Anda di halaman 1dari 18

Makalah Sistem Informasi Manajemen

INFORMASI TENTANG MANAJEMEN KESEHATAN DAN


KESELAMATAN DI TEMPAT KERJA

DISUSUN OLEH : ALI


ANGKATAN 14B
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi SAILENDRA

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan,
dan saat

kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek

kerugian (loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah


sebagai berikut:

Kelelahan (fatigue)
Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab

awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training


Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan

terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat
pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus
listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila
pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja pada
prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan
kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi
fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang
dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya
mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta
membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program
Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan
tepat waktu untuk mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah
kebijakan selanjutnya.
Penyusunan progrma, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta
membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan

kerja bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta
pasar bebas (AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota termasuk Indonesia. Beberapa komitmen
global baik yang berskala bilateral maupun multilateral telah mengikat bangsa
Indonesia untuk memenuhi standar. Standart acuan terhadap berbagai hal
terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan,
serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah
dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta
Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan
terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi
tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di
tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apakah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu?
2. Apa manfaat Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Sistem informasi dalam Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
2. Mengetahui Manfaat dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
3. Memenuhi tugas dari Mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
4. Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II
PEMBAHASAN
1. SISTIM MANAJEMEN K3 DI INDONESIA
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara
normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian
dari sistem manajemen keseluruhan

yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya


yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Karena SMK3 bukan hanya
tanggung jawab pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja
tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang
aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak
manfaat bagi industri kita antara lain :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.

Sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/


MEN/1996 sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan
Kepemimpinan dan Komitmen
Tinjauan Awal K3
Kebijakan K3
2. Perencanaan

Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko


Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya
Tujuan dan Sasaran
Indikator Kinerja
Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung

3. Penerapan
a. Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana
Integrasi
Tanggungjawab dan Tanggung Gugat
Konsultasi, Motyivasi dan Kesadaran
Pelatihan dan Kompetensi
b. Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana
Komunikasi
Pelaporan
Pendokumentasian
Pengendalian Dokumen
Pencatatan dan Manajemen Informasi
c. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
Identifikasi Sumber Bahaya
Penilaian Resiko
Tindakan Pengendalian
Perancangan dan Rekayasa
Pengendalian Administratif
Tinjauan Ulang Kontrak
Pembelian
Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana
Prosedur Menghadapi Insiden
Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
4. Pengukuran dan Evaluasi
a. Inspeksi dan Pengujian
b. Audit SMK3
c. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung mengenai K3
yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini
masih dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh negaranegara di Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena memang masih
dalam tahap awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh
Menteri Tenaga Kerja (Pemerintah) dirasakan kurang membantu promosi

terhadap SMK3 dibandingkan dengan sertifikasi ISO series, OHSAS, KOHSA


(korea), yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta.
Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta standarisasi
SMK3 di Indonesia yang cukup representatif bukankah saatnya bagi Industri
Indonesia untuk melaksanakan SMK3 sesuai PER.05/MEN/1996 baik industri
skala kecil, menengah, hingga besar ? Sehingga bersama-sama menjadi industri
yang kompetitif, aman, dan Efisien dalam menghadapi pasar terbuka.
2. TUJUAN PEMBENTUKAN K3 DAN PELAKSANAAN P2K3
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan
umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum yaitu :
Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu
terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan
peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan secara khusus antara lain :
Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan
penyakit akibat kerja.
Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan
hasil produksi.
Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan
penyesuaian antara pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan.
3. DASAR HUKUM
Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah Undang-undang

No. 1 tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan peraturan
pelaksanaannya yaitu :
Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
KEP-155/MEN/84.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.
4. PEMBENTUKAN
a. Syarat Pembentukan
Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3.
b. Syarat Keanggotaan
1. Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri
atas unsur pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya terdiri dari atas
ketua, sekretaris dan anggota.
2. Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Petugas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di perusahaan.
3. Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu Pimpinan
Perusahaan yang ditunjuk (khusus untuk kelompok perusahaan/centra
industri).
4. Jumlah dan susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus) orang atau
lebih, jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri
dari 6 (enam) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6
(enam) orang mewakili tenaga kerja.
b. Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh) orang
sampai 100 (seratus) orang, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6
7

(enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan


perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.
c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh), dengan
tingkat risiko bahaya sangat berat jumlah anggota sekurang-kurangnya
6

(enam)

orang

terdiri

dari

(tiga)

orang

mewakili

pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga


kerja.
d. Kelompok perrusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang 50 (lima
puluh) untuk setiap anggota kelompok, jumlah anggota sekurangkurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga
kerja.
c. Struktur Organisasi
1.

Bentuk organisasi dan kepengurusan


Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi tergantung pada

besarnya, jenisnya bidang, bentuknya kegiatan dari perusahaan dan


sebagainya. Kepengurusan dari pada organisasi P2K3 terdiri dari seorang
Ketua, Wakil Ketua, seorang atau lebih Sekretaris dan beberapa anggota yang
terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja.
a. Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang
mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijaksanaan di
perusahaan.
b. Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3/Petugas K3 (Safety Officer) atau
calon yang dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.
c. Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja yang ada dalam
perusahaan dan telah memahami permasalahan K3.
d. Program Kerja Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Identifikasi masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Sidang-sidang.
4. Rekomendasi.
5. Audit.
e. Peran dan Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

1. Peran pokok Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(P2K3) sebagai badan pertimbangan di tempat kerja ialah memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada
pengusaha/pengurus tempat kerja yang bersangkutan mengenai
masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah
menghimpun dan mengolah segala data dan atau permasalahan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja yang
bersangkutan,

serta

mendorong

ditingkatkannya

penyuluhan,

pengawasan, latihan dan penelitian Keselamatan dan Kesehatan


Kerja.
5. PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
Adalah

upaya

memberdayakan

masyarakat

untuk

memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya. (The process


of enabling people to increase control over, and to improve their health-Ottawa
charter 1986.)
Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya, yang berarti
mengembangkan kemandirian, yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung
pengembangan kemandirian tersebut.
Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja adalah :

Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.


Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masayarakat.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan

pekerja dan lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan


9

kesehatan.Secara mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja


adalah perlu melindungi individu (pekerja), lingkungan didalam dan
diluar

tempat

lingkungan

kerja

kerja

dari

yang

bahan-bahan

jelek.

Gaya

berbahaya,

kerja

yang

stress

atau

memperhatikan

kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat


mendukung terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.

Keuntungan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja, secara umum :


Bagi Perusahaan

Meningkatnyalingkungan tempat kerja yang sehat dan aman serta nyaman


Citra Perusahaan Positif
Meningkatkan moral staf
Menurunnya angka absensi
Meningkatnya produktifitas
Menurunnya biaya kesehatan atau biaya asuransi.
Pencegahan terhadap penyakit.

Bagi Pekerja

Lingkungan tempat kerja menjadi lebih sehat


Meningkatnya percaya diri
Menurunnya stress

Meningkatnya semangat kerja

Meningkatnya kemampuan
Meningkatnya kesehatan.
Lebih sehatnya keluarga dan masyarakat

10

a. Monitoring dan Evaluasi.


Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting
untuk melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk
mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan
umpan balik (feedback) untuk perbaikan.
b. Revisi dan perbaikan program.
Setelah

mendapatkan

hasil

dari

evaluasi

tentunya

ada

kekurangan dan masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam


melakukan perbaikan program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada.
6.

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT


Sektor Transportasi Darat memiliki peranan yangb sangat penting dalam

masyarakat karena turut menggerakkan roda perekonomian dan mobilitas


masyarakat. Melalui jasa transportasi, diselenggfarakan kegiatan angkiutan
barang, penumpang dan jassa lainnya dari suatu daerah kedaerah lainnya.
Untuk itu, dikembangkan Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Transportasi Darat (SMK3 Transportasi) yang memberikan
persyaratan untuk sistim manajemen K3 untuk membantu perusahaan dalam
mengendalikan bahaya kecelakaan dan meningkatkan kinerja K3 sekaligus
produktivitas perusahaan. Sistim Manajemen K3 Transportasi ini berlaku bagi
perusahaan jasa angkutan darat untuk :
Membangun sistim Manajamen K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu
lintas atau kejadian lainnyan yang tidak diinginkan.
Menerapkan , memelihara dan meningkatkan SMK3 secara terus menerus.

