Anda di halaman 1dari 16

1

Tugas Makalah Hidrologi

STUDI ANALISIS BANJIR ROB DI JAKARTA PADA


BULAN JUNI 2016

Dosen :
Pindi Patana S. hut M. Sc.

Oleh :

Adenia Cahyatie Aprillia


140302073
Manajamen Sumberdaya Perairan/A

MATAKULIAH HIDROLOGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atasa berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Makalah
Matakuliah Hidrologi yang berjudul Studi Analisis Banjir Rob di Jakarta
pada Bulan Juni 2016
Penulis juga menyampaikan terima Kksih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Hidrologi yaitu Bapak Pindi Patana S. hut M. Sc. yang telah membimbing
penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun agar bermanfaat untuk menambah wawasan penyusun
tentang Permasalahan hidrologi yang terjadi di DKI Jakarta. Selain itu penulis
juga membutuhkan kritik dan saran yang mebangun demi penuyusunan makalah
untuk kedepannya. Demikian makalah ini penulis selesaikan. Terima kasih.

Medan, April 2016

Penyusun
3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3.Tujuan Penulisan Makalah ......................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kota Jakarta ............................................................................... 3
2.2. Definisi Banjir ........................................................................... 5
2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Banjir ................................ 6
2.4. Akibat Banjir .............................................................................. 7
2.5. Dampak Terjadinya Banjir ......................................................... 8
2.6. Penanggulangan Banjir ............................................................... 8
BAB III STUDI ANALISIS 9
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan .................................................................................. 11
4.2.Saran ........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak dilanda bencana.
Selama periode 2000 sampai 2011, dari sekian banyak bencana secara nasional,
77 persen bencana yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi. yaitu
banjir, angin puting beliung, longsor. Pada bulan Januari 2013, terdapat sekitar
120 kejadian bencana di Indonesia. Akibat bencana tersebut maka 123 orang
meninggal, 179.659 orang menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat,
2.717 rumah rusak sedang, 10.798 rumah rusak ringan, kerusakan fasilitas umum
lainnya (Rosyidie, 2013).
Bencana merupakan suatu peristiwa di alam yang disebabkan oleh
manusia maupun alam yang berpotensi merugikan kehidupan manusia,
mengganggu kehidupan normal, serta hilangnya harta dan benda. Pengertian lain
dari bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Menanggapi definisi tentang bencana, beberapa referensi
menyimpulkan bahwa sebagian besar definisi bencana mencerminkan
karakteristik: gangguan terhadap kehidupan normal, efek terhadap manusia,
seperti menjadi korban, luka / cacat, gangguan kesehatan, efek terhadap struktur
sosial, dan kebutuhan masyarakat. Kerentanan (vulnerability) adalah tingkat
kemungkinan suatu objek bencana yang terdiri dari masyarakat, struktur,
pelayanan atau daerah geografis mengalami kerusakan atau gangguan akibat
dampak bencana atau kecenderungan sesuatu benda atau mahluk rusak akibat
bencana (Chandra dan Rima, 2013).
Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, Indonesia
adalah salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai
yang ada di Indonesia melintasi wilayah penduduk padat. Pada umumnya bencana
banjir tersebut terjadi diwilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah
5

hujan lebih tinggi dibandingkan dengan dibagian timur. Berdasarkan kondisi


morfologisnya, penyebab banjir adalah karena relief bentang alam Indonesia yang
sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir diantaranya. Daerah rawan
banjir tersebut diperburuk dengan penggundulan hutan atau perubahan tata-guna
lahan yang tidak memperhatikan daerah resapan air. Perubahan tata-guna lahan
yang kemudian berakibat menimbulkan bencana banjir, dapat dibuktikan antara
lain didaerah perkotaan sepanjang pantai terutama yang dialiri sungai
(Gultom, 2012).
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang biasanya kering seperti
pada lahan pertanian, permukiman, pusat kota. Banjir dapat juga terjadi karena
debit/volume air yang mengalir pada suatu sungai atau saluran drainase melebihi
atau diatas kapasitas pengalirannya. Luapan air biasanya tidak menjadi persoalan
bila tidak menimbulkan kerugian, korban meninggal atau luka-luka, tidak
merendam permukiman dalam waktu lama, tidak menimbulkan persoalan lain
bagi kehidupan sehari-hari. Bila genangan air terjadi cukup tinggi, dalam waktu
lama, dan sering maka hal tersebut akan mengganggu kegiatan manusia. Dalam
sepuluh tahun terakhir ini, luas area dan frekuensi banjir semakin bertambah
dengan kerugian yang makin besar (Rosyidie, 2013).

1.2.Rumusan Masalah
Masalah-masalah dalam yang terdapat dalam studi kasus makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa definisi dari banjir ?
2. Apa penyebab terjadinya banjir tersebut ?
3. Bagaimana cara menanggulangi banjir ?

1.3.Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari makalah yang ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penyebab banjir dan bagaimana proses terjadinya banjir
tersebut.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya banjir khususnya
terhadap peristiwa banjir Rob.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi banjir Rob yang terjadi tersebut.
6

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kota Jakarta


Berdasarkan kondisi geografisnya, kawasan yang terletak di dataran banjir
mempunyai resiko yang besar tergenang banjir. Selain Jakarta, beberapa kota
besar di Indonesia terletak di dataran banjir sehingga mempunyai resiko yang
besar tergenang banjir. Banjir saat ini banyak yang terjadi pada wilayah dataran
banjir. Sebanyak 13 sungai di Jakarta berpotensi banjir. Terjadinya banjir juga
dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau pembangunan yang kurang
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan. Banyak pemanfaatan
ruang yang kurang memperhatikan kemampuannya dan melebihi kapasitas daya
dukungnya (Rosyidie, 2013).
Dimensi dan masalah banjir di Jakarta terus meningkat dari waktu ke
waktu. Peningkatan banjir tersebut selain karena faktor alamiah juga akibat dari
aktivitas penduduk. Kondisi demikian menyebabkan banjir dan pembangunan di
Jakarta saling berinteraksi, artinya banjir dapat merusak hasil pembangunan,
namun sebaliknya terkadang hasil pembangunan itu sendiri yang menyebabkan
terjadinya banjir. Masalah banjir di Jakarta sesungguhnya merupakan masalah
yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda, namun dalam perkembangannya
banjir tersebut justru semakin besar, baik intensitas, frekuensi maupun
distribusinya. Pada kejadian bencana banjir tersebut faktor penyebab utama banjir
adalah adanya intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga kapasitas sungai tidak
mampu mengatuskan limpasan permukaan. Akibatnya limpasan permukaan
menggenangi daerah sekitarnya. Kejadian tersebut juga terjadi pada bencana
banjir tahun 1996, dimana curah hujan pada saat itu juga besar. Mengingat faktor
curah hujan merupakan faktor yang dinamis sebagai faktor penyebab banjir
dibandingkan dengan faktor lainnya, seperti faktor kondisi DAS dan saluran
drainase, maka curah hujan sangat menarik untuk terus diteliti. Untuk itu maka
dalam penelitian ini faktor curah hujan akan dianalisis lebih lanjut. Berapa, kapan,
bagaimana, dan dimana curah hujan tersebut dapat menyebabkan banjir, maka
dalam penelitian ini akan disajikan (Nugroho, 2002).
7

2.2. Definisi Banjir


Banjir dalam pengertian umum adalah debit aliran air sungai dalam jumlah
yang tinggi, atau debit aliran air di sungai secara relatif lebih besar dari kondisi
normal akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu terjadi secara
terus menerus, sehingga air tersebut tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang
ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya (Peraturan
Dirjen RLPS No.04 thn 2009). Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang
biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa
dataran rendah hingga cekung. Selain itu, terjadinya banjir juga dapat disebabkan
oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi
kapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem aliran sungai. Terjadinya bencana
banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga
menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat
naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu,
tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran
air di tempat lain (Gultom, 2012).
Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran
pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir)
sekitarnya.(Suripin,Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan). Banjir
merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda
penduduk serta dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila
terjadi luapan air yang disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran.
Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya deras, daya gerusnya besar, tetapi
durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya tidak deras (karena landai),
tetapi durasi banjirnya panjang. Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan
banjir, di antaranya adalah : 1) Banjir dapat datang secara tiba tiba dengan
intensitas besar namun dapat langsung mengalir. 2) Banjir datang secara perlahan
namun intensitas hujannya sedikit. 3) Pola banjirnya musiman. 4) Banjir datang
secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama di daerah depresi. 5)
Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan sedimentasi.
8

Sedangkan akibat lainnya adalah terisolasinya daerah pemukiman dan diperlukan


evakuasi penduduk (Kusumo, 2009).

2.3. Banjir Rob


Istilah banjir rob awalnya dipakai untuk mengatakan banjir dari pasang air
laut yang sering terjadi di daerah Semarang. Banjir rob atau pasang merupakan
fenomena meluapnya air laut ke daratan. Tarikan bulan dan matahari menjadi jauh
lebih besar dibandingkan waktu-waktu lainnya ketika Bulan, Bumi, dan Matahari
berada satu garis, atau pada saat bulan purnama atau bulan baru,. Inilah saat
terjadinya pasang besar (spring tide). Kenaikan muka air laut akibat pasang
merupakan fenomena alam biasa dan bisa diprediksi. Kejadian pasang surut
tersebut akibat pergerakan matahari, bumi, bulan dan bendabenda langit lainnya
dan juga pergerakan benda-benda langit. Gelombang pasang akibat kenaikan
muka air laut disebabkan oleh pasang-surut, disamping itu juga diakibatkan oleh
faktor-faktor lain atau eksternal force seperti dorongan air, swell (gelombang yang
ditimbulkan dari jarak jauh), badai dan badai tropis yang merupakan fenomena
yang sering terjadi di laut. Gabungan atau interaksi dari it u semua menimbulkan
anomali muka air laut yang menyebabkan banjir Rob (Rahayu, 2009).
Rob merupakan fenomena yang umum terjadi dikota yang terletak di tepi
pantai, di Indonesia sendiri banjir rob sering terjadi dikota pantai seperti daerah
Jakarta bagian utara dan Semarang. Fenomena banjir rob di Jakarta khususnya
disebabkan oleh naiknya muka laut juga penurunan muka tanah atau biasa disebut
sebagai land subsidence. Banjir rob merupakan genangan air pada bagian daratan
pantai yang terjadi pada saat air laut pasang. Banjir rob menggenangi bagian
daratan pantai atau tempat yang lebih rendah dari muka air laut pasang tinggi
(high water level) (Chandra dan Rima, 2013).
Banjir merupakan peristiwa yang terjadi ketika terdapat suatu aliran air
yang berlebihan merendam daratan. Rob adalah istilah lain untuk menyebutkan
banjir pasang-surut. Banjir rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang
pasang yang menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di
daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut (Dwimawan dan Laode, 2015).
Fenomena banjir rob yang terjadi hampir disepanjang tahun baik terjadi di
musim hujan maupun di musim kemarau. Hal ini menunjukan bahwa curah hujan
9

bukanlah faktor utama yang menyebabkan fenomena rob. Rob terjadi terutama
karena pengaruh tinggi-rendahnya pasang surut air laut yang terjadi oleh gaya
gravitasi. Gravitasi bulan merupakan pembangkit utama pasang surut. Walaupun
massa matahari jauh lebih besar dibandingkan masa bulan, namun karena jarak
bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di bandingkan matahari maka gravitasi bulan
memiliki pengaruh yang lebih besar. Terjadinya banjir rob akibat adanya kenaikan
muka air laut yang disebabkan oleh pasang surut, dan faktor-faktor atau eksternal
force seperti dorongan air, angin atau swell (gelombang yang akibatkan dari jarak
jauh), dan badai yang merupakan fenomena alam yang sering terjadi di laut.
Selain itu, banjir rob juga terjadi akibat adanya fenomena iklim global yang
ditandai dengan peningkatan temperatur rata-rata bumi dari tahun ke tahun.
Lapisan ozon merupakan pelindung bumi dari pengaruh sinar matahari sehingga
bila lapisan ini menipis maka akan terjadi pemanasan global, sehingga
menyebabkan lapisan es di kutub utara dan antartika mencair. Akibatnya,
permukaan permukaan laut air global naik. Berdasarkan laporan rata-rata suhu
permukaan global meningkat 0,3-0,6 C, sejak akhir abad 19 sampai tahun 2100
suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4-5,8C. Penyebab-penyebab banjir
rob ini sesuai dengan pendapat yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan
naiknya air laut ke daratan (Chandra dan Rima, 2013).

2.4. Faktor-faktor Penyebab Banjir


Menurut Chandra dan Rima (2013) Penyebab terjadinya banjir antara lain
sebagai berikut:
1. Tingginya curah hujan di hulu sungai.
2. Hutan di hulu sungai banyak di tebangi, padahal hutan berfungsi sebagai
unsur hidrolis (penyimpan air) dan orologis (pengatur air) di musim kemarau.
3. Berubahnya fungsi hutan dari hutan lindung menjadi hutan produksi.
4. Beralihnya fungsi hulu sungai dari kawasan resapan air menjadi kawasan
pemukiman.
5. Beralinya fungsi hulu dan aliran sungai menjadi areal perkebunan dan
pertanian.
6. Menyempitnya aliarn sungai akibat pembanguna yang bertambah ke arah
bagian tengah sungai.
10

7. Sungai yang semakin dangkal akibat kuatnya erosi yan di bawa oleh sungai
berupa material lumpur, pasir, kerikil, dan kayu hasil penebangan liar.
8. Masyarakat banyak yang membuang sampah di sungai sehingga air sungai
terhambat dan terhalang oleh sampah yang menumpuk di sungai.
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum
penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir
yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh
tindakan manusia. Yang termasuk sebab-sebab alami di antaranya adalah curah
hujan Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun dengan intensitas
tinggi, durasi lama, dan terjadi pada daerah yang luas. Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah
pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk
penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar
sungai), lokasi sungai dll, merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
banjir. Erosi dan Sedimentasi Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap
pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi
problem klasik sungaisungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi
kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Menurunnya
Kapasitas Sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat
disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul
sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai yang dikarenakan tidak adanya
vegetasi penutup dan penggunaan lahan yang tidak tepat. Pengaruh Air Pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar
karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh ini terjadi di Kota Semarang dan
Jakarta. Genangan ini dapat terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan
maupun di musim kemarau. Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai Hampir
semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak
memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim
hujan. Sedangkan sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia adalah
menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah resapan, kemampuan
DAS, khusunya di bagian hulu untuk meresapkan air / menahan air hujan semakin
11

berkurang oleh berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang
kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lahan lainnya. Hal tersebut
dapat memperburuk masalah banjir karena dapat meningkatkan kuantitas dan
kualitas banjir. Kawasan kumuh Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang
tepian sungai merupakan penghambat aliran. Luas penampang aliran sungai akan
berkurang akibat pemanfaatan bantaran untuk pemukiman kumuh warga. Masalah
kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah
perkotaan. Sampah Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah
langsung ke sungai bukan pada tempat yang ditentukan dapat mengakibatkan
naiknya muka air banjir. Bendung dan bangunan lain Bendung dan bangunan lain
seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek
aliran balik (backwater). Kerusakan bangunan pengendali banjir Pemeliharaan
yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan
kerusakan dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas
banjir. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat Beberapa sistem
pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil
sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-banjir
yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi (Kusumo, 2009).

2.5. Akibat Banjir


Akibat Banjir Kerugian akibat banjir pada umumnya sulit diidentifikasi
secara jelas, dimana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tak
langsung. Kerugian akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat banjir
yang terjadi, antara lain robohnya gedung sekolah, industri, rusaknya sarana
transportasi, hilangnya nyawa, hilangnya harta benda, kerusakan di pemukiman,
kerusakan daerah pertanian dan peternakan, kerusakan sistem irigasi, sistem air
bersih, sistem drainase, sistem kelistrikan, sistem pengendali banjir termasuk
bangunannya, kerusakan sungai, dsb. Sedangkan kerugian akibat banjir tak
langsung berupa kerugian kesulitan yang timbul secara tak langsung diakibatkan
oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis terganggu
dsb (Dwimawan dan Laode, 2015).
12

2.6. Dampak Terjadinya Banjir


Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Dampak langsung relative lebih mudah diprediksi dari pada dampak
tidak langsung. Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi
oleh permukiman penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami daerah
perdesaan yang didominasi oleh areal pertanian.Banjir yang menerjang suatu
kawasan dapat merusak dan menghanyutkan rumah sehingga menimbulkan
korban luka-luka maupun meninggal seperti yang terjadi di Wasior maupun
Bohorok. Banjir juga dapat melumpuhkan armada angkutan umum (bus mikro,
truk) atau membuat rute menjadi lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan karena
menghindari titik genangan seperti yang sering terjadi di jalur pantura Jawa.
Banjir mengganggu kelancaran angkutan kereta api dan penerbangan. Penduduk
seringkali harus mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman, bebas banjir
seperti yang setiap tahun. Banjir di Jakarta juga telah mengakibatkan lebih dari 84
ribu penduduk Jakarta harus diungsikan ke tempat lain yang lebih aman karena
tempat tinggalnya terendam air. Banjir juga merupakan bencana yang relatif
paling banyak menimbulkan kerugian. Kerugian yang ditimbulkan oleh banjir,
terutama kerugian tidak langsung, mungkinmenempati urutan pertama atau kedua
setelah gempa bumi atau tsunami (Rosyidie. 2013).

2.7. Penanggulangan Banjir


Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 11
kemampuan menghadapi ancaman bencana sesuai dengan Undang-undang No. 24
Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Pengelolaan bencana alam seperti
banjir rob dapat dilakukan dengan tindakan mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki
2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta mitigasi aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung
bersifat non fisik, contohnya kerangka hukum/perundangan, insentif-disinsentif,
pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesadaran masyarakat,
Rencana Tata Ruang, pengembangan kelembagaan, dan lain-lain. Sedangkan
mitigasi aktif, merupakan suatu upaya yang sifatnya fisik, seperti pembuatan
bangunan waduk, tanggul, perkuatan struktur bangunan, dan lain-lain
(Dwimawan dan Laode, 2015).
13

BAB III
STUDI ANALISIS

3.1.Studi Analisis Banjir Rob di Jakarta pada Bulan Juni 2016

Gambar 1. Banjir rob menggenangi kawasan Pasar Ikan Muara Baru,


Jakarta Utara. Sumber: http://news.metrotvnews.com
Jakarta merupakan ibu kota yang menjadi pusat lokasi pelaksanaan fungsi
administrasi pemerintahan dan perekonomian republik indonesia. Hal ini memicu
pesatnya pembangunan dan pengembangan berbagai fasilitas dan sarana
pendukung kegiatan tersebut. Hasil pengukuran pada tahun 1925-2003,
permukaan air laut Jakarta selalu naik setiap tahun, kenaikannya rata-rata 0,5
sentimeter (cm) per tahun. Sebaliknya laju penurunan muka tanah Jakarta
mencapai 5cm hingga 12 cm per tahun di sejumlah titik selama tiga dekade
terakhir, kondisi ini yang menyebabkan akumulasi permukaan air laut yang
menggenangi tanah Jakarta lebih tinggi. Dakam 1982-2010 dengan teknologi
survei sifat datar dan menggunakan alat Global Positioning System (GPS) radar,
mengemukakan penurunan muka tanah tersebar di sejumlah tempat di Jakarta,
penurunannya sangat bervariasi 1-15cm per tahun bahkan di beberapa , lokasi
terjadi penurunan 20-28 cm pertahun. Kawasan Pluit, Penjaringan Jakarta Utara
adalah salah satu kawasan yang mengalami penurunan muka tanah cukup besar.
Selama tiga dekade ini, beberapa daerah di Pluit mengalami penurunan tanah
1,8m hingga 3 meter.
14

Berdasarkan studi analisa tehadap banjir Rob yang terjadi di Jakarta Utara
diketahui bahwa air laut semakin meluap dan mencapai puncaknya, dengan
ketinggian hingga 245 cm, pada pukul 20.00 WIB. Status tinggi muka air di
stasiun pemantauan air laut pasar ikan dan berubah naik menjadi siaga dua.
Jebolnya tanggul air di perumahan elite itu lantaran siklus air laut yang mulai
pasang. Pada berita yang terdapat pada (sumber:http://fokus.news.viva.co.id)
Satu minggu ini memang bulan besar, bulan purnama, air laut pasangnya sedang
tinggi," ujar Denny, di lokasi kejadian, Sabtu, 4 Juni 2016. Hal ini sesuai dengan
Chandra dan Rima (2013) yang menyatakan bahwa fenomena banjir rob yang
terjadi hampir disepanjang tahun baik terjadi di musim hujan maupun di musim
kemarau. Hal ini menunjukan bahwa curah hujan bukanlah faktor utama yang
menyebabkan fenomena rob. Rob terjadi terutama karena pengaruh tinggi-
rendahnya pasang surut air laut yang terjadi oleh gaya gravitasi. Gravitasi bulan
merupakan pembangkit utama pasang surut. Walaupun massa matahari jauh lebih
besar dibandingkan masa bulan, namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat
ke bumi di bandingkan matahari maka gravitasi bulan memiliki pengaruh yang
lebih besar. Terjadinya banjir rob akibat adanya kenaikan muka air laut yang
disebabkan oleh pasang surut, dan faktor-faktor atau eksternal force seperti
dorongan air, angin atau swell (gelombang yang akibatkan dari jarak jauh), dan
badai yang merupakan fenomena alam yang sering terjadi di laut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebut
penanganan banjir akibat rob di Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara ialah
pembangunan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau
Giant Sea Wall (tanggul raksasa). Kepala BPBD DKI Jakarta Denny Wahyu
mengatakan, penanganan jebolnya tanggul di kawasan Pantai mutiara,
penjaringan, Jakarta Utara beberapa hari lalu akan dikerjakan oleh pengembang
perumahan tersebut. Penanganan jebolnya tanggul tersebut hingga saat ini masih
menggunakan karung pasir ditambah dengan karung plastik berisi tanah agar kuat
bertahan lama. Hal ini sesuai dengan Dwimawan dan Laode (2015) yang
menyatakan bahwa Pengelolaan bencana alam seperti banjir rob dapat dilakukan
dengan tindakan mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif
serta mitigasi aktif.
15

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Banjir Rob di Jakarta Utara terjadi karena beberapa factor yaitu; intensitas
curah hujan, topografi, jenis tanah, kenaikan muka air laut, perubahan tata
guna lahan, perubahan garis pantai, perubahan penggunaan lahan, penurunan
muka tanah, pertumbuhan dan perkembangan kota yang cepat dll.
2. Pengelolaan bencana alam seperti banjir rob dapat dilakukan dengan tindakan
mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta
mitigasi aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung bersifat non fisik. Sedangkan
mitigasi aktif, merupakan suatu upaya yang sifatnya fisik. Secara umum
kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Kegiatan pra bencana.
b. Kegiatan saat terjadi bencana
c. Kegiatan pasca bencana

4.2.Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan
masukan yang mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di Daerah Jakarta.
Sebaiknya seluruh warga membuat musyawarah dalam penanganganan masalah
banjir seperti tindakan kesiap siagaan warga terhadap banjir datang, tindakan yang
seharusnya dilakukan di setiap rumah dalam mengatasi banjir datang, penyuluhan
tentang kegiatan yang dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir
dan setelah banjir kepada seluruh warga jakarta.
16

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, R dan Rima. D. S. 2103. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara.
Jurnal Teknik Pomits. 2 (1): 2301-9271.

Dwimawan, L. A dan Laode . S. I. 2015. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta


Utara. Universitas Haluoleo, Kendari.

Gultom, A. B. 2012. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kesiapsiagaan


Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana
Banjir di Kecamatan Medan Maimun. [Tesis]. Universitas Sumater
Utara, Medan.

Kusumo, W. 2009. Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten


Kudus (Improvement Of Drainage System At Jati Region, Kudus
Regency). Universitas Diponegoro, Semarang.

Nugroho, S. P. 2002. Evaluasi dan Analisis Curah Hujan Sebagai Faktor


Penyebab Bencana Banjir Jakarta. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
Cuaca, 3(2).

Rahayu, I. 2009. Identifikasi Kejadian Banjir Rob (Pasang) Si Das Sunter Pada 9-
13 Januari 2008. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rosyidie, A. 2013. Banjir: Fakta Dan Dampaknya, Serta Pengaruh Dari


Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota 24 (3) 1-
4.

Anda mungkin juga menyukai