BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Didalam hati
proses penting bagi kehidupan kita, yaitu sebagai proses penyimpanan
energi, pengaturan metabolisme, kolesterol dan penetralkan racun obat
yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang
bisa timbul apabila terjadi kesalahan pada hati.
Salah satu penyakit hati adalah Sirosis Hepatsis, Sirosis Hepatis
adalah suatu keadaan patologis yang terjadi di seluruh bagian hati.
Penyakit
1
1
dirawat selama tahun 2011, 302 pasien yang dirawat selama tahun 2012
dan 349 pasien yang dirawat selama tahun 2013. Pada tahun 2014 tercatat
jumlah pasien dengan Sirosis Hepatis sebanyak 352 orang dan pasien yang
meninggal pada tahun 2014 sebanyak 203 orang.
Dari angka kejadian diatas menunjukan bahwa penyakit Sirosis
Hepatis
merupakan
masalah
penting
meskipun
upaya-upaya
akan
memperburuk
kondisi
pasien.
Perawat
juga
dapat
konsep
dan
penatalaksanaan Asuhan
dan
menentukan
intervensi
Sirosis
Hepatis
di
Bangsal
Non
Bedah
di
RSUP.DR.M.Djamil Padang.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam
menerapkan asuhan keperawatan kususnya pada pasien dengan Sirosis
Hepatis.
2. Bagi STIKes MERCUBAKTIJYA Padang
Diperolehnya informasi tentang pelaksanaan studi kasus sebagai bahan
masukan bagi mahasiswa yang melaksanakan pendidikan di STIKes
MERCUBKTIJAYA Padang.
3. Bagi RSUP.DR.M.Djamil Padang
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dalam
membuat suatu perencanaan atau pengambilan kebijakan bagi perawat
yang berada di RSUP.DR.M.Djamil Padang untuk meningkatkan mutu
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar Sirosis Hepatis
1. Pegertian
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya
peradangan difusi dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi
jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati sehingga timbul
kekacauan dalam susunan parenkim hati (Ratu dan Adwan, 2013).
Sirosis adalah penyakit hati kronis dan progresif yang ditandai
dengan
lembar lembar jaringan ikat dan nodul nodul regenerative sel hati,
yang tidak berkaitan dengan vaskulaturasi sel hati. Nodul nodul ini
dapat berukuran kecil (mikronodular) dan besar (makronodular).
Sirosis dapat mengganggu sirkulasi
2. Anatomi Fisiologi
8
10
(Syaifuddin, 2011).
Saluran pada hati :
1. Dutus hepatikus dekstra dan sinistra, keluar dari hati pada porta
hepatis,
bersatu
membentuk
duktus
hepatikus
komunis.
11
empedu)
ke
dalam
empedu
juga
diekskresikan zat yang berasal dari luar tubuh seperti logamlogam berat atau bermacam zat warna.
3. Fungsi pertahanan tubuh : Detoksikasi racun siap untuk
dikeluarkan melakukan fagositosis terhadap benda asing
langsung membentuk antibodi.
12
13
14
di hepar)
Penyakit auto imun hepar (hepatitis dan sirosis biliaris
primer
Obstruksi bliaris rekuren (misalnya batu empedu)
Penyakit Wilson (Underwood,1999).
3. Sirosis Biliaris
Penyebab tersering sirosis biliaris adalah
obstruksi
15
Klasifikasi
Klasifikasi Etiologi
1. Etiologi yang diketahui penyebabnya
a) Hepatitis virus tipe B dan C
b) Alkohol
c) Metabolik
d) Kolestasis kronik/sirosis biliar sekunder intra dan
ekstrahepatik
e) Obstruksi aliran vena hepatik, penyakit Veno
Oklusif,
Sindrom
budd
Chiari,
perikarditis
penyebabnya
dinamakan
Sirosis
Kriptogenik/Heterogenous
Klasifikasi Morfologi
Secara mikroskopik Sirosis dibagi atas:
1. Sirosis Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam
septa prenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata
tersebut diseluruh lobul. Sirosis Mikronodular besar nodulnya
sampai 3 mm, sedang Sirosis Mikronodular lebih dari 3 mm.
16
Klasifikasi Fungsional
1. Kompensasi baik (laten, sirosis dini)
2. Dekompensasi (aktif, disertai kegagalan hati dan hipertensi
porta)(sarwono: 2005).
5.
Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi
Sirosis Hepatis, konsumsi minuman beralkohol di anggap sebagai
faktor penyebab yang utama. Sirosis Hepatis terjadi dengan
frekuensi paling tinggi pada peminum air keras. Meskipun
didefesiensi
gizi
dengan
penurunan
asupan
protein
turut
17
18
19
6.
7.
terjadi
akibat
perubahan
morfologi
dan
lebih
20
karena
8.
Kopilikasi
Hematemesis melana dan koma hepatikum (Ratu dan
Adwan, 2013).
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati (Brunner
& Suddarth.2002):
1
21
Ensefalopati hepatikum
Disebut juga koma hepatikum. Merupakan kelainan neuropsikiatrik
akibat disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan
hipersomnia), selanjutnya dapat timbul gangguan kesadaran yang
berlanjut sampai koma. Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal
hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan
fungsinya sama sekali.
Sindroma hepatorenal.
Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit hati kronik lanjut,
ditandai oleh kerusakan fungsi ginjal dan abnormalitas sirkulasi
arteri menyebabkan vasokonstriksi ginjal yang nyata dan penurunan
GFR dan dapat terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri,
peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
Karsinoma hepatoseluler
Karsinoma hepatoseluler berhubungan erat dengan 3 faktor yang
dianggap merupakan faktor predisposisinya yaitu infeksi virus
22
Asites
Penderita sirosis hati disertai hipertensi portal memiliki sistem
pengaturan volume cairan ekstraseluler yang tidak normal sehingga
terjadi retensi air dan natrium. Asites dapat bersifat ringan, sedang
dan berat. Asites berat dengan jumlah cairan banyak menyebabkan
rasa tidak nyaman pada abdomen sehingga dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari
Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan
berbahaya pada chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya
varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah
darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa
nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan
membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
23
bronchopneumonia,
glomeluronefritis
kronik,
pneumonia,
pielonefritis,
tbc
sistitis,
paru-paru,
perikarditis,
Pemeriksaan diagnostik
NO Data Penunjang
1
Darah Lengkap
a Hemoglobin
Nilai Normal
Sakit
Biasanya
kurang
Leukosit
70-110
mg/dl
setelah
Trombosit
Peninggian
berpuasa selam 8 jam )
kadar
24
darah
pada
Gula Darah
makan)
sebabkan
kurangnya
kemampuan sel hati
membentuk
glikogen
2
Kimia darah
a. Serum
Glutamic
Oxaloacetic
Transaminase
(SGOT)/
Serum
20-70 U/L
Glukamic
Meningkat
Piruvic
Transaminase
kurang
10-40 U/L
(SGPT)
Laki-laki : 6 -26 U/L
Perempuan : 4-18 U/L
b. Alkaline
phosphatase
( ALP)
alkolik kronik
c. Alkaline
Alminotransfer
25
ase ( ALT)
d. Gammaglutamyltransfe
rae( CGT )
3
Pemeriksaan Serologi
a. Hbsag
b. Alfa
Feto
Protein ( AFP )
memiliki
nilai
diagnostik
untuk
suatu
hepatoma
Urine
a. Billirubin
b. Albumin
c. Glubumin
Feses
0,2-1.0 mg/dl
3,8-5.0 g/dl
2,3 -3,2(gr%)
Kuning kecoklatan
ada melena
liat
dan
melena
Yang dilihat pada
SCAN
vena
26
pelebaran
saluran
empedu,
daerah
hiporeknik
10.
Penatalaksanaan
Istirahat di tempat ditidur sampai perbaikan ikterus, asites, dan
demam.
Diet rendah protein (diet hati III:protein 1 g/kg BB. 55 g
protein,2.000 kalori). Bila ada asites diterima diberikan diet rendah
garam II (600.000 mg) atau III (1.000-2.000 mg) bila proses tidak
aktif, diperlukan tinggi kalori (2.000-3.000 kalori) dan tinggi
protein (80-125 g/ hari).
Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum,
jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet hati 1) untuk
kemudian di berikan kembali sedikit demi sedikit sesuai toleransi
dan
kebutuhan
tubuh,
pemberian
protein
yang
melebihi
diperhatikan.
Mengatasi infeksi dengan aintibiotik diusahakan memakai obat-
B. Asuhan Keperawatan
27
Asuhan
keperawatan
merupakan
faktor
kunci
dalam
28
dari keluarga (data sekunder), data dari catatan yang ada (data
tersier), melalui wawancara, observasi langsung dan melihat secara
medis.
a. Identitas pasien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no register/MR, serta
penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Biasanya pasien dengan Sirosis Hepatis mempunyai
kebiasaan minum alkohol dan pasien mempunyai penyakit
kuning/penyakit Hepatitis, dan pasien juga pernah dirawat
dengan penyakit Hepatis Kronis. Biasanya pada pasien
hepatitis non alkoholik ini dikaitkan dengan DM,
malnutisi, protein, arterikoroner dan pemakaian obat
kartikosteroid.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Biasanya klien mengeluhkan mual dan muntah, mual
muntah terjadi karena pada pasien Sirosis Hepatis
mengalami Splenomegaly sehingga terjadi penurunan atau
pun peningkatan peristaltic usus terjadi peningkatan asam
lambung sehingga pasien mengalami mual dan muntah.
Pasien mengeluh nyeri pada abdomen karena terjadinya
pembesaran perut, terjadi bengkak/oedema pada ekstemitas
29
dan
Sirosis
Hepatis.
Pada
pasien
yang
mengalami
penurunan
dan
biasanya
juga
normal
e. Pernafasan
30
Perkusi
kanan.
Auskultasi: baiasanya bronkovesikuler, ada bunyi nafas
tambahan/ suara abnormal paru.
h. Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba 2 jari.
Perkusi : biasanya bunyi redup
31
Pola Aktifitas
Makan
Sehat
Sakit
Biasanya pasien makan Baiasanya klien tidak
3x sehari, biasanya habis menghabiskan
1 porsi makanan dengan porsi
makanan,
komposisi
sayur-sayuran,
Minum
buahan.
dan
jenis
yang
programkan
di
rumah
32
klien
sehari dan ditambah air minum kurang dari 8susu, kopi, dan teh
gelas
dalam
air
putih
sehari
dan
Eliminasi
BAB
misalnya
BAK
Biasanya
BAK
penurunan
bising
usus,
warna
feses
klien
tanh liat dan melena
lancar,
dengan
frekuensi
Biasanya
klien
dan pekat.
tidur Biasanya klien tidur
perhari
karena
33
dan
biasanya
bahwa
terjadi
klien
dan
perubahan
keluarga
dalam
nutrien.
Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan kelebihan
asupan cairan.
34
turgor.
Nyeri akut berhungan dengan agen cidera fisik (hati yang
6
7
8
kulit
Perubahan poroses fikir berhubungan dengan adanya toxin
bagi otak.
10 Gangguan harga diri (kronik,situasional) b/d ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra tubuh dan disfungsi seksual.
11 Keputusasaan b/d penurunan atau pemburukan kondisi fisik,
kurang dukungan sosial, stress jangka panjang, ketidak
mampuan untuk mengubah perkembangan penyakit.
3
No
1
NIC
Keperawatan
Ketidak seimbangan
NOC
a. Kaji adanya alergi
kurang
dari
of nutrient
kebutuhan
makanan
b. Kolaborasi dengan
tubuh
ahli gizi untuk
berhubungan
ketidak
untuk
nutrien
mengabsorsi
yang dibutuhkan
c. Weight Control
pasien
c.
35
dimakan
kriteia hasil
mengandung tinggi
a. Adanya peningkatan berat
badan sesuai denga tujuan.
serat untuk
mencegah
konstipasi
d. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
e. Monitor adanya
penurunan BB dan
gula darah
f. Monitor lingkungan
selama makan
g. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
36
kadar Ht
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
l. Monitor intake
nuntrisi
m. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
n. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat
dipertahankan.
o. Atur posisi semi
37
Kelebihan
volume
a. Electrolit and acid base
cairan
a. Pertahankan catatan
tubuh
balance
berhubungan
dengan
kelebihan
cairan.
urin )
ada dyspneu/ortopneu
d. Monitor vital sign
c. Terbebas dari distensi vena
38
jugularis,
e. Monitor indikasi
retensi / kelebihan
39
l. Monitor elektrolit
m. Monitor tanda dan
gejala dari Odema
3
a. Posisikan pasien
berhungan
untuk
berhubungan
dengan Ventilation
memaksimalkan
pengumpulan
cairan
abdomen(asites),
kelelahan.
ventilas
patency
b. Pasang mayo bila
b. Vital sign Status Setelah
perlu
f. Berikan pelembab
lips)
NaCl Lembab
40
b. Menunjukkan jalan
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
pernafasan dalam
h. Monitor respirasi
rentang normal, tidak
dan status O2
ada suara nafas
abnormal)
i. Bersihkan mulut,
hidung dan secret
c.
j. Pertahankan jalan
nafas yang paten
k. Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilas
l. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
m. Monitor vital sign
n. Informasikan pada
pasien dan keluarga
41
tentang tehnik
relaksasi untuk
memperbaiki pola
nafas.
o. Ajarkan bagaimana
batuk efektif
p. Monitor pola nafas
Kerusakan
integritas
Tissue Integrity : Skin and
kulit
a. Anjurkan pasien
berhubangan
untuk menggunakan
dengan
turgor
b. Wound Healing : primer
longgar
dan sekunder
b. Hindari kerutan
kriteria hasil:
a. Integritas kulit yang baik
elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
d. Mobilisasi pasien
b. Tidak ada luka/lesi pada
kulit
42
akan adanya
Menunjukkan pemahaman
kemerahan
dalamproses perbaikan
e. Oleskan lotion atau
kulit dan mencegah
minyak/baby oil
terjadinya sedera berulang
pada derah yang
d. Mampu melindungi kulit
tertekan
dan mempertahankan
f. Monitor aktivitas
kelembaban kulit dan
dan mobilisasi
perawatan alami
pasien
e. Menunjukkan terjadinya
g. Monitor status
proses penyembuhan luka
nutrisi pasien
h. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
i.
Kaji lingkungan
dan peralatan yang
menyebabkan
tekanan
j. Observasi luka :
lokasi, dimensi,
43
k. kedalaman luka,
karakteristik,warna
cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tandatanda infeksi
lokal, formasi
traktus
l. Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan perawatan
luka
m. Kolaburasi ahli
gizi pemberian diae
TKTP, vitami
n. Cegah kontaminasi
feses dan urin
o. Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
p. Berikan posisi yang
mengurangi
44
a. Lakukan
(hati
c. comfort level
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi
tehnik nonfarmakologi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
mencari dan
menggunakan manajemen
menemukan
nyeri
dukungan
d. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
d.
45
ruangan,
pencahayaan dan
Kurangi faktor
46
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
k.
Ansietas berhubungan
a. Kontrol kecemasan
Anxiety Reduction
b.
Koping
kecemasan)
kriteria hasil:
a. Gunakan
a. Klien mampu
pendekatan yang
mengidentifikasi dan
menenangkan
mengungkapkan gejala
cemas
b. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
b. Nyatakan dengan
jelas harapan
47
terhadap pelaku
mengontol cemas
pasien
ekspresimwajah, bahasa
yang dirasakan
selama prosedur
aktivitasm menunjukkan
berkurangnya kecemasan
d. Temani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
e. Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
f. Libatkan keluarga
untuk mendampingi
48
klien
g. Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan
tehnik relaksasi
h. Dengarkan dengan
penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat
kecemasan
j. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
49
k. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
7
Intoleransi
aktifitas
a. Self Care : ADLs
berhubungan
a. Observasi adanya
dengan
pembatasan klien
kelemahan umum.
b. Toleransi aktivitas
dalam melakukan
aktivitas
c. Konservasi energi
Kriteria Hasil :
b.
a. Berpartisipa si dalam
aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
d. Monitor pasien
akan adanya
b. Mampu melakukan
emosi secara
secaramandiri
berlebihan
e. Monitor respon
50
c. Keseimbangan aktivitas
dan istirahat
kardivaskuler
terhadap aktivitas
(takikardi,
disritmia, sesak
nafas, diaporesis,
pucat, perubahan
hemodinamik)
f. Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat
pasien
g. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam
merencanakan
progran terapi yang
tepat.
h. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
51
i. Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
j. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
k. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
l. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
52
53
Body image
dengan
enhancement
respon klien
terhadap tubuhnya
b. Mampu mengidentifikasi
kekuatan personal
b. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
c. Mendiskripsikan secara
faktual perubahan fungsi
tubuh
c. Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan,
d. Mempertahankan interaksi
sosia
kemajuan dan
prognosis penyakit
d. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
e. Identifikasi arti
pengurangan
melalui pemakaian
alat bantu
f. Fasilitasi kontak
54
dengan individu
lain dalam
kelompok kecil
Perubahan
fikir
poroses a. Menyediakan
berhubungan
tentang
informasi a. Kaji
indikasi
keletihan.
b. Meningkatkan
tingkat
faktor
yang
menimbulkan
keletihan : anemia,
aktivitas
bagi otak.
ketidakseimbangan
ringan
sedang
dan
cairan dan elektrolit,
retensi
produk
sampah, depresi
b. Tingkatkan
diri
ditoleransi : bantu
sangat melelahkan.
10
aktivitas perawatan
yang
dapat
55
b/d
perubahan
peran,
Kriteria hasil:
a. Adaptasi
rasa
percaya
diri
terhadap
terhadap
ketunandayaan fisik: respon
kemampuan pasien
adaptif
klien
terhadap
untuk
tantangan
mengatasi
fungsional
situasi
akibat b. Dorong klien untuk
penting
ketunandayaan fisik
b. Resolusi
berduka
mengidentifikasi
:
kekuatan dirinya
dengan c. Ajarkan
penyesuaian
kehilangan
aktual
atau
keterampilan
kehilangan
yang
akan
terjadi
c. Penyesuaian
selalu
bermain
psikososial
peran, model peran,
perubahan
menerima
tantangan baru
e. Kolaborasi dengan
sumber-sumber lain
Body
image
pertolongan
interaktif
yang
56
berfokus
pada
kebutuhan, masalah,
atau perasaan klien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau
mendukung
koping, pemecahan
11
Keputusasaan
masalah
Self
pemburukan
fisik,
kurang
ketunandayaan
fisik:
percaya
dukungan
sosial,
respoon
klien
terhadap
terhadap
ketidak
mampuan
untuk
mengubah
penurunan
b/d
adaptif
tantangan
esteem
rasa
diri
kemampuan pasien
untuk
mengatasi
ketunandayaan fisik.
situasi
b. Resolusi
berduka: b. Dorong
klien
perkembangan
penyesuaian
dengan
mengidentifikasi
kekuatan dirinya
c. Ajarkan
penyakit
kehilangan
aktual
atau
kehilangan
yang
akan
keterampilan
terjadi.
c. Penyesuaian
perubahan
psikososial
hidup:
respon
perubahan
bermain
57
d. Menunjukkan
penilaian
terhadap
klien
tentang masa depan
f. Dukung klien untuk
g. Menggunakan
strategi
menerima
koping
tantangan bar
g. Kaji alasan-alasan
untuk
atau
mengkritik
menyalahkan
diri sendiri
h. Kolaborasi dengan
sumber-sumber lain
Body
image
enchancement
counseling
a. Menggunakan
proses
pertolongan
interaksi
yang
berfokus
pada
kebutuhan, masalah,
atau perasaan klien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau
mendukung
58
koping, pemecahan
masalah
4
Implementasi
Impelemtasi merupakan kategori dari prilaku keperawatan,
dimana perawat melukan tindn akan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan ( Pooter & Perry,2000)
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau
mengharapkan kinerja aktivitas sehari-hari, implementasi adalah
melakukan rencana tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi
terakhir
dari
proses
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Kusuma .2004.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa Medis
& NANDA NIC NOC : jilid 2,Yokyakarta,2004
Adrian
Ratu
R-G.Made
Adwan,edisi
pertama.2013.
Buku
penyakit
Hati,Lambung,Usus,dan Ambeien.
Brunner & Suddarth.2002. Buku ajar keperawatan medical bedahedisi 8 vol.3.
Jakarta :EGC
Price &Wilson.2006. Patofisiologikonsepklinis proses prosespenyakitedisi 6.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatanmedikalbedah 2.
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Sibeu Herdin, dkk,2009 . Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Syaifudin,Haji.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
60