11

Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi norma keselamatan yang


ditentukan.
a. Elemen Sistim Manajemen K3 Transportasi
Sistim

Manajemen

Keselamatan

Transportasi

merupakan

sistim

manajemen berkelanjutan yang terdiri atas elemen sebagai berikut :


Persyaratan Umum
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara Sistim Manajemen K3 yang
terintegrasi dengan sistim manajemen perusahaan sebagaImana disyaratkan
dalam elemen 5 ini

Kebijakan K3
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara kebijakan K3 yang menunjukkan
komitmen perusahaan terhadap keselamatan dalam operasi angkutan.
Perencanaan K3
1. Pemeriksaan Dan Tindakan Koreksi
Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur mengenai pemantauan
dan pengukuran Kinerja K3 perusahaan yang mencakup :
Inspeksi dan Pengujian
Perusahaan harus menetapkan prosedur mengenai inspeksi dan pengujian yang
menfcakup :
2. Tinjauan Manajemen
Perusahaan harus melakukan tinjau ulang oleh manajemen secara berkala
untuk menilai dan mengetahui pelaksanaan SMK3 dalam perusahaan serta
permasalahan yang dihadapi untuk peningkatan berkelanjutan
b. Process Safety Management
1. Proses Safety Management.

12

Terdapat tiga kriteria pokok Proses Safety Management dengan 13


elemen-elemen.
a. Kriteria Teknologi dan Proses, meliputi elemen-elemen :
informasi keselamatan proses
analisa bahaya proses
keterpaduan mekanik
penelaahan KK awal operasi
b.

Kriteria Keselamatan Kerja, meliputi elemen-elemen :

penanganan keselamatan kerja kontraktor


cara kerja aman
prosedur operasi
pelatihan karyawan
partisipasi karyawan
c.

Kriteria Manajemen, meliputi elemen-elemen :

manajemen perubahan
rencana tanggap darurat
audit manajemen keselamatan proses dan penyelidikan kecelakaan
d.

Kriteria Teknologi dan Proses.

Informasi Keselamatan Proses.

Analisa Bahaya Proses.

Manajemen

Review Keselamatan Pra Start-Up.


Kriteria Manajeman

Manajemen Perubahan

Penyelidikan Kejadian

Penanggulangan Darurat

Keterpaduan Mekanis

13

1.

e.

Audit

Kriteria Keselamatan Kerja.

Keselamatan Kerja Kontraktor.

Cara & Ijin Kerja Aman.

Prosedur Operasi.

Pelatihan/Training.

Partisipasi Karyawan.

c. Reliability Centred Maintenance


Basic Principles :
Tujuh prinsip dasar tentang RCM :
a)Fungsi dan standard unjuk kerja (Functions and performance standards).
b)Cara kegagalan memenuhi fungsi (Functional failures).
c)

Penyebab kegagalan fungsional (Failure modes).

d)Kejadian-kejadian pada setiap kegagalan (Failure effects).


e)Akibat terjadinya kegagalan (Failure consequences).
f) Pencegahan kegagalan (Preventive tasks).
g)Tindakan alternatif didalam mencegah kegagalan (Default tasks).
2. Persiapan RCM.
Langkah awal penerapan RCM meliputi :
Plant register.
Maintenance priority list.
Technical history data.
Decision support tools development.
Inherrent Reliability vs. Desired performance.
Hidden functions, Failure pattern survey
Preventive task selection and DefinePotential-Failure interval.

14

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan ;
1.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif


sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan

yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan


bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan.
2.

Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai manfaat


langsung maupun tidak langsung.

3.

Promosi K3 adalah salah satu cara untuk meningkatkan K3

15

B. S A R A N
1.

Untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan adanya


manajemen K3.

2.

Belum maximalnya pelaksanaan Managemen K3 disebabkan oleh kurangnya


pengetahuan dan informasi tentatang manajemen K3, untuk itu kepada Menteri
terkait dan Dunia Industri agar diadakan sosialisasi secaras terus menerus.

3.

Perlu peningkatan Promosi Keselamatan Kerja pada setiap Dunia Kerja agar
semua orang mementingkan Keselamtan kerja itu sendiri.

4.

Sekolah secara khusus SMK yang dipersiapkan untuk tenaga kerja menengah
kebawah hendaknya dibekali dengan Manajemen K3.

DAFTAR RUJUKAN
Joko Kustono, 2005, CD, Universitas Negeri Malang
Peraturan Pemerintah, 1982, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Peraturan Pemerintah, 1984, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Peraturan Pemerintah, 1987, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Peraturan Pemerintah, 1996, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Suharto,

Imam.

1997. Manajemen

Proyek

dari

Konseptual

Sampai

Oprasional. Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai