Anda di halaman 1dari 23

KEHAMILAN PADA IBU

YANG MENDERITA LEMAH


JANTUNG
Kelompok 4

Laporan Kasus

Ny. Dina, 36 tahun, sudah menikah 10 tahun namun belum


dikaruniai anak. Kondisi fisik Ny. Dina cukup mengkhawatirkan, ia
menderita lemah jantung yang tidak memungkinkan untuk
melakukan aktivitas fisik yang agak berat. Ny. Dina sangat
menginginkan punya anak dan ia bahkan tidak mempedulikan
keselamatan dirinya, apabila bisa hamil dan melahirkan anak. Pada
saat ini Ny. Dina sudah terlambat menstruasinya sekitar delapan
minggu, dan ia sangat senang karena ternyata tes kehamilannya
positif.

Setelah mengetahui istrinya hamil, suami Ny. Dina begitu


cemas dan ketakutan, khawatir akan kehilangan istrinya (istrinya bisa
meninggal). Ia lalu menghubungi dokter keluarganya yang
menyarankan agar kehamilan istrinya dihentikan (aborsi) untk
menyelamatkan jiwanya. Ny. Dina tetap bersikeras ingin
mempertahankan kehamilannya walaupun taruhannya adalah
nyawanya.

Kata kunci : lemah jantung, aktivitas fisik, menstruasi, hamil, aborsi

Terminologi

Lemah jantung : suatu kondisi jantung yang tidak


normal karena fungsi jantung yang menurun ketika
memompa darah
Aktivitas fisik : gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi
Menstruasi : peluruhan lapisan jaringan pada uterus
yaitu endometrium bersama dengan darah
Hamil : rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila
ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya
berkembang sampai menjadi fetus yang aterm
Aborsi : pengeluaran hasil konsepsi secara prematur
dari uterus-embrio, atau fetus yang belum dapat hidup

Masalah
Ny Dina 36thn lemah jantung
Menikah 10 tahun belum punya anak (sangat
ingin punya anak)
Terlambat menstruasi 8 minggu, test kehamilan
+ ( usia kehamilan 13 minggu)

Suami cemas dan ketakutan, khawatir


kehilagan istri setelah mengetahui istri
hamil
Menghubungi dokter menyarankan aborsi demi
nyawa istri
Ny Dina ingin mempertahankan kehamilan

Istri (lemah
jantung) sudah
hamil dan ingin
mempertahanka
n kehamilan

Suami
menyarankan
aborsi demi
menyelamatkan
nyawa istri

Kehamilan volume dan kerja jantung 30-50%


Resiko pada kehamilan tergantung pada tingkat
keparahan kondisi lemah jantung ibu (berbahaya
bagi ibu dan bayi)
Ibu memiliki hak otonomi untuk menentukan
kehamilan

Learning Objective

Mengetahui klasifikasi abortus serta


kaitan dalam bidang hukum dan agama
Mengetahui pengertian the rule of
double effect
Memahami penjelasan Sumpah
Hipokrates dan implikasinya bagi
seorang dokter
Mengetahui hak hidup janin
Mengetahui kompetensi dokter umum
dalam menentukan prioritas

Klasifikasi Abortus

Abortus Spontanea: berlangsung tanpa


tindakan
Abortus Provokatus: sengaja dibuat
(menghentikan kehamilan sebelum janin
viable)

Abortus Provokatus
Medicinalis/Artificialis/Therapeuticus
Dilakukan atas indikasi tindakan medis
Abortus Provokatus Criminalis
Dilakukan tanpa indikasi tindakan medis

Hukum Mengenai Aborsi


Di Indonesia adapun ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan soal aborsi &
penyebabnya dapat dilihat pada:
KUHP Bab XIX Pasal 229,346 s/d 349:
Pasal 229: Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan,
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu
rupiah.
Pasal 346: Seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347:
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama duabelas
tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama limabelas tahun.

Pasal 348:
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut,
diancam dengan pidana penjara tujuh tahun.
Pasal 349: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu
melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 & 348, maka pidana
yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga &
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.

UU HAM, pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam kandungan berhak
untuk hidup, mempertahankan hidup & meningkatkan taraf
kehidupannya.

UU Kesehatan:
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung
dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal
kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang
tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak
aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan
dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang
bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak
profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang
berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi dari
pada indikasi medis.

Janin Mempunyai Hak Hidup?

