Anda di halaman 1dari 10

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan

berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam
agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba
serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dapat
dijamin oleh sistem perbankan konvensional. Sejarah perbankan syariah pertama kali muncul
di mesir pada tahun 1963. Sedangkan di Indonesia sendiri perbankan syariah baru lahir pada
tahun 1991 dan secara resmi dioperasikan tahun 1992. Berbagai prinsip perbankan syariah
telah diterapkan dengan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai
dengan syariah. Adapun jenis produk atau jasa perbankan syariah adalah jasa untuk
peminjam dana dan jasa untuk penyimpan dana.

Sejarah
Perbankan
Syariah
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena
adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan
fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank
simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963.
Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep
serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar
berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk
partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.

Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan
diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan
rujukan kepada agama maupun syariat islam.
Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negaranegara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut
adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek
pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan
profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada
syariah islam.
Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di
Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan
(1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia AsiaPasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di
Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu
mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.

Sejarah
Perbankan
Syariah
di
Indonesia
Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim membuat negara ini menjadi pasar
terbesar di dunia bagi perbankan syariah. Besarnya populasi muslim itu memberikan ruang yang
cukup lebar bagi perkembangan bank syariah di Indonesia.
Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi secara resmi tahun
1992. Padahal, pemikiran mengenai hal ini sudah terjadi sejak dasawarsa 1970-an. Menurut
Dawam Raharjo, saat memberikan Kata Pengantar buku Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan
penghalangnya adalah faktor politik, yaitu bahwa pendirian bank Islam dianggap sebagai bagian
dari cita-cita mendirikan Negara Islam (baca buku Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan
karya Adiwarman Karim IIIT Indonesia, 2003).
Namun, sejak 2000-an, setelah terbukti keunggulan bank syariah (bank Islam) dibandingkan
bank konvensional antara lain, Bank Muamalat tidak memerlukan suntikan dana, ketika bankbank konvensional menjerit minta Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) ratusan triliunan
akibat negative spread bank-bank syariah pun bermunculan di Indonesia.
Hingga akhir Desember 2006, di Indonesia terdapat tiga Bank Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit
Usaha Syariah (UUS).
Fungsi-fungsi bank sudah dipraktikkan oleh para sahabat di zaman Nabi SAW, yakni menerima
simpanan uang, memberikan pembiayaan, dan jasa transfer uang. Namun, biasanya satu orang
hanya melakukan satu fungsi saja. Baru kemudian, di zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi
perbankan dilakukan oleh satu individu.
Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia
pada pertengahan tahun 1940-an, namun usaha tersebut tidak berhasil. Berikutnya, eksperimen
dilakukan di Pakistan pada akhir 1950-an.
Namun, eksperimen pendirian bank syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern
dilakukan di Mesir pada 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank. Kesuksesan
Mit Ghamr memberi inspirasi bagi umat Muslim di seluruh dunia, sehingga muncul kesadaran
bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat diaplikasi dalam bisnis modern.
Salah satu tonggak perkembangan perbankan Islam adalah didirikannya Islamic Development
Bank (IDB, atau Bank Pembangunan Islam) pada tahun 1975, yang berpusat di Jeddah. Bank
pembangunan yang menyerupai Bank Dunia (World Bank) dan Bank Pembangunan Asia (Asia
Development Bank, ADB) ini dibentuk oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang anggotaanggotanya adalah negara-negara Islam, termasuk Indonesia.
Pada era 1970-an, usaha-usaha untuk mendirikan bank Islam sudah menyebar ke banyak negara.
Misalnya, Dubai Islamic Bank (1975) dan Kuwait Finance House (1977) di Timur Tengah.
Beberapa negara seperti Pakistan, Iran, dan Sudan, bahkan mengubah seluruh sistem keuangan di
negara tersebut menjadi nur-bung, sehingga semua lembaga keuangan di negara tersebut
beroperasi tanpa menggunakan bunga.

Kini perbankan syariah sudah menyebar ke berbagai negara, bahkan negara-negara Barat. The
Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di
Eropa, tepatnya Denmark, tahun 1983.
Di Asia Tenggara, tonggak perkembangan perbankan terjadi pada awal dasawarsa 1980-an,
dengan berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada tahun 1983.
Prinsip
Perbankan
Syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai
dengan syariah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain :

Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.

Islam tidak memperbolehkan menghasilkan uang dari uang. Uang hanya merupakan
media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.

Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus
mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.

Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam.
Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Produk
Perbankan
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:

Syariah

Jasa untuk peminjam dana

Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap


keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko
kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh
kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.

Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint
venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara
kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.
Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan
pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan

Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan
barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa
dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan
pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad
diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati.
Contoh:harga rumah, 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar
nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal
antara Bank dan Nasabah.

Takaful (asuransi islam)

Jasa untuk penyimpan dana

Wadiah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil
dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun
diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah.

Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang
tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan
dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.

