TINJAUAN PUSTAKA
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Siluriformes
Famili
: Plotosidae
Genus
: Paraplotosus
Spesies
: Paraplotosus albilabris
(Nelson, 2006)
Ikan Sembilang atau Eel tailed catfish adalah jenis ikan laut yang bentuk
tubuhnya menyerupai ikan Lele. Hidupnya pada kedalaman 0-10 meter. Sering
dijumpai di daerah pesisir pantai atau laut dangkal. Bentuk badannya panjang
tanpa sisik, sirip punggung pertama berduri tajam dekat dengan kepala, sirip
punggung kedua bersambung dengan sirip ekor dan sirip dubur. Ikan ini dapat
mencapai panjang 134 cm. Ikan Sembilang merupakan ikan predator, yang
memangsa ikan-ikan kecil, selain itu ikan ini juga memakan hewan-hewan yang
hidup di dasar laut yaitu hewan-hewan kelompok gastropoda, moluska dan
krustasea. Ikan dewasa dapat hidup sendiri atau dalam kelompok kecil (Utomo, et
al., 2007).
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Atheriniformes
Famili
: Atherinidae
Genus
: Pranesus
Spesies
: Pranesus duodecimalis
(Valenciennes, 1835)
Ikan Kepala Batu atau yang biasa disebut ikan Gulamah merupakan ikan
yang habitatnya di perairan pantai hingga ke laut dangkal dan sungai. Ikan ini
memiliki bentuk tubuh memanjang dan seluruh bagian tubuhnya tertutup sisik
kecuali ujung kepala. Sirip punggung tidak terputus, dengan lekukan yang dalam
antara bagian sirip yang berjari-jari keras dengan bagian sirip yang berjari-jari
lemah. Ikan ini menjadikan ikan-ikan kecil dan udang sebagai makanannya
(Kottelat, et al., 1993).
2.2 Pencemaran Laut
Kehidupan manusia di bumi sangat bergantung pada lautan. Manusia harus
menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman
kehidupan manusia di muka bumi ini. Di lain pihak, lautan merupakan tempat
pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi
oleh manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari
daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfer, sampah dan bahan
buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker, pengeboran minyak lepas
pantai, dan masih banyak lagi bahan yang terbuang ke lautan (Darmono, 2001).
Lautan dapat melarutkan dan menyebarkan bahan-bahan tersebut sehingga
konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam. Kehidupan laut
dalam juga terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut dangkal. Daerah
pantai, terutama daerah muara sungai, sering mengalami pencemaran berat, yang
disebabkan karena proses pencemaran yang berjalan terus-menerus secara
perlahan sehingga terjadi akumulasi (Darmono, 2001).
2.3 Klasifikasi Laut Berdasarkan Kedalamannya
Berdasarkan kedalamannya, laut dibagi menjadi 4 zona, yaitu: zona
lithoral, zona neritis, zona bathial, dan zona abisal.
a. Zona Lithoral
Zona Lithoral adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Pada saat air
laut pasang wilayah ini tergenang air dan pada saat air laut surut wilayah ini
berubah menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering juga disebut wilayah
pasang-surut.
b. Zona Neritis
Zona Neritis (wilayah laut dangkal) yaitu dari batas wilayah pasang surut
hingga kedalaman 50 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari
sehingga pada wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik
hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
c. Zona Bathial
Zona Bathial (wilayah laut dalam) adalah wilayah laut yang memiliki
kedalaman antara 50 m hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar
matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat
di wilayah Neritis.
d. Zona Abisal
Zone Abisal (wilayah laut sangat dalam) yaitu wilayah laut yang memiliki
kedalaman di atas 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada
tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.
2.4 Logam
Logam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu logam esensial dan logam
nonesensial. Logam esensial adalah logam yang diperlukan untuk membantu
reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup seperti
membantu kerja enzim atau pembentukan sel darah merah. Sebaliknya logam
nonesensial adalah logam yang keberadaannya dalam tubuh makhluk hidup dapat
menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif dan apabila kandungannya tinggi akan
dapat merusak organ-organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Logam yang
dapat menyebabkan keracunan adalah jenis logam berat. Logam ini termasuk
logam yang esensial seperti Cu, Zn, Ni dan yang nonesensial seperti Hg, Pb, Cd,
dan As (Palar, 2008).
Timbal
Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Timbal memiliki titik
lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif sehingga bisa
digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah
logam yang lunak bewarna abu-abu kebiruan mengkilat. Logam ini mempunyai
nomor atom 82 dengan bobot atau berat atom 207,20. Timbal meleleh pada suhu
328o C, titik didih 1740o C dan memiliki masa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati,
2008).
2.5.1 Kegunaan Timbal
Timbal merupakan salah satu logam yang populer dan banyak dikenal oleh
orang awam. Hal ini dikarenakan timbal banyak digunakan di pabrik-pabrik baik
dalam bentuk murni maupun dalam bentuk campurannya dengan logam lain
(Darmono, 1995).
Penggunaan dalam jumlah yang paling besar adalah untuk bahan produksi
baterai dan aki. Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam industri baterai
digunakan sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Alloy Pb yang
mengandung 1% stibium (Sb) banyak digunakan sebagai kabel telepon. Alloy Pb
dengan 0,15% As, 0,1% Sn, dan 0,1% Bi banyak digunakan untuk kabel listrik
(Palar, 2004).
Logam Pb juga digunakan dalam industri percetakan (tinta) dalam bentuk
senyawa PbS. Pb murni biasanya digunakan untuk melapisi logam lain dan pipa
sehingga bahan yang dilapisi tersebut tidak mudah berkarat atau rusak karena
bahan-bahan kimia yang bersifat korosif. Lebih dari 200.000 ton Pb digunakan
dalam industri kimia yang berbentuk (CH3)4-Pb (tetrametil-Pb) dan (C2H5)4-Pb
(tetraetil-Pb), yang biasanya dicampur dengan bahan bakar kendaraan untuk
melindungi mesin agar lebih awet (Palar, 2004).
berwarna kuning
kemerahan,
Pb(OH)2.2PbCO3
untuk
dapat
menimbulkan
gangguan
dan
bahkan
mampu
fase
gas.
mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atomatom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam
dalam sampel (Bender, 1987).
sedikit.
penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam bentuk gas (Rohman, 2007).
Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan
spektrofotometri atom dengan cara absorbsi yaitu penyerapan energi radiasi oleh
atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai
contoh plumbum menyerap radiasi pada panjang gelombang 283,3 nm, kadmium
pada 228,8 nm, natrium pada 589 nm, sementara kalium menyerap pada panjang
gelombang 766,5 nm. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh
energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan menjadi ke
tingkat eksitasi (Rohman, 2007).
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum
sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian
banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman (Rohman, 2007).
e. Amplifier
Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima
dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).
e. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang
menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).
80-110
100 ppb
80-110
10 ppb
60-115
1 ppb
40-120
(Harmita, 2004)
b. Keseksamaan (presisi)
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara
berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang
memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan
(Harmita, 2004).
Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa simpangan baku
relatif atau RSD meningkat seiring dengan menurunnya kadar analit yang
dianalisis. Nilai simpangan baku relatif untuk analit dengan kadar kurang dari 1
ppm yang diizinkan yaitu tidak lebih dari 32% (Garfield, 1991).
c. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).
d. Linearitas dan rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,
menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang
dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima
(Harmita, 2004).
e. Batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama.