Kasus Ujian THT
Kasus Ujian THT
Disusun Oleh :
Raymond Efraim Ngkale
42090014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25 Yogyakarta 55224
Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Nama
NIM
: 42 09 0014
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
No. RM
Tgl periksa
: Ny.M
: 64 Tahun
: Perempuan
: Panembahan, Kraton, Yogyakarta
: Pedagang
: 16-01-06-12
: 8 Januari 2016
ANAMNESIS
Anamnesa dengan pasien dilakukan di Bangsal Saraf, ruang H, hari jumat tanggal
8 januari 2016
1. Keluhan Utama
Pusing Berputar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan pusing berputar yang di rasakan sudah sekitar 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan muncul hilang timbul, pasien mengatakan dengan istrahat dapat
membaik.
Malam, Satu hari sebelum masuk rumah sakit (6 januari 2016), pasien
mengeluhkan pusing berputar yang terasa sangat berat dan tidak dapat ditahan lagi oleh
pasien. Keluhan pusing berputar yang dirasakan biasa muncul tiba-tiba, dan tambah
memberat dengan perubahan posisi, keluhan juga di sertai mual (+) dan muntah (+).
Sekitar 6 bulan yang lalu pasien mengalami keluhan pusing berputar dan sempat pingsan
dilakukan pembersihan telinga di Rs.W. Pasien mengatakan dan menduga jika pasien
merasa tidak nyaman dengan tenggorokan (terasa bnayak lendir), maka pusing berputar
yang dialami kambuh. Saat masuk Rumah sakit, tidak ada keluhan batuk (-) dan pilek (-).
Pasien juga mengeluhkan nyeri telinga kiri. Nyeri yang di rasakan menjalar
hampir ke wajah dan kepala belakang sebelah kiri. Keluhan nyeri tidak disertai keluar
cairan dan suara mendengung. Tidak ada keluhan demam. Telinga kanan tidak ada
keluhan. Pasisen mengatakan bahwa keluhan nyeri telinga yang dirasakan sebenarnya
sudah 3 tahun dan hilang timbul. 3 bulan yang lalu, pasien mengatakan sudah periksa ke
poliklinik THT dan dinyatakan bahwa gendang telinga telah bocor.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 6 bulan yang lalu dan sempat pingsan
b. Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-)
c. Riwayat Maag (+)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit keluarga yang serupa dengan pasien (-)
b. Riwayat Hipertensi (-)
c. Riwayat DM (-)
5. Riwayat Pengobatan
a. Pengobatan Rutin Kontrol
6. Riwayat Alergi
Alergi Obat
: (-)
Alergi Makanan
: (-)
Alergi Cuaca
: (-)
7. Life Style
a. Pola makan & Minum
gorengan,
b. Pola istirahat
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Saraf, ruang H, hari Jumat 8 januari 2016
1. Keadaan Umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Compos mentis. GCS : E4 V5 M6
3
3. Vital Sign
a. Nadi
b. RR
c. Suhu
d. TD
:
: 84 kali/menit
: 20 kali/menit
: afebris
: 130/80 mmHg
Kanan
Kiri
eritem (-)
nyeri
tekan
tragus
(+),
Eritem (-)
Retro Auricula
Nyeri ketuk mastoid (-)
Nyeri tekan mastoid (+)
Meatus
Akustikus Serumen (+) hampir menutupi Serumen
(+)
hampir
Externus
liang
dan
discharge
Membran Timpani
tampak
(-),
edem
hiperemis (-)
(-), hiperemis (-)
MT tidak tampak jelas karena MT tidak tampak
jelas
tertutup cerumen
karena tertutup cerumen
CAVUM ORIS FARING
Mukosa oral
Hiperemis (-), Stomatitis (-)
Gigi
Karies dentis (-)
Lingua
Simetris, atrofi papil (-), ulserasi (-)
Uvula
Simetris, hiperemis (-)
Palatum
Stomatitis (-), ulkus (-)
Tonsila palatina
T1, hiperemis (-), detritus (-)
T1, hiperemis (-), detritus (-)
Faring
Hiperemis (-), granulae (+) sedikit, sekret (+)
Tes Penala (Tidak dilakukan karena alat tidak tersedia)
Pemeriksaan
IV.
V.
Rinne
Weber
Scwabach
Kesimpulan :
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Diagnosis Sekunder
AD
AS
PENATALAKSANAAN
Terapi untuk mengatasi vertigo
Untuk Pusing/Nyeri Kepala
Terapi untuk mengatasi Mual
: Antivertigo (antihistamin)
: Antinyeri
: Antimual/antivomite
Terapi GERD
Pencegahan infeksi
VI.
: Antasid/H2RA/PPI
: Antibiotik
EDUKASI
Mengedukasi pasien untuk mengenali dan menghindari faktor-faktor yang mencetuskan
keluhan pusing berputar
Mengedukasi untuk mengatur pola makan, pola istrahat dan pola aktivitas.
Mengedukasi untuk kontrol setelah obat habis dan kontrol untuk membersihkan
serumen telinga
VII.
PLANNING
Audiometri
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANATOMI TELINGA
Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsi ganda, sebagai pendengaran
dan keseimbangan. Telinga dalam terdiri dari koklea (Rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea di sebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli.
Kanalis semisirkularis sealing berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran kanan yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule
sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.
Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (Reissners
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini
terletak organ corti.
proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di sistem
saraf pusat, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada setiap
pelebarannya terdapat macula utrikulus yang didalamnya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetic terdiri dari 3 kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
dalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan
seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelantin yang di sebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke
dalam sel yang menyebabkan terjadinya depolarisasi dan akan merangsang penglepasan
neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui
saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kearah
berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
III. VERTIGO
A. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi
berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan
oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
B. Klasifikasi
1. Vertigo Fisiologis
Vertigo fisiologis adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar
penderita, dimana sistem vestibulum, mata dan somatosensorik berfungsi baik. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain motion sickness, space sickness, height vertigo.
2. Vertigo Patologis
a. Vertigo sentral, diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau pada
serebelum.
b. Vertigo perifer, disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau pada nervus
vestibulocochlear (N. VIII).
c. Medical vertigo, dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula darah
yang rendah atau gangguan metabolik akibat obat-obatan atau akibat infeksi
sistemik.
Red flag pada pasien dengan vertigo meliputi:
Sakit kepala
Gejala dan tanda neurologis
a. Vertigo sentral
Disebabkan oleh adanya gangguan di batang otak atau di serebelum. Biasanya
disertai dengan adanya gejala lain yang khas, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas, gangguan fungsi motorik, rasa lemah.
b. Vertigo perifer
Berdasarkan lamanya serangan, dibagi menjadi:
a. Episode vertigo yang berlangsung beberapa detik. Paling sering disebabkan oleh
vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Paling
sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh
trauma di kepala, pembedahan telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis
umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai pada
penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias
gejala khas, yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo, dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang paling sering. Ditandai dengan
vertigo, nausea, muntah, timbul mendadak. Gejala ini dapat berlangsung selama
beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
C. Patofisiologi
10
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) dengan apa yang dipersepsi oleh
susunan saraf pusat. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik. Reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan,
dan gejala-gejala lainnya.
D. Gejala Klinis
Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar. Informasi penting yang didapatkan
dari anamnesis dapat digunakan untuk membedakan perifer atau sentral, meliputi:
1. Karekteristik dizziness
Sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi berputar atau sensasi non spesifik seperti
giddiness, atau light headness, atau hanya suatu perasaan yang berbeda (seperti
kebingungan).
2. Keparahan
Keparahan suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya pada acute vestibular
neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa hari kedepan. Pada
Mnires disease, awalnya keparahan biasanya meningkat dan kemudian berkurang
setelahnya.
11
12
E. Pemeriksaan Fisik
1. Mencari adanya strabismus
2. Mencari adanya nistagmus
3. Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh. Tes baring
terlentang, baring miring ke kiri, ke kanan dan baring terlentang dengan kepala
menggantung. Dicari adanya posisi tertentu yang membangkitkan nistagmus atau
vertigo.
4. Manuver Hallpike, ialah pemeriksaan untuk mencari adanya vertigo/nistagmus
posisional paroksismal oleh karena itu untuk membangkitkannya diperlukan
rangsangan perubahan posisi secara cepat.
5. Tes gerakan halus mata.
6. Tes nistagmus optokinetik.
Uji keseimbangan
- Pasien Berdiri tegak, berjalan, berjalan di atas jari kaki, berjalan di atas tumit,
dan berjalan secara tandem.
- Duduk di kursi dan angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata tertutup.
Bila ada gangguan propioseptif terjadi kenaikan lengan dan kaki.
- Diadokokinesis, tes jari-hidung, tes tumit-tibia, dan tes salah tunjuk. Tes jarihidung : menahan jari pemeriksa sepanjang kira-kira satu lengan dari pasien.
Instruksikan pasien untuk menyentuh jari pemeriksa dengan menggunakan jari
telunjuk kemudian menyentuh hidungnya kembali. Gerakan ini diulangi beberapa
kali. Pasien mungkin saja tidak dapat menyentuh jari anda atau terjadi tremor
intense, mengindikasikan adanya disfungsi serebellar.
- Tes Romberg, pasien diinstruksikan untuk berdiri dan membuka mata. Kemudian
pasien diinstruksikan untuk menutup mata (pastikan dapat menopang pasien jika
dia jatuh). Kemudian perhatikan apakah pasien terlalu banyak bergoyang atau
kehilangan keseimbangan. Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
13
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebelar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada
mata tertutup
- Tes Berjalan : berjalan lurus ke depan dan ke belakang dengan mata tertutup dan
terbuka. Pada kelainan labirin bilateral terjadi sempoyongan ke semua arah.
- Tes menulis vertical : penderita duduk di depan meja, tangan dan tubuhnya tidak
boleh menyentuh meja, tangan yang satu di atas lutut yang lain disuruh menulis
huruf A-B-C-D disusun kearah bawah mula-mula dengan mata terbuka kemudian
tertutup. Bila ada deviasi deretan huruf-huruf dari yang paling atas terhadap yang
paling bawah lebih besar dari 100 berarti ada kelainan labirin unilateral. Bila
tulisannya tidak karuan (atau bila kian lama huruf yang ditulis kian besar), berarti
ada kelainan serebelum.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi; tes audiometri, tes vestibular,
evalusi hasil pemeriksaan lab, dan evalusi radiologis.
Tes audiometri tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran.
Tes vestibular tidak dilakukan pada semua pasien dengan keluhan dizziness. Tes
vestibular dilakukan apabila hasil pemeriksaan lain meragukan, ex; Elektronistagmografi
dan posturegrafi.
Pemeriksaan lab yang meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah dan fungsi tiroid
dapat membantu menentukan etiologi vertigo.
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang
memiliki tanda dan gejala neurologis dan tuli unilateral yang progresif. MRI kepala
mengevaluasi struktur dan integritas batang otak, serebelum, periventricular white matter,
dan kompleks nervus VIII.
G. Diagnosis dan Diagnosis Banding
14
16
2.
3.
b.
c.
Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
d.
Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
e.
Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
f.
Keterangan :
- Pasien dalam posisi Duduk
- Arahkan kepala ke kiri dan jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik ke posisi
duduk
- Arahkan kepala ke kanan dan jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing gerakan
berdurasi 1 menit dapat dilakukan berulang kali
- Untuk awal, cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah
17
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician
January 15, 2006. Volume 73, Number 2
4.
Swartz,
19