- See more at: http://duniabaca.com/sejarah-prinsip-serta-produk-perbankansyariah.html#sthash.z52toIWP.dpuf

Pengertian Bank Syariah, Fungsi Bank Syariah dan Sejarah


Bank Syariah
Pengertian Pakar
| Pengertian Bank Syariah | Fungsi Bank Syariah | Sejarah Bank Syariah | Bank syariah
adalah bank yang sistem perbankannya menganut prinsip-prinsip dalam islam. Bank syariah
merupakan bank yang diimpikan oleh para umat islam. Selanjutnya para pakar memberikan
pendapatnya mengenai pengertian bank syariah di bawah ini.

Pengertian Bank Syariah Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara
yang memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga
peredaran uang yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam.
Menurut Perwataatmadja, Pengertian Bank Syariah ialah bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah (islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-quran dan Hadist.
Siamat Dahlam mengemukakan Pengertian Bank Syariah, Bank Syariah merupakan bank
yang menjalankan usahanya berdasar prinsip-prinsip syariah yang didasarkan pada alquran dan
hadits.
Pengerian Bank Syariah menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu bentuk dari bank modren
yang didasarkan pada hukum islam, yang dikembangkan pada abad pertenganhan islam dengan
menggunakan konsep bagi resiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan yang
didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah mengemukakan pengertian
perbankan syariah dan pengertian bank syariah.
Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta tata cara dan proses di dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan pada
prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah),
UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah),
Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam dan dalam
kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah.
Imbalan bank syariah yang diterima maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad
dan perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank. Perjanjian (akad) yang
terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur
dalam syariat islam.
Bank Umum syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan akta pendiriannya, maka bukan
merupakan bagian dari bank konvensional. Beberapa contoh bank umum syariah yaitu Bank
Syariah Mandiri, Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat Indonesia dan lain sebagainya.
Unit usaha syariah merupakan unit usaha yang masih di bawah pengelolaan bank konvensional.
Unit usaha syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah (islam), atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di
luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah. Contoh Unit Usaha Syariah
(UUS) yaitu BNI Syariah, BII Syariah dan lain sebagainya.
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam bank
syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional
bank syariah, penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi apapun. Bank syariah
tidak mengenal yang namanya sistem bunga, baik itu bunga yang diperoleh dari nasabah yang
meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah.

| Fungsi Bank Syariah |


Berbicara mengenai fungsi bank syariah, Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi
bank syariah untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, fungsi
bank syariah untuk menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank,
dan juga fungsi bank syariah untuk memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.
1. Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana Masyarakat
Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan
dana. Bank syariah mengumpulkan atau menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan
dengan menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad almudharabah.
Al-wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana
pihak pertama menitipkan dananya kepada bank dan pihak kedua, bank merima titipan untuk
dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan dalam islam.
Al-mudarahbah merupakan akad antara pihak pertama yang memiliki dana kemudian
menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana dapat memanfaatkan dana yang
investasikan dengan tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariat islam.
2. Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana Kepada Masyarakat
Fungsi bank syariah yang kedua ialah menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan.
Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua
ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat
penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh return atas dana yang
disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini
tergantung pada akadnya.
Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan bermacam-macam
akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalamakad jual beli,
maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin
keuntungan. Margin keuntukngan merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga

beli bank. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang
menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.
3. Fungsi Bank Syariah memberikan Pelayanan Jasa Bank
Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat,
bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank
syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga.
Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa
pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga dan lain sebagainya.
Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat
meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank
berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang
memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat
dan akurat. Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan keakuratannya.
Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk layanan
jasanya. Dengan pelayanan jasa tersebut, maka bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang
disebut fee based income.

| Sejarah Bank Syariah |


Berbicara mengenai sejarah bak syariah, bank syariah di Indonesia lahir sejak 1992. Bank
syariah pertama di Indonesia ialah Bank Muamalat Indonesia. Perkembangan Bank Muamalat
Indonesia masih tergolong stagnan pada tahun 1992 hingga 1999. Namun sejak adanya krisis
moneter yang melanda Indonesia pada tahuan 1997 dan 1998, maka para bankir melihat banwa
Bank Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dampak krisis moneter. Para bankir
berpikir bahwa BMI, satu-satunya bank syariah di Indonesia yang tahan terhadap krisis moneter.
Pada tahuan 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila
Bakti. Bank Susila Bakti tersebut merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang
Negara, yang kemudian dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua Indonesia.
Pendirian Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir syariah. Bila Bank
Syariah Mandiri berhasil, maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang Sebaliknya, bila
Bank Syariah Mandiri gagal maka besar kemungkinan bank syariah di Indonesia akan gagal. Hal
ini disebabkan karena Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah yang didirikan oleh
BUMN milik pemerintah. Ternyata Bank Syariah Mandiri dengan cepat mengalami
perkembangan. Dengan pendirian Bank Syariah Mandiri ini kemudian diikuti oleh pendirian
beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.
Sekian pembahasan mengenai pengertian bank syariah, fungsi bank syariah dan sejarah bank
syariah, semoga tulisan saya mengenai pengertian bank syariah, fungsi bank syariah dan sejarah
bank syariah dapat bermanfaat.
Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Bank Syariah, Fungsi Bank Syariah dan
Sejarah Bank Syariah :

Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

oleh Rizki Abadi

9 June 2015

Perbankan

Perbankan di Indonesia kini makin diramaikan dengan adanya bank syariah, yang menawarkan
produk keuangan dan investasi dengan cara yang berbeda dibanding bank konvensional yang
sudah lama ada. Meskipun masih dianggap newbie, perbankan syariah berkembang cukup
pesat loh. Maklum saja, Indonesia kan negara muslim terbesar di dunia dan jelas perbankan yang
mengunakan hukum dan asas Islam akan lebih diminati.
Bahkan bank-bank konvensional di Indonesia kini ikutan tren dengan mendirikan institusi
syariah atau unit usaha syariah sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengaet lebih banyak nasabah
yang tertarik dengan keunggulan bank syariah. Pasti banyak yang bertanya-tanya tentang asal
mula perbankan syariah di Indonesia. Biar tidak penasaran, yuk kita napak tilas keberadaan
perbankan yang satu ini.

Apa Itu Perbankan Syariah?

Perbankan Syariah via blogspot.com

Sebelum napak tilas, mari kita cari tahu dulu definisi Perbankan Syariah. Nah, Perbankan
Syariah kerap disebut juga Perbankan Islam, yaitu perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan
hukum Islam atau syariat. Karena berdasarkan hukum Islam, maka perbankan syariah tidak
mengenal adanya bunga pinjaman alias interest rate.

Bunga pinjaman dianggap riba dan berdosa. Yang dikenal di perbankan syariah adalah sistem
bagi hasil atau Nisbah yang prosesnya sama-sama diketahui dan disetujui oleh bank dan pihak
nasabah. Pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Muamalat pada tahun
1991. Bank ini dilahirkan oleh Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI), pengusaha Muslim dan juga pemerintah.
Sayangnya bank tersebut kurang popular dan kinerjanya stagnan, baru setelah krisis ekonomi dan
reformasi, Bank Muamalat mulai dilirik nasabah.

Baca Juga: Mengenal Deposito Syariah Dan Manfaatnya

Proses Berdirinya Perbankan Syariah

Bank Muamalat, Bank Syariah Pertama di Indonesia via infobanknews.com

Secara mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, maka hadirnya bank syariah sudah
menjadi obsesi banyak orang bahkan sebelum Indonesia merdeka. Sejarah mencatat K.H Mas
Mansyur, ketua pengurus besar Muhammadiyah periode 1937-1944 pernah menyatakan kalau
umat Islam di Indonesia terpaksa mengunakan jasa bank konvensional karena belum memiliki
lembaga yang bebas riba.
Di tahun 1983 pemerintah Indonesia pernah berencana menerapkan sistem bagi hasil dalam
berkreditan yang merupakan konsep dari perbankan syariah.
Saat itu kondisi perbankan Indonesia memang parah-parahnya karena Bank Indonesia tidak bisa
mengendalikan tingkat suku bunga di bank-bank yang membumbung tinggi. Sehingga
pemerintah mengeluarkan deregulasi tanggal 1 Juni 1983 yang menimbulkan kemungkinan bank
mengambil untung dari bagi hasil sistem kredit.
Namun lima tahun kemudian, pemerintah menganggap bisnis perbankan harus dibuka seluasluasnya untuk menunjang pembangunan. Dan tanggal 27 Oktober 1988, pemerintah pun
mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan Oktober (PAKTO) untuk meliberalisasi
perbankan. Nah, meskipun lebih banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa bank daerah
yang berasaskan syariah juga mulai bermunculan.

Tahun 1990, MUI membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Nah,
ini merupakan cikal bakal lahirnya perbankan syariah di Indonesia. Pada tahun 1991, bank
syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat pun lahir.

Baca Juga: Mengenal Istilah Bagi Hasil (Nisbah) Perbankan Syariah

Perbankan Syariah Kini

Perbankan Syariah Berkembang di Indonesia via wordpress.com

Saat krisis ekonomi tahun 1998 yang menyebabkan Presiden Soeharto lengser, para bankir
sempat heran mengapa Bank Muamalat bisa bertahan dari krisis yang membuat belasan bank
konvensional lain tersungkur tak berdaya. Terinspirasi dengan tegarnya Bank Muamalat
menghadapi krisis, maka berdirilah Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua di Indonesia.
Bank Syariah Mandiri ini merupakan gabungan dari beberapa bank yang dimiliki BUMN yang
kebetulan terimbas krisis di tahun 1998.
Tentu saja para bankir kembali bertaruh apakah bank ini akan bertahan atau tidak. Mereka yakin,
kalau Bank Syariah Mandiri bisa bertahan maka perbankan syariah ternyata punya masa depan
menjanjikan di Indonesia. Siapa sangka akhirnya Bank Syariah Mandiri ternyata cukup sukses
dan jadi penyemangat munculnya beragam bank syariah lainnya di Indonesia. Saat ini
keberadaan bank syariah di Indonesia sudah diatur dalam UU no 10/ 1998 tentang Perubahan UU
No. 7 1992 tentang perbankan.

Anda mungkin juga menyukai