Para tenaga ahli Fraksi Gerindra melakukan aksi untuk menolak RAPBN 2016 di Rapat Paripurna TEMPO.CO, Jakarta - Pembahasan Rancangan Anggaran
dana alokasi khusus yang nominalnya mencapai Rp
(RAPBN) 2016 tak lepas dari berbagai negosiasi
85,5 triliun. Politikus ini menunjukkan dokumen
antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.
DAK usulan pemerintah, pembahasan di DPR, dan
Seorang anggota Badan Anggaran DPR mengatakan
nilai yang disetujui. Contohnya sektor transportasi.
salah satu indikasi ini adalah munculnya Pasal 12
Dari dokumen tersebut, usulan pemerintah hanya
ayat
Rp
Rancangan
dan
UU
Belanja
Selain lewat pasal, politikus DPR juga masuk lewat
Negara
Pendapatan
DPR, Jakarta, 30 Oktober 2015. TEMPO/Diko
Oktara
APBN
2016.
10,7
triliun.
Penjelasan pasal ini menyatakan daerah penerima
Dalam persetujuan akhir, jumlah anggaran ini
dana alokasi khusus diusulkan dan disampaikan
membengkak menjadi Rp 21,5 triliun. Selisih dana
parlemen ke pemerintah. Padahal, dalam draf awal
Rp 10 triliun ini berpotensi menjadi bancakan
versi pemerintah, tak ada klausula yang memberi
politikus parlemen. Peningkatan ini karena ada
kewenangan DPR ikut mengelola dana alokasi
tekanan dari Senayan, ucapnya. Modus lain adalah
khusus.
melalui
Pasal ini muncul dalam rapat Panja Transfer
Karena barter inilah, pemerintah akhirnya ngotot
Daerah, kata politikus pendukung pemerintah ini.
memasukkan penyertaan modal negara sebesar Rp
Bahkan, dalam rapat ini, sempat terjadi rebutan
38 triliun ke APBN 2016. Menteri Keuangan
menjadi pemimpin sidang antara Ketua Badan
Bambang Brodjonegoro bahkan sampai turun
Anggaran Ahmadi Noor Supit dan wakilnya, Said
tangan melobi Ketua Umum Partai Gerakan
Abdullah. Politikus ini berujar, rapat panitia kerja
Indonesia Raya Prabowo Subianto agar usulan ini
biasanya
disahkan.
dipimpin
wakil
ketua.
tambahan
belanja
prioritas.
Said Abdullah menyangkal soal ini. Dia bahkan
Said Abdullah membantah ada barter anggaran
menuturkan pimpinan Badan Anggaran kecolongan
antara DPR dan pemerintah. Modus cawe-cawe
atas
anggaran antara pemerintah dan DPR ada di
kemunculan
menegaskan,
pasal
pengusul
ini.
Adapun
anggaran
tetap
Supit dari
majalah Tempo edisi 9-16 November 2016.
pemerintah, sehingga pasal tersebut harus dihapus
dari draf. Banggar Tunda Pengesahan RAPBN 2016 TRIBUNNEWS/DANY PERMANA Ilustrasi DPR Rabu, 21 Oktober 2015 | 20:44 WIB JAKARTA, KOMPAS.com Pengesahan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 tertunda dari waktu yang telah dijadwalkan. RAPBN 2016 seharusnya disahkan pada Kamis (22/10/2015) besok, namun hingga hari ini, masih jauh dari kata rampung. "Memang kemarin ada rencana diketok tanggal 22, tapi kan tidak mungkin, sedangkan Banggar kirim surat ke komisi ada penundaan," kata Anggota Komisi VI Mohamad Haekal, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/10/2015).
Dengan keputusan penundaan pengesahan ini, kata
dia, akan ada pembahasan lanjutan antara pemerintah dan setiap mitra di setiap Komisi yang ada di DPR. Penyempurnaan dan penyesuaian terhadap RAPBN 2016 pun masih bisa dilakukan. Dia menargetkan pembahasan RAPBN 2016 di setiap komisi akan selesai dan sudah bisa disahkan pada Kamis (29/10/2015) mendatang, atau sehari sebelum DPR memasuki masa reses. "Memang target awalnya kalau bisa tanggal 22. Mungkin mau mengejar sebelum Pak Presiden berangkat ke Amerika Serikat. Tapi kan enggak bisa seperti itu. Secara hukum ada waktu sampe tanggal 29-30 untuk finalisasi APBN," ucap Anggota Fraksi Partai Gerindra ini.