Ya
Menurut agama Islam: Rasulullah Saw bersabda, Jika
nutfah telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membuat
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya,
dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya
(kepada Allah). Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau
tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan? Maka
Allah kemudian memberi keputusan...
Berarti setelah berumur 40 hari janin tersebut sudah
masuk pada fase penciptaan yang menunjukan ciri-ciri
minimal sebagai manusia atau sebagai makhluk yang
bernyawa.

Menurut agama Katolik: Kehidupan manusia


harus dihormati dan dilindungi secara absolut
sejak saat pembuahan karena sudah sejak saat
pertama keberadaannya, makhluk manusia
mempunyai hak pribai, antara lain hak atas
kehidupan dari makhluk yang tidak bersalah.
Sebelum Aku membentuk engkau dalam
rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau dan
sebelum engkau ke luar dari kandungan ibumu,
Aku telah menguduskan engkau. (Yer. 1:5)

Menurut agama Kristen Protestan:


Teologi Kristen: Kehidupan dimulai sejak terjadi
pembuahan
Manusia mempunyai arti dan nilai pribadi di mata
Tuhan sebelum ia jadi dalam kandungan ibu (Yeremia
1:5, Mz. 139: 13-16)
Anak yang masih dalam kandungan sudah dilindungi
hukum Tuhan (Keluaran 21:22)
Berarti karena hidup manusia dimulai saat
pembuahan, maka manusia harus dihormati dan
diperlakukan sebagai manusia dan hak-haknya sebagai
manusia, terutama hak untuk hidup, harus diakui.

Menurut agama Buddha: Pada pancasila


Budhis dalam sila pertama, yaitu panatipata
di ayat pertama Ada makhluk hidup.
Syarat yang harus dipenuhi terjadinya
makhluk hidup: Mata utuni hoti (masa subur
seorang wanita), Mata pitaro hoti
(terjadinya pertemuan sel telur dan
sperma), Gandhabo paccuppatthito: adanya
gandarwa, kesadaran penerusan dalam
siklus kehidupan baru (pantisandhi-citta),
yang memiliki energi karma.

Menurut agama Hindu: Segera setelah


terjadi pembuahan di sel telur maka atma
atau roh sudah melekat pada jabang bayi
tersebut atas kuasa Hyang Widhi.
Ini berarti dilihat dari sudut pandang
agama Budha dan Hindu pun janin
setelah terjadi pembuahan telah memiliki
hak untuk hidup karena telah melekat roh
padanya walaupun masih berbentuk
gumpalan darah.

Prinsip Efek Ganda


1)Tindakan itu secara moral adalah baik.
2)Maksud tindakan adalah mengupayakan
kebaikan dan menghindari hal buruk.
3)ada hubungan tidak langsung dengan
akibat buruk.
4)akibat buruk itu tidak dapat dicegah.

Sumpah Hipokrates

Saya akan menghormati setiap hidup


insani mulai dari saat pembuahan
Artinya kita tidak boleh melakukan
aborsi atau pengguguran kandungan
tanpa adanya alasan atau indikasi medis
yang jelas.

Apakah dokter boleh menentukan


prioritas ?

Dokter tetap harus mengingat hak pasien untuk


mengambil keputusan, namun jika pasien
menyerahkan keputusan kepada dokter, dokter
harus bertindak berdasarkan kepentingan terbaik
pasien.

Dokter

juga harus meminta persetujuan atas


Tindakan yang akan dilakukan, sebelum itu dokter
wajib memberikan informasi atas prosedur yang
akan dilakukan.

Berdasarkan kalsifikasi NYHA (New York Heart


Associatin) :

S
O
L
U
S
I

NYHA
kelas I
dan II
NYHA
kelas
III dan
IV

Kehamilan dapat
dipertahankan,
persalinan dapat
dilakukan secara
normal dengan
pengawasan
Disarankan untuk
tidak hamil.
Kehamilan tidak bisa
dipertahankan
karena dapat
memperburuk
kondisi ibu.

Sebelum memutuskan pilihan, pasien terlebih dahulu


berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung. Jika pasien
memilih untuk mempertahankan kehamilan, perlu adanya
inform consent dan penjelasan mengenai kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi selama masa kehamilan

Daftar Pustaka
Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran:
Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar;
2007
Hearts Condition and Pregnancy:Know the Risk. Available at
www.mayoclinic.org Accessed on January 17, 2014
Wiradharma D. Etika Profesi Medis. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti;
2008
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997
Hartati DS, Wiradharma D. Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran. Jakarta:
Sagung Seto; 2010.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai