Anda di halaman 1dari 120

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN

PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER


PAYUDARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh:

RISTAROLAS TIOLENA H
041000303

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

1
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN


PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER
PAYUDARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

RISTAROLAS TIOLENA H
041000303

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

2
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN
PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER
PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
RISTAROLAS TIOLENA H.
041000303
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 09 Februari 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji

Penguji I

Drs.Tukiman, MKM
NIP. 131918719

Dra. Syarifah, MS
NIP. 131688345
Penguji II

Penguji III

Drs. Eddy Syahrial, MS


NIP. 131674466

Drs. Alam Bakti Keloko, M. Kes


NIP. 131996172
Medan, Februari 2009
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi


NIP. 131124053

3
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

ABSTRAK
Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,
akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap tinggi
karena banyak penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya sudah parah atau pada stadium lanjut
padahal ada SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) untuk deteksi dini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif
dengan wawancara mendalam (indepth interview) yang akan menggambarkan faktorfaktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker
payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. Informan dalam penelitian ini adalah wanita
penderita kanker payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk mendapatkan
pengobatan pada stadium III sebanyak 7 orang informan. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan EZ-TEXT dan disajikan dalam bentuk matriks.
Faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan
pengobatan yaitu pendidikan informan rendah dan informan tidak memiliki riwayat
keluarga menderita kanker payudara sehingga informan tidak memiliki pengalaman dan
pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya. Sikap informan kurang
berespon terhadap penyakitnya, namun ketika informan tahu penyakit kanker payudara
informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa inkubasi penyakit kanker payudara
lama sehingga informan tidak tahu sudah menderita kanker payudara pada stadium III
dan ketika informan memutuskan untuk berobat informan sudah terlambat untuk
mendapatkan pengobatan. Faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi
keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya
yang tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H.Adam Malik Medan.
Faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan
karena ketiga komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun petugas kesehatan
menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya..
Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang
kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI kepada seluruh wanita yang
berusia subur (cancer age) untuk menemukan kanker payudara sejak dini sehingga
penderita dapat cepat mendapatkan pengobatan. Diharapkan kepada dinas kesehatan
bekerja sama dengan yayasan kanker di Medan untuk memberikan penyuluhan tentang
kanker payudara dan SADARI kepada wanita berusia subur (cancer age). Diharapkan
kepada petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan agar memberikan penyuluhan
tentang kanker payudara dan SADARI kepada keluarga informan yang wanita.
Kata kunci : Faktor-faktor, Wanita Penderita Kanker Payudara, Keterlambatan
Pengobatan

4
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

ABSTRACT
The structure of cancer mamma had speedy progress, but the mortality rate an
incidence rate of cancer mamma still high, because many victim woman of cancer
mamma is coming to health treatment in serious condition or an advanced stage, but
actually the case is cancer mamma be able detect by early detection or named Individual
Inspection Mamma.
This research is descriptive research with qualitative method use indepth
interview which describe factors of influence delay medical treatment at the victim
woman of cancer mamma. The informant in this research is the victim woman of cancer
mamma. Number of informant is seven women. The informant is being treated and came
in the first time to health treatment in third stadium. Analize data with EZ-TEXT and
presented in the matrix.
Predisposing factors which influence delay medical treatment of cancer mamma
are informant education in the low rate, informant dont have knowledge and experience
about cancer mamma because informant dont have family historic of cancer mamma.
Informants attitude are not response enough about informants disease, but when the
informant know about the disease informant agree to get treatment. The informant didnt
know had suffer cancer mamma in the third stadium cancer mamma because the period of
the disease incubation have a long time. Enabling factors which influence delay medical
treatment of cancer mamma are the medical treatment facilities not complete so the
informant get the treatment in the Adam Malik Medan General Hospital Centre (RSUP
H. Adam Malik Medan). Reinforcing factors are not influence delay medical treatment of
cancer mamma because informants family, informants friend, and the helath official
confirm the informant to get treatment.
Health department give the information about cancer mamma and early detection
for all women in the cancer age to find the cancer in early stadium so the victim get the
treatment as fast as the inspection. Indonesian Cancer Foundation in Medan have a
cooperation with health department to give information about cancer mamma and early
detection for women in the cancer age. Health official in RSUP H. Adam Malik Medan
give the information about cancer mamma and early detection for all women the victims
family.
Key word : factors, the victim woman of cancer mamma, delay medical treatment

5
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama

: Ristarolas Tiolena H.

Tempat/Tanggal Lahir

: Riau/18 Januari 1985

Agama

: Kristen Protestan

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Jumlah Anggota keluarga

: 6 (enam) orang

Anak ke

: 1 (pertama) dari 4 (empat) orang bersaudara

Alamat Rumah

: Jl. Jamin Ginting Gang Pelita Jaya No. 19 P. Bulan

Riwayat Pendidikan

1. SD Xaverius Imanuel Tanjung Enim tahun 1990-1996


2. SLTP Negeri 1 Tanjung Enim tahun 1996-1999
3. SMU Negeri 1 Muara Enim tahun 1999-2003
4. FKM USU tahun 2004-2009

6
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI
Hal
Halaman Pengesahan.....................................................................................
Abstrak .........................................................................................................
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................
Kata Pengantar ..............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
Daftar Tabel ..................................................................................................
Daftar Matriks ..............................................................................................

i
ii
iii
iv
vii
x
xi

BAB 1

PENDAHULUAN .........................................................................
1.1
Latar Belakang ....................................................................
1.2
Permasalahan ......................................................................
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................
1.3.1 Tujuan Umum .....................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .....................................................................
1.4
Manfaat Penelitian ...............................................................

1
1
5
5
5
5
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................


2.1
Perilaku ................................................................................
2.1.1 Teori Perilaku ......................................................................
2.1.2 TRA (The Theory of Reasoned Action) ..............................
2.2
Domain Perilaku .................................................................
2.2.1 Pengetahuan (Knowledge) ..................................................
2.2.2 Sikap (Attitude) ...................................................................
2.2.3 Praktik/Tindakan (Practise) ................................................
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku .......................
2.3.1 Pendidikan ...........................................................................
2.3.2 Status Perkawinan ...............................................................
2.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan ......................................
2.3.4 Biaya Pengobatan ..............................................................
2.3.5 Rasa Takut ..........................................................................
2.3.6 Pengetahuan ........................................................................
2.3.7 Sikap ...................................................................................
2.3.8 Kepercayaan terhadap Pengobatan .....................................
2.3.9 Riwayat Keluarga ...............................................................
2.3.10 Fasilitas Pengobatan ...........................................................
2.3.11 Tempat Pengobatan Lain ...................................................
2.3.12 Jarak Tempat Pengobatan...................................................
2.3.13 Keluarga dan Teman .........................................................
2.3.14 Petugas Kesehatan ............................................................
2.4
Perilaku Kesehatan ...........................................................
2.4.1 Perilaku Sakit ....................................................................

7
7
7
7
8
8
10
12
13
15
15
15
15
15
16
16
16
17
17
17
17
18
18
19
20

7
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2.4.2
2.5
2.5.1
2.5.2
2.5.3
2.6
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.6.4
2.6.5
2.6.6
2.6.7
2.7
2.8

Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan...........................


Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan ........................
Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristic) .
Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic) .........
Karakteristik Kebutuhan (Need Charateristic) .................
Kanker Payudara ...............................................................
Definisi Kanker Payudara .................................................
Penyebab Kanker Payudara ..............................................
Faktor Resiko Kanker payudara ........................................
Gejala Kanker Payudara.....................................................
Stadium Kanker Payudara .................................................
Ketahanan Hidup Lima Tahun .........................................
Prevensi Kanker................................................................ .
Keterlambatan Pengobatan ...............................................
Kerangka Pikir Penelitian ..................................................

22
23
23
24
24
25
25
25
25
28
29
32
33
39
41

BAB 3

METODE PENELITIAN ............................................................


3.1
Jenis Penelitian ..................................................................
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................
3.2.1 Lokasi Penelitian ...............................................................
3.2.2
Waktu Penelitian................................................................
3.3
Proses Pemilihan Informan ...............................................
3.4
Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.5
Defenisi Operasional .........................................................
3.6
Tekhnik Pengolahan Dan Analisa Data .............................

42
42
42
42
42
43
45
46
48

BAB 4

HASIL PENELITIAN...................................................................
4.1
Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan ....................................................................
4.2
Gambaran Pengobatan Kanker Payudara diRSUP H. Adam
Malik Medan ....................................................................
4.3
Karakteristik Informan ......................................................
4.4
Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)........................
4.4.1
Biaya Pengobatan Informan ..............................................
4.4.2
Rasa Takut Informan.........................................................
4.4.3
Pengetahuan Informan ......................................................
4.4.4
Sikap Informan ..................................................................
4.4.5
Kepercayaan Informan ......................................................
4.4.6
Riwayat Keluarga Informan ..............................................
4.5.
Faktor Pemungkin (Enabling Factor) .............................
4.5.1
Fasilitas Pengobatan .........................................................
4.5.2
Tempat Pengobatan Lain...................................................
4.5.3
Jarak Tempat Pengobatan..................................................
4.6
Faktor Penguat (Reinforcing Factor) ................................
4.6.1
Keluarga ............................................................................
4.6.2 Teman.................................................................................

49
49
50
51
52
52
53
54
55
56
57
58
58
59
60
61
61
63

8
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.6.3
4.7

Petugas Kesehatan .............................................................


Keterlambatan Pengobatan.................................................

64
65

BAB 5

PEMBAHASAN ............................................................................
5.1
Karakteristik Informan .......................................................
5.2
Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)..........................
5.2.1 Pendidikan ...........................................................................
5.2.2 Status Perkawinan ...............................................................
5.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan .....................................
5.2.4 Biaya Pengobatan ...............................................................
5.2.5 Rasa Takut ..........................................................................
5.2.6 Pengetahuan.........................................................................
5.2.7 Sikap .................................................................................
5.2.8 Kepercayaan Terhadap Pengobatan .................................
5.2.9 Riwayat Keluarga ...............................................................
5.3
Faktor Pemungkin (Enabling Factor) .................................
5.3.1 Fasilitas Pengobatan ...........................................................
5.3.2 Tempat Pengobatan Lain.....................................................
5.3.3 Jarak Tempat Pengobatan ...................................................
5.4
Faktor Penguat (Reinforcing Factor) ..................................
5.4.1 Keluarga ..............................................................................
5.4.2 Teman..................................................................................
5.4.3 Petugas Kesehatan ..............................................................
5.4
Keterlambatan Pengobatan..................................................

68
68
68
68
69
70
71
72
74
79
81
83
85
85
87
89
90
90
93
95
96

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................


6.1
Kesimpulan ........................................................................
6.2
Saran ..................................................................................

102
102
103

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Print Out Komputer Program EZ-Text versi 3.06.
Surat Izin Penelitian dari FKM USU
Surat Selesai Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan

9
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara.... 31
Tabel 4.1 Karakteristik Informan... 52

10
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR MATRIKS

Hal
Matriks 4.1

Rasa Takut Informan Terhadap Penyakit Kanker Payudara dan


Pengobatannya 53

Matriks 4.2

Pengetahuan Informan Tentang Kanker Payudara 54

Matriks 4.3

Sikap Informan Terhadap Kanker Payudara dan Pengobatannya

Matriks 4.4

Kepercayaan Informan Terhadap Kesembuhan Pengobatan Kanker


Payudara oleh Dokter 56

Matriks 4.5

Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Informan. 57

Matriks 4.6

Fasilitas Pengobatan di Tempat Pengobatan Sebelumnya 58

Matriks 4.7

Tempat Pengobatan Lain.. 59

Matriks 4.8

Jarak Tempat Pengobatan 60

Matriks 4.9

Pengaruh dan Dukungan Keluarga Informan Terhadap Pengobatan


Kanker Payudara 61

55

Matriks 4.10 Pengaruh dan Dukungan Teman Informan Terhadap Pengobatan


Kanker Payudara62
Matriks 4.11 Petugas Kesehatan.... 64
Matriks 4.12 Riwayat Penyakit Kanker Payudara Informan.. 65

11
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan kuasa-Nya dalam hidup penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada
wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada orangtua penulis
yaitu D. Hutagalung, SE dan N. Simanjuntak yang telah menjadi inspirasi dan telah
banyak memberikan dukungan dan motivasi baik materiil maupun moril dengan kasih
yang tulus dan tiada pernah habis dalam hidup penulis.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara materiil maupun moril. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu dr. Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan
dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam
pembuatan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Syarifah, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan
petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

12
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang berguna untuk
kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang berguna untuk
kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta Bang Hendro
yang telah banyak membantu penulis.
7. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk selama penulis
mengikuti perkuliahan di FKM USU.
8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah mengizinkan peneliti untuk
mengadakan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.
9. dr Kamal dan Kak Evi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membantu
penulis serta seluruh perawat dan dokter di Rindu B 2 yang telah membantu
penelitian ini. Seluruh informan, yang telah memberikan waktu dan pikiran, tanpa
kalian skripsi ini tidak akan selesai.
10. Adek-adekkku, Finsensia Septiani Geovanni Hutagalung, Jonathan Ernesto
Hutagalung, dan Debora Agustina Hutagalung yang telah menjadi inspirasi dan
telah banyak memberikan dukungan, semangat serta doa bagi penulis.
11. Keluarga besar Op. Rista Simorangkir, dan Op. Lina Panjaitan yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

13
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

12. KAsnah, KHelen dan BDavid yang telah memberikan dukungan, semangat
serta doa-doa pada penulis serta adek-adek kelompok, Dede, Erika, Nova dan
Reta yang telah menjadi inspirasi dan telah memberikan motivasi, dukungan serta
doa pada penulis.
13. Sahabat-sahabatku, Adiyanto, Alfian, Atun, Dini, Efran, Elfrida, Elin, Encep,
Febriyanti, Frisca, Ichwan, Jannie, Nova, Sri, Yuliantari, dan Yuna atas
kebersamaan selama ini juga atas semangat dan dorongan kepada penulis.
14. Sahabat-sahabatku, Amelia, Berliana, Christina (Elektro05), Deci Cimbolon,
Endang, Erlyn, Hans, Lala, Lamria, Maya, Olis, Ria Ok, Renova, Rugun,
Sumisan, dan Velma yang tiada lelah memberikan dukungan, motivasi, serta
semangat pada penulis.
15. Angel, Conti, KHasnah, KHeny, KJamileh, KPida, Sherly, dan Vutri serta
seluruh teman-teman peminatan PKIP yang tak dapat disebutkan satu persatu,
untuk kebersamaan kita yang singkat dan dukungan serta semangat kepada
penulis.
16. Teman-teman stambuk 2004, khususnya Aina, Andry, Belina, Bona, Dame,
Gifani, Ica, Indah, Indri, Iwan, Jay, Juminah, Lastiar, Martalena, Nerida, Rendita,
Rospida, Tina, Veni atas dukungan, perhatian dan semangat yang diberikan
kepada penulis.
17. Kakak dan abang staff LPMI serta teman-teman di LPMI CMSI USU, Mas
Christian, KEva, KRisma, Rian, Atik, Christian, Defita, KFerna, Herlin, Iswan,
Jupiter, Lamhot, Lilis, Lisa, Mince, Ruci, Santi, BWesli dan Yeni atas
kebersamaan serta doa-doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

14
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

18. Teman-teman 1 kost, KSiti, Neli, Meli, Ani, dan yang lainnya atas dukungan dan
motivasi yang diberikan pada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, penulis minta maaf atas kesalahan
dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008


Penulis

15
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tidak menular mengalami peningkatan karena perubahan gaya hidup
masyarakat seperti pola konsumsi yang lebih mementingkan makanan berlemak, kurang
serat, maupun yang diproses (seperti diawetkan, diasinkan dan diasap). Kanker adalah
salah satu penyakit tidak menular yang bisa menyerang jaringan dalam berbagai organ
tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur
dan vagina (Mardiana, 2004).
Kanker payudara adalah salah satu penyakit yang paling banyak ditakuti oleh
wanita karena kanker payudara banyak menyerang wanita (Dalimartha, 2004).
Menurut Sutjipto (2006), kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat
tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa berasal dari
kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf.
Berdasarkan data dari IARC (International Agency for Research on Cancer), pada
tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada
perempuan (insidens rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7%
dan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Pusat
Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2008 ).
The American Cancer Society memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat
akan didiagnosis menderita kanker payudara (stadium I-IV) dan 40.140 orang akan
meninggal pada tahun 2005. Selanjutnya, Canadian Cancer Society memperkirakan
penderita kanker payudara pada tahun 2005 di Kanada akan mencapai 21.600 wanita dan

16
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

5.300 orang akan meninggal dunia. Sementara itu, berdasarkan data dari Australian
Institute of Health and Welfar menunjukkan jumlah penderita kanker payudara di
Australia pada tahun 2001 sebanyak 11.791 wanita dan jumlah yang meninggal sebanyak
2.594 orang (Kusminarto, 2005).
Insiden kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada
registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan, tetapi IARC (International Agency
for Research on Cancer) memperkirakan insidens kanker payudara di Indonesia pada
tahun 2002 sebesar 26 per 100.000 perempuan (Kusminarto, 2005).
Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,
akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap tinggi
karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Kanker payudara akan mendapat
penanganan yang secepatnya dan akan memberikan harapan kesembuhan serta harapan
hidup yang lebih baik apabila kanker payudara dideteksi sejak dini (Supit, 2002).
Tambunan (1995) dalam Widiyanto (1999) juga menyatakan bahwa kesembuhan akan
semakin tinggi jika kanker payudara ditemukan dalam stadium dini yang biasanya masih
berukuran kecil.
Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini.
Menurut Soebroto, Ahmad Ghozali, dan Evi Yuliati (2001), satu-satunya cara deteksi
dini kanker payudara yang murah, namun praktis dan akurat adalah pemerikSAan
payuDAra sendiRI (SADARI).
Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan
kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita, seperti penelitian Long
(1989) yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI

17
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

(pemerikSAan payuDAra sendiRI). Demikian juga, Soelarto (1995) dalam penelitiannya


menyebutkan kurang lebih 85% tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak
sengaja. Dengan demikian, menurut Reksoprojo (1995), akan sangat besar artinya bila
SADARI lebih digalakkan terhadap kaum wanita terutama yang lebih dari 30 tahun
(Cancer Age) sehingga diharapkan akan banyak dijaring kasus kanker secara dini
(Widiyanto, 1999).
Menurut Muklis dalam Widiyanto (1999), di negara maju kesadaran masyarakat
untuk melakukan SADARI cukup tinggi sehingga kasus baru telah dapat diketahui sejak
dini, sementara di Indonesia lebih kurang 65% masyarakat datang ke dokter pada stadium
lanjut.
Masyarakat yang mendapat penyakit datang ke pusat pelayanan kesehatan sudah
dalam stadium lanjut dikarenakan mereka tidak merasakan sakit (disease but not illness).
Masyarakat belum menjadikan kesehatan prioritas di dalam hidupnya sehingga
masyarakat lebih memilih memprioritaskan tugas-tugas yang lebih penting daripada
mengobati sakitnya karena kondisi sakit itu dianggap tidak akan mengganggu kegiatan
atau tugasnya sehari-hari. Perilaku atau usaha untuk mengobati penyakitnya sendiri baru
akan timbul apabila mereka diserang penyakit dan merasakan sakit. Mereka mengobati
penyakitnya berdasarkan pengalamannya dengan obat-obatan dari warung atau memilih
pengobatan tradisional (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Tambunan, Joko S. Loekito, dan Soekimin (1992), pada kanker payudara
perasaan sakit jarang terjadi dan baru muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut.
Penderita kanker payudara merasa tidak perlu pergi berobat karena keluhan sakit tidak
ada sehingga tumor dibiarkan tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Banyak

18
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan


pengobatan ketika penyakitnya sudah parah atau pada stadium lanjut karena penderita
kanker payudara sering tidak menyadari atau merasakan secara jelas gejala permulaan
kanker atau bahkan mengabaikannya karena dianggap tidak mengganggu aktivitas atau
tugas sehari-hari.
Hasil penelitian Purba (2004) di RS St. Elisabeth Medan menunjukkan tingginya
persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu
sebesar 30,3% dan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 4 orang dari 109 orang
penderita yang dirawat inap pada tahun 2000-2002. Demikian juga, penelitian Nurlela
(2005) di RS Haji Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang
pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu sebesar 47,1% dan jumlah yang
meninggal dunia sebanyak 8 orang dari 109 orang penderita yang dirawat inap pada
tahun 2000-2004.
RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit
kelas A dan pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi propinsi
Sumatera Utara, NAD, Sumatera Barat dan Riau sehingga banyak penderita kanker
payudara yang berobat ke rumah sakit ini. Berdasarkan hasil penelitian Sitopu (2004) di
RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang
pertama kali untuk berobat pada pada stadium III sebesar 42,6% dan jumlah yang
meninggal dunia sebanyak 9 orang dari 143 orang penderita yang dirawat inap pada
tahun 1998-2002. Demikian juga, berdasarkan hasil survei pendahuluan dari rekam
medik RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang
datang pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu sebesar 62,4% dan jumlah yang

19
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

meninggal dunia sebanyak 4 orang dari 109 orang penderita yang dirawat inap pada
bulan Januari-Juli tahun 2008. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita
penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita
penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan
pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. untuk mengetahui faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi
keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.
Adam Malik Medan.
2. untuk mengetahui faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi
keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.
Adam Malik Medan.

20
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

3. untuk mengetahui faktor penguat (reinforcing factor) yang mempengaruhi


keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.
Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai informasi bagi dinas kesehatan sehingga dapat melakukan intervensi
agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker payudara pada wanita.
2. Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan sehingga
dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker
payudara.
3. sebagai bahan informasi bagi RSUP H. Adam Malik Medan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan.
4. sebagai sarana penambah pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara.

21
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Teori Perilaku
1. Notoatmodjo (2007) mengartikan perilaku dari segi biologis yaitu suatu
kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan).
2. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau perilaku seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar).
3. Glanz (1988) menyatakan perilaku itu dipandang sebagai sesuatu yang dipengaruhi
oleh dan sedang dipengaruhi oleh tingkatan-tingkatan yang berkelanjutan dari pengaruh
yaitu faktor dalam diri seseorang atau individu, faktor antara seseorang dengan yang
lainnya, faktor institusi/organisasi, faktor masyarakat dan faktor kebijakan publik.

4. Menurut Stokols (1997) perilaku keduanya pengaruh dan dipengaruhi oleh


lingkungan sosial (Glanz, 2002).
5. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan (Sarwono, 1997).
2.1.2 TRA (The Theory of Reasoned Action)
Teori yang juga dikenal dengan Behavioral Intention Theory dari Ajzen dan
Fishbein (1980) menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak/intensi
(intention), dan perilaku . Intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku. Jika ingin
menggambarkan apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya
adalah mengetahui intensi orang tersebut. Intensi ditentukan oleh sikap dan norma
22
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil dari pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcomes of
the behavior). Komponen kedua mencerminkan dampak-dampak dari norma subyektif (
Smet, 1994).
2.2 Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain,
ranah atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotorik
(psychomotorik). Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik/tindakan
(practice) (Notoatmodjo, 2007).
2.2.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam kognitif
memiliki 6 tingkatan yaitu:
1. tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

23
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2. memahami (comphrehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. sintesis (synthesis)
Sintesis

menunjuk

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.
6. evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.

24
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Sikap (Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan suatu objek. Newcomb dalam
Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
a) Komponen Sikap
Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap
ini mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)


Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude).

b) Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu:
1. menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).

25
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2. merespon (responding)
Merespon diartikan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap. Karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan, terlepas dari pekerjaaan itu benar atau salah, adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
3. menghargai (valuing)
Mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu lain untuk
pergi menimbangkan anaknya ke posyandu.
4. bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap
suatu objek (Notoatmodjo, 2007).
2.2.3 Praktik atau Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor
fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

26
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan dari yaitu:


1) persepsi (perception)
Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
2) respon terpimpin (guided response)
Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh.
3) mekanisme (mechanism)
Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan.
4) adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi

kebenaran dari tindakan tersebut.


Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung. Secara
langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan beberapa
jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran secara langsung dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo (2007) .

27
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Menurut Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:
a. faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, nilai, dan persepsi berkenaan
dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Dalam arti umum,
kita dapat mengatakan faktor predisposisi sebagai preferensi pribadi yang
dibawa seseorang atau kelompok. Preferensi ini mungkin mendukung atau
menghambat perilaku sehat; dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai
pengaruh. Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosial ekonomi,
umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor
predisposisi.
b. faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber yang perlu
untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik atau sumber daya serupa itu.
Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya.
Biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka, dan lain sebagainya
merupakan faktor pemungkin dalam arti ini.
c. faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat (toma), sikap dan perilaku para petugas termasuk para
petugas kesehatan. Termasuk juga di sini adalah undang-undang, peraturan-

28
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

peraturan, baik pusat maupun daerah, yang terkait dengan kesehatan.Untuk


berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan
dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas
terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan
untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2002).
2.3.1

Pendidikan
Dalam model-model struktur sosial dijelaskan bahwa individu-individu yang

berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang
tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka (Smet, 1994).
2.3.2

Status Perkawinan
Menurut Clark (1959) dalam Sarwono (1997), seorang pasien tidaklah bebas

untuk membuat keputusan yang segera dan menentukan mengenai kesehatannya sendiri .
Ia tidak bertindak sebagai individu tetapi sebagai anggota keluarga.
2.3.3

Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan


Mechanic dalam Sarwono (1997) menyatakan bahwa perilaku sakit erat

hubungannya dengan dengan konsep diri, penghayatan situasi yang dihadapi, dan
pengaruh birokrasi (karyawan yang mendapat jaminan perawatan kesehatan yang baik
akan cenderung merasa lebih cepat sakit daripada mereka yang cenderung akan
kehilangan nafkah hariannya jika tidak masuk karena sakit).
2.3.4

Biaya Pengobatan
Taylor (1999) menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan penundaan

pengobatan adalah biaya pengobatan yang dirasakan terutama untuk orang-orang miskin.

29
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Mereka akan menganggap gejala penyakit yang dideritanya tidak serius sebagai alasan
mahalnya biaya pengobatan (Smet, 1994).
2.3.5

Rasa takut
Menurut Blackwell (1963) dalam Muzaham (1995), menyatakan bahwa banyak

pula orang yang memandang gejala penyakitnya harus ditangani dokter, namun tidak
melakukannya, boleh jadi karena takut mendengar keterangan dokter. Mitchell dalam
Hawari (2004) menyatakan salah satu faktor yang menghambat datangnya pasien untuk
berobat adalah karena rasa takut bahwa ia menderita kanker , takut dioperasi, dan rasa
takut berlebihan dalam hubungan emosional dengan suaminya.
2.3.6

Pengetahuan
Sarwono (1997) menyatakan kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau

menggunakan sarana kesehatan karena dia merasa tidak mengidap penyakit. Menurut
Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi
yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Menurut
Hawari (2004) ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
keterlambatan pengobatan kanker payudara.
2.3.7

Sikap
David dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa

beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan
dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa sakit dan meragukan bahwa rasa
sakit itu akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.

30
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2.3.8

Kepercayaan terhadap pengobatan


J. Young (1980) dalam Muzaham (1995) menyatakan kepercayaaan (faith)

terhadap keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi


salah satu unsur dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat.
2.3.9

Riwayat Keluarga
David dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa nilai dari suatu tindakan yang

berkaitan dengan upaya menangani gejala penyakit bersumber dari pengalaman


seseorang selaku kelompok sosial. Jika dalam keluarga pernah menderita kanker
payudara dapat menjadi pengalaman bagi si sakit sehingga menjadi pertimbangan dalam
memilih untuk mengobati penyakitnya atau tidak.
2.3.10 Fasilitas Pengobatan
Menurut J.Young (1980) dalam Muzaham (1995), fasilitas pengobatan menjadi
salah satu unsur dalam pengambilan keputusan pengobatan dalam model perilaku pilihan
berobat.
2.3.11 Tempat Pengobatan Lain
Menurut penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan SlametVelsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia penderita pergi
berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya sebelum mereka datang
ke petugas kesehatan. Para ahli (Jefferys, Brotherstone, dan Cartwright, 1960) dalam
Muzaham (1995) menemukan bahwa orang cenderung mengobati sendiri dan sekaligus
berobat ke dokter.

31
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2.3.12 Jarak Tempat Pengobatan


Andersen dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa lamanya waktu yang
digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan mempengaruhi individu dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2.3.13 Keluarga dan Teman
Menurut Geertsen (1988) dan Sarafino (1990), sektor awam yang terdiri dari
keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan sebuah
gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis, menyarankan cara
penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang lain (Smet, 1994).
Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) menemukan bahwa teman dan anggota keluarga
menjadi orang yang pertama diminta nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya. David
dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial memiliki
nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap cocok untuk
dijalankan.
2.3.14 Petugas Kesehatan
Kleinman menyatakan para profesional kesehatan yang terdiri dari organisasiorganisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada sanksinya seperti dokter,
perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang dalam perawatan kesehatan
(Smet, 1994). Suchman dalam Muzaham (1995) menyatakan faktor kualitas komunikasi
dokter-pasien mempengaruhi tindakan yang seharusnya dilakukan dalam pengobatan.

32
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2.4 Perilaku Kesehatan


Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku
kesehatan yang terdiri dari:
1. perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang
mencakup antara lain:

makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

olahraga teratur

tidak merokok

tidak minum minuman keras dan narkoba

istirahat yang cukup

mengendalikan stress

perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

2. perilaku sakit (illness behaviour)


Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: gejala dan penyebab penyakit,
dan sebagainya.
3. perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang
harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama

33
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang
meliputi:

tindakan untuk memperoleh kesembuhan

mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit


yang layak

mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh


pelayanan

kesehatan,

(memberitahukan

dan

sebagainya)

penyakitnya

kepada

dan
orang

kewajiban
lain

orang

terutama

sakit
kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,


dan sebagainya).
2.4.1

Perilaku sakit
Menurut Suchman dalam Sarwono (1997), ada lima macam reaksi dalam mencari

proses pengobatan laku sakit yaitu:

Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical
care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah
untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai
harapan.

Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan


pada lokasi yang sama.

Procastination atau proses penundaan pencarian pengobatan sewaktu


gejala sakit dirasakan.

Self medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau


membelinya di warung obat.

34
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan.

Tahap-tahap pembuatan keputusan


Suchman dalam Notoatmodjo (2007) membagi 5 tahap kejadian yang
menganalisis bagaimana proses seseorang di dalam membuat keputusan sehubungan
dengan pencarian atau pemecahann masalah perawatan kesehatannya yaitu:

Tahap pengalaman/pengenalan gejala (the sympton experience).


Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa di dalam dirinya ada
suatu gejala penyakit, yang didasarkan pada adanya rasa ketidakenakan
pada badannya, yang dirasakan sebagai ancaman bagi hidupnya.

Tahap asumsi peran sakit (the assumption of sick role)


Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa ia sakit dan
memerlukan dan memerlukan pengobatan, ia mencari informasi dan
pengakuan dari anggota keluarga yang lain, tetangga atau rekan kerja.

Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (the medical care contact)


Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan fasilitas/pelayanan
kesehatan, sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi yang ada
pada dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.

Tahap ketergantungan pasien (the dependent patient stage)


Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya, karena perbuatannya
sebagai pasien, maka untuk kembali sehat harus tergantung dan pasrah
kepada fasilitas pengobatan.

Tahap penyembuhan atau rehabilitasi (the recovery of rehabilitation)

35
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Pada tahap ini pasien atau individu memutuskan untuk melepaskan diri
dari peran pasien. Ini ada 2 kemungkinan yaitu : pertama karena ia pulih
kembali sebelum sakit, dan kedua karena ia menjadi cacat.
2.4.2

Perilaku pencarian pelayanan kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2007), respon seseorang apabila sakit adalah sebagai

berikut:

Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no


action) karena kesehatan belum menjadi prioritas hidupnya, fasilitas
pengobatan yang letaknya jauh atau karena petugas kesehatan tidak
simpatik.

Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment) karena percaya pada


diri sendiri dan berdasar pada pengalaman yang lalu usaha pengobatan
sendiri sudah mendatangkan kesembuhan.

Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional


(traditional remedy)

Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung obat


dan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang jamu.

Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang


diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta.

Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang


diselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine).

36
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2.5 Model penggunaan pelayanan kesehatan


Salah satu model penggunaan pelayanan kesehatan adalah model sistem
kesehatan (health system model). Anderson dalam Notoatmodjo (2007) menggambarkan
model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan yang terdiri dari 3 kategori
utama dalam pelayanan kesehatan yaitu karakteristik predisposisi (predisposing
characteristics), karakteristik pendukung (enabling characteristic), dan karakteristik
kebutuhan (need characteristic)
2.5.1

Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)


Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu

mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.


Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan pada 3 kelompok
yaitu:
1.

ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

2.

struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras,


dan sebagainya.

3.

manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan


dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

Anderson percaya bahwa:

setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, perbedaan


tipe dan frekuensi penyakit, dan perbedaan pola penggunaan pelayanan
kesehatan.

setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, perbedaan gaya hidup,


pola penggunaan pelayanan kesehatan.

37
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009


2.5.2

individu percaya adanya kemujuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

Karakteristik pendukung (enabling characteristic)


Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya,


kecuali bila ia mampu menggunakannya tergantung dari kemampuannya untuk
membayar.
2.5.3

Karakteristik kebutuhan (need characteristic)


Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan mencari pengobatan dapat

terwujud di dalam tindakan apabila dirasakan sebagai kebutuhan.

2.6 Kanker Payudara


2.6.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara . Kanker
payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker
payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan
bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).
Menurut Sutjipto, kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat
tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa berasal dari
kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf (Kurniawan,
2006).
2.6.2 Penyebab Kanker Payudara
Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatkan penyebab kanker payudara belum
diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak

38
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan
faktor lain yang bersifat eksogen.
2.6.3 Faktor Resiko Kanker Payudara
Menurut Dalimartha (2004), ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan
terjadinya kanker payudara yaitu:
a. Riwayat keluarga
Beberapa riwayat keluarga yang dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi dini
yaitu ibu atau saudara perempuan terkena kanker payudara atau kanker yang
berhubungan dari ibu atau ayah, terkena kanker ovarium, kanker kolorektal,
kanker prostate, tumor otak, leukemia, dan sarkoma. Hasil penelitian dari
T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa
wanita yang memilki riwayat keluarga ada yang menderita kaker payudara
seperti pada ibu, saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena
kanker payudara 2 hingga 3 kali lebih tinggi.
b. Hormon
Faktor hormon adalah faktor yang banyak berpengaruh pada timbulnya kanker
payudara seperti mendapat haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun,
mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak
pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35 tahun dan tidak
pernah menyusui anak. Hasil penelitian dari

Simanjuntak (1977) dalam

Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menstruasi


(menarche) pada usia < 12 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 1,7

39
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita yang mengalami menstruasi pada
usia normal yaitu > 12 tahun dan pada wanita yang mengalami menopause
terlambat yaitu > 55 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 2,5
hingga 5 kali lebih tinggi. Pada wanita yang tidak kawin memiliki resiko
terkena kanker payudara 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang kawin dan
mempunyai anak . Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 35
tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 2 kali lebih besar.
c. Umur
Wanita berumur > 30 tahun, mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat
kanker payudara dan kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause.
d. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara
akibat tumor jinak atau tumor ganas kontralateral. Hasil penelitian dari T.M.
Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita
yang pernah mengalami infeksi, trauma, atau tumor jinak payudara, memiliki
resiko terkena kanker payudara 3 hingga 9 kali lebih besar sedangkan wanita
dengan kanker payudara kontralateral, memiliki resiko terkena kanker
payudara 3 hingga 9 kali lebih besar.
e. Wanita yang pernah menggunakan obat hormonal yang lama seperti terapi
suluh hormone atau Hormonal Replacement Therapy (HRT), dan pengobatan
kemandulan (infertilitas).
f. Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak
seperti kelainan fibrokistik. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977)
dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang memakai

40
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan meningkatkan


resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi.
g. Wanita yang pernah mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding
dada. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi
(2002) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) di
dinding dada, memiliki resiko terkena kanker payudara 2 hingga 3 kali lebih
tinggi.
h. Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa.
i. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002)
menunjukkan bahwa wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium
resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi.
2.6.4 Gejala Kanker Payudara
Gejala kanker payudara pada permulaan sering tidak dirasakan oleh penderita.
Menurut Dalimartha (2004) kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak
menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri dan tidak terganggu
aktivitasnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah teraba benjolan
kecil di payudara.
Menurut Mardiana (2004), gejala serangan kanker payudara semakin banyak
setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut yaitu:
1. rasa nyeri atau sakit pada payudara
2. adanya benjolan dan semakin lama benjolan semakin membesar
3. payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan

41
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4. mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng atau eksim
5. kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk
6. terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari putting
susu
2.6.5

Stadium Kanker Payudara


American

Joint

Committee

on

Cancer

(2002)

dalam

Sani

(2003)

mengklasifikasikan stadium kanker payudara berdasarkan sistem TNM sebagai berikut :


a. Tumor Primer ( T )
TX

: Tumor primer tidak dapat diduga

T0

: Tumor primer tidak di jumpai

Tis

: Karsinoma insitu

T1

: Tumor 2cm

T1a

: Tumor 0,5 cm

T1b

: Tumor 0,5 cm dan 1 cm

T1c

: Tumor 1 cm dan 2 cm

T2

: Tumor > 2cm dan < 5cm

T3

: Tumor > 5cm

T4

:Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan


kulit

T4a

: Ekstensi kedinding dada tidak termasuk otot pektoralis

T4b

: Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi kulit payudara, atau


satelit nodul pada kulit

T4c

: Gabungan T4a dan T4b

42
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

T4d

: Karsinoma Inflamasi

b. Kelenjar Getah Bening Regional ( N ) Klinis


NX

: KGB regional tidak bisa di duga

N0

: Tidak ada metastasis KGB regional

N1

: Dijumpai metastasis KGB aksila ipsilateral, mobile

N2

: Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak


KGB mamari interna ipsilateral dengan tidak adanya metastasis KGB
aksila

N2a

: Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau ke


struktur sekitarnya

N2b

: Secara klinis metastasis hanya dijumpai pada KGB mamari


Interna ipsilateral dan tidak dijumpai metastasis KGB aksila
secara klinis

N3

: Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau


tanpa keterlibatan KGB aksila atau dalam klinis tampak KGB
mamari interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya
metastasis KGB aksila atau adanya metastasis KGB
supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila atau mamari interna .

N3a

: Metastasis KGB infaraklavikular ipsilateral

N3b

: Metastasis pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila

N3c

: Metastasis pada KGB supraklavikular ipsilateral

43
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

c. Metastasis Jauh ( M )
MX

: Metastasis jauh tidak dapat dibuktikan

M0

: Tidak dijumpai metastasis jauh

M1

: Dijumpai metastasis jauh

Stadium
Stadium 0
Stadium I
Stadium II A
Stadium II B
Stadium III A

Stadium III B
Stadium III C
Stadium IV

Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara


T
N
Tis
N0
M0
T1
N0
M0
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Semua T
N3
M0
Semua T
Semua N
M1

Portmann dalam Tjindarbumi (2002) membagi stadium kanker payudara yang


disesuaikan dengan aplikasi klinik sebagai berikut :

Stadium I
Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm.
Kelenjar getah bening regional belum teraba.

44
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Stadium II
Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau
beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan
diameter < 2 cm.

Stadium III A
Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di jaringan
sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.

Stadium III B
Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau
dinding dada, kulit merah dan ada oedema (> 1/3 permukaan kulit payudara),
ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain atau terhadap jaringan sekitarny. Diameter > 2,5 cm, belum ada
metastasis jauh.

Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai
dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.

Menurut Karnadihardja (1987) stadium kanker terbagi menjadi 2 yaitu :

Stadium dini yaitu stadium I dan II

Stadium lanjut yaitu stadium III dan IV

2.6.6 Ketahanan Hidup Lima Tahun


Menurut Hack (1994) dalam Pane (2002), ketahanan hidup tergantung dari
adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya
metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluh darah. Menurut Hawari

45
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

(2004), angka-angka statitistik menunjukkan bahwa para penderita kanker usianya tidak
lebih dari lima tahun untuk bertahan (five years survival rate). Karnadihardja (1987)
menyatakan bahwa jika kanker payudara tidak diobati maka ketahanan hidup lima tahun
sebesar 16%-22% dan 1%-5% dalam 10 tahun.
Karnadihardja (1987) membagi ketahanan hidup lima tahun menurut tingkat
pertumbuhan tumor sebagai berikut:

Stadium I, ketahanan hidup lima tahun sebesar 85%

Stadium II, ketahanan hidup lima tahun sebesar 65%

Stadium III, ketahanan hidup lima tahun sebesar 40%

Stadium IV, ketahanan hidup lima tahun sebesar 10%

2.6.7. Prevensi Kanker


Menurut Sukardja (2000), prevensi adalah suatu usaha untuk mencegah timbulnya
kanker atau kerusakan yang lebih lanjut yang ditimbulkan oleh kanker itu. Sukardja
(2000) menyatakan ada 3 macam prevensi kanker yaitu:
1. prevensi primer
Prevensi primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan
menghilangkan dan atau melindungi tubuh dari kontak dengan karsinogen dan
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker.
Menurut Dalimartha (2004) prevensi primer terdiri dari :

Penggunaan obat-obatan hormonal harus dengan sepengetahuan dokter.

wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang


berhubungan jangan menggunakan alat kontarsepsi yang mengandung hormon
seperti pil, suntikan, dan susuk KB.

46
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Memberikan ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi resiko terkena
kanker payudara. Hal ini disebabkan selama proses menyusui, tubuh akan
memproduksi hormon oksitoksin yang dapat mengurangi produksi hormon
estrogen. Hormon estrogen dianggap memegang peranan penting dalam
perkembangan sel kanker payudara.

Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi sayur dan buah-buahan segar,


kedelai beserta produk olahannya seperti susu kedelai, tahu, tempe karena
mengandung fitoestrogen bernama genistein yang dapat menurunkan resiko
kanker payudara.

Menghindari memakan makanan berkadar lemak tinggi.

2. prevensi sekunder
Prevensi sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut
karena kanker itu dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta pengobatan
dengan segera. Pada stadium dini kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker ini
masih kecil sehingga bila segera diobati dengan baik diharapkan penderita dapat
dibebaskan dari cengkraman dan dapat hidup dengan normal.
a.

Deteksi Dini
Walaupun kemajuan pengobatan kanker dengan sitostatika semakin
meningkat, namun penemuan tumor pada stadium dini merupakan faktor
penting dalam penanggulangan kanker payudara. Sebagian besar kanker
payudara ditemukan oleh pasien sendiri, artinya tumor dalam tingkat
pertumbuhan lanjut. Untuk menemukan tumor ini pada stadium awal

47
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

diperlukan inisiatif pasien dan pemeriksaan medis (Tambunan, dkk, 1992).


Deteksi dini terbagi menjadi:

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ternyata terbukti dapat menemukan
tumor pada ukuran kecil. Dengan pola pemeriksaan tertentu payudara
diperiksa sendiri setiap bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti. Pemeriksaan
payudara sendiri waktu sedang mandi sangat efektif karena dengan
mempergunakan sabun benjolan lebih mudah teraba. Apabila teraba benjolan
walaupun kecil dan tidak sakit, apalagi pada wanita golongan risiko tinggi,
segera diperiksakan pada dokter keluarga ataupun dokter di Rumah
Sakit/Puskesmas. Menurut penelitian para ahli, SADARI sangat bernilai
dalam deteksi kanker payudara sedini mungkin (Tambunan, dkk, 1992).

Pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS)


Dokter umum merupakan ujung tombak dalam penanggulangan kesehatan
masyarakat

karena

diperkirakan

mempunyai

kesempatan

luas

untuk

menemukan kanker payudara ukuran kecil. Kesempatan ini mungkin, apabila


pada setiap wanita yang berusia lebih dari 40 tahun atau wanita yang termasuk
golongan risiko tinggi, walaupun dia datang karena penyakit lain, dilakukan
pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS) oleh dokter, bidan atau
paramedis wanita (Tambunan, 1992). SARANIS dilakukan sistematis dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pasien diperiksa dengan bagian atas terbuka (Tambunan, 1996).

48
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2. Pasien duduk berhadapan dengan petugas medis diamati simetrisasi atau


perubahan bentuk kedua payudara (Tambunan, 1992).
3. Kedua tangan pasien diangkat ke atas kepala sambil memperhatikan
simetrisasi ataupun perubahan gerakan keduapayudara. Adanya tarikan
pada kulit merupakan pertanda karena kemungkinan keganasan. Untuk
melihat lebih jelas, tarikan kulit yang menutup massa ditekan di antara dua
jari tangan dan terjadi dimpling sign (Tambunan, 1992).

Pemeriksaan mamografi
Mamografi adalah foto payudara dengan mempergunakan alat khusus. Teknik
sederhana, tidak sakit dan tidak ada suntikan kontras. Pada cara ini kanker
payudara ukuran kecil 0.5 cm dapat dideteksi bahkan cara ini dapat
dipergunakan sebagai alat skrining massal terutama golongan risiko tinggi
walaupun tumornya tidak teraba. Apabila pada SARARI atau pemeriksaan
SADARI ditemukan benjolan pada payudara, pemeriksaan dilanjutkan dengan
mamografi. Pemeriksaan mamografi dilanjutkan dengan pemeriksaan
patologik : sitologi biopsi aspirasi ataupun biopsi bedah. Ketepatan diagnosis
mamografi lebih kurang 80%. Indikasi lain mamografi adalah para wanita
golongan risiko dengan keluhan bahwa dari puting susu keluar cairan coklat
atau campur darah.

b.

Pengobatan Kanker Payudara


Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), ada beberapa pengobatan
kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik
penyakit yaitu:

49
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

a.

Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Menurut Hirshaut
dan Pressman (1992) dalam Pane (2002), ada 4 jenis mastektomi yaitu:
Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara payudara, jaringan payudara di tulang dada,
tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
payudara.

Operasi

ini

selalu

diikuti

dengan

pemberian

radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien


yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir
payudara.
b. Penyinaran/radiasi
Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996).
Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna
kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung
menurun sebagai akibat dari radiasi.

50
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh
sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh
tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami
mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
3. prevensi tersier
Prevensi tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi kanker.
Komplikasi apa yang akan timbul dapat diantisipasi kalau kita mengetahui jenis kanker
itu, patologinya serta epidemiologinya.

2.7 Keterlambatan Pengobatan


Keterlambatan pengobatan adalah penderita kanker payudara datang untuk
mendapatkan pengobatan sudah dalam stadium lanjut atau sudah parah sehingga tindakan
tidak dapat dilakukan (inoperable) .
Menurut Sukardja (2002) keterlambatan pengelolaan kanker dapat digolongkan
dalam 3 jenis yaitu :
a. kelambatan penderita antara lain, karena:
1. penderita stadium dini umumnya merasa :

tidak sakit

tidak terganggu bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan saja beberapa


lama, bulanan atau tahunan, sampai penyakitnya tidak tertahan lagi.

51
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2. kurang memperhatikan diri sendiri


Penderita baru mengetahui adanya tumor dalam tubuhnya sendiri sesudah
tumor itu besar atau sudah menimbulkan keluhan.
3. tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker
Tidak terpikir olehnya lesi yang kelihatannya ringan itu adalah suatu kanker
yang sangat berbahaya.
4. ada rasa takut

Takut diketahui penyakitnya itu kanker

Takut ke dokter

Takut operasi

Takut penyakitnya lebih cepat menyebar

Takut sakit

5. tidak mempunyai biaya


6. keluarga tidak mengijinkan ke dokter
7. rumahnya jauh dari dokter
b. kelambatan dokter
Kelambatan dokter dapat disebabkan oleh:
1. Tidak memikirkan keluhan penderita mungkin disebabkan oleh suatu kanker.
Keluhan penderita dianggap disebabkan oleh penyakit non kanker dan diobati
beberapa lama sampai gejala kanker menjadi jelas
2. Enggan mengadakan konsultasi atau merujuk penderita.
3. Belum cancer minded, yaitu berpikir ke arah kanker

52
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

c. kelambatan rumah sakit


Kelambatan rumah sakit dapat disebabkan oleh:
1. kurang tempat pemondokan di rumah sakit
2. kurang sarana diagnostik dan terapi
3. kurang tenaga ahli onkologi
Menurut Hawarri (2004) ada 3 faktor menyebabkan keterlambatan pengobatan
kanker payudara yang terletak pada diri penderita yaitu :
1. faktor sosial ekonomi (biaya operasi mahal)
2. faktor pendidikan (ketidaktahuan/ignorancy)
3. faktor psikologik

53
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

2.8 Kerangka Pikir Penelitian


Faktor Predisposisi
Tempat Tinggal
Pendidikan
Status Perkawinan
Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan
Biaya Pengobatan
Rasa takut
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan terhadap pengobatan
Riwayat keluarga

Faktor Pemungkin
Fasilitas pengobatan
Tempat pengobatan lain
Jarak tempat pengobatan

Keterlambatan pengobatan

Faktor Penguat
Keluarga
Teman
Petugas kesehatan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dilihat bahwa:


Faktor predisposisi (tempat tinggal, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan
jaminan kesehatan, biaya pengobatan, rasa takut, pengetahuan, sikap, kepercayaan
terhadap pengobatan, dan riwayat keluarga), faktor pemungkin (fasilitas pengobatan,
tempat pengobatan lain, dan jarak tempat pengobatan) dan faktor penguat (keluarga,
teman, dan petugas kesehatan) akan mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada
wanita penderita kanker payudara.

54
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif
dengan wawancara mendalam (indepth interview) yang akan menggambarkan faktorfaktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker
payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan
Bunga Lau Nomor 17 km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Medan dengan alasan:
1. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dan pusat rujukan untuk
wilayah pembangunan A yang meliputi propinsi Sumatera Utara, NAD, Sumatera Barat
dan Riau sehingga banyak penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit ini.
2. RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit pendidikan sehingga
memudahkan dalam melakukan penelitian.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008.

55
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

3.3 Proses Pemilihan Informan


Informan pada penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang
dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat pada stadium III di RSUP H. Adam
Malik Medan. Awalnya peneliti mengadakan pengamatan terhadap wanita penderita
kanker payudara di ruang rawat inap untuk mengetahui kesanggupan para penderita
menjadi informan dengan kondisi sedang sakit parah. Dari hasil pengamatan didapatkan
bahwa para penderita bisa diwawancarai dan memberikan respon yang positif dengan
menjawab beberapa pertanyaan peneliti. Setelah mengadakan pengamatan, peneliti
memutuskan bahwa penelitian dapat dilakukan. Peneliti diperbolehkan oleh pihak RSUP
H. Adam Malik Medan untuk mengadakan penelitian di ruang rawat inap Rindu B2 yaitu
bagian onkologi (penyakit kanker).
Pada hari pertama peneliti masuk ke ruang rawat inap Rindu B2, peneliti
menjumpai seorang bapak yang sedang berdiri di depan salah satu kamar rawat inap.
Peneliti bertanya apakah bapak itu mengetahui siapa saja penderita kanker payudara
diantara penderita kanker yang lain. Bapak itu mengatakan bahwa istrinya menderita
kanker payudara dan setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, bapak
itu mengizinkan peneliti untuk menjadikan istrinya informan pertama. Bapak itu
mengatakan bahwa istrinya sedang tidur tetapi setelah diintip dari jendela ternyata
istrinya sedang tidak tidur. Bapak itu mempersilahkan peneliti untuk masuk dan ternyata
memang istri bapak itu sedang dirawat karena menderita kanker payudara. Istri bapak itu
bersedia menjadi informan pertama dalam penelitian ini setelah peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan dari penelitian.

56
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Peneliti sedang mencari informan kedua dan peneliti bertemu dengan seorang ibu
yang menjaga keluarganya. Peneliti pernah bertemu dengan ibu itu sebelumnya, dan
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Peneliti diajak ibu itu ke salah
satu ruangan dimana ada 4 orang yang dirawat inap. Ibu itu menjadi key informan untuk
mencari informan yang lainnya. Ibu itu memperkenalkan seorang ibu yang kondisinya
sedang lemah dan telah menjalani operasi pengangkatan payudara. Ibu itu yang
kondisinya parah bersedia menjadi informan kedua dalam penelitian ini.
Dalam pencarian informan ketiga, peneliti masuk ruangan berikutnya setelah
ditunjukkan oleh key informan. Peneliti bertanya pada salah satu dokter muda yang
bertugas mengenai stadium pasien dan ternyata memang benar bahwa ibu itu sedang sakit
kanker payudara pada stadium III. Ibu itu bersedia menjadi informan ketiga. Peneliti
mengatakan bahwa wawancaranya akan direkam dengan tape recorder dan ibu itu
tertawa dan berkata macam artis aku di tipi-tipi itu. Wawancara dilakukan setelah
peneliti melihat kondisi ibu itu siap.
Hari berikutnya, peneliti bertanya pada suster yang menjadi suster jaga pada hari
itu, tetapi karena sibuk peneliti bertanya pada key informan. Key informan mengatakan
bahwa tidak ada pasien baru masuk. Peneliti melihat seorang ibu yang sedang berdiri di
depan pintu ruang rawat inap. Peneliti berbincang-bincang dengan ibu itu dan ternyata
ibu itu sesuai menjadi informan keempat. Ibu itu agak mengambil jarak pada peneliti
karena peneliti ingin mewawancarainya. Ibu itu akhirnya setuju menjadi informan setelah
peneliti menyakinkan bahwa nama ibu itu tidak akan dimasukkan dan akan memakai
inisial. Ibu itu menjadi informan keempat.

57
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Hari berikutnya, peneliti bertanya pada key informan tentang pasien yang baru
datang yang dapat dijadikan informan kelima. Key informan menunjukkan seorang ibu
yang akan makan siang dengan kondisi payudaranya tinggal sebelah. Ibu itu agak tidak
mengerti tentang maksud dan tujuan penelitian ini karena ibu itu kurang mengerti Bahasa
Indonesia. Suami ibu itu membantu menjelaskan kembali maksud dan tujuan penelitian
dengan Bahasa Aceh yang lebih dimengerti ibu itu. Ibu itu menjadi informan kelima.
Selama wawancara, ibu itu mengerti pertanyaan peneliti dan bisa menjawab dengan jelas.
Setelah menunggu selama 2 jam, key informan menunjukkan seorang ibu yang
baru datang menjalani chemoteraphy dan kedua payudaranya sudah diangkat. Ibu itu
sangat ramah dan bersedia menjadi informan keenam. Setelah mewawancarai informan
keenam, key informan menunjukkan seorang ibu yang telah botak dan agak lemah. Ibu itu
bersedia menjadi informan ketujuh.
Setelah wawancara dengan ketujuh informan peneliti menganggap bahwa
jawaban dari ketujuh informan sudah cukup dan sesuai dengan penelitian. Selama proses
pencarian informan, peneliti bertanya kepada dokter muda dan perawat yang sedang
bertugas tentang kesesuaian informan dengan penelitian yaitu wanita penderita kanker
payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat pada stadium III.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah dengan teknik wawancara mendalam (indepth
interview) dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disusun untuk
mendapatkan data primer. Seluruh informan akan diwawancarai pada waktu terpisah.

58
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu berupa alat tulis, pedoman wawancara dan
tape recorder.

3.5 Defenisi Operasional


1. Tempat tinggal adalah daerah tempat informan tinggal menetap.
2. Pendidikan adalah pendidikan terakhir informan yang diperoleh secara formal,
dikelompokkan atas tamat SD (Sekolah Dasar), tamat SMP (Sekolah Menengah
Pertama), tamat SMA (Sekolah Menengah Atas), dan tamat Akademi/Perguruan
Tinggi.
3. Status perkawinan adalah riwayat pernikahan informan.
4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh informan setiap hari
yang menghasilkan uang.
5. Jaminan kesehatan adalah jaminan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berasal dari iuran yang diberikan oleh informan pada perusahaan tempat informan
bekerja.
6. Biaya pengobatan adalah kemampuan seseorang dalam membayar seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan pengobatan.
7. Rasa takut adalah keadaan psikologis berupa ketidakberanian informan terhadap
kanker payudara dan pengobatannya.
8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh informan tentang kanker
payudara yang meliputi gejala, penyebab dan pengobatan.
9. Sikap adalah penilaian atau pendapat informan terhadap kanker payudara dan
pengobatannya.

59
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

10. Kepercayaan terhadap pengobatan adalah penilaian seseorang mengenai pengobatan


kanker payudara.
11. Riwayat keluarga adalah ada atau tidaknya penderita kanker payudara pada orangorang yang memiliki garis keturunan dan hubungan darah dengan informan.
12. Fasilitas pengobatan adalah ketersediaan dan kelengkapan peralatan di tempat
pengobatan sebelumnya untuk mendapatkan pengobatan kanker payudara.
13. Tempat pengobatan lain adalah tempat informan mendapatkan pengobatan
sebelumnya selain di rumah sakit/pengobatan medis.
14. Jarak tempat pengobatan adalah perbedaan posisi/letak tempat pengobatan
sebelumnya dari rumah informan.
15. Keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan dalam
status pernikahan dengan informan.
16. Teman adalah orang-orang yang memiliki keterikatan secara emosional dengan
informan tanpa hubungan darah atau status pernikahan.
17. Petugas kesehatan adalah orang-orang yang berkemampuan dan bekerja dalam bidang
kesehatan di rumah sakit.
18. Keterlambatan pengobatan adalah perbuatan yang dilakukan oleh informan terhadap
penyakit kanker payudara sehingga terlambat mendapatkan pengobatan.

60
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data


Data hasil wawancara mendalam diolah dengan menggunakan EZ-Text. Analisa
data dilakukan dengan teknik analisa kualitatif berdasarkan data-data yang diperoleh
melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kemudian
dibandingkan dengan teori dan kepustakaan yang ada.

61
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dibangun di atas tanah seluas 10
Ha dan berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan
Kotamadya Medan Propinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit
Kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai
Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 serta
sebagai Pusat Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera
Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau (Profil kesehatan RSUP H.
Adam Malik Medan, 2006).
Rumah Sakit ini mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan
rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik memiliki 790 orang tenaga medis, 604
orang tenaga paramedis perawatan, 298 orang tenaga medis non perawatan, dan 263
orang tenaga non medis (Profil kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik memiliki fasilitas pelayanan yang
terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat
darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik
terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskuler,
mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central
Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektro medic, Penyuluh Kesehatan Masyarakat

62
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Rumah sakit (PKMRS)), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik
sipil, pemulasaraan jenazah) (Profil kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).

4.2 Gambaran Pengobatan Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan


Pengobatan kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan dimulai dengan
pemeriksaan pada payudara wanita dengan melihat ada tidaknya kriteria/ciri kanker
payudara seperti ada tidaknya benjolan pada payudara, konsistensi keras, nyeri (+), batas
tidak tegas, permukaan tidak rata, discharge

(+), warna kemerahan, mobilitas +/-,

gambaran kulit jeruk (peau de orange), satelit nodule (+), bisa dijumpai dimpling,
disertai rektrak-I nipple, wanita dengan faktor resiko (+). Setelah itu, diagnosa banding
dengan melihat fibrikistik payudara (Standar Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik
Medan, 2006). Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan:
Radiologi : mamografi, foto torak, bone scan/bone survey (pada stadium
lanjut)
PA : Aspirasy biopsy
Laboratorium: rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, haemorrahagic, screening
test, KGD, estrogen receptor, lipid profile
Konsultasi dilakukan oleh spesialis bedah onkologi, spesialis patologi anatomi,
spesialis radiology (untuk radioterapi), dan spesialis penyakit dalam (terutama untuk
penilaian system kardiovaskuler, penatahan/scan hepar (system hepatobilier), endokrin
metabolism dan kelainan sistemik lainnya. Setelah selesai proses pemeriksaan dilakukan
pengobatan pada pasien sesuai dengan stadium yang diderita (Standar Pelayanan Medik
RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).

63
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Pengobatan kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari 6 jenis
pengobatan yaitu operasi, chemoteraphy, radioterapi, terapi hormonal, targeting terapi
dan kombinasi yang disesuaikan dengan keluhan dan stadium penderita. Lama perawatan
pasien tergantung dari stadium kanker dan keluhan penderita akibat dari metastasis dan
kelainan local. Masa pemulihan penderita 4 minggu.
Pasien dirawat di ruang rawat inap untuk pasien penderita kanker (oncology).
Penelitian dilakukan di Rindu B2 yang terdiri dari 6 ruangan untuk rawat inap pasien, 1
ruangan untuk gudang, dan 1 ruangan untuk perawat dan tenaga kesehatan. Jumlah
tempat tidur di Rindu B2 sebanyak 18 tempat tidur. Jumlah dokter spesialis bedah tumor
di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 4 orang dan dibantu dengan 7 orang perawat
bagian onkologi.

4.3 Karakteristik Informan


Gambaran karakteristik ketujuh informan dapat dilihat pada tabel 4.1. Informan
yang diambil terdiri dari 7 orang wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan
datang pertama kali untuk berobat pada stadium III di RSUP H. Adam Malik Medan.
Dilihat dari tingkat pendidikan, hanya 1 orang informan yang tidak tamat SD, 2 orang
informan tamat SD, 2 orang informan tamat SMP, dan 2 orang informan tamat SMA.
Mayoritas informan dengan status kawin yaitu sebanyak 6 orang sedangkan 1 orang
informan tidak memiliki suami (janda). Seluruh informan adalah Ibu Rumah Tangga
(IRT). Jaminan kesehatan seluruh informan adalah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat). Seluruh informan bertempat tinggal di luar kota Medan yaitu di Aceh, di
Sibolga, di Rantau Parapat, di Langkat, dan di Tebing Tinggi.

64
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 4.1
Karakteristik Informan
No
Karakteristik Informan
Keterangan
1 Pendidikan
Tidak Tamat SD
SD
SMP
SMA
2 Status perkawinan
Kawin
Janda
3 Pekerjaan
IRT
4 Jaminan kesehatan
Jamkesmas
5 Tempat tinggal
Aceh
Sibolga
Rantau Parapat
Langkat
Tebing Tinggi

Jumlah
1 orang
2 orang
2 orang
2 orang
6 orang
1 orang
7 orang
7 orang
2 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang

4.4 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)


4.4.1 Biaya Pengobatan Informan
Biaya pengobatan seluruh informan berasal dari Jamkesmas yaitu Jaminan
Kesehatan Masyarakat untuk masyarakat yang miskin dan sangat miskin karena seluruh
informan tidak mampu membayar biaya pengobatan yang mahal. Sebagian besar
informan yaitu sebanyak 6 orang informan tidak mampu membayar biaya transportasi
dari tempat tinggalnya ke Medan sehingga informan mendapatkan bantuan biaya
transportasi dari saudara dan teman informan untuk berangkat dari tempat tinggalnya
berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.

65
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.4.2 Rasa Takut Informan


Hasil wawancara mendalam mengenai rasa takut informan terhadap penyakit
kanker payudara dan pengobatannya ketika informan pertama kali mengetahui dirinya
menderita kanker payudara terdapat dalam matriks berikut:
Matriks 4.1
Rasa Takut Informan Terhadap Penyakit Kanker Payudara dan Pengobatannya
Informan
Jawaban
1
Ya semua orang tu punya rasa takut.
Perasaan saya kekmanalah ini kubilang kayak gitu. Ya dikampung
2
kami gak ada penyakit kayak gini. Yah dikampung kami desa kali.
Saya pasrah.
Perasaannya ya setelah tau sakit ini ya takut, takutnya eh, takut
3
operasi.
4
Gak ada rasa takut orang dia gak sakit, gak apa-apa.
5
Takut, takut operasi, kupikir mati nanti saya.
Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa
6
sementara anak masih kecil.
Takutlah saya karna dibilang kanker payudara bahaya kata orang. Ya
7
itulah takut mati.
Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan
merasa takut terhadap penyakit kanker payudara ketika informan pertama kali
mengetahui dirinya terkena kanker payudara. Sebagian besar informan takut karena
penyakit kanker payudara dapat menyebabkan kematian. Sebagian informan yang lainnya
takut terhadap pengobatan kanker payudara yaitu operasi. Sedangkan 1 orang informan
mengatakan tidak takut terhadap penyakit kanker payudara dan pengobatannya karena
tidak merasakan keluhan sakit.

66
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.4.3 Pengetahuan Informan


Hasil wawancara mendalam mengenai pengetahuan informan tentang kanker
payudara yang meliputi gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI terdapat dalam
matriks di bawah ini.

Informan

1
2
3
4
5

Matriks 4.2
Pengetahuan informan tentang kanker payudara
Pengetahuan informan tentang kanker payudara
(gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI)
Gejalanya payudaranya sakit, ada benjolannya di payudara. Ya
penyebabnya gak tahu. Ya harus diobati biar sembuh, dioperasi. Itu
meraba nenen ya.
Gak tahu yang saya tahu dimakan teteknya itu. Gak tahu
penyebabnya. Diobati dengan operasi. Meraba nenen ini (menunjuk
ke payudara).
Ada benjolan di payudaranya trus itulah sakit payudaranya. Gak
tahulah penyebabnya. Ya dioperasi. Meraba payudara.
Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit. Diobati. Mencari benjolan
di payudaranya.
Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua tahun tapi saya gak
ngerti penyebabnya gak tahu. Dioperasi. Itu mencari benjolan di
nenennya.
Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalo ciri-cirinya yang ada
pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Yang tua
sama yang muda semua kena. Tidak tahu apa sebabnya kena. Harus
diobati karena ganas dan mematikan. Dioperasi ngangkat
payudaranya. Tahu dari iklan tipi, penyuluhan kesehatan di daerah.
Meraba payudara untuk menemukan benjolan.
Ya kayak saya inilah benjolan di payudaranya makin lama makin
besar. Penyebabnya gak tahu. Memang diobati dengan operasi. Itu
memegang payudara untuk mencari benjolan.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan seluruh informan


mengenai kanker payudara kurang. Sebagian besar informan mengetahui gejala kanker
payudara adalah adanya benjolan di payudara. Sebagian informan yang lain mengetahui
gejala kanker payudara adalah adanya rasa sakit pada payudara sedangkan satu orang
informan mengetahui gejala kanker payudara adalah mulai timbul luka pada payudara

67
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

dan puting susu seperti koreng atau eksim yang dikatakan dengan smbol dimakan
teteknya oleh informan. Seluruh informan tidak mengetahui tentang penyebab kanker
payudara. Seluruh informan mengetahui pengobatan kanker payudara adalah operasi.
Mengenai SADARI, seluruh informan mengetahui bahwa SADARI adalah meraba
payudara untuk mencari benjolan setelah informan mendapatkan informasi tentang
SADARI dari petugas kesehatan. Informan sebelumnya tidak mengetahui tentang
SADARI.
4.4.4 Sikap Informan
Adapun hasil wawancara mendalam mengenai sikap informan yaitu pendapat atau
penilaian informan mengenai penyakitnya dan pengobatan kanker payudara oleh dokter
disajikan dalam matriks di bawah ini.
Matriks 4.3
Sikap informan terhadap kanker payudara dan pengobatannya
Informan
Pendapat atau penilaian informan mengenai penyakitnya dan
pengobatan kanker payudara oleh dokter
Ya kata dokter kanker itu sakit tapi punya ibu kan enggak, namanya
gak pernah periksa. Kata dokter sakitnya uda lama tapi terasa ibu
1
gak. Kata dokter ada benjolan ini kan enggak. Ya setuju berobat
karena ya supaya sembuh.
Kek ginilah kalo misalnya kanker payudara itu kan bukannya sampe
2
ke tangan dimakan aja yang ditetek itu gitu .Setuju. Ya langsung
berobat begitu tau kanker payudara. Ya biar sembuh.
Ya percaya apa yang dibilang dokter itu. Ya setujulah berobat. Ya
3
biar sembuh kan bahaya.
Punya awak gaknya ada rasa sakit. Ya setuju apa yang dibilang
4
dokter, kekmanalah awak gak ngerti. Dialah yang ngerti. Ya harus
diobati biar gak bahaya.
Penyakit ibu, menurut ibu rasanya bahayalah. Kekmana gak setuju
5
itulah penyakitnya. Ya langsung berobat biar sembuh.
Ya setuju sangat setuju. Ya membahayakan, uda banyak contoh
6
disekeliling kita. Kalo gak segera diatasi akan menyebabkan
kematian. Ya setuju yang dibilang dokter.
Kupikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar. Ya
7
setuju. Setuju diobati karna bahaya. Ya itu membahayakan nyawa.

68
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian informan


berpendapat atau menilai bahwa penyakitnya tidak memiliki gejala yang sama dengan
kanker payudara yang mereka dengar dari orang lain namun mereka setuju bahwa
penyakitnya perlu diobati. Sebagian informan yang lainnya setuju dengan pendapat
dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara. Seluruh informan setuju
dengan pengobatan kanker payudara oleh dokter karena informan yakin pengobatan
kanker payudara oleh dokter dapat menyembuhkan penyakitnya.
4.4.5 Kepercayaan Informan
Hasil wawancara mendalam mengenai kepercayaan informan yaitu penilaian
informan terhadap kesembuhan kanker payudara dengan pengobatan dokter dapat dilihat
dalam matriks berikut:

Informan
1
2
3
4
5
6
7

Matriks 4.4
Kepercayaan informan terhadap kesembuhan
pengobatan kanker payudara oleh dokter
Penilaian informan terhadap kesembuhan kanker payudara
dengan pengobatan dokter
Ya ibu percaya supaya sembuh.
Percaya. Saya percaya supaya sembuh penyakit saya.
Saya percaya penyakit saya bisa sembuh jika diobati.
Ya percaya, dapat sembuh.
Ya percaya, sebabnya dapat sembuh.
Yakin, soalnya dapat menyembuhkan sakit saya ini.
Ya saya percaya dengan pengobatan dokter.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai bahwa
pengobatan kanker payudara yang dilakukan oleh dokter dapat menyembuhkan penyakit
mereka. Seluruh informan mempercayai dokter dapat menyembuhkan penyakitnya.

69
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.4.6 Riwayat Keluarga Informan


Adapun hasil wawancara mendalam mengenai ada tidaknya riwayat keluarga
informan yang menderita kanker payudara disajikan dalam matriks 4.5 di bawah ini:

Informan
1
2
3
4
5
6
7

Matriks 4.5
Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Informan
Ada tidaknya riwayat keluarga informan yang menderita
kanker payudara
Kalo dari pihak laki ibu dan pihak ibu itu ndak ada.
Gak ada cuma saya.
Gak ada saya sendiri.
Gak ada.
Ada, anak adek ibu saya. Uda meninggal. Ga tahu, orang kampong
gak dibilang payudara. Uda 4 tahun baru dibilang payudara, kalo
kata orang Aceh barah memek dibilang.
Gak ada, saya sendiri.
Gak ada.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa mayoritas informan yaitu sebanyak 6
orang informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara sedangkan
seorang informan memiliki sepupu yang menderita kanker payudara. Seorang informan
yang memiliki riwayat keluarga tidak tahu bahwa penyakit saudaranya itu adalah
penyakit kanker payudara.

70
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.5 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)


4.5.1 Fasilitas pengobatan
Adapun hasil wawancara mendalam mengenai penilaian informan tentang fasilitas
pengobatan kanker payudara yaitu ketersediaan dan kelengkapan peralatan untuk
pengobatan kanker payudara di tempat pengobatan sebelumnya (sebelum berobat di
RSUP H. Adam Malik Medan) disajikan dalam matriks 4.6 berikut:
Matriks 4.6
Fasilitas Pengobatan di Tempat Pengobatan Sebelumnya
Informan
Penilaian informan tentang ketersediaan dan kelengkapan
peralatan di tempat pengobatan sebelumnya
1
Ibu berobat di rumah sakit umum di Aceh. Gak ada kelengkapan di
sana makanya dirujuk ke sini.
2
Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap peralatannya, gak ada obat
untuk kanker payudara. Dirujuk ke sini.
3
Orang Rumah Sakit Umum di Tebing tidak mampu, peralatan tidak
lengkap.
4
Alat pemeriksaannya kurang di Rumah Sakit Rantau Parapat.
Lantaran itu ke sini.
5
Gak ada chemo ibu mau chemo. Kalo dirumah sakit di Aceh gak
ada alat yang canggih, dirujuk ke sini.
6
Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap gak kayak di sini.
7
Gak lengkap alat-alatnya di Rumah Sakit Tanjung Pura. Jadi
dirujuk ke sini.
Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai
bahwa fasilitas di tempat pengobatan sebelumnya tidak lengkap sehingga informan harus
dirujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki peralatan lebih lengkap.

71
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.5.2 Tempat Pengobatan Lain


Hasil wawancara mendalam mengenai tempat pengobatan lain yaitu tempat
informan mendapatkan pengobatan sebelumnya (sebelum di RSUP H. Adam Malik
Medan) selain di rumah sakit/tempat pengobatan medis disajikan dalam matriks berikut:
Matriks 4.7
Tempat Pengobatan Lain
Informan Tempat informan mendapatkan pengobatan sebelumnya selain di
rumah sakit/tempat pengobatan medis
1
Gak pernah ke sana, gak percaya.
2
Dulunya kan gini ya pertama kali ada benjolan sikit terus disinisinikan hilang, digini-ginikan hilang (sambil memegang payudara).
Trus dibilang orang apa itu benjolan-benjolan bisa itu alternatif
katanya gitu. Pigilah saya berobat ke alternatif berobat saya tiga bulan
gitu.
3
Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi jadi ke
alternatif ke Sinse.
4
Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter.
5
Gak pernah, saya gak percaya. Sakit apapun saya gak percaya.
6
Gak, yah gak, gak, pernah terpikirkan ke sana. Saya pun sebagai warga
masyarakat saya juga kader posyandu aktif di PKK jadi uda tahu juga
dikit-dikit.
7
Gak pernah ke dukun atau alternatif tidak percaya saya.
Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu
sebanyak 5 orang informan tidak mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan selain
rumah sakit/tempat pengobatan medis sedangkan dua orang informan mengobati
penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif.

72
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.5.3 Jarak Tempat Pengobatan


Adapun hasil wawancara mendalam mengenai jarak tempat pengobatan
sebelumnya (sebelum di RSUP H. Adam Malik Medan) dari rumah informan disajikan
dalam matriks 4.8 di bawah ini. Dalam wawancara juga digali perbedaan letak antara
tempat pengobatan alternatif dan tempat pengobatan medis (puskesmas).

Informan
1
2
3
4
5
6
7

Matriks 4.8
Jarak Tempat Pengobatan
Jarak tempat pengobatan sebelumnya dari rumah informan
Ada setengah jam ke puskesmas, setengah jam ke rumah sakit dari
rumah.
Puskemas jauh dari rumah kira-kira setengah jam. Jauhlah dukun
itu di Tebing.
Puskesmas jarak dua rumah dari rumah. Lebih jauhlah Sinse itu di
kota Tebing Tinggi.
Lumayan juga, ga papalah berapa jam, naek becak goceng, sekitar
dua puluh menit.
Jauh, kalo kami pegi bedua enam puluh ribu ongkos motor pulang
pegi.
Puskemas letaknya dekat, kira-kira seratus meter lebih kurang.
Jauhlah puskes di Langkat kota.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa jarak rumah sebagian besar informan
yaitu 5 orang informan jauh dari tempat pengobatan medis (puskesmas) sedangkan jarak
rumah dua orang informan dekat dari puskesmas yaitu jarak dua rumah dan seratus meter.
Pertanyaan tentang perbandingan jarak tempat pengobatan medis (puskesmas) dan
pengobatan alternatif dari rumah informan ditanyakan kepada 2 orang informan yang
berobat ke alternatif. Dari matriks ditemukan bahwa jarak tempat pengobatan alternatif
lebih jauh daripada puskesmas.

73
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.6 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)


4.6.1 Keluarga
Hasil wawancara mendalam mengenai pengaruh dan dukungan keluarga informan
kepada informan mengenai pengobatan kanker payudara disajikan dalam matriks 4.9 di
bawah ini:

Informan
1
2
3
4

5
6
7

Matriks 4.9
Pengaruh dan Dukungan Keluarga Informan terhadap
Pengobatan Kanker Payudara
Pengaruh dan dukungan keluarga informan terhadap
pengobatan kanker payudara
Ya berpengaruh, semua keluarga mendukung supaya sembuh, semua
nyuruh berobat ke rumah sakit. Suami yang paling membuat saya
ingin berobat, dia mendukung saya untuk berobat.
Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung
sama mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya
anak saya menyuruh saya ke rumah sakit.
Ya berobatlah gitu aja. Berobat kemanapun mau orang itu ngantar.
Kayak ke Sinse itu. Suami mendukung pengobatan
Eh cemana ya. Justru dikasih saran sama keluarga, berobatlah ga ada
uangmu pakelah Jamkesmas itu. Ya, suami setuju. Cemanalah mana
untuk kesehatan dia setujulah. Walopun dioperasi mana yang
terbaiklah.
Keluarga bilang jangan diangkat lantaran takut diangkat semua. Saya
pasrah. Suami menyuruh diobati karna menyangkut nyawa.
Keluarga menganjurkan untuk berobat ke rumah sakit. Tanpa
persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.
Kata keluarga berobat aja ke rumah sakit biar dioperasi. Mulanya
saya tidak mau tetapi setelah didesak keluarga saya berobat. Suami
mendukung berobat karna katanya bahaya penyakitnya.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan didukung dan
dipengaruhi oleh keluarganya untuk mengobati penyakitnya. Sebagian besar informan
yaitu sebanyak 6 orang informan didukung untuk berobat ke pengobatan medis (rumah
sakit) sedangkan seorang informan didukung keluarga untuk mengobati penyakitnya ke
semua jenis pengobatan baik dengan pengobatan medis maupun non medis, bentuk
dukungan keluarga informan dengan mengantar informan berobat.

74
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Sebagian besar informan yaitu sebanyak 4 orang informan mendapatkan


dukungan dan pengaruh yang sangat kuat dari keluarganya sehingga informan
memutuskan berobat ke rumah sakit sesuai dengan saran keluarga informan. Pengaruh
dan dukungan keluarga tidak terlalu kuat pada 2 orang informan karena 2 orang informan
tidak mengikuti saran yang diberikan oleh keluarga informan. Seorang informan tetap
mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif walaupun keluarga mendukung
dan mempengaruhi informan untuk berobat ke rumah sakit karena keputusan sepenuhnya
di tangan informan. Seorang informan tetap memutuskan untuk dioperasi walaupun
informan dipengaruhi dan didukung keluarganya untuk tidak dioperasi.
4.6.2 Teman
Adapun hasil wawancara mendalam mengenai dukungan dan pengaruh teman pada
informan untuk mengobati penyakitnya disajikan dalam matriks berikut:
Matriks 4.10
Pengaruh dan Dukungan Teman Informan terhadap Pengobatan Kanker Payudara
Informan
Pengaruh dan dukungan teman informan terhadap pengobatan
kanker payudara
1
Ya itulah waktu di rumah mereka gak tau saya di rumah sakit. Saya
gak tau gak pernah jumpa sampe sekarang.
2
Kekmanalah orang kampung kami masih kolot-kolot jadinya disuruh
ke dukun ini, ke dukun itu.
3
Karena ada tetangga yang kanker payudara sembuh trus dibilangnya
sudah sembuh. Dia berobat ke alternatif. Ya pigilah saya ke alternatif
dari dia.
4
Kata mereka langsunglah berobat.
5
Disuruh ke rumah sakit trus kata teman-teman jangan diangkat, jangan
dioperasi. Saya tetap pasrah. Karena sudah 3 orang meninggal di
tempat kami.
6
Kata mereka diusahakan untuk berobat ke rumah sakit, mereka malah
bantu-bantu biaya juga.
7
Mereka nyuruh saya ke rumah sakit.
Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu
sebanyak 6 orang informan didukung dan dipengaruhi oleh teman informan untuk

75
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

mengobati penyakitnya sedangkan seorang informan tidak mengetahui respon atau reaksi
dari teman-temannya karena informan belum bertemu dengan teman-temannya. Hal ini
berarti dukungan dan pengaruh teman informan tidak menjadi salah satu pendukung
dalam pengambilan keputusan informan. Salah satu informan juga mendapatkan bantuan
biaya dari teman-temannya.
Pengaruh dan dukungan teman

informan pada 3 orang informan menjadi

dukungan yang kuat dalam pengambilan keputusan informan karena informan


memutuskan berobat ke rumah sakit sesuai dengan saran teman-teman informan
sedangkan pada 2 orang informan pengaruh dan dukungan teman informan menjadi
dukungan yang sangat kuat karena informan memutuskan berobat ke tempat pengobatan
alternatif sesuai dengan saran dari teman-teman informan. Pengaruh dan dukungan teman
informan pada seorang informan tidak menjadi dukungan yang kuat karena informan
tetap memutuskan untuk berobat ke rumah sakit dan dioperasi walaupun teman-teman
informan menyarankan informan untuk tidak dioperasi.

76
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.6.3 Petugas kesehatan


Hasil wawancara mendalam mengenai sikap petugas kesehatan kepada informan
dan kepercayaan informan pada petugas kesehatan di tempat pengobatan sebelumnya
disajikan dalam matriks 4.11 berikut:

Informan
1
2
3
4
5
6
7

Matriks 4.11
Petugas Kesehatan
Sikap petugas kesehatan kepada informan dan kepercayaan
informan pada petugas kesehatan di tempat pengobatan
sebelumnya
Ya percaya karena ingin sembuh apalagi orang itu baik-baik.
Baek-baeknya orang itu. Ya percayalah karena ingin sembuh.
Semuanya baek. Saya percaya sama dokter.
Baik, ramah. Saya percaya sama dokter.
Petugasnya baik sama saya. Ya percaya, lantaran kan ada obat sama
dia.
Baik, saya percaya.
Baik orang itu. Saya percaya sama dokter.

Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sikap petugas kesehatan


kepada seluruh informan baik. Seluruh informan mempercayai petugas kesehatan dapat
mengobati penyakitnya dan dapat menyembuhkan penyakitnya..

77
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4.7 Keterlambatan Pengobatan


Adapun hasil wawancara mendalam mengenai riwayat penyakit informan dimulai
dari menemukan gejala-gejala kanker sampai informan dirawat inap di RSUP H. Adam
Malik Medan disajikan dalam matriks di bawah ini:
Matriks 4.12
Riwayat Penyakit Kanker Payudara Informan
Informan

Awalnya kan ibu batuk ga sembuh-sembuh (batuk) berobatlah ibu


katanya sakit paru-paru. Habis itu pernah dibilang satu lagi katanya
ibu kena jantung masuklah rumah sakit berobat jantung sampe di
rumah sakit difoto trus dibilang kanker payudara. Ibu ya percaya kan.
Karna gak ada kelengkapan ya itu sampe dioper ke sini. Saya berobat
nunggu Jaskin.
Pertama gini kan ada benjolan di tetekku, di sebelah ketiaknya gitu.
Ada 3 bulan gak kupegang-pegang gak ada memang gak ada. Ah terus
lama-lama kemudian pigilah aku kerumah anakku. Nyucilah aku trus
teteknya lari ke sini (menunjuk) apanya itu pintilnya itu. Mulailah dia
menggigit. Cemanalah menggigit gak sakit. Terus pulang aku dari apa
itu adalah sebulan aku ada di apa itu ke Sinse yang di Tebing sana.
Terus kubilang kaya gitu ah Acing kok penyakit saya gak ada kurangkurangnya malah tambah. Gak apa itulah mungkin habis obat. Itu 2
bulan eh 1 bulan pigi lagi ke Acing kenapa ini Pak Acing. Ga papa itu,
nanti kalo gatal jangan digaruk ya. Saya sih percaya saya sehat.
Namanya orang berobat gitu harus percaya. Setelah 3 bulan saya
berobat, demam denyut. Gak mau lagi saya berobat ke alternatif trus
sebulan pulanglah saya ke kampong. Saya pigi lagi ke alternatif
diantar anak. Pigilah anakku gak mau lagi aku berobat ke alternatif.
Itulah aku ke puskesmas dibilang kanker payudara trus ke rumah sakit
Lumban Tobing baru dirujuk ke sini. Tapi aku berobat itu nunggu
keluar dulu surat Jamkesmas.
Ya pertama kali itulah, pertama kali yang kecil umur 24 tahun. Trus
saya kerja di Malaysia saya operasi yang kecil-kecil trus saya takut
operasi. Trus saya diamkan selama 10 tahun walaupun sakit kalo kena
AC. Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif. Trus saya uruslah
Jamkesmas jadi berobatlah saya ke rumah sakit di Tebing habis itu
disuruhlah ke sini karna disana orang tu gak mampu.
Seringnya teraba saya gitu kan, karna gak ada sakit gak ada denyut
tadi, jadi kita bawa diam. Namanya uda membesar, barulah kita
besibuk. Karena uda membesar kita takut ada apa-apa. Sampe
sekarang aktivitas saya kan gak terganggu. Kalo gak membesar
mungkin gak berobat. Dari puskesmas apa mamma baru dirujuk ke
rumah sakit umum Rantau Parapat baru dirujuk kemari. Tapi aku

78
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

nunggu dulu keluar surat Jamkesmas itu.

Pertama menemukan uda 2 bulan yang lalu (bulan Oktober), tapi


datangnya uda dua tahun tapi gak tahu payudara. Lantaran warna hijau
di nenen.Kupikir getah gak ilang-ilang saya bikin minyak tanah gak
ilang juga. Pake sabun gak ilang-ilang. Itulah lantaran gak sakit sampe
sekarang gak berdenyut. Sebelum operasi 1 bulan yang lalu saya tahu
pasti sakitnya dari tipi. Di tipi dibilang pemirsa di rumah kalo ada
pemirsa di rumah kanker payudara jangan segan-segan pergi kedokter
kalo cepat pergi ke dokter cepat sembuhnya. Habisnya saya pegang di
nenen saya, waktu saya pegang oh cuma saya kena payudara. Habis itu
pergi ke doktor rumah sakit waktu saya periksa langsung trus dibilang
perawat kena payudara saya. Kemana-mana saya pergi sampe ke 3
kecamatan ke teman-teman saya tanya sama dokter juga pura-pura gak
tahu penyakit saya dibilang payudara. Saya gak setuju nenen saya
keras lantaran gak punya anak. Itulah payudara katanya.Habis tu saya
ke Rumah Sakit Kabupaten dibilang gak bisa diobati langsung disuruh
ke Medan. Perawat langsung suruh kesini lantaran takut. Saya tunggu
surat Jamkesmas.
Pertama kali disuruh meraba di puskesmas ada benjolan keras. Gejalagejala gak ada sampe sekarang sakit cuman benjolan-benjolan. Pas ada
pelayanan papsmear di puskesmas saya ikut. Trus saya minta tolong
ke dokter puskemas tolonglah dok ini ada kayak keras apa ya trus kata
dokternya coba kasih balsem mana tau angin trus dikasih makan obat
ini kalo memang benjolannya gak ilang datang lagi. Kuceritakan sama
teman-teman sesama kader aku ini ada apan benjolan keras di
payudara. Kata mereka coba kasih balsem mana tau masuk angin.
Lama-lama makin membesar. Kurasa ini membahayakan kataku.
Itulah kata mereka coba konsultasi ke dokter dulu. Jadi dicoba
konsultasi ke dokter di Sibolga. Ini kemungkinan tumor atau kanker
katanya cobalah dulu diperiksa ke rumah sakit. Jadi, sementara karna
saya tidak punya biaya saya diam dulu, jadi awak tanya biayanya sama
dokter. Karna memikirkan biaya saya gak langsung mengobati
penyakitnya. Trus disuruh ke rumah sakit, katanya ini nampaknya apa
coba disedot dulu. Trus hasil sedotannya dikirim ke Medan katanya
apa ibu gak langsung ke Medan. Di rumah sakit Sembiring katanya
dinyatakan ganas. Saya tanya biayanya katanya puluhan juta. Ya itu
karna puluhan juta saya tanya Askeskin tapi tidak bisa dipake lagi
karna sudah tidak berlaku. Saya urus Jamkesmas . setelah selesai saya
langsung berobat. Makanya disuruh ke sini.
Aku gak tahu darimana penyakit ini yang penting ada benjolan disini
kutanya sama orang disuruh aku gosok-gosok pakai balasam. Ya
kupikir masuk angin aja jadi kuambil balsam kugosok-gosok. Makin
kugosok makin besar dia. Jadi suami bilang berobat aja kata orang
bahaya, keluarga nyuruh ke rumah sakit kalo ke dukun-dukun gak.
Kami pigilah ke rumah sakit Tanjung Pura. Jadi 2 dua minggu kami

79
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

kesini. Empat bulan ada jadi uda besar dia, disuruh kami ke Tanjung
Pura. Uda ada dua bulan kami disuruh bolak-balik, bolak balik gak ada
hasilnya. Itulah balek aja kami ke rumah. Itulah kami tunggu 2 bulan
barulah kami disuruh ke Rumah Sakit Adam Malik, disana gak bisa
alat-alat gak ada. Aku berobat pake Jamkesmas.
Berdasarkan matriks di atas dapat dilihat bahwa seluruh informan tidak langsung
mengobati penyakitnya ketika menemukan gejala kanker payudara bahkan informan
mengabaikan gejala-gejala kanker payudara yang ada padanya. Setelah penyakit yang
dideritanya semakin parah informan mengobati penyakitnya. Dua orang informan
mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif dan yang lainnya mengobati ke
pengobatan medis. Seluruh informan menemukan penyakit kanker payudara sudah pada
stadium III dilihat dari gejalanya yaitu benjolan membesar, payudara yang sudah hijau,
payudara sudah berkerut dan sakit paru-paru (metastasis).

80
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Informan
Karakteristik informan adalah ciri-ciri yang melekat pada informan. Informan
dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang wanita penderita kanker payudara yang dirawat
inap dan datang pertama kali untuk berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada
stadium III. Berdasarkan tempat tinggal seluruh informan bertempat tinggal di luar kota
Medan dengan tempat tinggal informan yang terjauh dari kota Medan di Aceh yaitu
sebanyak 2 orang informan dan terdekat 1 orang informan di Tebing Tinggi.

5.2 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)


Faktor predisposisi mencakup pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan
jaminan kesehatan, biaya pengobatan, rasa takut, pengetahuan, sikap, kepercayaan
terhadap pengobatan, dan riwayat keluarga.
5.2.1 Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tingkat pendidikan sebagian
besar informan rendah. Tingkat pendidikan formal terakhir informan paling tinggi adalah
SMA yaitu sebanyak 2 orang informan dan tingkat pendidikan formal terakhir informan
yang paling rendah adalah tidak tamat SD yaitu sebanyak 1 orang informan. Pendidikan
informan berpengaruh pada pengetahuan informan mengenai kanker payudara. Dalam
penelitian ini dapat dilihat bahwa pendidikan informan rendah sehingga pengetahuan
informan tentang kanker payudara kurang. Menurut Smet (1994) dalam model-model
struktur sosial dijelaskan bahwa individu-individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan,
atau tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang tidak sama dalam mengerti dan
81
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

bereaksi terhadap kesehatan mereka. Dalam penelitian ini, seluruh informan memiliki
tingkat pendidikan yang berbeda namun seluruh informan sama-sama terlambat berobat.
5.2.2 Status Perkawinan
Dari hasil penelitian, ditemukan sebagian besar informan dengan status kawin
yaitu sebanyak 6 orang informan sedangkan informan yang lainnya yaitu sebanyak 1
orang informan dengan status janda (suami meninggal).
Informan yang memiliki suami mengatakan bahwa suami informan yang
mempengaruhi keputusan informan untuk berobat sedangkan informan yang janda
mengambil keputusan sendiri walaupun informan meminta saran dan pendapat dari orang
lain.
Pernyataan informan dengan status janda:
Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama
mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya
menyuruh saya ke rumah sakit.
Pernyataan informan yang memiliki suami:
.Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.
Kedua informan memiliki pernyataan yang berbeda mengenai cara pengambilan
keputusan. Informan dengan status janda mengambil keputusan untuk berobat dengan
meminta saran dari orang lain, baik dari anak-anaknya atauupun teman-temannya lalu
informan memutuskan sendiri tindakan yang harus diambil berdasarkan saran-saran yang
ada. Informan yang memiliki suami mengambil keputusan dengan mendiskusikan
tindakan yang akan diambil dengan suami lalu suami yang mengambil keputusan. Suami
informan yang memutuskan mengenai pengobatan yang akan dijalani oleh informan.
Informan tidak dapat mengobati penyakitnya tanpa persetujuan dari suaminya karena

82
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

informan tidak bertindak sebagai individu yang berdiri sendiri seperti informan yang
janda.
Seluruh informan dengan status kawin tidak bertindak sebagai individu tetapi
sebagai anggota keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Clark (1959)
dalam Sarwono (1997) yang menyatakan bahwa seorang pasien tidaklah bebas untuk
membuat keputusan yang segera dan menentukan mengenai kesehatannya sendiri. Status
perkawinan tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena informan yang
memiliki suami didukung oleh suaminya untuk mendapatkan pengobatan.
5.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan
Hasil penelitian mengenai pekerjaan informan, seluruh informan adalah ibu
rumah tangga. Seluruh informan tidak memiliki jaminan kesehatan seperti orang lain
yang memiliki jaminan kesehatan yang didapatkan dari pekerjaannya sehingga informan
tidak segera mengobati penyakitnya karena tidak memiliki jaminan kesehatan.
Seluruh informan mendapatkan jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan
sangat miskin yaitu Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Pada penelitian ini,
seluruh informan mengobati penyakitnya setelah mendapatkan Jamkesmas karena
informan tidak mampu membayar biaya pengobatan kanker payudara yang mahal.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Mechanic dalam Sarwono (1997) yang
menyatakan bahwa perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan
situasi yang dihadapi, pengaruh birokrasi (karyawan yang mendapat jaminan perawatan
kesehatan yang baik akan cenderung merasa lebih cepat sakit daripada mereka yang
cenderung akan kehilangan nafkah hariannya jika tidak masuk karena sakit).

83
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

5.2.4 Biaya Pengobatan


Biaya pengobatan seluruh informan adalah dari Jamkesmas yang berasal dari
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sehingga seluruh informan tidak
membayar biaya pengobatan dengan biaya sendiri. Seluruh informan menyatakan
ketidaksanggupannya untuk membayar biaya pengobatan dengan biaya sendiri bahkan
sebagian besar informan menyatakan ketidaksanggupan membayar ongkos perjalanan
(transportasi) dari tempat tinggalnya untuk berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.
Sebanyak 6 orang informan membayar ongkos perjalanan (transportasi) dari tempat
tinggalnya ke Medan dengan bantuan biaya dari saudara dan teman informan sedangkan
seorang informan lain membayar ongkos perjalanan (trasnportasi) dengan biaya sendiri.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Smet (1994) yang menyatakan bahwa
mahalnya biaya pengobatan membuat orang-orang akan menganggap gejala suatu
penyakit tidak serius. Taylor (1999) juga menyatakan salah satu faktor yang
menyebabkan penundaan pengobatan adalah biaya pengobatan yang dirasakan terutama
untuk orang-orang miskin. Sukardja (2002) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
kelambatan pengelolaan kanker karena penderita tidak mempunyai biaya. Demikian juga
Hawari (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor pada penderita kanker payudara yang
menyebabkan keterlambatan pengobatan adalah faktor sosial ekonomi (biaya operasi
mahal).
5.2.5 Rasa Takut
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian informan yaitu sebanyak 5 orang
mengalami ketakutan terhadap kanker payudara dan pengobatannya ketika informan

84
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

pertama kali mendengar dan mengetahui dari dokter bahwa penyakitnya adalah kanker
payudara.
Salah satu informan menyatakan ketakutannya terhadap pengobatan kanker
payudara yaitu operasi dalam pernyataannya berikut:
Takut, takut operasi, kupikir mati nanti saya.
Pernyataan seorang informan lain yang juga takut terhadap operasi seperti berikut:
Perasaannya ya setelah tau sakit ini ya takut takutnya eh, takut operasi.
Sebagian informan yang lain takut terhadap bahaya dari kanker payudara yaitu
kematian seperti pernyataan 2 orang informan berikut:
Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa sementara
anak masih kecil.
Takutlah saya karna dibilang kanker payudara bahaya kata orang. Ya itulah
takut mati.
Salah satu informan menyatakan tidak takut terhadap penyakit kanker payudara
dan pengobatannya, seperti dalam pernyataannya berikut:
Gak ada rasa takut orang dia gak sakit ga apa.
Dari pernyataannya, dapat dilihat bahwa informan tidak merasakan sakit karena informan
dapat bertoleransi dengan rasa sakit yang dialaminya. Informan menganggap penyakit
yang dideritanya tidak terlalu parah karena tidak adanya rasa sakit sehingga informan
santai menanggapi penyakitnya.
Seorang informan lain juga merasakan ketakutan seperti pernyataannya berikut:
Perasaan saya kekmanalah ini kubilang kayak gitu. Ya dikampung kami gak
ada penyakit kayak gini. Yah dikampung kami desa kali. Saya pasrah.
Dari pernyataan informan di atas, dapat diketahui bahwa informan mengalami ketakutan
ketika informan pertama kali mengetahui bahwa dirinya terkena kanker payudara.

85
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Informan merasakan dirinya berbeda dengan masyarakat sekitarnya dan merasa heran
karena hanya dirinya yang menderita penyakit kanker payudara. Keadaan ini
menyebabkan dirinya tidak mempunyai teman berbagi informasi dan berbagi pengalaman
tentang penyakitnya

sehingga sepertinya menjadi tekanan secara psikologi bagi

informan.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh informan mempunyai ketakutan
namun, rasa takut yang dialami seluruh informan tidak menghambat informan untuk
langsung mengobati penyakitnya. Salah seorang informan mengungkapkan ketakutannya
dalam pernyataannya berikut:
Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa sementara
anak masih kecil.
Ketakutan informan membuat informan ingin berobat agar lekas mendapatkan
kesembuhan sehingga informan terhindar dari kematian yang disebabkan penyakitnya.
Informan ingin tetap hidup agar informan bisa merawat anak-anaknya yang masih kecil.
Rasa sayang informan kepada keluarganya mengalahkan ketakutan informan atas
penyakitnya.
Mitchell dalam Hawari (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
menghambat datangnya pasien untuk berobat adalah karena rasa takut bahwa ia
menderita kanker, takut dioperasi, dan rasa takut berlebihan dalam hubungan emosional
dengan suaminya. Namun, dalam penelitian ini seluruh informan memang mengalami
ketakutan terhadap operasi kanker payudara dan kematian yang

akan dialami jika

terlambat berobat namun ketakutan informan tidak menghambat informan untuk


mengobati penyakitnya karena informan ingin mendapatkan kesembuhan.

86
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

5.2.6 Pengetahuan
Dari hasil penelitian, pengetahuan seluruh informan mengenai kanker payudara
(gejala kanker payudara, penyebab, pengobatan, dan SADARI) pada tingkat kurang.
Mengenai gejala kanker payudara, sebagian informan hanya mengetahui satu
gejala yaitu berupa benjolan pada payudara seperti pernyataan informan berikut:
Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada benjolan lama kelamaan makin
membesar..\
Sebagian informan yang lainnya mengatakan bahwa gejala kanker payudara
adanya rasa sakit pada payudara seperti pernyataan salah satu informan berikut:
Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit
Sebagian informan yaitu dua orang informan mengetahui dua gejala kanker
payudara yaitu adanya benjolan dan adanya rasa sakit pada payudara seperti pernyataan
informan berikut:
Gejalanya payudaranya sakit, ada benjolannya di payudara
Sedangkan seorang informan tidak mengetahui gejala kanker payudara seperti
pernyataan informan berikut:
Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua tahun tapi saya gak ngerti
penyebabnya gak tahu. Dioperasi. Itu mencari benjolan di nenennya.
Seorang informan mengetahui gejala kanker payudara seperti berikut:
Gak tahu yang saya tahu dimakan teteknya itu.
Berdasarkan pernyataan informan diketahui bahwa informan mengetahui gejala kanker
payudara adalah dimakan teteknya. Informan memakai simbol dimakan teteknya dan
mengasumsikan sepertinya penyakit kanker payudara memakan payudaranya. Simbol

87
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

yang dikatakan oleh informan adalah untuk menyatakan bahwa gejala kanker payudara
adalah mulai timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim.
Seluruh informan hanya mengetahui 3 gejala kanker payudara yaitu adanya
benjolan payudara, adanya rasa sakit pada payudara, dan timbul luka pada payudara dan
puting susu seperti koreng atau eksim dari enam gejala kanker payudara yang
dikemukakan oleh Mardiana (2004). Menurut Mardiana (2004) gejala serangan kanker
payudara semakin banyak setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut
yang terdiri dari rasa nyeri atau sakit pada payudara, adanya benjolan dan semakin lama
benjolan semakin membesar, payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan, mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti
koreng atau eksim, kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk, dan terkadang
keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari puting susu.
Mengenai penyebab kanker payudara, seluruh informan tidak mengetahui
penyebab kanker payudara seperti pernyataan informan berikut:
Ya penyebabnya gak tahu.
Seluruh informan tidak mengetahui penyebab kanker payudara. Menurut Soetrisno
(1988) dalam Pane (2002) menyatakan penyebab kanker payudara belum diketahui secara
pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang
terkait satu dengan yang lain.
Mengenai pengobatan kanker payudara seluruh informan mengetahui pengobatan
kanker payudara adalah dengan operasi, seperti pernyataan informan berikut:
..Memang diobati dengan operasi

88
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), pengobatan kanker payudara terdiri dari
Mastektomi, Penyinaran/radiasi, dan Kemoterapi.
Mengenai SADARI seluruh informan mengetahui SADARI adalah mencari
benjolan seperti pernyataan informan berikut:
Mencari benjolan di payudaranya.
Seluruh informan tidak mengetahui tentang SADARI sebelumnya. Informan mengetahui
SADARI setelah informan mendapatkan informasi dari petugas kesehatan mengenai
SADARI sehingga informan terlambat mengetahui dirinya terkena kanker payudara.
SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) adalah deteksi dini kanker payudara untuk
menemukan kanker payudara. Seluruh informan kurang mengetahui tentang SADARI.
Jika informan tahu tentang SADARI maka penyakit kanker dapat ditemukan sejak dini
sehingga informan tidak terlambat mendapatkan pengobatan.
Sebagian besar informan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari
petugas kesehatan sedangkan dua orang informan mendapatkan pengetahuan tentang
kanker payudara dari televisi, seperti pernyataan informan berikut:
Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya
ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Yang tua sama yang muda
semua kena. Tidak tahu apa sebabnya kena. Harus diobati karena ganas dan
mematikan. Dioperasi ngangkat payudaranya. Tahu dari iklan tipi, penyuluhan
kesehatan di daerah. Meraba payudara untuk menemukan benjolan.
Informan menggunakan kata ganas untuk mengatakan bahwa penyakit kanker payudara
bisa menyebabkan kematian. Informan ini mengetahui ciri-ciri kanker payudara sesuai
dengan ciri-ciri penyakit yang dideritanya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini
terjadi

setelah

orang

melakukan

pengindraan

terhadap

suatu

objek

tertentu

((Notoatmodjo, 2007). Informan ini mengadopsi pengetahuan tentang kanker payudara

89
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

dari penyuluhan kesehatan di media elektronik. Informan hanya mengingat sedikit


mengenai informasi yang diterimanya dan hanya mengingat informasi yang disesuaikan
dengan keadaan dirinya. Informan hanya menyerap informasi sedikit saja dan informasi
yang diingatnya yang berhubungan dengan kondisi dirinya sehingga pengetahuan
informan kurang. Tingkat pengetahuan informan tentang penyakit kanker payudara pada
tingkat tahu.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pendapat yang sama dinyatakan oleh
Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan menjadi salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan.
Secara umum pengetahuan seluruh informan kurang. Pengetahuan informan tentang
kanker payudara yang kurang bisa disebabkan karena pendidikan informan yang rendah,
atau bisa juga karena informan hanya menyerap informasi yang berhubungan dengan
kondisi dirinya sehingga informasi lain tentang kanker payudara yang tidak berhubungan
dengan dirinya dianggap tidak penting. Pemilihan informasi yang diterima membuat
informan tidak mengingat seluruh informasi.
Pengetahuan informan pada tingkat tahu tentang kanker payudara dan SADARI.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997) yang menyatakan kadangkadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan karena dia merasa
tidak mengidap penyakit. Sukardja (2002) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
salah satu kelambatan penderita yang membuat kelambatan pada pengelolaan kanker
adalah karena penderita tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker. Hawari
(2004) juga menyatakan

ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang

90
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara. Dinas Kesehatan perlu


bekerjasama dengan yayasan kanker untuk memberikan pengetahuan dengan penyuluhan
tentang kanker payudara dan pengobatannya serta pentingnya melakukan SADARI untuk
mendeteksi sejak dini kanker payudara pada wanita usia subur. Petugas kesehatan di
RSUP H. Adam Malik Medan juga perlu memberikan pengetahuan berupa penyuluhan
tentang kanker payudara dan pengobatannya kepada keluarga informan yang wanita agar
keluarga informan dapat mendeteksi kanker payudara sejak dini karena salah satu faktor
resiko kanker payudara adalah adanya riwayat keluarga.
5.2.7 Sikap
Dari hasil penelitian mengenai sikap informan terhadap kanker payudara
ditemukan bahwa sebagian informan setuju dengan pendapat dokter mengenai
penyakitnya seperti pernyataan informan berikut:
Ya setuju apa yang dibilang dokter
Informan yang lain juga menyatakan setuju dengan pendapat dokter seperti pernyataan
informan berikut:
Ya percaya apa yang dibilang dokter itu..
Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan setuju dengan pendapat dokter
bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara yaitu dengan menyatakan
kepercayaan kepada perkataan dokter mengenai penyakitnya.
Sebagian informan menilai atau berpendapat bahwa penyakitnya tidak memiliki
gejala yang sama dengan gejala kanker payudara. Seorang informan membandingkan
kondisi yang dialaminya dengan pendapat dokter. Awalnya informan tidak setuju dengan
pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah kanker payudara karena informan tidak

91
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

merasakan sakit seperti gejala kanker payudara. Namun akhirnya informan setuju dengan
pendapat dokter karena informan menganggap dokter lebih mengerti tentang penyakitnya
bila dibandingkan dengan dirinya dalam pernyataannya seperti berikut:
Punya awak gaknya ada rasa sakit. Ya setuju apa yang dibilang dokter,
kekmanalah awak gak ngerti. Dialah yang ngerti.
Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa informan mengganggap dokter lebih
tahu daripada dirinya yang tidak memiliki pengetahuan seperti dokter.
Informan yang lain juga menyatakan tidak setuju dengan pendapat dokter seperti
pernyataan informan berikut:
Ya katanya kanker itu sakit tapi punya ibu kan enggak, namanya gak pernah
periksa katanya orang ini sakitnya uda lama tapi terasa ibu gak.. Katanya
ada benjolan ini kan enggak.
Informan membandingkan kondisinya dengan gejala kanker payudara yang dikatakan
oleh dokter. Informan tidak merasakan benjolan ataupun rasa sakit pada payudara
padahal penyakit kanker payudara sudah lama diderita oleh informan. Informan
mengakui bahwa informan tidak pernah memeriksa payudaranya sehingga informan tidak
mengetahui dirinya sudah menderita penyakit kanker payudara sejak lama.
Informan yang lain juga menyatakan tanggapannya seperti berikut:
Kek ginilah kalo misalnya kanker payudara itu kan bukannya sampe ke
tangan dimakan aja yang ditetek itu gitu.
Dari pernyataannya, informan tidak setuju penyakitnya adalah kanker payudara karena
informan mengetahui bahwa penyakit kanker payudara hanya mengenai payudara saja
tidak menjalar sampai tangan seperti yang dialami informan. Informan tidak mengetahui
bahwa penyakitnya sudah pada stadium lanjut karena penyakit kanker payudara yang
dideritanya sudah menjalar ke tangan.

92
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Informan yang lainnya juga menyatakan penilaiannya seperti berikut:


Kupikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar
Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan menilai penyakitnya hanya
sebatas masuk angin biasa karena hanya berupa benjolan yang membesar. Informan tidak
mengetahui bahwa benjolan pada payudara adalah salah satu gejala kanker payudara.
Seluruh informan kurang mengetahui kanker payudara sehingga ada sebagian
informan yang tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakit kanker payudara
(tidak berespon terhadap penyakitnya). Dari sebagian informan yang tidak setuju dengan
pendapat dokter mengenai penyakitnya ditemukan bahwa penyakit yang dialami
informan dianggap informan bukan penyakit yang parah sehingga informan santai
menanggapi penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pendapat David dalam Muzaham (1995)
yang menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit
yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat
bertoleransi pada rasa sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat
negatif bagi kehidupannya.
Sebagian informan tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakitnya
namun, seluruh informan menyatakan setuju untuk mengobati penyakitnya dan setuju
bahwa penyakitnya membahayakan sehingga harus diobati seperti pernyataan informan
berikut:
..Ya membahayakan, uda banyak contoh disekeliling kita. Kalo gak
segera diatasi akan menyebabkan kematian..
Informan menyatakan bahwa penyakitnya berbahaya sehingga dapat menyebabkan
kematian pada penderitanya jika tidak segera mendapatkan pengobatan.

93
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Informan yang lainnya mengatakan penyakitnya perlu diobati supaya penyakitnya


sembuh seperti pernyataannya berikut:
.Ya setuju berobat karena ya supaya sembuh.
Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seluruh informan memiliki
sikap yang cukup mengenai kanker payudara dan pengobatannya karena setelah
diberitahu oleh dokter bahwa informan menderita kanker payudara informan langsung
setuju untuk mendapatkan pengobatan seperti pernyatan informan berikut :
Ya langsung berobat biar sembuh.
Sikap seluruh informan terhadap kanker payudara adalah tidak berespon atau kurang dan
berdasarkan tingkatan sikap pada tingkat menerima.
5.2.8 Kepercayaan terhadap pengobatan
Berdasarkan

hasil

penelitian

mengenai

kepercayaan

informan

terhadap

pengobatan kanker payudara, ditemukan seluruh informan percaya bahwa penyakit


kanker payudara dapat sembuh dengan pengobatan oleh dokter (pengobatan medis)
seperti pernyataan informan berikut:
Percaya. Saya percaya supaya sembuh penyakit saya.
Informan yang lainnya menyatakan bahwa dia akan sembuh dengan pengobatan medis
seperti berikut:
Ya saya percaya, pengobatan dokter. Saya percaya bisa sembuh.
Kepercayaan terhadap pengobatan membuat seluruh informan ingin segera mengobati
penyakitnya agar informan sembuh. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat J. Young
(1980) dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa kepercayaaan (faith) terhadap

94
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi salah


satu unsur utama dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat.
5.2.9 Riwayat keluarga
Hasil penelitian mengenai ada tidaknya riwayat keluarga menderita kanker
payudara dalam keluarga informan ditemukan mayoritas informan tidak memiliki riwayat
keluarga menderita kanker payudara seperti pernyataan informan berikut:
Gak ada cuma saya.
Informan lainnya juga menyatakan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker
payudara seperti pernyataannya berikut:
Gak ada saya sendiri.
Dari pernyataan seluruh informan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker
payudara terdapat 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama memang informan tidak
memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara. Kemungkinan kedua informan
memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara dan informan tidak mengetahui
bahwa penyakit keluarganya adalah kanker payudara. Hal ini bisa terjadi karena
lingkungan sosial informan tidak memiliki informasi mengenai penyakit kanker
payudara. Seluruh informan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker
payudara tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena tidak memiliki
pengalaman keluarga menderita penyakit kanker payudara.
Hanya 1 orang informan yang memiliki riwayat keluarga seperti pernyataannya
berikut:
Ada, anak adek ibu saya. Uda meninggal. Ga tahu, orang kampong gak
dibilang payudara. Uda 4 tahun baru dibilang payudara, kalo kata orang Aceh
barah memek dibilang.

95
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Informan memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara namun, informan tidak
mengetahui tentang kanker payudara karena masyarakat di daerahnya tidak mengetahui
bahwa penyakit yang diderita keluarga informan adalah kanker payudara dan baru
diketahui empat tahun setelah saudara informan meninggal dunia. Masyarakat di
kampung informan memakai istilah barah memek untuk mengatakan bahwa penyakit
keluarga informan adalah kanker payudara. Informan memakai simbol barah memek
karena informan melihat luka yang membusuk pada payudara orang yang menderita
kanker payudara. Salah satu gejala kanker payudara pada stadium lanjut adalah adanya
luka yang membusuk pada payudaranya. Setelah informan mengetahui penyakit kanker
payudara informan memakai istilah payudara untuk mengatakan bahwa penyakitnya
kanker payudara padahal payudara adalah nama lain dari nenen atau tetek. Walaupun
informan memiliki riwayat keluarga kanker payudara, namun pengetahuan informan
mengenai kanker payudara kurang karena keterbatasan informasi tentang kanker
payudara pada lingkungan sosial sekitar informan.
Sebagian besar informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker
payudara sehingga informan tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena
informan tidak memiliki pengalaman dengan penyakit kanker payudara. Hasil penelitian
ini sesuai dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa nilai
dari suatu tindakan yang berkaitan dengan upaya menangani gejala penyakit bersumber
dari pengalaman seseorang selaku kelompok sosial. Salah satu faktor resiko kanker
payudara adalah adanya riwayat keluarga menderita kanker atau kanker payudara.
Petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan perlu memberikan pengetahuan
dengan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI kepada keluarga informan

96
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

yang wanita agar keluarga informan dapat mendeteksi sejak dini kanker payudara pada
dirinya.

5. 3 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)


Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber yang perlu untuk
melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan,
personalia, sekolah, klinik atau sumber daya serupa itu. Faktor pemungkin juga
menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya. Biaya, jarak, ketersediaan
transportasi, jam buka, dan lain sebagainya merupakan faktor pemungkin dalam arti ini.
Dalam penelitian ini faktor pemungkin terdiri dari fasilitas pengobatan di tempat
pengobatan sebelum di RSUP H. Adam Malik Medan, tempat pengobatan lain, dan jarak
tempat pengobatan.
5.3.1 Fasilitas Pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai fasilitas pengobatan di tempat pengobatan
sebelumnya seluruh informan menyatakan bahwa fasilitas pengobatan tidak lengkap
sehingga informan berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan seperti pernyataan informan
berikut:
Orang Rumah Sakit Umum di Tebing tidak mampu, peralatan tidak
lengkap.
Informan yang lainnya juga menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya berobat tidak
memiliki peralatan yang lengkap sehingga informan dirujuk ke RSUP H. Adam Malik
Medan seperti pernyataan informan berikut:
Gak da kelengkapan di sana makanya dirujuk ke sini.

97
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Informan yang lain menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya berobat tidak
memiliki obat untuk kanker payudara sehingga informan dirujuk ke RSUP H. Adam
Malik Medan seperti pernyataan berikut:
Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap peralatannya, gak ada obat untuk kanker
payudara. Dirujuk ke sini.
Fasilitas pengobatan yang tidak lengkap di rumah sakit daerah tempat tinggal
informan membuat informan harus mengobati penyakitnya ke RSUP H. Adam Malik
Medan yang memiliki fasilitas pengobatan yang lebih lengkap.
Seluruh informan dirujuk ke rumah sakit umum di daerahnya setelah seluruh
informan dinyatakan menderita penyakit kanker payudara di puskesmas,. Fasilitas
pengobatan kanker payudara yang tidak lengkap di rumah sakit umum daerah membuat
informan harus berobat di RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki peralatan lebih
lengkap. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukardja (2002) yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang membuat kelambatan pengelolaan kanker adalah faktor
rumah sakit yang kurang memiliki perlengkapan untuk pengobatan.
5.3.2 Tempat pengobatan lain
Dari hasil penelitian mengenai tempat pengobatan lain ditemukan mayoritas
informan yaitu sebanyak 5 orang informan mengobati penyakitnya hanya ke tempat
pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut:
Gak pernah ke sana, gak percaya.
Sebagian besar informan menyatakan bahwa informan tidak percaya pada pengobatan
selain pengobatan medis (pengobatan non medis) seperti pernyataan berikut:
Gak pernah ke dukun atau alternatif tidak percaya saya.

98
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Informan yang lain menyatakan bahwa dia tidak pernah terpikir untuk mengobati
penyakitnya di alternatif karena informan mendapatkan pengetahuan untuk tidak
mengobati penyakit ke tempat pengobatan non medis dari kegiatannya sebagai kader
posyandu dan anggota PKK seperti berikut:
Gak, yah gak, gak, pernah terpikirkan ke sana. Saya pun sebagai warga
masyarakat saya juga kader posyandu aktif di PKK jadi uda tahu juga dikitdikit.
Dari pernyataan sebagian informan ditemukan bahwa informan tidak pernah berobat ke
tempat pengobatan non medis karena tidak percaya dan telah menjadi kebiasaan informan
untuk mengobati penyakitnya ke dokter seperti berikut:
Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter.
Sedangkan 2 orang informan menyatakan bahwa mereka mengobati penyakitnya
ke alternatif sebelum ke pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut:
Dulunya kan gini ya pertama kali ada benjolan sikit terus disini-sinikan hilang,
digini-ginikan hilang (sambil memegang payudara). Trus dibilang orang apa itu
benjolan-benjolan bisa itu alternatif katanya gitu. Pigilah saya berobat ke
alternatif berobat saya tiga bulan gitu.
Informan menyatakan bahwa dia mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif karena
terpengaruh oleh teman-temannya. Informan mendapatkan pengetahuan tentang
pengobatan alternatif dari teman-temannya.
Informan yang lainnya juga menyatakan mengobati penyakitnya ke pengobatan
alternatif dalam pernyataannya berikut:
Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi. Ke alternatif waktu
punya anak satu itulah karena gak ada biaya tadi.

99
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Informan sebenarnya tidak mempercayai pengobatan non medis atau alternatif namun,
informan tetap mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif karena informan
tidak sanggup membayar biaya pengobatan medis.
Hasil penelitian pada informan yang mengobati penyakitnya di tempat pengobatan
alternatif sejalan dengan penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan
Slamet-Velsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia penderita
pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya sebelum mereka
datang ke petugas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat pengobatan
lain tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena hanya 2 orang informan yang
mengobati penyakitnya di alternatif.
5.3.3 Jarak tempat pengobatan
Dari hasil penelitian mengenai jarak tempat pengobatan sebelumnya (sebelum
berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan) dari rumah informan ditemukan bahwa
sebagian besar rumah informan jauh dari tempat pengobatan sebelumnya yaitu puskemas
seperti pernyataan seorang informan berikut:
Puskemas jauh dari rumah kira-kira setengah jam. .
Jarak rumah informan yang lain dekat dari tempat pengobatan sebelumnya yaitu
dari puskemas seperti pernyataan seorang informan berikut:
Puskemas letaknya dekat, kira-kira seratus meter lebih kurang.
Dari tiga orang informan, jarak rumah informan yang paling dekat dengan puskemas
adalah seorang informan dengan jarak dua rumah dari puskesmas seperti pernyataannya
berikut:
Puskesmas jarak dua rumah dari rumah.

100
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Pada penelitian ini didapatkan jarak tempat pengobatan sebelumnya yaitu puskemas dari
rumah informan tidak membuat informan menunda pengobatan karena seorang informan
tetap mengobati penyakitnya walaupun jarak puskesmas jauh dari rumah informan seperti
pernyataannya berikut:
Jauh, kalo kami pegi bedua enam puluh ribu ongkos motor pulang pegi.
Penelitian juga dilakukan kepada informan yang menggunakan tempat pengobatan
non medis (alternatif) untuk mengetahui perbandingan jarak tempat pengobatan medis
dan non medis dari rumah informan. Dari hasil penelitian ditemukan jarak tempat
pengobatan alternatif lebih jauh dari puskesmas/rumah sakit tempat informan berobat
seperti pernyataan dua orang informan berikut:
Lebih jauhlah Sinse itu di kota Tebing Tinggi.
Jauhlah dukun itu di Tebing.
Dari perbandingan jarak tempat pengobatan alternatif dan medis dari rumah informan
didapat kesimpulan bahwa jarak tempat pengobatan alternatif lebih jauh bila
dibandingkan dengan puskesmas dan jarak yang lebih jauh tidak menghalangi informan
untuk berobat. Jarak tempat pengobatan tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan
karena informan tetap mengobati penyakitnya walaupun jarak tempat pengobatan jauh
dari rumah informan.

5.4 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)


Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak, terdiri dari dukungan dan pengaruh keluarga,
dukungan dan pengaruh teman, serta sikap petugas kesehatan.

101
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

5.4.1 Keluarga
Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh keluarga terhadap pengobatan
informan, ditemukan bahwa seluruh informan mendapatkan dukungan dan pengaruh
keluarga untuk mengobati penyakitnya seperti pernyataan informan berikut:
Kata mereka berobat aja ke rumah sakit biar dioperasi.
Seluruh informan mendapatkan dukungan dan pengaruh untuk berobat, namun
seorang informan tidak sepenuhnya didukung untuk mengobati penyakitnya karena
informan dilarang keluarga untuk mengangkat payudaranya seperti pernyataannya
berikut:
Mereka bilang jangan diangkat lantaran takut diangkat semua
Menurut keluarga informan, tindakan yang dianggap cocok untuk mengobati penyakit
informan adalah pengobatan jenis lain bukan pengangkatan payudara. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa masingmasing kelompok sosial memiliki nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut
tindakan yang dianggap cocok untuk dijalankan. Informan tetap memutuskan untuk
berobat karena suami informan yang paling mendukung dan mempengaruhi informan
untuk berobat seperti pernyataannya berikut:
............Suami menyuruh diobati karna menyangkut nyawa.
Dari pernyataan informan, dapat dilihat bahwa suami informan yang paling berpengaruh
dalam pengambilan keputusan pengobatan yang akan dijalani oleh informan. Informan
dan suaminya takut terhadap akibat penyakit kanker payudara yaitu kematian
penderitanya.

102
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Sebagian besar informan yang memiliki suami menyatakan bahwa suamilah yang
paling berpengaruh atas pengambilan keputusan informan seperti pernyataan informan
berikut:
Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.
Sebagian besar informan mendapatkan dukungan keluarga untuk mengobati
penyakitnya di tempat pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut:
Mereka menganjurkan untuk berobat ke rumah sakit.
Seorang informan tetap memutuskan untuk berobat ke alternatif seperti saran
teman-teman informan karena status informan yang janda, informan sepenuhnya yang
memutuskan untuk berobat seperti pernyataan berikut:
Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama
mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya
menyuruh saya ke rumah sakit.
Informan lebih memilih untuk mengikuti saran teman-temannya. Hal ini mungkin terjadi
karena status informan yang janda dan informan yang paling tua dalam keluarga
sedangkan yang memberi saran adalah anak-anak informan yang dianggap lebih muda
dan kurang berpengalaman. Informan lebih percaya pada teman-temannya yang dianggap
lebih berpengalaman.
Pada penelitian ini keluarga hanya sebagai pendukung dan pemberi saran, semua
keputusan ada di tangan informan sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat
Geertsen (1988) dan Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa sektor non medis yang
terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan
sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis,
menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang
lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) juga menemukan bahwa

103
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta nasehatnya berkaitan
dengan penyakitnya.
Pada penelitian didapatkan keluarga mendukung informan untuk berobat ke
pengobatan medis dan mendapatkan pengobatan secepatnya. Seluruh informan akhirnya
memutuskan untuk berobat setelah mendapatkan pengaruh dan dukungan dari keluarga
untuk mengobati penyakitnya.
5.4.2 Teman
Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh teman-teman terhadap
pengobatan informan ditemukan mayoritas informan yaitu 6 orang informan
mendapatkan dukungan dan pengaruh dari teman-teman untuk mengobati penyakitnya
seperti pernyataan informan berikut:
Kata mereka kalo memang apa langsunglah berobat, orang ini gratis
dibawalah itu.
Hanya 1 orang informan yang tidak mengetahui reaksi/dukungan temantemannya karena

tidak sempat bertemu dengan teman-teman seperti pernyataanya

berikut:
Ya itulah waktu di rumah mereka ga tau saya di rumah sakit ya itulah. Saya ga
tau ga pernah jumpa sampe sekarang.
Dari pernyataan infroman dapat dilihat bahwa ada atau tidaknya dukungan dari temanteman informan tidak mempengaruhi informan dalam mengambil keputusan. Informan
lebih dipengaruhi keluarga dibandingkan teman-temannya.

104
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Dari 6 orang informan yang mendapatkan dukungan dari teman-teman, 4 orang


informan disarankan dan didukung untuk mendapatkan pengobatan di medis seperti
pernyataan informan ketujuh seperti berikut:
Mereka nyuruh saya ke rumah sakit.
Seorang informan dilarang untuk mendapatkan semua jenis pengobatan oleh
teman-temannya. Teman-teman informan melarang informan menjalani operasi untuk
mengangkat payudaranya karena sudah ada pengalaman tetangga informan yang
meninggal setelah operasi. Namun, informan tetap memutuskan untuk operasi, seperti
pernyataanya berikut:
Disuruh ke rumah sakit trus kata teman-teman jangan diangkat, jangan
dioperasi. Karena sudah 3 orang meninggal di tempat kami.
Seorang informan yang lain didukung dan disarankan oleh teman-temannya untuk
berobat ke pengobatan alternatif seperti pernyataan informan kedua berikut:
Ya, Yalah orang kampung kami kan masih kolot-kolot pergilah berobat ke
sana berobat ke sini. Yang dukun itu yang dukun ini. Kekmanalah kita mau
sahat kan. Dukun sana pinter dukun sini pinter. Jadinya ke dukun.
Informan mengikuti saran dan dukungan dari teman-temannya. Informan dan temantemannya tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena informan yang
menjadi penderita pertama di daerahnya. Teman-teman informan memberikan saran
sesuai dengan pengalaman mereka sembuh dari penyakitnya dengan pengobatan
alternatif.
Seorang informan lain juga didukung dan disarankan ke pengobatan alternatif
seperti pernyataan informan berikut:
Karena ada tetangga yang kanker payudara sembuh trus dibilangnya sudah
sembuh. Dia berobat ke alternatif. Ya pigilah saya ke alternative dari dia.

105
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Teman informan mendukung dan menyarankan informan mengobati penyakitnya ke


pengobatan alternatif karena memiliki pengalaman sembuh dengan pengobatan alternatif.
Pengalaman teman informan mendorong dan mempengaruhi informan untuk mengobati
penyakitnya di alternatif walaupun informan tahu bahwa penyakit temannya itu tidak
separah penyakitnya.
Dari kedua informan yang berobat ke tempat pengobatan alternatif dapat dilihat
bahwa teman-teman mendukung informan untuk berobat walaupun tempat pengobatan
yang disarankan bukan ke pengobatan medis sehingga membuat informan terlambat
datang ke pengobatan medis yang seharusnya dijalani agar penyakitnya mendapatkan
pengobatan secepatnya. Hasil penelitian pada ketiga informan sejalan dengan pendapat
David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial
memiliki nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap
cocok untuk dijalankan.
Teman-teman tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena seluruh
informan dipengaruhi oleh teman-temannya untuk berobat walaupun sebagian informan
tetap memutuskan sendiri tindakan yang akan diambilnya karena yang paling
berpengaruh pada pengambilan keputusan adalah keluarganya sedangkan 2 orang
informan mengambil keputusan atas pengaruh dari teman-temannya. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pendapat Geertsen (1988) dan Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa
sektor awam yang terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu
individu menafsirkan sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari
bantuan medis, menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi
dengan orang lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) juga

106
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

menemukan bahwa teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta
nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya.
5.4.3 Petugas kesehatan
Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh petugas kesehatan terhadap
pengobatan informan sebelumnya, seluruh informan mempercayai petugas kesehatan
seperti pernyataan informan pertama berikut:
Baek-baeknya orang itu. Ya percayalah karena ingin sembuh.
Seorang informan menyatakan kepercayaannya pada petugas kesehatan karena informan
menganggap petugas memiliki obat untuk menyembuhkan penyakitnya seperti
pernyataan berikut:
Petugasnya baik sama saya. Ya percaya, lantaran kan ada obat sama dia.
Seluruh informan menyatakan bahwa sikap petugas kesehatan kepada informan
baik sehingga informan mempercayai petugas. Informan mempercayai petugas kesehatan
dapat membantu kesembuhan penyakitnya. Dalam penelitian ini, petugas kesehatan
mendukung informan untuk mengobati penyakit kanker payudara. Hasil penelitian sesuai
dengan pendapat Kleinman yang menyatakan bahwa para profesional kesehatan yang
terdiri dari organisasi-organisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada
sanksinya seperti dokter, perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang dalam
perawatan kesehatan.

107
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

5.5 Keterlambatan Pengobatan


a. Tindakan informan ketika pertama kali menemukan penyakit
Hasil penelitian mengenai tindakan informan ketika pertama kali menemukan
penyakit, seluruh informan tidak langsung mengobati penyakitnya seperti pernyataan
informan berikut:
.Trus saya diamkan selama 10 tahun walaupun sakit kalo kena AC..
Sebagian informan yaitu 3 orang informan mendiamkan penyakitnya dan tindakan
informan ini termasuk dalam tahap procrastination dari lima tahap yang ada. Menurut
Suchman dalam Sarwono (1997) procrastination yaitu proses penundaan pencarian
pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan. Dari ketiga informan hanya 1 orang informan
yang merasakan rasa sakit pada payudaranya seperti pernyataannya berikut:
Seringnya teraba saya gitu kan, karna gak ada sakit gak ada denyut tadi, jadi
kita bawa diam.
Gejala-gejala kanker payudara sudah dialami informan namun, informan tidak segera
mengobati penyakitnya karena pengetahuannya tentang kanker payudara tidak ada.
Informan mendiamkan penyakitnya karena informan menganggap penyakitnya tidak
parah dan tidak mengganggu kegiatan informan sehari-hari. Informan memiliki sikap
yang tidak baik karena informan tidak mengobati penyakitnya yang disebabkan
pengetahuan informan tentang kanker payudara tidak ada. Hasil penelitian ini sejalan
dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa salah satu
alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak
meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa sakit dan
meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.

108
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Sebagian informan mengobati penyakitnya sesuai dengan caranya sendiri seperti


seorang informan yang menyuci payudara dengan sabun dan menggosokkan minyak
tanah ke payudaranya setelah menemukan gejala pada payudaranya dalam pernyataannya
berikut:
Pertama menemukan uda 2 bulan yang lalu (bulan Oktober), tapi datangnya
uda dua tahun tapi gak tahu payudara. Lantaran warna hijau di nenen.Kupikir
getah gak ilang-ilang saya bikin minyak tanah gak ilang juga. Pake sabun gak
ilang-ilang.
Sedangkan 2 orang informan yang lain juga mengobati penyakitnya dengan caranya
sendiri yaitu dengan menggosokkan balsam ke payudaranya dalam pernyataan seorang
informan berikut:
Trus saya minta tolong ke dokter puskemas tolonglah dok ini ada kayak keras
apa ya trus kata dokternya coba kasih balsem mana tau angin trus dikasih
makan obat ini kalo memang benjolannya gak ilang datang lagi.
Informan menyuci payudaranya dengan sabun mandi dan menggosok
payudaranya dengan minyak tanah karena informan berpikir payudaranya terkena getah
sehingga dengan sabun dan minyak tanah getah itu akan hilang. Pengobatan dilakukan
informan kemungkinan karena kebiasaan masyarakat membersihkan getah pada pakaian
dengan sabun dan jika getah tidak hilang dibersihkan dengan minyak tanah. Tindakan
informan menggosok payudaranya dengan balsam karena informan berpikir benjolan
pada payudaranya karena masuk angin sehingga dengan menggosokkan balsam maka
masuk anginnya bisa hilang. Tindakan informan menggosokkan balsam pada
payudaranya kemungkinan didapatkan dari teman-teman informan dan kebiasaan
informan. Tindakan ketiga informan untuk mengobati penyakitnya dengan caranya
sendiri

disebut perilaku sakit pada tahap self medication. Menurut Suchman dalam

Sarwono (1997) self medication adalah mengobati sendiri dengan berbagai ramuan.

109
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Ketiga informan mengobati penyakitnya dengan balsam, sabun dan minyak tanah karena
informan tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit kanker payudara. Ketiga informan
tidak mengetahui bahwa gejala yang dialaminya adalah gejala kanker payudara.
Sedangkan 2 orang informan yang lainnya mengobati penyakitnya dengan
pengobatan alternatif seperti pernyataannya berikut:
Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif.
Tahap yang dilakukan dua orang informan yang mengobati penyakitnya ke tempat
pengobatan alternatif termasuk dalam tahap perilaku sakit yaitu tahap shoping. Menurut
Suchman dalam Sarwono (1997) shoping yaitu proses mencari beberapa sumber yang
berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya
adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapa
yaitu dengan pergi mengobati penyakitnya dengan pengobatan medis.
Tindakan informan ketika pertama kali menemukan penyakitnya adalah kurang.
Seluruh informan tidak segera mengobati penyakitnya yang disebabkan ketidaktahuan
informan tentang penyakit kanker payudara sehingga sikapnya kurang (tidak berespon
terhadap penyakitnya).
b. Tindakan informan setelah mengetahui penyakitnya
Sebagian informan mendapatkan informasi tentang kanker payudara dari dokter
yang mengobati penyakitnya ketika berobat seperti pernyataan informan berikut:
Habis itu pernah dibilang satu lagi katanya ibu kena jantung masuklah
rumah sakit berobat jantung sampe di rumah sakit difoto trus dibilang kanker
payudara.

110
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Seorang informan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari


penyuluhan kesehatan di televisi seperti pernyataannya berikut:
Sebelum operasi 1 bulan yang lalu saya tahu pasti sakitnya dari tipi. Di tipi
dibilang pemirsa di rumah kalo ada pemirsa di rumah kanker payudara
jangan segan-segan pergi kedokter kalo cepat pergi ke dokter cepat
sembuhnya.
Setelah mendapatkan informasi, informan langsung melihat keadaan penyakitnya dan
mendapati bahwa dirinya terkena kanker payudara seperti pernyataannya berikut:
Habisnya saya pegang di nenen saya, waktu saya pegang oh cuma saya
kena payudara. Habis itu pergi ke doktor rumah sakit waktu saya periksa
langsung trus dibilang perawat kena payudara saya.
Informan tidak langsung mengobati penyakitnya karena informan tidak setuju dengan
pendapat dokter bahwa penyakit yang dialaminya adalah penyakit kanker payudara (tidak
berespon). Informan berusaha mencari pengakuan dari orang lain bahwa penyakitnya
bukan kanker payudara, namun semua orang yang ditemuinya tetap mengatakan bahwa
penyakitnya adalah kanker payudara seperti pernyataannya berikut:
.Kemana-mana saya pergi sampe ke 3 kecamatan ke teman-teman saya
tanya sama dokter juga pura-pura gak tahu penyakit saya dibilang payudara.
Saya gak setuju nenen saya keras lantaran gak punya anak..
Pada informan ini, keterlambatan pengobatan terjadi karena informan tidak setuju dengan
pendapat dokter bahwa penyakitnya kanker payudara.
Hasil penelitian mengenai tindakan informan setelah mengetahui penyakitnya
adalah kanker payudara, seluruh informan tidak langsung mengobati penyakitnya karena
tidak memiliki biaya seperti informan dalam pernyataannya berikut:
Tapi aku berobat itu nunggu keluar dulu surat Jamkesmas.

111
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Seorang informan mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif karena tidak


memiliki biaya walaupun akhirnya mengobati penyakitnya ke pengobatan medis setelah
surat Jamkesmas keluar seperti pernyataannya berikut:
Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif. Trus saya uruslah
Jamkesmas jadi berobatlah saya ke rumah sakit di Tebing habis itu disuruhlah
ke sini karna disana orang tu gak mampu.
Seluruh informan telah diberikan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara
oleh dokter dan telah setuju untuk mengobati penyakitnya tetapi tidak diwujudkan karena
tidak memiliki biaya untuk mengobati penyakitnya. Menurut Anderson dalam
Notoatmodjo (2007) dalam model penggunaan pelayanan kesehatan seluruh informan
tidak memiliki pendukung yaitu kemampuan untuk membayar biaya pengobatannya
sehingga tidak menggunakan pelayanan kesehatan. Tindakan informan setelah
mengetahui penyakitnya adalah kurang karena informan tidak segera mengobati
penyakitnya disebabkan tidak ada biaya untuk mengobati penyakitnya.

112
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

tentang

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.Adam


Malik Medan Tahun 2008, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan terdiri dari 2 faktor
yaitu faktor predisposisi (predisposing factor) dan faktor pemungkin (enabling
factor) sedangkan faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi
keterlambatan pengobatan.
2. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan
pengobatan yaitu pendidikan informan rendah dan informan tidak memiliki
riwayat keluarga menderita kanker payudara sehingga informan tidak memiliki
pengalaman dan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya.
Sikap informan kurang berespon terhadap penyakitnya, namun ketika informan
tahu penyakit kanker payudara informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa
inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah
menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan
untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan.
3. Faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan
pengobatan yaitu fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya yang
tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H.Adam Malik Medan,

113
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

4. Faktor

penguat

(reinforcing factor)

tidak

mempengaruhi

keterlambatan

pengobatan karena ketiga komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun
petugas kesehatan menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang
kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI (pemerikSAan payuDAra
sendiRI) dengan menggunakan media seperti leaflet, brosur dan pemutaran video
cara melakukan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) di televisi kepada
seluruh wanita yang berusia subur (cancer age) untuk menemukan kanker
payudara sejak dini sehingga penderita dapat cepat mendapatkan pengobatan.
2. Diharapkan kepada dinas kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Kanker
Indonesia (YKI) di Medan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker
payudara dan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) kepada wanita berusia
subur (cancer age), seperti penyuluhan dan peragaan SADARI (pemerikSAan
payuDAra sendiRI) di televisi, penyuluhan dengan leaflet, dan penyuluhan
dengan brosur.
3. Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan agar
memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI (pemerikSAan
payuDAra sendiRI) kepada keluarga informan yang wanita dengan menggunakan
media yang ada seperti pemutaran video cara melakukan SADARI (pemerikSAan
payuDAra sendiRI) di televisi dan penyuluhan menggunakan brosur.

114
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, Dr. Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti
Kanker.Jakarta : Penebar Swadaya.
Foster/Anderson. 2005. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Glanz, Karen., K. Rimer, Barbara., dan Lewis, Frances Marcus. 2002. Health Behavior
and Health Education Theory, Research, and Practise. San Fransisco :
Jossey Bass A Wiley Imprint.
Green, L., W. Kreuten, Marshall., G. Deeds, Sigrid., dan B. Partridge, Kay. 1980. Health
Education Planning A Diagnostic Approach. California : Mayfield
Publishing Company.
Hawari, Prof. Dr. dr. H. Dadang. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi Jakarta :
Balai Penerbit FKUI Jakarta.
Karnadihardja, Warko. 1987. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Kusminarto, Dr. 2005. Deteksi Dini Kanker Payudara, Jawaban untuk
Menghindar.http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewart
icle&artid=402&Itemid=3. 9 Juni 2008.
Mardiana, Lina. 2004. Kanker pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan
Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Moleong, Levy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Muzaham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, SKM, MCom.H. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasi cetakan pertama. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, SKM, MCom.H. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurlela, Feby. 2005. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat inap di
Rumah Sakit Haji Medan tahun 2000-2004. Medan : Skripsi FKM USU.
Pane, Masdalina. 2002. Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.
Jakarta : Majalah Medika No. 8 tahun XXVIII.
Profil RSUP Adam Malik Medan. 2006.

115
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Purba, Nesli.M. 2004. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat inap
di RS St. Elisabeth Medan tahun 2000-2002. Medan : skripsi FKM USU.
Pusat Komunikasi Publik Setjen DepKes . 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim dan
KankerPayudara.Jakarta
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3081
&Itemid=2 .diakses pada 9 Juni 2008.
Sani, Asrul. 2003. Hubungan Antara Besar Tumor (T1-T3) dan Tipe Histopatologi
Kanker Payudara dengan Adanya Metastase Pada
Kelenjar Getah Bening Aksila.
http://72.14.235.132/search?q=cache:otf__43nmEAJ:library.usu.ac.id/download
/fk/bedah-asrul.pdf+Hubungan+Antara+Besar+Tumor+(T1T3)+dan+Tipe+Histopatologi+Kanker+Payudara+dengan+Adanya+Metastase+
Pada+Kelenjar+Getah+Bening+Aksila&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id Medan :
jurnal FK USU.
Sarwono, Solita.1997. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sitopu, Selli Dosrani. 2004. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat
inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 1998-2002. Medan : skripsi FKM
USU.
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Soebroto, J.B., Ahmad Ghozali, Evi Yuliati R.. 2001. Rancang Bangun Alat Pembuat
Model Peraga Periksa Payudara Sendiri (Sadari) untuk Meningkatkan
Jangkauan/Kuantitas dan Efektifitas Penyuluhan Deteksi Dini Kanker
Payudara di Masyarakat volume II no 3. Jakarta : www.asosiasi
politeknik.or.id.12 Juni 2008.
Soekimin. 2006. 65% Pasien Kanker Terlambat Berobat. Jakarta
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1141877979,22552,
Diakses pada 20 Juni 2008.

Standar Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik Medan. 2006.


Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik edisi 2. Surabaya : Airlangga University
Press.
Supit, Nina I.S. 2002. Deteksi Dini Keganasan Payudara dalam Deteksi Dini Kanker.
Jakarta : FK UI.
Sutjipto Sp.B.(K) Onk, Dr.. 2006. Berdamai dengan Kanker Payudara. Sehat Plus.
Nomor 12 Volume 4. Jakarta : PT Citra Niskala Nusantara.

116
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya


dalam Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FK UI.
Tambunan, dr. Gani W., Loekito, Joko S., dan Soekimin (1992). 1992. Strategi Deteksi Dini
Kanker Payudara Stadium Awal. Jakarta :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_StrategiDeteksiKankerPayudaraStadiu
mAwal.pdf/06_StrategiDeteksiKankerPayudaraStadiumAwal.html Cermin
Dunia Kedokteran.
Tambunan, dr. Gani. W. 1996. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC.
Widiyanto, Puguh. 1999. Pengetahuan dan Sikap Wanita Dewasa tentang
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dalam Upaya Deteksi Dini
Kanker Payudara. Jakarta
www.info.stikesmuhgombong.ac.id/edisi2puguh.doc+Pengetahuan+dan+Sikap+
Wanita+Dewasa+tentang+Pemeriksaan+Payudara+Sendiri+(SADARI)+dalam+
Upaya+Deteksi+Dini+Kanker+Payudara.&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id. 13Juni
2008

117
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

PEDOMAN WAWANCARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMABATAN
PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER
PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
Daftar Pertanyaan
I. Identitas Informan
1. Nama

2. Pendidikan

3. Status Perkawinan

4. Pekerjaan

5. Jaminan Kesehatan

6. Alamat

II. Pertanyaan Wawancara


A. Faktor predisposisi (predisposing factor)
1. Apa ada rasa takut setelah anda tahu menderita kanker payudara sehingga anda
terlambat mengobati penyakit anda?
Probing :
a. Apa yang anda pikirkan tentang diri anda ketika anda tahu anda terkena
kanker payudara?Apa yang anda rasakan?
b. Apakah anda langsung setuju untuk mendapatkan pengobatan?Jika
menunda pengobatan, mengapa anda menunda pengobatan, apa anda
takut?Takut pada apa?
2. Pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI
Probing :
a. Bisa anda jelaskan apa ciri-ciri kanker payudara, bahaya dari kanker
payudara, penyebab kanker payudara, cara mencegah kanker payudara dan
siapa saja yang bisa terkena kanker payudara?
b. Apa itu SADARI?

118
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

3. Sikap
a. Bagaimana tanggapan anda atas penyakit yang anda derita? Apakah anda
setuju jika sakit kanker payudara harus diobati?
b. Mengapa anda setuju untuk berobat?Kapan anda memutuskan untuk berobat?
4. Apakah anda percaya anda akan sembuh dengan pengobatan anda?
5. Mengapa anda terlambat berobat padahal ada anggota keluarga yang menderita
kanker payudara?
Probing :
a. Apakah ada anggota keluarga anda yang menderita kanker payudara
sebelumnya?Apakah dia masih hidup?

B. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)


1. Apakah menurut anda fasilitas yang anda dapatkan memadai dan lengkap untuk
menolong kesembuhan?Mengapa?
2. Apakah sebelumnya anda berobat pada tempat pengobatn selain pengobatan medis
sehingga anda terlambat berobat ke rumah sakit?
Probing :
a. Dimana anda berobat sebelumnya?
3. Apakah karena jarak rumah anda jauh anda terlambat berobat?
Probing :
a. Berapa jauh rumah anda dari tempat pengobatan?
b. Berapa jauh jaraknya dari rumah anda?

C. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


1. Mengapa akhirnya anda memutuskan untuk berobat?Siapa yang memutuskan?
Apakah atas saran dari keluarga?Siapa yang paling berpengaruh?
Probing :
a. Apakah suami anda mendukung pengobatan anda?
b. Apa tanggapan keluarga ketika anda menceritakan anda menderita kanker
payudara?Apakah mereka menyarankan kepada anda untuk berobat? Mengapa?

119
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

c. Apa tanggapan keluarga ketika anda menceritakan tentang gejala kanker


payudara?menderita peyakit kanker payudara?Apakah mereka menyarankan
kepada anda untuk berobat?Mengapa?
2. Apakah teman-teman juga yang membantu anda memutuskan untuk berobat?
Probing :
a. Apa tanggapan orang lain atas penyakit anda?Apakah mereka menyarankan
kepada anda untuk berobat?Mengapa?
3. Bagaimana sikap petugas kesehatan di tempat pengobatan sebelumnya?Apakah anda
percaya bahwa petugas kesehatan dapat membantu kesembuhan anda?Mengapa?

D. Keterlambatan Pengobatan
1. Apa yang anda lakukan ketika anda tahu anda terkena kanker payudara?
Probing :
a. Bisa tolong ceritakan bagaimana awalnya anda menemukannya sampai sekarang
anda berobat?Apakah anda melakukan SADARI?
b. Apa yang anda lakukan ketika anda menemukan gejala-gejala itu?Apakah anda
langsung berobat?
c. Kapan anda memutuskan untuk berobat?Mengapa?
d. Jika tidak, mengapa?

120
Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai