Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus

Keratitis Superfisialis

Pembimbing :
dr. Djoko Heru Santoso, Sp.M

Disusun oleh :
Roky Ariyanto
406117051

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2012

STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS
Nama

: An. S

Umur

: 14 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Bayah 3/1

Tanggal Pemeriksaan : 28 05 2012 jam 10.00


No CM
II.

: 634686

ANAMNESIS
Anamnesis secara : Auto anamnesis pada tanggal 28 05 2012 jam 10.00

Keluhan Utama :
Mata kiri terasa mengganjal

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan mata kirinya terasa
mengganjal sejak 3 bulan sebelum pemeriksaan. Pasien mengatakan selain terasa
mengganjal seperti berpasir, matanya merah, berair terus-menerus, nyeri, silau dan
penglihatannya kabur pada mata kiri. Keluhan pasien dirasakan tidak bertambah parah
dan tidak demam sejak pertama kali timbul. Pada malam hari pasien sering mengeluh
mata kirinya lengket. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, tidak mengeluh sakit di sekitar
mata bila dihadapkan pada cahaya, tidak mengeluhkan adanya demam. Pasien mengaku
matanya tidak pernah luka atau infeksi.
Pasien belum memeriksakan diri sebelumnya, hanya mengobati sendiri dengan obat
tetes mata yang ada di rumahnya, pasien lupa nama obatnya, tetapi tidak ada perbaikan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat infeksi mata (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi :


Pasien seorang pelajar, biaya pengobatan ditanggung oleh orang tuanya. Kesan
ekonomi cukup.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
- Tensi (T)
- Nadi (N)
- Suhu (T)
- Respiration Rate (RR)
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Status Gizi

:
:
:
:
:
:
:

110/70 mmHg
100 kali / menit
Afebris
20 x / menit
Baik
Compos mentis
Cukup

B. STATUS OPTHALMOLOGI

Keterangan : 1. Infiltrat berupa titik-titik pada permukaan kornea


2. Injeksi Siliar
OCULI DEXTRA(OD)
6/6
Tidak dikoreksi
Edema (-), hiperemis(-),

PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Palpebra

OCULI SINISTRA(OS)
6/60
Tidak dikoreksi
Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

blefarospasme (+),

lagoftalmus (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

ektropion (-),

entropion (-)
Edema (-),

entropion (-)
Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

Konjungtiva

injeksi siliar (+),

infiltrat (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)
Putih
Jernih, edema (-),

Sklera

hiperemis (+)
Putih
Sedikit keruh, edema (-),

keratik presipitat(-),

Kornea

keratik presipitat(-),

Arkus senilis (-),

Arkus senilis (-),sikatriks (-)

infiltrat (-), sikatriks (-)

infiltrat (+) berupa titiktitik pada permukaan

kedalaman cukup

Camera Oculi

kornea
kedalaman cukup

hipopion (-),

Anterior

hipopion (-),

hifema (-)
Warna coklat,(-), edema(-),

(COA)

hifema (-)
Warna coklat,(-), edema(-),

sinekia anterior (-)


Regular, letak sentral,
3mm, refleks pupil
langsung (+), refleks pupil
tidak langsung (+)
Jernih
Jernih
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
N
Epifora (-), lakrimasi (-)
Tidak dilakukan
IV.

Iris

Pupil

Lensa
Vitreus
Fundus Refleks

Retina
TIO
Sistem Lakrimasi
Tes flurosein

sinekia anterior (-)


Regular, letak sentral,
3mm, refleks pupil
langsung (+), refleks pupil
tidak langsung (+)
Jernih
Jernih
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
N
Epifora (-), lakrimasi (+)
Tidak dilakukan

RESUME
1. SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan mata kirinya terasa mengganjal sejak 3 bulan
sebelum pemeriksaan.

Mata kiri terasa mengganjal seperti berpasir, matanya merah, berair terus-

menerus, nyeri, silau dan penglihatannya kabur.


Keluhan tidak bertambah parah sejak pertama kali timbul. Pada malam hari

pasien sering mengeluh mata kirinya lengket.


Sudah diberi obat tetes mata yang ada di rumahnya (pasien lupa nama obatnya),
tetapi tidak ada perbaikan.
2. OBJEKTIF

OCULI DEXTRA(OD)
6/6
Edema (-), hiperemis(-),

PEMERIKSAAN
Visus

nyeri tekan(-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),

OCULI SINISTRA(OS)
6/60
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),

Palpebra

blefarospasme (+),
lagoftalmus (-)

ektropion (-),

ektropion (-),

entropion (-)
Edema (-),

entropion (-)
Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

Konjungtiva

injeksi siliar (+),

infiltrat (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)
Jernih, edema (-),

hiperemis (+)
Sedikit keruh, edema (-),

keratik presipitat(-),

Kornea

keratik presipitat(-),

Arkus senilis (-),

Arkus senilis (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

infiltrat (+) berupa titiktitik pada permukaan

N
Epifora (-), lakrimasi (-)
Tidak dilakukan
V.

VI.

TIO
Sistem Lakrimasi
Tes flurosein

DIAGNOSA BANDING
OS :
1. Keratitis pungtata superficialis
2. Konjungtivitis kataralis
3. Uveitis anterior
4. Glaukoma kongestif akut
DIAGNOSA KERJA
OS Keratitis punctata superficialis

kornea, sikatriks (-)


N
Epifora (-), lakrimasi (+)
Tidak dilakukan

Dasar diagnosis
Anamnesa :

Pasien datang dengan keluhan mata kirinya terasa mengganjal sejak 3 bulan
Mata kiri terasa mengganjal seperti berpasir, matanya merah, berair terus-

menerus, nyeri, silau dan penglihatannya kabur.


Keluhan tidak bertambah parah sejak pertama kali timbul.
Sudah diberi obat tetes mata yang ada di rumahnya (pasien lupa nama obatnya),
tetapi tidak ada perbaikan

Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOS 6/60. Pada mata kiri nampak konjungtiva
terdapat injeksi siliar, kornea keruh dan terdapat infiltrat yang berupa titik-titik pada
permukaan kornea. Tekanan bola mata secara digital normal serta terdapat lakrimasi.

TERAPI MEDIKAMENTOSA

VII.

Kortikosteroid sistemik
GLUKONS (Azetazolamid) 250mg

1x1/2 tab perhari

Antibiotik :
a. TARIVID 0.3% (Oflosasin)

1-2 tetes 4x/hari

b. POLYNEL (Fluoromeholone +Neomycin sulfate)


c. HARVIS (Acyclovir 30 mg 3%)

4x/hari
2x/hari

PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)

OKULISINISTRA(OS)

Quo Ad Visam

ad bonam

ad bonam

Quo Ad Sanam

ad bonam

ad bonam

Quo Ad Kosmetikam

ad bonam

ad bonam

Quo Ad Vitam

ad bonam

ad bonam

VIII.

USUL & SARAN

Usul :

Lakukan pengerokan kornea untuk mengetahui penyebab keratitis


Tes Sensibilitas Kornea menilai nervus trigeminus
Saran :
Rajin memakai obat tetes
Menggunakan pelindung / memakai kacamata agar tidak kembali terkena
trauma debu
Tidak mengusap mata dengan menggunakan tangan atau benda lain yang tidak
terjamin kebersihannya

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA


Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata
yang tembus cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar
pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata rata mempunyai tebal
550 m dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar
11,75mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :
1.
2.
3.
4.
5.

Lapisan epitel (berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris)


Membran Bowman
Stroma
Membran Descement
Endotel

Sumber sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh - pembuluh darah limbus
(arteri ciliaris anterior), humor aqueous, dan air mata. Saraf - saraf sensorik kornea
didapat dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman dan
melepaskan selubung Schwannya.

Transparasi kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskularitas, dan


desturgensinya. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak
dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera
bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di
limbus dan tampak sebagi injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang
tampak sebagi bercak bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke
permukaan dalam stroma. Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat
menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descemet dan endotel kornea.
Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan
COA, disusul dengan terbentuknya hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi
tidak mengenai membran descemet dapat timbul tonjolan membran descement yang
disebut mata lalat atau descementocele. Pada peradangan dipermukaan kornea,
penyembuhan dapat berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut. Pada peradangan
yang lebih dalam, penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat
berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul
perforasi yang dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, dan berakhir dengan
ptisis bulbi.
Fungsi dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata dengan
pembiasan sinar terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk dibiaskan
oleh kornea

KERATITIS
Keratitis adalah kondisi di mana terjadi proses peradangan pada kornea mata, yang
dapat disebabkan oleh banyak hal. Berbagai jenis infeksi, mata kering, trauma, dan
berbagai macam penyakit medis dapat menyebabkan keratitis. Bahkan pada beberapa
kasus keratitis tidak diketahui penyebabnya.
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat
ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada
peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut
(sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma.

Adapun gejala umum adalah :

Keluar air mata yang berlebihan

Nyeri
Penurunan

tajam penglihatan
Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
Mata merah
Sensitif terhadap cahaya

Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri sehingga pada keratitis sering timbul
rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperberat oleh gesekan palpebra (terutama
palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Fotofobia terutama
disebabkan oleh kontraksi iris yang meradang. Selain itu, oleh karena kornea berfungsi
sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang
yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan
terutama apabila lesi terletak sentral dari kornea.
Keratitis dapat diklafikasikan berdasarkan lokasi, derajat penyakit dan
etiologinya
Berdasarkan lokasi yang terkena :
1. Keratitis Epithelial (superficial)
2. Keratitis Subepithelial
3. Keratitis Stroma (Interstitial)
4. Keratitis Endotelial (Profunda)
Berdasarkan derajat penyakitnya :
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
4. Berhubungan dengan peradangan bagian lain dari mata

Keratokonjungtivitis (kornea dan konjungtiva)

Keratouveitis (kornea dan traktus uveal)

Berdasarkan etiologi:
1. Infektif
-

Keratitis Bacterial

o
o
o
o
o
o
o
-

Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
Sterptococcus pneumonia
Koliformis
Pseudomonas
Haemophilus
Enterobacteriaceae (termasuk Klebsiella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus)

Keratitis Viral (Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2


o

Herpes simpleks (HSV) tipe 1

Herpes simpleks (HSV) tipe 2

Keratitis Jamur
o

Candida

Fusarium

Aspergillus

Penicilium

Cephalosporium

Keratitis parasit (Acanthomoeba spp)

Keratitis Interstisial
o

Sifilis

Tuberkulosa

Lepra

2. Non infektif

Keratitis Pungtata Non- Viral

Disebabkan obat-obatan, alergi, dan lensa kontak

Keratitis Alergi
-

Keratokonjungtivitis Flikten

Keratokonjungtivitis Vernal

Keratitis Paparan

Karena gangguan lubrikasi mata dan proteksi palpebra pada kornea


Terdiri atas:
-

Keratitis Lagoftalmus : akibat kelopak mata tidak dapat menutup

sempurna sehingga terjadi kekeringan pada kornea


Keratitis Neuroparalitik : gangguan pada Nervus Trigeminal sehingga

sensibilitas dan metabolisme kornea terganggu


Keratitis pada keratokonjungtivitis sika : kekeringan permukaan kornea

karena gangguan sekresi air mata


Fotokeratitis
Akibat paparan sinar UV dari matahari atau lampu. Dapat sembuh
sendiri setelah 1-2 hari.

Keratitis Superfisialis / Epithelial


Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah:
1. Keratitis punctata superfisialis
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes simpleks, herpes zoster dan
vaksinia.
2. Keratitis flikten
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk
menyerang kornea.
3. Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau
sel goblet yang berada di konjungtiva.
4. Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga
keratitis neuroparalitik.
5. Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyak
didapatkan pada petani.
6. Keratitis profunda
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain:
- Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
- Keratitis sklerotikans.

KERATITIS PUNCTATA SUPERFISIALIS THYGESON

Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman


dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus dan bilateral rekuren menahun yang
jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Keratitis ini disebut juga
dengan Thygesons disease karena ditemukan pertama kali oleh dr. Phillip Thygeson di
Amerika. Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan
jelas, yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan fluoresein, terutama di

daerah pupil. Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat
dengan slit-lamp atau kaca pembesar. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel (lesi
hantu) sering terlihat semasa penyembuhan penyakit epitel ini.

Etiologi
Belum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu kasus
berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea. Penyebab lainnya dapat
terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis neuroparalitik, trakoma,
trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan
pengawet lainnya.

Manifestasi klinis
Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan keluhan iritasi
ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau
(fotofobia) . Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah
sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Keratitis
epitelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari
keratitis pungtata superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis
epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea
bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian
superfisial bersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut
nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang sudah
dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea
bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi
sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi
pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak
sentral pada kornea.
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi
pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak
disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea

yang purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan,
penglihatan kabur.
Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda
yang kita temukan merupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan dari
struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan
sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan
kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan
dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epitel, lokasi dari infiltrat pada
kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda
yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon
terhadap pengobatan.

Terapi
Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik. Pemberian tetes
kortikosteroid untuk jangka pendek sering kali dapat menghilangkan kekeruhan dan
keluhan subjektif, namun pada umumnya kambuh. Prognosis akhirnya baik karena tidak
terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung
1-3 tahun. Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama memperpanjang
perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat timbulnya katarak teriduksi
steroid dan glaukoma.
Gambar:

Diagnosa Banding
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Injeksi konjungtiva
Kekeruhan kornea
Kelainan pupil
Kedalaman BMD
TIO
Sekret

Keratitis akut
+++
++
+/+++
Normal / miosis
N
Normal
-

Tanda
Tajam penglihatan
Silau
Sakit
Mata merah
Sekret
Lengket kelopak
Pupil

Komplikasi

Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Endoftalmitis
Glaukoma sekunder
Kebutaan

Prognosis

Uveitis akut
++
++
Miosis iregular
N
Rendah
-

Keratitis / iritis
Turun nyata
Nyata
Sakit
Injeksi siliar
Tidak ada
Tidak ada
Mengecil

Gloukoma akut
+
++
+++
Midriasis non reaktif
Dangkal
Tinggi
-

Konjungtiva
Normal
Tidak ada
Pedes, rasa kelilipan
Injeksi konjungtiva
Serous, mukos, purulen
Terutama pagi hari
Normal

Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila
tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan gejala sisa.
Meskipun sebagian besar KPS memberikan hasil akhir yang baik namun pada
beberapa pasien dapat berlanjut hingga menjadi ulkus kornea jika lesi pada KPS tersebut
telah melebihi dari epitel dan membran bowman. Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan
yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam
menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang dapat
menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun dapat
juga karena mata pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar,
misalnya karena sinar matahari ataupun debu.
Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan
penyakit hingga bertahun-tahun serta dapat pula mengakibatkan timbulnya katarak dan
glaukoma yang diinduksi oleh steroid.

Daftar Pustaka
1.

American Academy of Ophthalmology. Externa


disease and cornea, San Fransisco 2006- 2007 : 8-12, 157-160

2.

Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi


Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. Hal : 129 142

3.

James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi.


Edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga, 2006. Hal: 67-71

4.

Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FKUI.


Jakarta. 2006

5.
6.

Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal: 56
http://www.medicinenet.com

Anda mungkin juga menyukai