Tutorial Klinik
Tutorial Klinik
FURUNKEL
Tanda tangan
Pembimbing: dr. Gabriel Erny Widyawati, Sp.KK, M.kes
......................................
Raymond Efraim Ngkale (41090014)
Anita Sari (
Rahel Cinthia (
Anamnesis
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Status Marital :
Keluhan Utama
Luka pada kaki Kanan
Hipertensi (-), DM (-), asma (-), penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-), riwayat
operasi (-)
Riwayat Keluarga
Angota keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-)
Riwayat Alergi
Makanan : Obat : Ampisilin
Riwayat Pengobatan
Hidrokortison Topikal tidak ada perbaikan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Differential Diagnosis
Working Diagnosis
Terapi
Edukasi
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering
dijumpai, dan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosialekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu
Stafilokokus dan Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram
negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis,
Escherichia coli, dan Klebsiella.1,2
Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit
ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi
terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem
imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi.
Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas
dan nyeri. Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri.3
Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya
Staphylococcus aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia.
Bakteremia Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain
atau yang dikenal infeksi metastasis sep. Pada tahap akhir, mengakibatkan sepsis
yang dapat mrti osteomielitis, akut endokarditis, dan abses otak. Manipulasi pada
lesi akan mempermudah menyebarnya infeksi melalui aliran darah. Tetapi,
komplikasi tersebut jarang terjadi. 3
Gambar 1. Furunkel. 5
Gambar 2. Furunkulosis. 6
Gambar 3. Karbunkel 3
III. Sinonim
Furunkel dapat disebut juga sebagai bisul.3
IV. Epidemiologi
Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik
yang menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel umumnya terjadi pada anakanak, remaja sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita.2
V. Etiologi
Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi,
tekanan, gesekan, hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor
yang lain, sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya
Staphylococcus aureus maupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi
kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi,
diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan
diabetes mellitus.3
VI. Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora
residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran
hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau
paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit.
Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host
terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman
tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi
oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin
TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh
sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi
dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan
sel kulit yang mati. 3
Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan dari
penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat
(single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk
lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan
dengan granulasi.8
c. Pemeriksaan Penunjang
Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis dari
furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan
lemak subkutan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram
S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif)
bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar MSA
(Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan
manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi
kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar
(6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji
sensitivitas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.3
10
11
a. Kista Epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari furunkel adalah kista epidermal
yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat
dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu
atau beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding furunkel. Diagnosa
banding ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya
pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan
penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak
sedap sedangkan pada furunkel mengeluarkan material purulen.6
b. Hidradenitis Suppurativa
Hidradenitis suppurativa (apokrinitis) sering membuat salah diagnosis
furunkel. Berbeda dengan furunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan
sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan furunkel yaitu
pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang
lama, adanya saluran sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis
penyakit ini dan juga membedakannya dengan furunkel. 6
c. Sporotrikosis
Merupakan kelainan jamur sistemik, timbul benjolan-benjolan yang
berjejer sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan terasa kenyal dan terdapat nyeri
tekan.2
d. Blastomikosis
Didapatkan benjolan multipel dengan beberapa pustula, daerah sekitarnya
melunak. 2
e. Skrofuloderma
12
Natural penicillins
Penicillin V
Penicillin G
Benzathine penicillin G
Penicillinase-resistant penicillins
Cloxacillin
Nafcillin
1.02.0 g IV q4h
Oxacillin
1.02.0 g IV q4h
Aminopenicillins
Amoxicillin
Amoxicillin plus clavulanic acid 875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for
(Betha-lactamase inhibitor)
10 days
13
Antimicrobial Agent
Ampicillin
Cephalosporins
Cephalexin (drug of choice)
Cephradine
Cefaclor
250500 mg q8h
Cefprozil
250500 mg q12h
Cefuroxime axetil
125500 mg q12h
Cefixime
200400 mg q1224h
Erythromycin group
Erythromycin ethylsuccinate
Clarithromycin
Azithromycin
Clindamycin
Tetracylines
Minocycline
Doxycycline
100 mg bid
Tetracycline
250500 mg qid
Miscellaneous agents
Trimethoprim-sulfamethoxazole
Metronidazole
500 mg qid
Ciprofloxacin
14
15
pada kulit. Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun
adalah penting. Sabun antimikrobial yang mengandung providone iodine atau
benzoyl peroxide atau klorheksidin 4% dapat digunakan untuk mengurangi
kolonisasi stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah harus digunakan dan
secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.
Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus
digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada
seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat
menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya.
Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.
Pertimbangan umum: beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren.
Kadang-kadang, masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh
pasien agar tidak melakukan pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu
dengan stres emosional dan kelelahan fisik. Liburan selama beberapa minggu,
idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan cara menyediakan
istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program perawatan kulit.
Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin
maupun yang resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) :
- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada
hidung dan secara sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit,
sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren. Pemakaian secara
intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam base paraffin yang putih dan
lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung sekitar 70%
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 60.
2. Abdullah, Benny. Furunkulosis. In: Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus
di Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji.Surabaya.
2009. hal 113-115.
3. Timothy G. Bacterial Infection. In: Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. 7th Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies.
2008. pp 1689-1702.
4. Suyoso Sunarso, dkk. Furunkel. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair.
2005. Hal 29-32.
5. Sterry, Wolfram et al. Bacterial Desease. In: Thieme Clinical Companions
Dermatology. 5th edition. New York: Georg Thieme Veriag. 2006. pp 73-75.
6. http://www.dermis.net/dermisroot/en/26832/image.htm diakses pada tanggal 12
Mei 2012.
7. Murtiastutik Dwi (editor), dkk. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-2
Cetakan kedua. Surabaya: Dep/SMF Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSUD
dr.Soetomo. 2010. Hal 30-32.
8. Cohen P.R et al. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . Andrews
Disease of The Skin: Clinical Dermatology. 10 th edition.
Philadelphia: W.B.
18
: Ny. S
- Umur
: 56 tahun
- Jenis Kelamin
: Perempuan
- Agama
: Islam
- Pekerjaan
- Suku Bangsa
: Jawa
- Alamat
- Tanggal pmx.
: 9 Mei 2012
II. Anamnesis
- Keluhan Utama
Bisul di dahi
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan
keluhan bisul di dahi sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya timbul satu bintil kecil
seperti bekas gigitan nyamuk, lalu semakin hari semakin besar dan jumlahnya
bertambah menjadi banyak. Bisul dirasakan nyeri dan kadang-kadang terasa gatal.
Sebelum timbul bisul pasien sering menggaruk dahinya karena gatal terutama saat
suhu panas dan berkeringat juga karena gesekan dengan jilbab yang setiap hari
dipakai. Sudah diberi obat salep oxytetracyclin, tetapi keluhan tetap.
- Riwayat Penyakit Dahulu
19
Baik
- Kesadaraan
Compos Mentis
- Vital sign
- Kepala
- Leher
- Thorax
- Abdomen
- Ekstermitas
20
Status Dermatologi
Pada regio facialis tampak nodul multiple eritematous, berbatas tegas, dan
di tengahnya terdapat pustula dan central necrotic plug, jumlahnya banyak,
dengan ukuran diameter bervariasi antara 1-2 cm, berbentuk seperti kubah atau
kerucut.
21
22
V. Resume
Perempuan, 56 tahun, datang dengan keluhan bisul di dahi kiri sejak 2
minggu yang lalu. Awalnya timbul satu bintil kecil seperti bekas gigitan nyamuk,
lalu semakin hari semakin besar dan jumlahnya bertambah menjadi banyak. Bisul
dirasakan nyeri dan kadang-kadang terasa gatal. Sebelum timbul bisul pasien
sering menggaruk dahinya karena gatal terutama saat suhu panas dan berkeringat
juga karena gesekan dengan jilbab yang setiap hari dipakai. Sudah diberi obat
salep oxytetracyclin, tetapi keluhan tetap. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada
23
Hidraadenitis supuratif
Acne vulgaris pustulosa
VIII. Planning
Planning diagnosa: Kultur pussensitif terhadap kuman
sensitif terhadap antibiotik
Planning terapi:
- Medikamentosa
Topikal : Kompres NaCl 0,9%
Sistemik : Cefadroxil caps 3x500 mg p.o (sambil menunggu hasil kultur
sensitivitas antibiotik)
- Non Medikamentosa
- Kebersihan kulit harus dijaga dan ditingkatkan
- Hindari menggaruk di daerah lesi
- Cek gula darah untuk eliminasi faktor predisposisi yaitu DM
IX. Prognosa
Prognosis baik bila terapi dilakukan secara adekuat dan mengatasi serta
mengeliminasi faktor predisposisi.
24
C. FOTO KASUS
25