PEMBAHASAN
A. Pengertian Skoliosis
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti
kondisi patologik.Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna
vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah
deformitas kelainan tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra ke
arah lateral dan rotasional. Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang
menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan
bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit ini
juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa
(Mion Rosmawati, 2007).
B. Etiologi Skoliosis
Terdapat 3 penyebab umum dari scoliosis :
1. Kongenital
(bawaan),
biasanya
berhubungan
dengan
suatu
kelainan
1 | Skoliosis
C. Klasifikasi Skoliosis
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu non struktural dan structural
1. Skoliosis non struktural disebabkan oleh :
a. Tabiat yang tidak baik seperti membawa tas yang berat pada sebelah bahu
saja (menyebabkan sebelah bahu menjadi tinggi), postur badan yang tidak
bagus (seperti selalu membongkok atau badan tidak seimbang).
b. Kaki tidak sama panjang.
c. Kesakitan, contohnya disebabkan masalah sakit yang dirasakan di belakang
dan sisi luar paha, betis dan kaki akibat kemerosotan atau kerusakan cakera
di antara tulang vertebra dan menekan saraf.
2. Skoliosis struktural disebabkan oleh pertumbuhan tulang belakang yang
tidak normal. Ciri - ciri fisiknya adalah sebagai berikut :
a. Bahu tidak sama tinggi.
b. Garis pinggang tidak sama tinggi.
c. Badan belakang menjadi bongkok sebelah.
d. Payudara besar sebelah.
e. Sebelah pinggul lebih tinggi.
f. Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.
D. Tanda dan Gejala Skoliosis
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2. Bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3. Nyeri punggung
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
E. Komplikasi Skoliosis
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat
sedini mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti :
2 | Skoliosis
1. Kerusakan paru-paru dan jantung, ini akan berlaku jika tulang belakang
membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan
jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru,
jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini,
penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia
2. Sakit tulang belakang, semua penderita baik dewasa atau kanak-kanak,
berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak
dirawat, penderita mungkin akan mengidap masalah sakit sendi. Tulang
belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50
atau 60 tahun.
F. Patofisiologi
3 | Skoliosis
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk rongga
tulang spinal. Lengkungan bisa berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting
untuk di ketahui karena hal dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang
mengalami pergeseran. Pada tingkat rotasi lengkungan yang cukup besar mungkin
4 | Skoliosis
dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paruparu dan jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progresivitas
pertumbuhan tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke arah
lateral disertai dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikuti dengan
perkembangan sekunder pada tulang vertebra dan tulang rusuk. Oleh karena
adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat progresif, di samping terjadi
perubahan pada vertebra, juga terdapat perubahan pada tulang iga. Dimana
bertambahnya kurva yang menyebabkan deformitas tulang iga semakin jelas.
Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis
spinalis oleh karena terjadinya penebalan dan pemendekan lamina pada sisi
konkaf. Kesimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas
dari tulang belakang dan pergerakan panggul.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke
depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau
refleks. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1. Skoliometer
Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvatura. Cara
pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi
membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-
5 | Skoliosis
ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra
lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva
pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan
skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.
2. Rontgen Tulang Belakang
X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral
penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk
menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal
dengan metode Risser. Kurva struktural akan memperlihatkan rotasi vertebra ;
pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus
spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva
diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. Derajat
Risser adalah sebagai berikut :
a. Grade 0 : tidak ada ossifikasi,
b. Grade 1 : penulangan mencapai 25%,
c. Grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,
d. Grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,
e. Grade 4 : penulangan mencapai 76%
f. Grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dilakukan pemeriksaan MRI jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan
pada rontgen.
H. Penatalaksanaan
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai The three Os adalah :
1. Observasi
6 | Skoliosis
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25
pada tulang yang masih tumbuh atau <50 pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20.
2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal
dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
a. Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 25.
b. Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
1) Milwaukee
2) Boston
3) Charleston bending brace
3. Operasi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN SKOLIOSIS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, berat badan (BB), tinggi badan (TB), golongan darah, diagnosa medis,
7 | Skoliosis
8 | Skoliosis
9 | Skoliosis
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dari lainnya. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
4. Data Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan ; frekuensi dan porsi makan di rumah dan di rumah sakit,
pembatasan diit, ada tidaknya keluhan makan atau makanan.
2) Minum ; frekuensi dan jumlah minum di rumah dan di rumah sakit,
pembatasan diit, keluhan.
b. Eliminasi
1) BAB ; frekuensi, warna, konsistensi, bau feces, kesulitan
2) BAK ; frekuensi, jumlah, warna, bau, kesulitan
c. Personal hygiene ; kebersihan rambut, kuku, gigi, badan, dll.
d. Aktivitas dan latihan ; aktivitas yang dilakukan di rumah dan di rumah
sakit
e. Istirahat dan tidur ; pola tidur,kesulitan untuk tidur
5. Data Aspek Psikososial
a. Penampilan umum
b. Status emosi, dapat menunjukan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, marah atau menarik diri.
c. Konsep diri ; a) citra tubuh, b) peran, c) ideal diri, d) identitas diri, e)
harga diri
d. Kecemasan
6. Data Aspek Spiritual
Pelaksanaan ibadah ritual sehari-hari dan harapan terhadap kesembuhan
10 | S k o l i o s i s
B. Analisa Data
No
.
1
Data
Ds :
Klien mengatakan nyeri pada
punggung
Do:
Wajah klien terlihat meringis
Etiologi
Faktor kebiasaan (beban
berat)
Lengkungan pada tulang
belakang
Penekanan pada tulang iga
Pergeseran pada tulang iga
Deformitas
Pembengkokan tulang
vertebra ke arah lateral
Skoliosis
Pada kanalisi spinal terjadi
pendorongan
Penyempitan pada kanalis
Menekan saraf di daerah
spiral
Merangsang nosiseptor
nyeri redolla spiralis
Spino talakikus
11 | S k o l i o s i s
Masalah
Nyeri
Korteks serebri
Nyeri di persepsikan
Nyeri
Ds :
Klien mengatakan kesulitan
dalam bernapas
Do :
Klien terlihat susah bernapas
Pembengkokan tulang
vertebra ke arah lateral
Ketidakefektifan
nafas
pola
3.
Ds:
Klien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas seperti
biasa
Do:
Klien terlihat lemah
Skoliosis
Kerusakan pada transmisi
impuls saraf menuju sel-sel
otot
Penurunan hubungan
neuromoskuler
Kelemahan otot Volunter
Penurunan kekuatan otot
12 | S k o l i o s i s
Gangguan
fisik
mobilitas
Ds:
Klien mengatakan malu akan
penyakitnya
Do:
Bahu yang
sama tinggi
Skoliosos
Gangguan
tubuh
terlihat
tidak
Putus asa
Gangguan Citra tubuh
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh (punggung) miring ke lateral
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penekanan paru
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang
4. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh
yang miring kelateral
13 | S k o l i o s i s
citra
Dignosa
Keperawatan
Nyeri
berhubungan
dengan
posisi
tubuh
(punggung)
miring kelateral
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan tindakan
selama...x..., Nyeri
berkurang/hilang,
dengan
kriteria
hasil
Klien mengatakan
nyeri berkurang
Ekspresi
wajah
tenang
Klien dapat
beristirahat dan
tidur dengan
nyaman
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan
2 pola nafas
tindakan tindakan
2 berhubungan
selama...x..., pola
2 dengan
nafas efektif,
2 penekanan paru
dengan kriteria
.
hasil :
Kesulitan dalam
bernapas
berkurang
Klien
merasa
lebih nyaman
3 Gangguang
Setelah dilakukan
14 | S k o l i o s i s
Kaji status
pernafasan setiap 4
jam
Kaji tingkat
Memantau
perkembangan
pernafasan klien
Meningkatkan ventilasi
maksimal
dan
oksigenasi
dan
menurunkan / mencegah
atelektasi
Duduk tinggi
memungkinkan ekspansi
paru
Mempengaruhi pilihan /
. mobilitas fisik
berhubungan
dengan postur
tubuh yang tidak
seimbang
4 Gangguan citra
. tubuh
. berhubungan
dengan postur
tubuh yang
miring kelateral
tindakan tindakan
selama...x...,
aktivitas klien
meningkat dengan
kriteria hasil :
Meningkatkan
mobilitas fisik
Mengerti tujuan
dari peningkatan
mobilitas
Klien dapat
melakukan
aktivitas secara
mandiri
Setelah dilakukan
tindakan tindakan
selama...x..., klien
mampu menerima
keadaannya,
dengan
kriteria
hasil
Klien mampu
menerima
keadaannya
Klien tidak
merasa malu lagi
dengan keadaan
tubuhnya
Klien lebih
percaya diri
15 | S k o l i o s i s
mobilitas fisik
Tingkatkan aktivitas
jika nyeri berkurang
Lakukan latihan
ROM
pengawasan keefektifan
intervensi
Memberikan
kesempatan untuk
mengeluarkan energi
Untuk meningkatkan
mobilisasi
Mengetahui keadaan
umum klien
Monitor TTV
sebelum dan sesudah
latihan ROM
Anjurkan untuk
mengungkapkan
perasaan dan
masalahnya
Ekspresi emosi
membantu pasien mulai
menerima kenyataan dan
realitas hidup
E. Implementasi
1. Terapi Konservatif
Hampir semua Skoliosis dapat ditangani dengan konservatif. Pengobatan
konservatif dipertahankan sampai terjadi pematangan pertumbuhan tulang.
Prinsip pengobatan konservatif terdiri atas distraksi, traksi, penekanan lokal
maupun secara kombinasi. Terapi konservatif terdiri atas :
a. Observasi
Merupakan suatu pemeriksaan yang teratur setiap 6 bulan untuk menilai
Progresivitas dari sudut, sehingga dapat diputuskan yang akan dilakukan.
b. Fisioterapi
Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot yang
tegang, latihan pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang
memendek.
c. Pemasangan Penyangga
Pemasangan penyangga seoerti penyangga dari Milwaukee atau
penyangga dari Boston. Pembuatan penyangga ini harus dilakukan oleh
orang yang mempunyai keahlian khusus untuk pembuatan penyangga
Skoliosis.
d. Pemasangan Bidai / Jaket Badan menurut Risser
Pada prinsipnya pemakaian jaket untuk traksi dan penekanan lokal.
16 | S k o l i o s i s
17 | S k o l i o s i s
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah
samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun
lumbal (pinggang). Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital,
neuromuskuler dan idiopatik. Skoliosis dibagi menjadi dua yaitu skoliosis structural
dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah
samping, bahu dan pinggul tidak sama tinggi, nyeri punggung, kelelahan pada
tulang belakang, dan gangguan pernafasan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru
dan jantung dan sakit tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa
dilakukan yaitu Rontgen tulang belakang dan skoliometer. Terapi yang dapat di
pilih, dikenal sebagai The Three O's adalah observasi, orthosis, operasi, prioritas.
Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan mencakup perilaku, emosional,
intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan
lingkungannya
B. SARAN
Dengan pembuatan asuhan keperawatan pada klien dengan skoliosis ini
diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar scoliosis dan bagaimana
18 | S k o l i o s i s
penerapan asuhan keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien yang menderita
masalah tersebut.
Setelah diketahui bagaimana asuhan keperawatan yang benar maka diharapkan
scoliosis ini dapat ditangani dengan benar. Selain itu, diharapkan pembaca dapat
membagi informasi ini kepada masyarakat dan dapat mempraktekkan ilmunya saat
di lapangan nantinya.
19 | S k o l i o s i s
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur C. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Kozier. (2004). Fundamental of Nursing. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://www.medistra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=52&Itemid=72
20 | S k o l i o s i s