Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LT


(LEARNING TOGETHER) PADA PELAJARAN PRAKARYA DAN
KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI MIPA2 SMA NEGERI 3 SINGARAJA
TAHUN AJARAN 2014/2015
1

Ni Putu Ari Listya Dewi, 2I Putu Suka Arsa, 3Ketut Udy Ariawan
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, FTK
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email: {1listyadewi26@yahoo.com, 2arsaganesha@yahoo.co.id,


3
udyariawan@gmail.com}
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together (LT) terhadap hasil belajar siswa kelas XI MIPA 2 di
SMA Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Variabel bebas berupa model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) dan
variable terikat berupa hasil belajar Prakarya dan Kewirausahaan siswa. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas XI MIPA 2 semester genap SMA Negeri 3
Singaraja. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes untuk hasil belajar
ranah kognitif dan lembar observasi untuk hasil belajar ranah afektif dan psikomotor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Learning Together (LT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIPA 2 SMA
Negeri 3 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar sebelum menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) yang mengalami perbaikan yang
signifikan dalam pembelajaran siswa pada siklus I dan siklus II. Jumlah persentase
meningkat dari 44% dengan rata-rata 73,48 pada siklus I menjadi 88% dengan rata-rata
80,8 pada siklus II. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Prakarya dan
kewirausahaan ini dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together (LT) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata-kata kunci : Model pembelajaran kooperatif, Learning Together (LT), hasil belajar.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the application of cooperative learning
method Learning Together (LT) type on learning outcomes of students of class XI MIPA 2
SMA Negeri 3 Singaraja. This research is a classroom action research. Independent
variable in the form of cooperative learning method Learning Together (LT) and the
dependent variable in the form of learning outcomes craft and entrepreneurial students.
The study population was all students of class XI MIPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Data
collection techniques using test techniques for cognitive learning outcomes and learning
outcomes observation sheet for affective and psychomotor. The results showed that after
applying the cooperative learning method Learning Together (LT) type to improve
learning outcomes of students of class XI MIPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. This can be
seen from the results of studying before using cooperative learning method Learning
Together (LT) type is experiencing significant improvements in students learning in the
first cycle and second cycle. The percentage increased from 44% with an average of
73,48 in the first cycle to 88% with an average of 80,8 on the second cycle. It can be
concluded that the craft and entrepreneurial learning by using cooperative learning
method Learning Together (LT) type can improve student learning outcomes.
Keywords: Cooperative learning method, Learning Together (LT), learning outcomes.

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
PENDAHULUAN
Pada jaman sekarang perkembangan
suatu pendidikan semakin hari semakin
pesat, seiring dengan perkembangan
pendidikan tersebut pada masyarakat,
perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi
juga
mengalami
perkembangan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ruseffendi (1991:21) yang
mengemukakan bahwa Kehidupan di
dunia berubah, masyarakat berubah,
pengajaran berubah, semuanya berubah.
Maka dari itu untuk dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan itu, pendidikan
harus dapat berjalan seiring dengan
perkembangan
itu
guna
mencapai
keberhasilan pendidikan. Beberapa faktor
yang
menjadi
penentu keberhasilan
pendidikan diantaranya adalah adanya
sumber daya manusia yang berkualitas,
daya dukung peralatan atau sarana dan
prasarana yang memadai serta perangkat
kebijakan yang mendukung.
Belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan. Belajar dianggap properti
sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan
dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian
besar masyarakat menganggap belajar
disekolah adalah usaha penguasaan materi
ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut
tidaklah seluruhnya salah, sebab seperti
dikatakan Reber, belajar adalah the
process of acquiring knowl-edge (Agus
Suprijono, 2009:3).
Melalui proses komunikasi pada
pembelajaran yang terjadi di sekolah,
tepatnya pada SMA Negeri 3 Singaraja
yang proses pembelajarannya dimana para
pendidik menyampaikan materi masih
menggunakan metode konvensional yang
menjadikan
pendidik
sebagai
pusat
kegiatan belajar mengajar. Peserta didik
pada umumnya hanya menghafal informasi
yang diperoleh, sehingga konsep yang
tertanam kurang begitu kuat. Dari metode
ini hasil yang dicapai kurang optimal dalam
menyelesaikan suatu masalah. Ini dapat
dilihat dalam data penilaian Prakarya dan
Kewirausahaan tahun 2014/2015 semester
genap untuk kelas XI MIPA2, masih
terdapatnya siswa yang nilainya di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang
ditetapkan sekolah sebesar 78. Dari 25
siswa, hanya 5 orang yang lulus KKM,
dengan rerata hasil belajar 67.90, dan

ketuntasan belajar hanya tercapai 20%


sementara ketuntasan yang diharapkan
85%.
Munculnya masalah-masalah di kelas
XI MIPA2 di SMA Negeri 3 Singaraja
tersebut pada dasarnya disebabkan oleh
proses
pembelajaran
Prakarya
dan
Kewirausahaan yang belum optimal dalam
menumbuhkan hasil belajar siswa. Proses
pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
di kelas XI MIPA2 masih berpusat pada
guru. Proses pembelajaran seperti ini tidak
memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berkreativitas dalam memecahkan masalah
yang mereka hadapi sehari-hari. Hal inilah
yang menyebabkan pembelajar Prakarya
dan Kewirausahaan menjadi kurang
bermakna bagi siswa. Secara keseluruhan,
permasalahan yang terjadi di kelas XI
MIPA2 ini merupakan masalah yang perlu
segera diselesaikan. Salah satu cara yang
dapat
ditempuh
untuk
mengatasi
permasalahan-permasalahan di kelas XI
MIPA2
tersebut
adalah
dengan
menerapkan suatu model pembelajaran
baru di bidang pendidikan. Melalui model
tersebut diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka peneliti menjadikannya diangkat
judul: Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe LT (Learning Together)
Pada
Pembelajaran
Prakarya
dan
Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Peserta Didik Kelas XI MIPA2
SMA Negeri 3 Singaraja.
KAJIAN TEORI
Model Pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai
prosedur
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran
memiliki
arti
yang
sama
dengan
pendekatan,
strategi
atau
metode
pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai macam model
pembelajaran, dari yang sederhana sampai
model yang agak kompleks dan rumit
karena memerlukan banyak alat bantu
dalam penerapannya. Ada beberapa ciri-ciri

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
model
pembelajaran secara khusus
diantaranya adalah:
1. Rasional teoritik yang logis yangdisusun
oleh
para
pencipta
atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah
laku
mengajar
yang
diperlukanagar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan
belajar
yang
duperlukanagar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.

kondisi belajar untuk mencapai tujuan


belajar (Sugiyanto, 2010:37). Anita Lie
(2007:29) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning tidak
sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok.
Ada
lima
unsur
dasar
pembelajaran cooperative learning yang
membedakannya
dengan
pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan
model
pembelajaran
kooperatif
dengan
benar
akan
menunjukkan pendidik mengelola kelas
lebih efektif.

Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang
masih berlaku dan sangat banyak
digunakan oleh guru adalah model
pembelajaran konvensional. Pendekatan
konvensional dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak berpusat pada guru, komunikasi
lebih banyak satu arah dari guru ke siswa,
metode
pembelajaran
lebih
pada
penguasaan
konsep-konsep
bukan
kompetensi.

Model Pembelajaran Tipe Learning


Together (LT)
Slavin (2008) mengungkapkan bahwa
David dan Roger Johnson dari Universitas
Minnesota
mengembangkan
model
Learning Together dari pembelajaran
kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987;
Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991).
Model yang mereka teliti melibatkan
siswa yang dibagi dalam kelompok yang
terdiri atas empat atau lima siswa dengan
latar belakang berbeda mengerjakan
lembar tugas. Kelompok-kelompok ini
menerima satu lembar tugas, menerima
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil
kerja kelompok. Model ini menekankan
pada empat unsur (Johnson, Johnson,
Holubec, dan Roy, 1984) yakni:
a. Interaksi tatap muka: para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok
yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa.
b. Interdependensi positif: para siswa
bekerja bersama untuk mencapai tujuan
kelompok.
c. Tanggung jawab individual: para siswa
harus memperlihatkan bahwa mereka
secara individual telah menguasai
materinya.
d. Kemampuan-kemampuan interpersonal
dan kelompok kecil: para siswa diajari
mengenai sarana-sarana yang efektif
untuk bekerja sama dan mendiskusikan
seberapa baik kelompok mereka
bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam hal ini penggunaan kelompok
pembelajaran heterogen dan penekanan
terhadap interdependensi positif, serta
tanggung jawab individual metode-metode
Johnson ini sama dengan STAD. Akan
tetapi, mereka juga menyoroti perihal
pembangunan kelompok dan menilai

Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Slavin
dalam
Isjoni
(2009:15)
pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5
orang dengan struktur kelompok heterogen.
Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam
Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu
cara pendekatan atau serangkaian strategi
yang khusus dirancang untuk memberi
dorongan kepada siswa agar bekerja sama
selama proses pembelajaran. Selanjutnya
Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan
pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap saling tolong-menolong
dalam perilaku sosial.
Pembelajaran
kooperatif
adalah
model pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
sendiri
kinerja
kelompok,
dan
merekomendasikan penggunaan penilaian
tim ketimbang pemberian sertifikat atau
bentuk rekognisi lainnya (Slavin, 2008,
250).
Pada pembelajaran kooperatif tipe LT
setiap
kelompok
diharapkan
bisa
membangun dan menilai sendiri kinerja
kelompok
mereka.
Masing-masing
kelompok harus bisa memperlihatkan
bahwa kelompok mereka adalah kelompok
yang kompak baik dalam hal diskusi
maupun dalam hal mengerjakan soal,
setiap
anggota
kelompok
harus
bertanggung jawab atas hasil yang mereka
peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal
atau lebih rendah dari kelompok lain maka
mereka harus meningkatkan kinerja
kelompoknya.
Adapun Sintaks atau Langkahlangkah model pembelajaran Learning
Together (LT) dalam buku Cooperative
Learning (Slavin, 2008, 25) metode yang
merekan teliti melibatkan siswa yang dibagi
dalam kelompok yang terdiri atas 4 atau 5
kelompok dengan latar belakang berbeda
mengerjakan lembar tugas, dan menerima
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil
kerja kelompok.
Bentuk penghargaan yang diberikan
kepada
kelompok
didasarkan
pada
pembelajaran individual semua anggota
kelompok, sehingga dapat meningkatkan
pencapaian siswa dan memiliki pengaruh
positif pada hasil yang dikeluarkan (Slavin,
2008).
Adapun
kelebihan
model
pembelajaran Learning Together (LT)
adalah:
a. Siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran karena selalu diberi
bahan diskusi oleh guru.
b. Meningkatkan kerjasama siswa dalam
kelompok dengan prinsip belajar
bersama (learning together).
c. Siswa dilatih untuk berani dan percaya
diri
karena
harus
tampil
mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas.
d. Guru tidak terlalu lelah dan sibuk
karena
hanya
berperan
sebagai
motivator dan fasilitator dalam proses
belajar mengajar.
e. Siswa
lebih
kreatif
karena
pembelajarannya
menggunakan

pendekatan
salingtemas
yaitu
keterkaitan antara teknologi, sains,
lingkungan, dan masyarakat.
Adapun
kekurangan/kelemahan
model pembelajaran Learning Together
adalah:
a. Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi
karena lebih didominasi kegiatan
diskusi dan presentasi.
b. Memakan waktu cukup lama dan sedikit
membosankan.
c. Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap
siswa karena mereka bekerja dalam
kelompok.
Penghargaan yang diberikan kepada
kelompok
dalam model
pembelajaran
Learning
Together didasarkan
pada
pembelajaran individual semua anggota
kelompok, sehingga dapat meningkatkan
pencapaian siswa dan memiliki pengaruh
positif pada hasil yang dikeluarkan (Slavin,
2008).
Prosedur Pembelajaran
Pada
dasarnya
kegiatan
pembelajaran dipilahkan menjadi empat
langkah,
yaitu;
orientasi,
fasilitas
pembelajaran, bekerja bersama/kelompok,
test, praktik dan penilaian. Setiap langkah
dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para
pendidik dengan berpegang pada hakekat
setiap langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Dalam setiap pembelajaran, kegiatan
diawali dengan orientasi untuk memahami
dan menyepakati bersama tentang apa
yang akan dipelajari serta bagaimana
strategi
pembelajarannya.
Pendidik
mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu,
langkah-langkah serta hasil akhir yang
diharapkan dikuasai oleh peserta didik,
serta sistem penilaiannya.
2) Bersama/kelompok
Pada tahap ini peserta didik melakukan
pembelajaran secara bersama/kelompok
sebagai inti proses kegiatan pembelajaran.
Kerja kelompok dapat dalam bentuk
kegiatan memecahkan masalah, atau
memahami dan menerapkan suatu konsep
yang dipelajari.
3) Tes/Ujian
Pada akhir kegiatan pembelajaran
diharapkan semua peserta didik telah
mampu memahami konsep/topik/masalah
yang sudah dikaji bersama. Kemudian

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
masing-masing peserta didik menjawab tes
untuk mengetahui pemahaman mereka
terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji.
4) Praktik
Setelah materi pembelajaran telah
tersampaikan dengan metode Learning
Together
(LT),
dimana
Pendidik
memperagakan metode sebagai media
pembelajaran yang selanjutnya adalah
penerapan kerja praktik dengan dapat
terlaksana sesuai dengan prosedur dan
kualitas kerja.
5) Penilaian
Langkah
ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui seberapa dalam materi yang
sudah
diserap
sebagai
penilaian
kebehasilan dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran praktik nantinya diharapkan
dapat terlaksana dengan baik dan
mendapatkan penilaian diatas angka lulus
produktif.
Pengertian Pembelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan
Prakarya
dan
Kewirausahaan
merupakan
mata
pelajaran
yang
mengembangkan
kemampuan
untuk
berwirausaha. Mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan memiliki empat bidang
yang bisa dipilih salah satu oleh masingmasing sekolah.
Hasil Belajar
Memahami pengetian hasil belajar
harus bertitik tolak pada pengertian belajar
itu sendiri. Ada beberapa sumber yang
memberikan definisi tentang belajar, salah
satunya yang dikemukakan oleh ahli
psikologi pendididkan, menurut pengertian
secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Selain itu belajar adalah suatu
proses usaha yang di lakukan seseorang
untuk memeperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya (Slameto,
2003:2). Perubahan yang terjadi tersebut
mempunyai banyak sifat dan jenisnya
sehingga tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
PTK adalah Penelitian Tindakan
Kelas
atau dalam
bahasa Inggris
dinamakan Classroom Action Research
merupakan suatu penelitian tentang praktik
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
itu sendiri (an inquiry on practice from
within). PTK merupakan salah satu upaya
peneliti atau praktisi dalam bentuk
berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas. Kegiatan penelitian
oleh peneliti ini dipicu oleh permasalahan
praktis yang real terjadi dan dialami
langsung (jadi, bersifat spesifik-konstektual,
practice driven), dan bagaimana masalah
tersebut ditangani secara langsung pula
(action driven).
Pada
pembelajaran
disekolah
tentunya setiap kegiatan yang dilakukan
pada proses pembelajaran perlu dipantau.
Pada tahun 1986, bersama dengan Wilf
Carr,
Kemmis menggalakkan
istilah
penelitian tindakan pendidikan.
Pada penelitian ini aspek yang
diamati dalam setiap siklusnya adalah
hasil
belajar
siswa
saat
standar
kompetensi
mengukur
dengan
menggunakan alat ukur berskala dengan
implementasi
model
pembelajaran
Learning Together (LT) melihat perubahan
hasil belajar siswa, untuk mengetahui
kemajuan
belajarnya
dengan
alat
pengumpul data seperti lembar test, dan
dokumentasi.
Penelitian ini dilakukan dengan dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
tahapan, yaitu perencanan tindakan,
pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan
refleksi. Siklus I terdiri dari dua kali
pertemuan untuk membahas Daya Listrik
dan Kabel Instalasi Listrik dan satu kali tes.
Pada siklus II terdiri dari dua pertemuan
untuk membahas Simbol-simbol Peralatan
Instalasi Listrik dan Gambar One Line
Diagram, serta satu kali pertemuan tes.

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
Tabel 2. Kategori
ri Hasil Belajar Siswa
Refleksi Awal

No

Pelaksanaan 1

Pelaksanaan 2

Evaluasi 1

Evaluasi 2

Gambar 1. Rancangan Pelaksanaan


Penelitian Tindakan Kelas
Gambar di atas, tamp
pak bahwa di
dalamnya terdiri dari dua perangkat
komponen yang dapat dikattakan sebagai
dua
siklus.
Untuk
uk
p
pelaksanaan
sesungguhnya,, jumlah siklus sangat
s
bergantung kepada permassalahan yang
perlu diselesaikan. Apabila permasalahan
terkait belum terselesaikan
n dalam d u a
siklus maka perlu dilaku
kukan siklus
selanjutnya yang disertai dengan
d
tindak
lanjut dari penyelesaian masa
alah dari siklus
sebelumnya.
Penelitian
litian ini tergolong penelitian
tindakan kelas (classroom
classroom action research)
research
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI MIPA2 untuk
Pembelajaran
Prakarya
dan
Kewirausahaan SMA Negeri 3 Singaraja
dengan penerapan metode LT (Learning
Together).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
Pelaksanaan
dan
Pembelajaran Refleksi Awal
Berdasarkan hasil tes siswa yang
berjumah 25 siswa dan siswi pada refleksi
awal,, diperoleh hasil belajar dengan rerata
nilai 57,95 dan dengan siswa yang tuntas
sebanyak 0 orang (0%) dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 22 orang (88%).
Tabel 1. Rata-rata
rata Hasil Belajar Siswa
Refleksi Awal

Jumlah Nilai
1275

Rata-rata Ketuntasan
57,95
0%

Frek Persentase Interval Kategori


Sangat
1
0
0%
85-100
Baik
2
4
16 %
70-84,9
Baik
3
15
60 %
55-69,9
Cukup
4
2
8%
40-54,9 Kurang
1
4%
Sangat
5
0-39,9
Kurang
Jml 22
88%

15

Amat Baik
Baik

10
5

Cukup
Kurang
Sangat Kurang

Gambar 2. Persentase Hasil Belajar Siswa


Refleksi Awal
Berdasarkan analisis
analisi
data, maka
dapat diuraikan bahwa rata-rata
rata
hasil
belajar siswa kelas XI MIPA2 SMA Negeri 3
Singaraja pada refleksi awal yaitu sebesar
57,95 dengan ketuntasan hasil belajar
sebesar 0%. Dari 25 jumlah siswa diperoleh
data
evaluasi
hasil
belajar,
jika
dibandingkan
dingkan dengan pedoman konversi
hasil belajar maka diperoleh jumlah siswa
yang berada pada kategori sangat baik
sebanyak 0 orang (0%),
%), kategori baik
sebanyak 4 orang (16%),
%), kategori cukup
sebanyak 15 orang (60%),
%), kategori kurang
2 orang (8%)
%) dan kategori sangat
s
kurang 1
orang (4%).
Deskripsi
Pelaksanaan
dan
Pembelajaran Siklus I
Proses pembelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan dalam penelitian tindakan
kelas ini mencakup proses pembelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan dengan
metode LT (Learning Together) yang
dilaksanakan pada siswa kelas XI MIPA2
SMA Negeri 3 Singaraja.
Pada
pembelajaran
siklus
I
dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan,
pertemuan pertama dan kedua dilakukan
proses pembelajaran serta pertemuan
ketiga pemberian tes. Pertemuan pertama
dilaksanakan
n pada tanggal 28 Februari
2015, pada jam ke 3 sampai jam ke 4,

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
dengan materi Teknologi Tepat Guna
dengan sub materi Daya Listrik. Sedangkan
pada pertemuan kedua yang dilaksanakan
pada tanggal 07 Maret 2015 dengan sub
materi Kabel Instalasi Listrik. Sedangkan
pada pertemuan ketiga, yaitu pada tanggal
14 Maret 2015 siswa kelas XI MIPA2
diberikan tes secara individu.
Proses pembelajaran diawali dengan
kegiatan pendahuluan yang berlangsung
sekitar 15 menit. Kegiatan pendahuluan
diawali dengan orientasi terkait dengan
siswa bersama peneliti membuka PBM
dengan ungkapan sukur/doa. Sambil
mengikuti peneliti melaksanakan kegiatan
administrasi (presensi), siswa menyiapkan
diri secara fisik dan psikologi. Kemudian
siswa
diberikan
motivasi
terkait
penyampaian peta materi, tujuan, serta
manfaat yang harus dicapai setelah proses
pembelajaran. Selanjutnya siswa diberikan
apersepsi terkait dengan materi yang akan
dibahas.
Misalnya
pada
pertemuan
pertama, sub materi yang dibahas adalah
Daya
Listrik.
Untuk
mengetahui
pemahaman siswa dengan materi yang
akan diajarkan, guru menyampaikan
masalah-masalah
yang
berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari sebagai
berikut: 1) Pernahkah kalian menghitung
daya listrik di rumah? 2) Tahukah kalian
hubungan antara daya listrik dengan
instalasi listrik? Semua permasalahan
tersebut disampaikan secara lisan kepada
siswa untuk mengetahui secara langsung
sejauh mana pengetahuan siswa terhadap
materi yang akan dibahas sekaligus
memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran dengan
mengemukakan argumen mereka. Dari
kegiatan awal yang dilakukan, siswa
antusias untuk melakukan pembelajaran,
hal ini terlihat antusias untuk siswa yang
mau menjawab pertanyaan yang diberikan
sangat tinggi.
Proses
pembelajaran
dilanjutkan
dengan kegiatan inti yang berlangsung
sekitar 60 menit. Kegiatan inti terdiri atas
fase orientasi, pengorganisasian peserta
didik, penyelidikan individu dan kelompok,
pengembangan dan penyajian hasil,
analisa dan evaluasi proses pemecahan
masalah. Fase orientasi sesuai dengan
pembelajaran
metode
LT
(Learning
Together) dimana siswa menyiapkan buku

pelajaran dan peneliti menyiapkan media,


alat dan bahan pembelajaran yang
berhubungan dengan daya listrik. Peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran. Fase
pengorganisasian peserta didik dimana
siswa masuk dan duduk dalam kelompokkelompok
yang
ditentukan
peneliti
berdasarkan
variasi
gender
dan
kemampuan akademik. Setelah dibagi
kelompok,
kelompok
berdiskusi
menyelesaikan persoalan yang ada pada
Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai daya
listrik. Diakhir diskusi kelompok, setiap
kelompok mempersiapkan diri untuk
presentasi
hasil
diskusinya.
Fase
penyelidikan individu dan kelompok dimana
siswa berdiskusi dengan kelompoknya
menyelesaikan persoalan pada Lembar
Kerja Siswa (LKS). Kemudian pada fase
pengembangan dan penyajian hasil dimana
siswa mempresentasikan hasil diskusinya.
Guru melakukan penilaian kinerja siswa
dan menambahkan yang dianggap perlu
penekanan pada konsep tertentu setelah
presentasi siswa selesai. Sedangkan pada
tahap analisa dan evaluasi proses
pemecahan
masalah
dimana
siswa
menjawab tes tertulis pada Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang berkaitan dengan daya
listrik.
Tahap selanjutnya adalah tahap
pelaksanaan
tindakan.
Pada
tahap
pelaksanaan
tindakan
peneliti
mengobservasi secara langsung kegiatan
yang dilakukan siswa, dari hal ini sudah
mulai terlihat bagaimana proses kerja dari
siswa itu sendiri.
Dari hasil observasi yang sudah
dilaksanakan masih banyak siswa terlihat
kurang aktif, siswa yang tampak bekerja
hanya itu saja sementara teman dalam satu
kelompok tersebut hanya bisa menyaksikan
temannya bekerja bahkan mereka bermain
sesama anggota kelompok.
Kegiatan dilanjutkan dengan fase
pengembangan dan penyajian hasil, yaitu
siswa
memperlihatkan
hasil
diskusi
kelompok
sehingga
peneliti
dapat
melakukan penilaian terhadap hasil kerja
siswa yang sudah dilakukan, peneliti
memberikan umpan balik terhadap hasil
pekerjaan siswa tersebut dan siswa
menyimak hasil-hasil pekerjaan sebagai
pengalaman belajar, maka kegiatan
dilanjutkan dengan kegiatan penutup yang

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
berlangsung sekitar 15 menit. Peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
yang sudah dilakukan, dalam tahap ini
siswa bersama dengan guru melakukan
refleksi/mengevaluasi
efleksi/mengevaluasi
PBM
dengan
menemukan manfaat langsung dan tak
langsung PBM.

memperbaiki hasil pembelajaran menjadi


lebih baik sehingga bisa mencapai target
yang diinginkan.
Tabel 4.Kategori
Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus I

No

Frek Persentase Interval Kategori


1
4%
85-100
Sangat
1
Baik
2
16
64%
70-84,9
Baik
3
8
32%
55-69,9
Cukup
4
0
0%
40-54,9 Kurang
0
0%
0-39,9
Sangat
5
Kurang
Jml 25
100%
70

Gambar 3. Foto saat pembelajaran siklus I

60

Amat Baik

50

Baik

40

Tes akhir siklus I dilaksanakan pada


pertemuan ketiga, yang mencakup materi
Teknologi Tepat Guna, dengan sub materi
Daya Listrik dan Kabel Instalasi Listrik.
Listrik Tes
akhir ini dilakukan
akukan secara individu atau
perorangan. Tes akhir siklus yang
berbentuk tes objektif yang terdiri dari 20
soal dengan sistem penyelesaian tes ini
adalah close book.. Dalam pengerjaan tes,
tes
siswa tidak diijinkan untuk bekerja sama.
Kegiatan ini berlangsung selama
elama 60 menit,
dan
an kegiatan ini berlangsung dengan
lancar. Berdasarkan hasil tes siswa yang
berjumah 25 siswa dan siswi pada tindakan
siklus I, diperoleh hasil belajar Prakarya
dan Kewirausahaan dengan rerata nilai
73,48 dan dengan siswa yang tuntas
sebanyak 11 orang (44%) dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 14 orang (56%).
Tabel 3. Rata-rata
rata Hasil Belajar Siswa
Siklus I

Jumlah Nilai
1837

Rata-rata Ketuntasan
73,48
44%

Untuk mata pelajaran Prakarya dan


Kewirausahaan, di SMA Negeri 3 Singaraja
yang menetapkan standar ketuntasan yaitu
78, karena
arena target yang ingin dicapai peneliti
dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu
ketuntasan hasil belajar 85%, maka untuk
siklus I yang belum mencapai target harus
har
dilanjutkan
pada
siklus
II
untuk

Cukup

30
20
10

Kurang
Sangat Kurang

Gambar 4. Persentase Hasil Belajar Siswa


Siklus I
Deskripsi Pelaksanaan
elaksanaan dan Observasi
Pembelajaran Siklus II
Berdasarkan
hasil
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I,
masih terdapat kekurangan pada hasil tes
yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, akan
dilanjutkan pada pertemuan siklus II.
Proses pembelajaran pada siklus II
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan,
yang terdiri atas dua kali pertemuan tatap
muka dan satu
tu kali pertemuan untuk
pemberian tes belajar. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2015
dengan sub materi Simbol-simbol
Simbol
Instalasi
Listrik. Pada tanggal 11 April 2015
dilaksanakan pertemuan kedua dengan sub
materi Gambar One Line Diagram.
Sedangkan
edangkan
pada
pertemuan
ketiga
dilakukan pada tanggal 25 April 2015
dengan memberikan tes secara individu.
Pertemuan ke-1
Secara umum kegiatan pembelajaran
hampir sama dengan siklus I, namun
terdapat perbaikan sesuai dengan refleksi
pertemuan sebelumnya. Perbaikan
P
yang
dilakukan sebagai berikut:

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
1. Merevisi
draft
awal
perangkat
pembelajaran yaitu RPP sebagai
sarana peneliti dalam melakukan
penelitian.
2. Mengingatkan
kembali
untuk
memperhatikan dan langkah-langkah
yang dilakukan peneliti.
3. Memberikan tugas kepada siswa, siswa
diwajibkan untuk mencari materi dari
buku atau sumber lain seperti internet.
Hal ini dilakukan agar mereka lebih
menguasai
materi
sehingga
mempermudah mereka dalam proses
pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
diberikan
motivasi
terkait
penyampaian peta materi, tujuan, serta
manfaat yang harus dicapai setelah proses
pembelajaran. Pada tahap pendahuluan
sebelum apersepsi, peneliti mengumumkan
yang mendapat skor tertinggi yang dicapai
siswa pada saat pemberian tes belajar
minggu sebelumnya berjumlah 1 orang
siswa.
Alokasi waktu dan langkah kegiatan
yang dilakukan sama dengan siklus I.
Kegiatan pendahuluan peneliti awali
dengan pemberian pujian terhadap siswa
yang mendapat nilai tertinggi bertujuan
agar siswa lainya mempunyai keinginan
untuk mendapat nilai yang sama.
Pelaksanaan tahap kegiatan inti yang
pertama pada fase orientasi yaitu dimana
siswa menyiapkan buku pelajaran dan
peneliti menyiapkan media, alat dan bahan
pembelajaran yang berhubungan dengan
Simbol-simbol Instalasi Listrik. Peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran. Fase
pengorganisasian peserta didik dimana
siswa masuk dan duduk dalam kelompokkelompok
yang
ditentukan
peneliti
berdasarkan
variasi
gender
dan
kemampuan akademik. Setelah dibagi
kelompok,
kelompok
berdiskusi
menyelesaikan persoalan yang ada pada
Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai
Simbol-simbol Instalasi Listrik di siklus II.
Siswa sudah mampu menyampaikan hal
yang ditanyakan oleh peneliti, hal ini
disebabkan siswa sudah memiliki materi
yang cukup bervariasi karena rata-rata
mereka menelusuri melalui internet. Diakhir
diskusi
kelompok,
setiap
kelompok
mempersiapkan
diri
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Fase

penyelidikan individu dan kelompok dimana


siswa berdiskusi dengan kelompoknya
menyelesaikan persoalan pada Lembar
Kerja Siswa. Kemudian pada fase
pengembangan dan penyajian hasil dimana
siswa mempresentasikan hasil diskusinya.
Peneliti melakukan penilaian kinerja siswa
dan menambahkan yang dianggap perlu
penekanan pada konsep tertentu setelah
presentasi siswa selesai. Sedangkan pada
tahap analisa dan evaluasi proses
pemecahan
masalah
dimana
siswa
menyelesaikan soal pada Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan hasil presentasi siswa.

Gambar 5. Foto dokumentasi


pembelajaran siklus II
Dari hasil pengamatan yang sudah
dilakukan pada tahap ini, siswa terlihat
mengalami peningkatan dalam kedisiplinan
mengikuti pembelajaran walaupun masih
terlihat beberapa siswa yang masih
bercanda
ataupun
sibuk
dengan
kegiatannya sendiri.
Dengan memperlihatkan hasil diskusi
kelompok
dan
presentasi
kelompok
sehingga
peneliti
dapat
melakukan
penilaian terhadap hasil kerja kelompok
siswa yang sudah dilakukan, peneliti
memberikan umpan balik terhadap hasil
pekerjaan siswa tersebut dan siswa
menyimak hasil-hasil pekerjaan sebagai
pengalaman belajar, maka kegiatan
dilanjutkan dengan kegiatan penutup yang
berlangsung sekitar 15 menit. Peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
yang sudah dilakukan. Pada tahap ini
sesuai observasi yang sudah dilakukan
peneliti, siswa memiliki antusias tinggi
dalam melakukan pembelajaran, hal ini
terlihat dari jumlah siswa yang bertanya,
yang mengungkapkan pendapat ataupun
menyimpulkan dari hasil pembelajaran
yang sudah dilakukan mereka cukup
banyak dan jawaban yang mereka
kemukakan cukup bervariatif.

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
Pada pertemuan ketiga
tiga pada siklus II
dilaksanakan tes akhir siklus II, yang
mencakup sub materi Simbol-simbol
Instalasi Listrik dan Gambar One Line
Diagram.. Tes akhir ini dilakukan secara
individu
atau
perorangan.
Sistem
pelaksanaan tes akhir ini dilaksanakan
sama seperti pada siklus I dengan tes akhir
siklus yang berbentuk tes objektif yang
terdiri dari 20 soal dengan waktu 60 menit
dan sistem penyelesaian tes ini adalah
close book.. Dalam pengerjaan tes,
tes siswa
tidak diijinkan untuk bekerja sama. Sesuai
dengan pedoman yang digunakan maka
pada siklus II diperoleh nilai tertinggi pada
25 siswa dan siswi untuk hasil belajar siswa
sebesar 86 dan nilai terendah sebesar
72,67 dan dengan rerata 80.8
8
dengan
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 22
2
orang (88%) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 3 orang (12%).
Tabel 5. Rata-rata
rata Hasil Belajar Siswa
Siklus II

Jumlah Nilai
2020

Rata-rata Ketuntasan
80,80
88%

Tabel 6. Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus


II

No

Frek Persentase Interval Kategori


Sangat
1
2
8%
85--100
Baik
2
23
92 %
70-84,9
84,9
Baik
3
0
0%
55-69,9
69,9
Cukup
4
0
0%
40-54,9
54,9 Kurang
0
0%
Sangat
5
0-39,9
39,9
Kurang
Jml 25
100%
100
80

penelitian tindakan kelas ini yaitu


ketuntasan hasil belajar 85%, maka
penelitian ini dihentikan sampai di siklus II,
karena
a sudah mencapai keberhasilan
dalam penelitian.
Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I
dan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh data hasil belajar siswa
sisw untuk
Refleksi awal, siklus I dan siklus II.
II Pada
refleksi awal rata-rata
rata hasil belajar siswa
57,95 dengan ketuntasan 0%, siklus I ratarata hasil belajar siswa 73,48
73
dengan
ketuntasan sebesar 44%, sedangkan pada
siklus II rata-rata
rata nilai belajar siswa 80,8
dengan ketuntasan sebesar 88%.
Pembahasan
Hasil
penelitian
yang
telah
dilaksanakan selama
lama 2 siklus menunjukkan
terjadinya peningkatan dalam hasil belajar
siswa dengan penerapan metode LT
(Learning Together) dalam mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan.
Kewirausahaan
Temuan aspek kognitif,
kognitif afektif dan
psikomotor menunjukkan bahwa penerapan
metode LT (Learning Together) dalam
pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
meningkatkan hasil belajar dari refleksi
awal ke siklus I kemudian ke siklus II.
Berdasarkan hasil analisis data, terjadi
peningkatan skor rata--rata hasil belajar
siswa dari 57,95 dengan kategori
kat
cukup
menjadi 73,48 dengan kategori baik
kemudian menjadi 80,8
8 dengan kategori
baik. Penelitian ini sudah dapat dikatakan
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa
karena
sudah
memenuhi
kriteria
keberhasilan
penelitian
dari
peneliti
harapkan, yaitu persentase
ersentase ketuntasan
sudah mencapai 88%
% dengan rerata hasil
belajar siswa 80,8.

Amat Baik
Baik

60

100
80

Cukup

40
20
0

Refleksi Awal

60
Kurang

Siklus I

40
Sangat Kurang

Siklus II

20
0

Gambar 6. Persentase Hasil Belajar Siswa


Siklus II
Untuk mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan di SMA Negeri 3 Singaraja
yang menetapkan standar ketuntasan,
ketuntasan yaitu
78, karena
arena target yang ingin dicapai dalam

Gambar 7. Perbandingan Persentase Hasil


Belajar Refleksi Awal, Siklus I dan Siklus II
Peningkatan rata--rata disebabkan
oleh 1) peran fasilitator dalam memfasilitasi
dan memotivasi siswa untuk belajar dengan

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
lebih optimal, 2) fasilitator memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi siswa
untuk mengeksplor kemampuannya dalam
menemukan dan memecahkan serta
mencarikan solusi atas permasalahan yang
mereka hadapi secara berkelompok
berbekal sumber-sumber yang mereka
peroleh, 3) pelaksanaan kegiatan praktikum
yang
dilakukan
secara
mandiri
menyebabkan
siswa
terbiasa
untuk
mengembangkan keterampilan memahami
Teknologi Tepat Guna dengan mencari
solusi atas permasalahan yang mereka
hadapi, dengan harapan bila masalah
tersebut ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari
mereka
telah
memiliki
keterampilan untuk memberikan solusisolusi yang kreatif, 4) materi pembelajaran
diperoleh melalui Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang diberikan, hal ini menyebabkan
siswa lebih mudah memahami, dan 5) RPP
yang digunakan dalam pembelajaran
dirancang untuk membangun kreativitas
siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja
Siswa
(LKS)
dan
menyelesaikan
permasalahan yang mereka hadapi.
Beberapa kendala atau kekurangan
yang ditemui selama proses pembelajaran
dalam penelitian ini antara lain 1)
karakteristik metode pembelajaran LT
(Learning Together) yang sangat unik
menyebabkan siswa belum terbiasa
dengan metode tersebut, 2) siswa belum
terbiasa
mengungkapkan
berbagai
permasalahan yang mereka hadapi dalam
mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
bersama kelompok, 3) kendala juga ditemui
ketika mengerjakan Lembar Kerja Siswa
(LKS), dimana pada awalnya siswa tidak
terbiasa mengerjakan Lembar Kerja Siswa
(LKS), padahal dalam metode LT (Learning
Together)
siswa
dituntut
untuk
memecahkan
permasalahan
atas
permasalahan yang mereka hadapi. Pada
awalnya penerapan metode LT (Learning
Together) memang sangat sulit untuk
dilakukan. Namun, dengan mengatasi
kendala-kendala tersebut, metode LT
(Learning Together) dapat diterapkan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang sudah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe LT (Learning


Together) pada Pembelajaran Prakarya
Dan Kewirausahaan dapat Meningkatkan
Hasil Belajar pada Peserta Didik Kelas XI
MIPA2 SMA Negeri 3 Singaraja. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan refleksi awal yang
nilai rata-rata 57,95 dengan persentase
ketuntasan 0% mengalami kenaikan pada
Siklus I yang nilai rata-rata 73,48 dengan
persentase ketuntasan belajar 44%
dengan kenaikan yang cukup signifikan
pada siklus II yaitu dengan nilai rata-rata
80,8 dan dengan persentase ketuntasan
belajar
88%.
Penelitian
ini
dapat
dikategorikan berhasil karena nilai rata-rata
hasil belajar di siklus II sudah memenuhi
kriteria keberhasilan penelitian yaitu K
85% dan berada pada kategori baik dengan
total peningkatan siklus I ke siklus II
sebesar 44%.
SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah
ditarik penulis dalam penelitian tindakan
kelas ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran hendaknya
siswa mengikuti arahan dari guru
sehingga metode yang dipergunakan
oleh guru dalam setiap pembelajaran
dapat diterapkan secara maksimal, baik
dalam pembelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan maupun pembelajaran
yang lain agar apa yang dipelajari
menjadi bermakna.
2. Khususnya
guru
mata
pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan, temuan
penelitian penerapan metode LT
(Learning Together) ini hendaknya
mampu dijadikan metode alternatif
dalam meningkatkan kegairahan belajar
siswa dan keberhasilan dalam proses
pembelajaran maupun dalam proses
praktik dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi siswa.
3. Bagi peneliti lain diharapkan meneliti
kembali penelitian ini untuk lebih
banyak refrensi yang dapat dijadikan
patokan
keberhasilan
penerapan
metode LT (Learning Together).

e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Agus Juny Artha, Edy. 2014. Penerapan
Metode
Demonstrasi
Dalam
Pembelajaran Memperbaiki Peralatan
Rumah
Tangga
Listrik
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di
Jurusan TITL Kelas XI SMK N 3
Singaraja. Skripsi. Singaraja:Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro Undiksha
Singaraja.
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2013. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta,
Bumi Aksara.
Artining, Lia. 2009. Hakikat Pembelajaran
Kooperatif.
Tersedia
pada
https://www.google.com/search?q=HA
KIKAT+PEMBELAJARAN+KOOPERA
TIF.htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl
21/11/2014)
Maulina, Deasy. 2010. Model Pembelajaran
Learning Together. Tersedia pada
https://www.google.com/search?q=Bel
ajar+Sabar+Ikhlas++MODEL+PEMBE
LAJARAN+LEARNING+TOGETHER.
htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl
21/11/2014).
Narayana Prasada, I Dewa Nyoman. 2014.
Implementasi Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Pada Mata Pelajaran
Perakitan Pc Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas X TKJ2
SMK Negeri 3 Singaraja Tahun
Pelajaran
2013/2014.
Skripsi.
Singaraja:Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro Undiksha Singaraja.
Ochys.
2012.
Model
Pembelajaran
Kooperatif.
Tersedia
pada
https://www.google.com/search?q=Mo
del+Pembelajaran+Kooperatif+_+Och
y%27s+Blog.htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl
21/11/2014).
Paisaluddin, M.Pd.I., Ermalinda, M.Hum.
2014. Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Reserch) Panduan

Teoritis dan Praktis. Bandung,


Alfabeta.
Santyasa, I W. 2005. Analisis Butir dan
Kosistensi Internal Tes.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative
Learning (Teori, Riset dan Praktik).
Bandung, Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, Bandung,
Remaja, Rosdakarya.
Susilofys. 2010. Model Pembelajaran
Kooperatif.
Tersedia
pada
https://www.google.com/search?q=Mo
del+Pembelajaran+Kooperatif+_+Susi
lofy%27s+Blog.htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl
21/11/2014).
Taofik.
2010.
Penerapan
Metode
Pembelajaran Demonstration Dan
Experiment
Pada Pembelajaran
Pekerjaan
Dasar
Konstruksi
Bangunan Dalam Upaya Peningkatan
Prestasi Belajar Dan Keaktifan Pada
Peserta Didik Kelas X TGB Program
Keahlian Bangunan Di Smk Negeri 2
Surakarta. Skripsi. Surakarta:Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan.
Tersedia
pada
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j
&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved
=0CHMQFjAH&url=http%3A%2F%2F
core.kmi.open.ac.uk%2Fdownload%2
Fpdf%2F12345159.pdf&ei=ZhBWU7ZIsq4rAevpYGYDg&usg=AFQjCNGVX8AuD1G4msD99mpjmTSwn0iQ&sig2=fkIYQf
VAjmdO6aJezwWlDQ (diakses pada
tgl 21/11/2014).
-------.
2008.
Penerapan
Model
Pembelajaran
Tai
Dalam
Pembelajaran Dapat Mempengaruhi
Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD
Negeri
Panembahan
Kecamatan
Kraton,
Kabupaten
Yogyakarta.
Skripsi.
Yogyakarta:Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Tersedia
pada
http://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%2
02%20-%2008108241038.pdf
(diakses pada tgl 21/11/2014).

Anda mungkin juga menyukai