasi campuran dichloromethane (CH2Cl2) dan etanol (C2H5OH)
Destilasi campuran yang pertama yaitu antara dichlrometan dan etanol yang membentuk azeotrop
pada komposisi dichlorometan 95 % dan etanol 5 %. Dengan kata lain perbandingan komposisi
dichlorometan dengan etanol dalam campuran adalah 19:1. Saat pencampuran 15 ml dichlorometan, hanya
akan dibutuhkan 0.8 ml (15/19) etanol dari 15 ml etanol keseluruhan untuk membentuk azeotroph,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam destilasi campuran antara etanol dan diklorometan menghasilkan
dua destilat, yaitu azeotroph ( sebagai destilat 1) dan etanol (sebagai destilat 2). Dichlorometan tidak
termasuk destilat yang dihasilkan karena pada pembentukan azeotroph, dichlorometan sudah habis
digunakan.
Perbandingan Azeotrop Diklormetan : Etanol = 95% : 5%
= 19 : 1

= 19 / 1,27 : 1/ 1,27
= 15 : 0,79
mL azeotrop yang didapat

= (15 + 0,79) mL = 15,79 mL

Dari perhitungan di atas (secara teoritis), seharusnya didapat 15,79 mL Azeotrop sebagai distilat I
dan sisanya adalah etanol sebanyak 14,21 ml sebagai distilat II. Namun, dari hasil percobaan yang
didapatkan adalah hanya 21,3 ml (%yield = 71%) azeotrop sebagai distilat I dan 2,6 ml (%yield = 17,3%)
hexan sebagai distilat II.
Destilat I tepat mulai menetes yang tertampung pada labu Erlenmeyer pada suhu 63C dan suhu
pada waterbath adalah 78C. Seharusnya suhu larutan saat destilat mulai menetes adalah 39,9C (titik didih
campuran dichlormetan dan etanol). Perbedaan suhu ini dapat dipengaruhi oleh tekanan dan suhu
laboratorium saat melakukan percobaan dan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan suhu adalah kurang diperhatikannya suhu waterbath pada saat destilat mulai menetes. Faktor
lain yang mempengaruhi hasil distilat pertama tidak maksimal bukan karena kurang efisien/efektifnya
metode yang digunakan, melainkan kekurangtelitian praktikan dalam melakukan percobaan sehingga
menyebabkan azeotrop yang terdestilasi beberapa sudah menguap karena volume destilasi yang didapat
tidak langsung diukur.
Ketika suhu larutan mencapai 69oC dan suhu pada waterbath mencapai 84 oC , destilat II tepat
mulai menetes yang kemudian ditampung pada erlenmeyer. Hasil distilasi berupa Etanol (sisa dari Etanol
yang bercampur dengan diklormetan yang membentuk Azeotrope). Seharusnya suhu larutan saat destilat
mulai menetes adalah 78,5 C (titik didih etanol). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Perbedaan tekanan dan suhu laboratorium saat melakukan percobaan
2. Kurang diperhatikannya suhu waterbath pada saat destilat mulai menetes.
3.

Terjadi penguapan yang tidak dikehendaki atau terjadi penguapan yang tidak terlihat oleh
praktikan, ada sisa-sisa cairan di dalam kondensor, dan belum semua cairan menetes.

2. Destilasi campuran aseton (CH3COCH3) dan heksana (CH3(CH2)4CH3)


Destilasi campuran yang kedua yaitu antara aseton (CH 3COCH3) dan heksana (CH3(CH2)4CH3)
yang membentuk azeotrop pada komposisi aseton 59% dan heksana 41%. Dengan kata lain perbandingan
komposisi aseton dan heksana dalam campuran adalah 1,44 : 1. Destilasi campuran antara aseton dan
heksana menghasilkan dua destilat, yaitu azeotroph ( sebagai destilat 1) dan heksana (sebagai destilat 2).
Perbandingan Azeotrop Aseton : Hexan

= 59% : 41%
= 1,44 : 1
= 1,44 / 0,096 : 1/ 0,096
= 15 : 10,42

mL azeotrop yang didapat

= (15 + 10,42) mL = 25,42 mL

Dari perhitungan di atas (secara teoritis), seharusnya didapat 25,42mL Azeotrop sebagai distilat I
dan sisa Hekana sebanyak 4,58 mL sebagai distilat II. Namun, dari hasil percobaan didapatkan 23,7 ml
(%yield = 79%) azeotrop sebagai distilat I dan 0,2 ml (%yield = 1,3%) hekana sebagai distilat II.
Dari percobaan didapat %yield destilat I adalah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa metode distilasi
yang dilakukan sudah benar, hanya saja dimungkinkan masih tersisa cairan yang belum menetes ke dalam
Erlenmeyer, atau terjadi penguapan yang tidak disadari oleh praktikan selama percobaan. Destilat I tepat
mulai menetes yang tertampung pada labu Erlenmeyer pada suhu 38C dan suhu pada waterbath adalah
51C. Seharusnya suhu larutan saat destilat mulai menetes adalah 49,8C (titik didih campuran aseton dan
heksana). Sama halnya seperti percobaan pada destilasi campuran antara diklorometana dengan etanol.
Pengaruh tekanan dan suhu laboratorium saat melakukan percobaan dan kemungkinan lain yang dapat
menyebabkan terjadinya perbedaan suhu titik didih cairan juga faktor-faktor lain seperti kurang
diperhatikannya suhu waterbath pada saat destilat mulai menetes. kekurangtelitian praktikan dalam
melakukan percobaan sehingga menyebabkan azeotrop yang terdestilasi beberapa sudah menguap karena
volume destilasi yang didapat tidak langsung diukur.
Ketika suhu larutan mencapai 41oC dan suhu pada waterbath mencapai 73 oC , destilat II tepat
mulai menetes yang kemudian ditampung pada erlenmeyer. Hasil distilasi berupa heksana (sisa dari
campuran aseton dan heksana yang membentuk Azeotrope). Seharusnya suhu larutan saat destilat mulai
menetes adalah 69 C (titik didih heksana). Namun karena factor-faktor seperti perbedaan tekanan dan suhu
di dalam laboratorium, kekurangtaelitian praktika dalam melakukan percobaan, ada beberapa heksana yang
dudah menguap, dll yang menyebabkan perbedaan suhu saat destilat pertama mulai menetes. Dari
percobaan didapat destilat II (Heksan) hanya menghasilkan 0,2 ml dengan %yield = 1,3%. Yield yang
didapatkan sangat kecil karena pada pemanasan banyak Heksana yang menguap karena sifat Heksana yang
mudah sekali menguap sehingga dimungkinkan bahwa Heksana sudah tercampur bersama azeotrop yang
sudah menguap. Hal ini kemungkinan juga dapat dipengaruhi oleh selisih titik didih antara Heksana dan
azeotrop yang tidak terlalu besar sehingga azeotrop yang seharusnya sudah berhenti menetes sebagai
distilat I di saat yang bersamaan Heksana juga sudah ikut menguap. Pada saat yang seharusnya Heksana
baru mulai menetes sebagai distilat II, campuran di dalam kolf sudah habis menguap terlebih dahulu
bersama azeotrop.

JAWAB PERTANYAAN
Jelaskan pengeretian steam destilasi dan berikan contoh serta cara kerjanya!
Jawab:
Distilasi uap adalah suatu teknik pemurnian yang digunakan untuk menyaring suatu campuran dari
zat-zat tidak bercampur. Distilasi uap ialah tipe khusus atau spesial dari sebuah distilasi (proses pemisahan)
untuk suatu bahan yang sensitif terhadap suhu seperti senyawa aromatik yang terdapat didalam minyak
atsiri. Destilsi uap ini dibuat karena terdapatnya masalah dari beberapa senyawa yang terkadang rusak atau
molekul molekulnya pecah saat pemanasan dengan suhu tinggi. Dari hal itulah distilasi secara normal tidak
lagi memungkinkan digunakan, apalagi untuk bahan bahan yang sensitif terhadap suhu yang tinggi,
sehingga digunakanlah uap sebagai salah satu alat pendistilasi.Dengan adanya penambahan uap atau air ini,
banyak molekul molekul yang mendidih dibawah suhu normalnya, dan ini memberikan keuntungan karena
memudahkan mendapatkan molekul molekul tersebut. Dengan menambahkan air atau uap, titik didih
senyawa mengalami depresi, sehingga mereka dapat menguap pada temperatur yang lebih rendah, lebih
baik di bawah temperatur di mana kerusakan molekul menjadi cukup besar.

Prinsip kerja Distilasi Uap adalah ketika campuran dari dua partikel tidak bercampur, cairan ini lalu
dipanaskan untuk mengekspose atau meningkatkan permukaan kedua partikel ini ke fase uap. Setiap
partikel ini akan mendapatkan tekanan uapnya masing masing sebagai fungsi temperatur seolah-olah
partikel lainnya tidak hadir. Akibatnya, tekanan uap dari seluruh sistem meningkat. Campuran tersebut akan
mendidih kira kira ketika jumlah dari tekanan parsial dari campuran dua partikel ini melebihi tekanan
atmosfer (kira-kira 101 kPa pada permukaan laut). Dengan cara ini, banyak senyawa organik yang larut
dalam air dapat dimurnikan pada suhu di bawah titik di mana terjadinya kerusakan.

Proses destilasi uap sebenarnya bertumpu pada 3 komponen utamanya yaitu retort , kondensor dan
pemisah.
Cara kerja destilasi uap:
1. Susunlah alat-alat yang akan digunakan untuk destilasi uap.
2. Gunakan labu dasar rata 1 liter sebagai pembangkit uap dan labu dasar bulat 250 mL sebagai labu
destilasi serta pendingin air (pendingin Leibig) yang panjangnya 60-70 cm. Check dengan teliti,
semua alat harus tertutup dan berhubungan dengan erat.
3. Masukan zat sampel ke dalam labu 250 mL. Panaskan labu pembangkit uap secara perlahan-lahan
sampai mendidih kemudian gunakan api yang besar sehingga uapnya masuk ke dalam labu yang
mengandung zat sampel.
4. Hentikan destilasi jika semua zat sampel telah terpisah dan tertampung dalam labu erlenmeyer
sebagai penampung destilat. Masukan destilat ke dalam corong pisah, selanjutnya pisahkan zat
sampel dari cairan pengotornya.
Aplikasi penerapan steam destilation (destilasi uap):
Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di dalam air yang berasal
dari tanaman.
1. Minyak atsiri dari jahe
Dalam proses pengolahan jahe agar menghasilkan minyak atsiri, diawali dengan
memisahkan rimpang jahe dari jaringan tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan
tanaman dipanasi dengan air atau uap air. Lalu minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama
uap air yang terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan.Campuran uap air dan

minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif rendah. Hasil kondensasi
berupa campuran air dan minyak atsiri inilah yang sangat mudah dipisahkan karena kedua bahan
tidak dapat saling melarutkan.Dalam metode penyulingan, kandungan minyak atsiri dalam sebuah
rimpang jahe, kurang lebih sebesar satu hingga tiga persen. Ada beberapa teknik penyulingan
minyak atsiri pada rimpang jahe yang dapat dilakukan, yaitu; metode perebusan. Bahan baku
dalam hal ini rimpang jahe direbus di dalam air mendidih. Minyak atsiri akan menguap bersama
uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk
metode ini disebut alat suling perebus.Setelah perebusan, dilanjutkan dengan metode pengukusan.
Rimpang jahe (bahan baku) dikukus di dalam ketel yang konstruksinya hampir sama dengan
dandang. Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor
untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut suling pengukus. Kemudian
metode uap langsung, dimana bahan baku (rimpang jahe) dialiri dengan uap yang berasal dari ketel
pembangkit uap. Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke
kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling uap
langsung.Pada umumnya yang dilakukan oleh kebanyakan petani, adalah metode pengukusan
karena mutu produk cukup baik, proses cukup efisien, dan harga alat tidak terlalu mahal,
sedangkan untuk untuk skala besar, metode uap langsung yang paling baik karena paling efisien
dibanding cara lainnya.Bahan yang diperlukan dalam proses produksi minyak atsiri jahe, yakni
rimpang jahe, air serta kertas saring berlapis magnesium karbonat.Sedangkan peralatan yang
diperlukan dalam pengolahan rimpang jahe menjadi minyak atsiri jahe, dibutuhkan seperti alat
suling pengukus. Alat ini digunakan untuk menyuling minyak atsiri dengan metode pengukusan.
Lalu ketel suling, pengembun uap (kondensor) serta penampung hasil pengembunan dan botol kaca
berwarna gelap, atau jerigen plastik kualitas tinggi. Setelah bahan baku (jahe) siap, dilakukan
persiapan alat, dengan terlebih dahulu membersihkan bagian dalam ketel. Setelah itu, ketel diisi
dengan air bersih, dengan permukaan air berada 3-5 cm di bawah plat berpori yang menjadi alas
irisan jahe. Air yang paling baik diisikan adalah air hujan, karena air ini tidak akan menimbulkan
endapan atau kerak pada dinding dalam ketel.Saat pengisian bahan ke dalam ketel, rimpang jahe
yang sudah dirajang, dimasukan ke dalam ketel. Bahan disusun dengan formasi seragam dan
mempunyai cukup rongga untuk penetrasi uap secara merata ke dalam tumpukan bahan. Perlu
diperhatikan, tumpukan bahan yang terlalu padat dapat menyebabkan terbentuk rat holes, yaitu
suatu jalur uap yang tidak banyak kontak dengan bahan yang disuling. Tentu saja hal ini
menyebabkan rendemen dan mutu minyak akan rendah. Lalu tutup ketel dengan rapat sehingga
tidak ada celah sekecil apapun yang memungkinkan uap lolos dari celah tersebut.Proses
penyulingan ini dilakukan selama kurang lebih 16-30 jam. Minyak jahe yang baik berwarna kuning
kecoklat-coklatan. Dari hasil proses penyulingan tersebut, minyak jahe yang diperoleh masih
mengandung sejumlah kecil air. Kandungan air ini dapat dikurangi dengan cara menyaring minyak
melalui kertas saring berlapis magnesium karbonat.Untuk memperoleh minyak atsiri jahe dengan
kandungan air yang rendah, minyak atsiri jahe harus disentrifusi dengan kecepatan tinggi atau
disaring dengan penyaring mekanis. Minyak atsiri yang diperoleh selanjutnya disimpan dalam
botol kaca yang berwarna gelap dan kering. Botol ini harus ditutup rapat. Setelah melalui proses
pengemasan dan pelabelan, minyak atsiri jahe siap dipasarkan kepada konsumen.Sebelum
dilakukan poses pengolahan rimpang jahe, perlu dilakukan beberapa persiapan, yaitu; rimpang jahe
dicuci sampai bersih, kemudian dipotong kecil-kecil (dirajang) dengan ketebalan berkisar antara 2
sampai 4 mm. Atau rimpang jahe dapat juga digeprak (dipukul sampai memar dan pecah, tapi tidak
sampai hancur). Tahap pembersihan ini jahe yang akan disuling tidak perlu dikuliti karena
pengulitan akan menurunkan rendeman minyak atsiri jahe. Ukuran potongan (rimpang) harus
diusahakan seseragam mungkin. Ukuran yang tidak seragam akan meyulitkan penyusunan bahan di
dalam ketel secara baik.

2. Minyak atsiri dari bunga melati


Minyak bunga melati dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan sistem enfleurasi
(lemak dingin). Dengan cara ini, rendemen yang dihasilkan cukup tinggi dan tingkat kewangian
yang tinggi, namun biaya produksinya cukup mahal, sehingga jarang dipergunakan. Cara ekstraksi
lainnya adalah dengan mempergunakan pelarut menguap (solvent extraction). Minyak melati yang
baru diekstrak berwarna coklat kemerahan, dan mempunyai bau khas minyak melati. Absolute
melati bersifat lengket, jernih, berwarna kuning coklat dan mempunyai bau harum. Apabila
mengadsorbsi udara, minyak berubah baunya, lebih kental, dan akhirnya membentuk resin.
3. Minyak atsiri dari adas
Minyak adas secara komersil dihasilkan dengan cara penyulingan buah (biji) adas
menggunakan sistem penyulingan uap. Rendemennya sekitar 1-6%. Penyulingan sebaiknya
langsung dilakukan setelah biji dipanen. Selama proses penyulingan, harus dijaga agar suhu
kondensor agak tinggi, untuk mencegah pembekuan minyak dalam tabung kondensor.
KESIMPULAN
1. Hasil dari destilasi campuran berupa azeotrop dan sampel.
a. Campuran antara dichloromethane (CH2Cl2) dan etanol (C2H5OH) menghasilkan azeotrop dan
etanol.
b. Campuran antara aseton CH3COCH3) dan heksana (CH3(CH2)4CH3) menghasilkan azeotrop dan
heksana.
Azeotropik tidak dapat dipisahkan secara distilasi karena pada titik tertentu akan menguap bersamasama.
2. Perbandingan Azeotrop Diklormetan : Etanol = 95% : 5%
= 19 : 1
= 19 / 1,27 : 1/ 1,27
= 15 : 0,79

Perbandingan Azeotrop Aseton : Hexan

= 59% : 41%
= 1,44 : 1
= 1,44 / 0,096 : 1/ 0,096
= 15 : 10,42

3.

Destilasi campuran antara dichloromethane (CH 2Cl2) dan etanol (C2H5OH) menghasilkan 21,3 ml
azeotrop dan 2,6 ml etanol.
Destilasi campuran antara etanol (CH 3COCH3) dan heksana (CH3(CH2)4CH3) menghasilkan 23,7ml
azeotrop dan 0.2 ml heksana.

4.

Yield masing-masing larutan:

a. Yield campuran antara dichloromethane (CH2Cl2) dan etanol (C2H5OH):


hasildisti lat
100 %
% Yield Distilat I : % Yield =
volumeawal
21,3ml
100 % = 71 %
=
30ml
hasildistilat
100 %
% Yield Distilat II : % Yield =
volumeawal
2,6ml
100 % = 17,3 % etanol
=
15ml
b.

Yield campuran antara etanol (CH3COCH3) dan heksana (CH3(CH2)4CH3):


% Yield Distilat I : % Yield =

hasildistilat
100 %
volumeawal
23,7 ml
100 % = 79 %
30 ml

% Yield Distilat II : % Yield =

hasildisti lat
100 %
volumeawal
0,2ml
100 % = 1,3 % heksana
15ml

DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjipto, Hartati, Dra. M.Sc. 2007. Petunjuk Praktikum Kimia Organik 1. Salatiga : FSM-UKSW
2. http://kamusq.blogspot.com/2012/04/destilasi-uap-jenis-jenis-distilasi.html
3. http://putrakolut.blogspot.com/2012/10/pengolahan-minyak-cengkeh_23.html
4. http://diahindahpratiwi.blogspot.com/2013/06/artikel-minyak-atsiri.html
5. http://lembarabangbayu.blogspot.com/2010/02/distilasi-uap-steam-distilation.html

Anda mungkin juga menyukai