Abses Kornea
Oleh :
Syamsu Akbar Khairillah
I1A009088
Pembimbing :
dr. M. Ali Faisal, M.Sc, Sp.M
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Seseorang dengan abses stroma kornea akan memiliki bercak putih atau
kuning pada kornea yang menandai adanya akumulasi organisme (bakteri atau
jamur) dan atau sel darah putih. Mata mungkin terasa kabur atau merah dengan
berbagai tingkat
menyebakan suatu titik lemah pada kornea dan menyebabkan suatu titik perforasi
pada mata dan menyebabkan kebutaan.5
Terapi medis dan pembedahan telah dikembangkan pada kasus abses stroma
kornea. Abses yang superficial cenderung berhubungan dengan infeksi bakteri dan
akan berespon dengan terapi medis. Atropin topikal, antibiotik diberikan secara
topical dan sistemik, dan NSAID. Pembedahan dianjurkan jika tidak terjadi
penyembuhan dalam 48-72 jam setelah terapi medis agresif. Pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Kornea
Dinding
bola
mata
bagian
depan
ialah
kornea
yang
Epitel
apabila
terjadi
kerusakan,
aan
diperbaiki
dalam
membrane
bowman
maka
akan
berakhir
dengan
pelindung
atau
barier
lapis
sel
infeksi
dan
masuknya
pembuluh darah.6
Endotel
Terdiri
terpenting
atas
untuk
satu
yang
mempertahankan
merupakan
kejernihan
jaringan
kornea.
Sel
B. Abses
1. Definisi Abses
Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan
pus (bakteri,jaringan nekrotik dan sel darah putih). Abses adalah kumpulan nanah
(netrofil yang telah mati yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena
adanya proses infeksi). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan
untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi kebagian lain dari tubuh.7
2. Etiologi Abses
Menurut ahli penyakit infeksi penyebab abses antara lain :8
1. Infeksi Mikrobial
Merupakan penyebab paling sering terjadinya abses. Virus menyebabkan
kematian sel dengan cara multiplikasi. Bakteri melepaskan eksotoksin yang
spesifik yaitu suatu sintesis kimiawi yang merupakan awal radang atau
melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding sel
2. Reaksi hipersensitivitas.
Terjadi bila ada perubahan respon Imunologi yang menyebabkan jaringan
rusak.
3. Agen Fisik
Melalui trauma fisik, ultra violet, atau radiasi, terbakar, atau dinding
berlebih (frostbite).
4. Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan oksidan, asam, basa, akan merusak jaringan dengan cara
memprovokasi terjadinya proses radang, selain itu agen infeksi dapat melepaskan
bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan langsung menyebabkan radang
5. Nekrosis jaringan
Aliran darah yang kurang akan menyebabkan hipoksia dan berkurangnya
makanan pada dearah yang bersangkutan. Menyebabkan kematian jaringan yang
merupakan stimulus kuat penyebab infeksi pada daerah tepi infeksi sering
memperlihatkan suatu respon radang akut.
Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti
bakteri pyogenic. (Stapilococcus Spp, Esceriscia coli, Streptokokkus beta
haemoliticus Spp, Pseudomonas, Mycobakteria, Pasteurella multocida, Corino
bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri yang bersifat obligat anaerob
(Bakteriodes sp, Clostridium, peptostreptokokkus, fasobakterium). Infeksi bisa
menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran infeksi melalui aliran
darah bisa menyebabkan sepsis. Maka dari itu penanganan abses perlu sesegera
mungkin (cito). Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis. Kemungkinan
terbentuknya
abses
meningkat pada:9
3.
terjadi
bila
ada
perubahan
kondisi
respon
imunologi
mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan. Agent fisik dan
bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan jaringan,kematian
jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah penyebab
dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat akibat dilatasi
arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan
dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat
terjadi secara
sistemik.10
Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi
termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan
terjadi hipertermi. Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah
mengalir keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel darah
8
yaitu edema.
Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses
menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin,
dan serotonin merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus
terhadap reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri.
Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan sehingga mengalami penurunan
fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas.10
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila
penyabab kerusakan bisa diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh
tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan
menyebabkan debris terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel
jaringan lain membentuk flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh
yang berlebihan berupa fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan
jaringan granulasi vaskuler untuk mengganti jaringan yang rusak (fase organisasi),
bila fase destruksi jaringan berhenti akan terjadi fase penyembuhan melalui
jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi jaringan berlangsung terus akan
terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak
hilang.10
Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan
sehingga terjadi kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang diinsisi dapat
mengakibatkan resiko penyebaran infeksi.10
4. Manifestasi Klinis
Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lamakelamaan terbentuk masa kistik dengan temperatur yang lebih hangat
dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi
sebagai akibat banyaknya eksudat yang terbentuk. Gejala sistemik yang terjadi
bisa timbul demam yang berulang. Gejalanya bisa timbul:9
adanya masa
nyeri
teraba hangat
pembengkakan
10
kemerahan
C. Abses Kornea
1. Definisi
Abses kornea adalah kumpulan lokal dari jaringan yang mati
dan sel-sel darah putih yang biasanya terjadi pada stroma
kornea. Stroma terletak antara epitel kornea superficial dan
endothelium. Jika terjadi suatu trauma atau ulkus pada kornea,
maka sel-sel epitel disekitar akan mencoba menutup luka pada
kornea. Proses ini terkadang menyebabkan terperangkapnya
bakteri, jamur, atau benda asing di dalam stroma kornea.3
2. Etiologi
Penyebab dari abses kornea dapat berupa infeksi ataupun
steril (hanya terdapat sel darah putih). Mayoritas dari abses
kornea dimulai dari ulkus kornea yang telah terjadi epitelisasi dan
terjebaknya agen infeksi dan leukosit dalam stroma kornea.
Proliferasi terjadi pada ruang tertutup ini. Abses yang berada di
dekat limbus biasanya disebabkan oleh infeksi agen sistemik.
Bakteri merupakan penyebab paling umum dari abses kornea.
Namun, jika abses yang jauh lebih dalam dari stroma atau
melibatkan endotel dan membrane Descement, hal ini sangat
mungkin disebabkan oleh jamur.3,11
11
suatu
penghalang
seluler
untuk
memisahkan
luka
kornea
terutamanya
disertai
dengan
kerusakan
stroma.11
Stroma kornea berada diantara epitel kornea superfisial dan
endotel. Jika mata mengalami trauma baik secara langsung
12
pertumbuhan
mikroorganisme
dan
dan
jaringan
protein
mati
pada
dilepaskan
abses
oleh
kemudian
putih
menyebabkan
menghasilkan
degenerasi
enzim
kolagen
ke
lebih
dalam
lanjut
stroma
dan
dan
terjadi
13
Tes Fluoresensi
Tes fluoresensi adalah suatu tes untuk mengetahui apakah
telah terjadi kerusakan epitel kornea atau tidak. Tes fluoresensi
14
5. Diagnosis Banding
Secara klinis, abses stroma kornea hampir identik dengan
keratouveitis non-ulseratif (NKU). Hal yang membedakannya
adalah pada NKU lebih didominasi uveitis daripada keratitis dan
penderita merasa sangat tidak nyaman. Lesi NKU sering berada
di dekat limbus dan cenderung jauh ke dalam lapisan kornea.
Penampilan klinis NKU dan abses stroma kornea tahap lanjut
mungkin sangat membingungkan.11
6. Penatalaksanaan
Terapi medis dan pembedahan telah dikembangkan untuk
tatalaksana abses kornea. Abses stroma supefisial cenderung
15
Jika
Operasi
yang
biasa
dilakukan
adalah
transplantasi
kornea.3
Jika penyebab abses kornea adalah Chlamydia trachomatis,
maka pilihan terapinya dalah pemberian antibiotic topikal
rifampicin atau tetrasiklin zalf mata selama 6 minggu atau
tetrasiklin sistemik selama 2 minggu.4
7. Komplikasi
Sebuah abses kornea dapat menyebabkan titik lemah pada
mata dan dapat terjadi perforasi. Hal ini dapat menyebabkan
kebutaan.
Abses
juga
dapat
menyebabkan
16
peradangan
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1.
18
2.
Ilyas S. Sari Ilmu Penyakit Mata edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2000.
3.
4.
5.
6.
7.
19