DISUSUN OLEH :
Apriyani Kartini
03121403011
Reniza Ramadhanti
03121403021
M. Ciptian Angligana
03121403022
03121403024
Pitri Yanti
03121403032
Anindya Fatmadini
03121403041
Yogi Pratama
03121403043
M. Wandi Amrullah
03121403053
Faddel Pinasthika
03121403065
Solar
Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses
pengolahan minyak bumi, pada dasarnya minyak mentah dipisahkan fraksifraksinya pada proses destilasi sehingga dihasilkan fraksi solar dengan titik didih
250C sampai 300C. Kualitas solar dinyatakan dengan bilangan cetane (pada
bensin disebut oktan), yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan solar
mengalami pembakaran di dalam mesin serta kemampuan mengontrol jumlah
ketukan (knocking), semakin tinggi bilangan cetane ada solar maka kualitas solar
akan semakin bagus. Solar merupakan campuran alkana dengan rantai C15H32
C16H34. Bahan bakar solar atau minyak solar adalah bahan bakar yang digunakan
untuk mesin diesel putaran tinggi di atas 1000 rpm. Bahan bakar solar disebut
juga High Speed Diesel (HSD) atau Automotif Diesel Oil (ADO). Pada motor
diesel penyalaannya adalah penyalaan kompresi, merupakan jenis mesin Internal
Combustion Engine.
Mutu minyak solar yang baik adalah minyak solar harus memenuhi
batasan sifat-sifat yang tercantum pada spesifikasi dalam segala cuaca. Secara
umum minyak solar adalah mudah teratomisasi menjadi butiran-butiran halus,
sehingga dapat segera menyala dan terbakar dengan sempurna sesuai dengan
kondisi dalam ruang bakar mesin. Beberapa batasan sifat-sifat minyak solar, baik
sifat fisika maupun sifat kimia yang harus dipenuhi di dalam penggunaannya
adalah :
1.
2.
3.
4.
(forming deposits)
5. Tidak menimbulkan pencemaran udara
Penggunaan minyak solar harus aman, tidak membahayakan manusia,
tidak merusak mesin, harus efisien dalam penggunaanya serta tidak menimbulkan
pencemaran bagi lingkungan. Untuk memberi jaminan mutu bagi pelanggan
dalam hal keselamatan dan kenyamaan, minyak solar secara cepat dapat dilihat
dari sifat/spesifikasi. Sifat-sifat Minyak Solar :
1. Sifat Umum
Sifat umum minyak solar sangat erat hubungannya dengan pemuatan,
kontaminasi, material balance dan transaksi jual-beli. Sifat umum minyak
solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Specific Gravity 60/60 oF, ASTM D 1298
b) Density 15 oC, ASTM D 1298
2. Sifat Mutu Pembakaran (Ignition Quality)
Minyak solar dapat memberikan kerja mesin yang memuaskan apabila dapat
menghasilkan pembakaran sempurna dalam ruang bakar. Udara yang
dikompresikan ke dalam ruang bakar mesin sampai tekanan antara 20-30
kgf/cm2 sehingga suhu dalam ruang bakar berkisar 650750 oC. Pembakaran
yang sempurna dapat dilakukan dengan menginjeksikan bahan bakar (berupa
kabut) ke dalam ruang bakar yang di dalamnya terdapat udara panas sehingga
mampu menyalakan bahan bakar. Pembakaran yang terjadi menyebabkan
tekanan dalam ruang bakar naik secara mendadak dan menimbulkan tenaga.
Bila hal ini dipenuhi, maka tidak akan terjadi ketukan (knocking) di dalam
mesin. Ketukan (knocking) dalam mesin diesel terjadi akibat keterlambatan
terbakarnya bahan bakar di dalam ruang bakar. Ini disebabkan oleh terjadinya
akumulasi bahan bakar di dalam ruang bakar, dan begitu terbakar maka akan
terjadi ledakan secara berturut-turut. Jarak waktu antara bahan bakar
diinjeksikan ke ruang bakar (silinder) sampai saat terbakar, disebut waktu
tunda (delay period), dinyatakan dalam menit. Waktu tunda yang panjang akan
menyebabkan terakumulasinya bahan bakar cukup banyak, akibatnya terjadi
penyalaan yang spontan dan akan menimbulkan suatu kenaikkan tekanan yang
mendadak dan mengakibatkan pukulan yang hebat pada ruang bakar. Hal ini
dapat menimbulkan suara yang keras yang selanjutnya disebut Diesel Knock.
Sifat mutu pembakaran adalah salah satu ukuran sifat bahan bakar minyak
solar. Minyak solar bermutu rendah mempunyai waktu tunda lebih lama. Sifat
ini ditunjukkan oleh besar kecilnya angka setana (cetane number). Sifat mutu
pembakaran minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Diesel Index
b) Cetane Index
c) Cetane Number
3. Sifat Penguapan (Volatility)
Dalam penggunaannya, diharapkan bahwa minyak solar akan teruapkan
sempurna dan terdistribusikan merata di dalam ruang bakar, sehingga dapat
terbakar
sempurna.
Karena
bahan
bakar
dapat
terbakar
sempurna,
rendah, ini
menunjukkan bahwa di dalam minyak solar terdapat fraksi yang lebih berat.
Sifat penguapan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Distilasi ASTM D 86
b) Flash Point ASTM D 93
4. Sifat Pengkaratan (Corrosivity)
Unsur-unsur dalam minyak solar di samping hidrokarbon, terdapat pula unsurunsur sulfur, oksigen, nitrogen, halogen dan logam. Senyawa unsur yang
bersifat korosif adalah senyawa sulfur. Senyawa-senyawa sulfur dalam minyak
solar yang korosif dapat berupa hidrogen sulfida, merkaptan, tiofena. Pada
pembakaran bahan bakar senyawaan sulfur akan teroksidasi oleh oksigen
dalam udara menghasilkan oksida sulfur. Bila oksida sulfur ini bereaksi dengan
uap air akan menghasilkan asam sufat. Terbentuknya asam sulfat ini dapat
bereaksi dengan logam, terutama dalam gas buang. Terdapatnya senyawaan
sulfur dalam minyak solar dapat juga ditunjukkan oleh tingkat keasaman
minyak solar itu. Makin tinggi sifat keasaman sifat pengkaratan makin besar
terutama bila minyak solar terdapat strong acid number. Sifat pengkaratan
minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Kandungan sulfur, ASTM D 1266
Marine Fuel Oil dihasilkan dari proses pengolahan minyak berat (residu) sehingga
memiliki kekentalan yang lebih tinggi. Jenis ini sering digunakan sebagai bahan
bakar langsung pada sektor industri untuk mesin-mesin diesel yang memiliki
kecepatan proses yang rendah.
2. Minyak Bakar
Memiliki sifat dan bentuk yang tidak berbeda jauh dengan MFO, tetapi biasanaya
digunakan sebagai bahan bakar langsung untuk menghasilkan panas, contohnya
saja sebagai bahan bakar furnace pada proses pemanasan minyak mentah.
3. High Speed Diesel (HSD)
HSD merupakan bahan bakar jenis solar yang digunakan untuk mesin diesel
yang memiliki performa untuk jumlah cetane 45. Umumnya mesin yang
menggunakan bahan bahar HSD merupaka mesin yang menggunakan sistem
injeksi pompa dan elektronik injeksi. Jadi pada dasarnya bahan bakar ini
diperuntuhkan untuk kendaraan bermotor dan bahan bakar peralatan industri.
Tabel 3.1. Spesifikasi Solar (HSD) Pertamina
Bahan bakar biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang cukup baik sebagai
pengganti solar yang berasal dari fraksi minyak bumi, hal ini disebabkan
karena biodiesel merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui karena
berasal dari minyak nabati dan hewani walaupun. Secara kimia, susunan
biodiesel terdiri dari campuran mono-alkyl ester dan rantai panjang asam
lemak, Biodiesel merupakan bahan bakar yang tidak memiliki kandungan
berbahaya bila terlepas ke udara, karena sangat mudah untuk terurai secara
alami. Dalam proses pembakarannya, bahan bakar jenis ini hanya
menghasilkan karbon monoksida serta hidrokarbon yang relatif rendah
sehingga cukup aman bagi lingkungan sekitar, hal ini lah yang membuat
biodiesel memenuhi persyaratan sebagai bahan bakar.
Bahan bakar ini merupakan bahan bakar yang memiliki kualitas lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jenis bahan bakar yang berasal dari petroleum
lainnya. Jenis bahan bakar telah mengalami proses peningkatan kualitas dari
segi cetane number serta pengurangan kandungan sulfur sehingga lebih di
anjurkan bagi mesin diesel sistem injeksi comonrail, untuk lebih jelasnya,
sistem injeksi comonrail adalah sebuah tube bercabang yang terdapat di dalam
mesin dengan katup injektor yang dikendalikan oleh komputer dimana masingmasing tube tersebut terdiri dari nozzle mekanis dan pulunger yang dikedalikan
oleh selenoid serta actuator piezoelectric. Pada solar jenis ini memiliki jumlah
bilangan cetane 53 serta kandungan sulfur dibawah 300 ppm sehingga
digolongkan sebagai diesel modern yang memiliki standar gas buang EURO 2.
Pengujian berdasarkan sifat-sifat karakteristik dapat di lakukan dengan
cara:
1. Pengujian Specific Gravity dan Density, ASTM D 1298
Specific Gravity (Relative density) adalah perbandingan massa sejumlah
volume zat pada suhu tertentu terhadap massa air murni dengan volume yang
sama pada suhu yang sama atau suhu yang berbeda. Oleh sebab itu specific
gravity dinyatakan dengan dua angka suhu. Angka pertama menunjukkan suhu
zat, sedang angka kedua menunjukkan suhu air. Umumnya suhu acuan meliputi
60/60oF, 20/20oC, 20/4oC. Kedua suhu acuan harus dinyatakan secara eksplisit.
API gravity adalah fungsi khusus dari realtive density (specific gravity)
60/60oF, dinyatakan dengan rumusan :
o
Berat jenis API tidak diperlukan pernyataan suhu acuan, sebab 60oF sudah
termasuk dalam definisi. Density adalah berat cairan per unit volume pada 15 oC
dan 101,325 kPa dengan satuan standar pengukuran misalnya kg/m 3. Penetapan
specific gravity (relative density), atau API gravity dan density ditetapkan dengan
metode hidrometer akan sangat akurat apabila suhu contoh sama atau mendekati
sama dengan suhu acuan. Specific Gravity dan API gravity dan density dikoreksi
dengan menggunakan Tabel Pengukuran Minyak mendasarkan pada angka muai
rata-rata dari tipikal material. Suhu uji yang baik mendekati suhu acuan, atau bila
suhu yang digunakan yang berhubungan dengan pengukuran minyak curah
mempunyai selisih 3oC.
a)
Ruang Lingkup
Metode
uji
ini
mencakup
penetapan
secara
laboratorium
dengan
Signifikansi
Ketepatan pengukuran SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC dari
minyak bumi dan produk-produknya diperlukan untuk konversi volume
terukur ke volume atau massa, atau keduanya, pada suhu acuan standar
selama pelaksanaan transfer. Metode uji ini sangat sesuai untuk penetapan SG
60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC dari cairan transparan
berviskositas rendah.Metode uji ini juga dapat digunakan untuk cairan kental
dengan mendiam-kan hidrometer untuk beberapa waktu sampai mencapai
keseimbangan, dan untuk cairan gelap dengan menggunakan koreksi
meniskus yang sesuai. Apabila digunakan dalam hubungannya dengan
pengukuran minyak curah, kesalahan koreksi volume dapat diminimalkan
dengan pengamatan pembacaan hidrometer pada suhu yang berdekatan
dengan suhu minyak curah itu. SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15
oC adalah faktor penentu mutu dan harga minyak mentah. Tetapi, sifat
minyak ini merupakan suatu indikasi yang tidak jelas atas mutunya karena itu
dikorelasikan dengan sifat-sifat yang lain. SG 60/60 oF atau density 15 oC
merupakan suatu indikator mutu yang penting bagi bahan bakar otomotif,
aviasi dan bahan bakar kapal, dimana density berpengaruh terhadap
penyimpanan, penanganan dan pembakaran.
d) Interpretasi
Penyimpangan nilai SG 60/60oF atau density 15oC menunjukkan bahwa bahan
bakar minyak tidak memenuhi spesifikas. Density, relative density (specific
gravity) atau API gravity adalah faktor penentu mutu dan harga minyak
mentah. Tetapi, sifat minyak ini merupakan suatu indikasi yang tidak jelas
atas mutunya karena itu harus dikorelasikan dengan sifat-sifat yang lain.
Interpretasi hasil pengujian terhadap SG 60/60oF, atau density 15oC adalah:
Bila diperoleh hasil uji untuk SG 60/60 oF minyak solar adalah 0,820 0,870
atau density 15oC adalah 0,815 0,870, maka minyak solar itu tidak
terkontaminasi. Bila hasil uji SG 60/60oF adalah 0,820 atau density 15oC
Ruang Lingkup
Metode uji ini meliputi penetapan warna berbagai produk minyak bumi
seperti minyak lumas, minyak pemanas, minyak diesel, dan lilin minyak
bumi. Metode uji ini melaporkan hasil yang dinyatakan sebagai warna
ASTM.
Signifikansi
Penentuan warna produk minyak bumi digunakan terutama untuk keperluan
kontrol pabrik dan suatu ciri mutu yang penting karena warna paling mudah
teramati oleh pemakai produk. Dalam beberapa kasus warna bertindak
sebagai indikasi dari tingkat kemurnian bahan. Bila kisaran warna produk
diketahui, variasi diluar kisaran yang ditentukan dapat merupakan indikasi
kemungkinan terkontaminasi dengan produk lain. Tetapi, warna tidak selalu
Ruang Lingkup.
Metode uji ini digunakan untuk penetapan kemampuan bahan bakar diesel
dinyatakan dalam term dari sebuah skala angka setana dengan menggunakan
standar silinder tunggal, siklus empat langkah, kompresi rasio yang
bervariasi, mesin diesel injeksi tak langsung. Skala angka setana mencakup
kisaran dari 0 sampai 100, tetapi tipikal pengujian angka setana dalam kisaran
30 65.
b) Ringkasan Metode Uji
Metode ujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin CFR F5, prinsipnya
adalah dengan membandingkan karaktersitik pembakaran di dalam mesin uji
dengan campuran bahan bakar acuan yang angka setananya diketahui pada
kondisi operasi standar. Dilakukan dengan menggunakan prosedur bracking
handwheel dimana kompresi rasio dari contoh divariasi dan angka setana
contoh diperoleh dengan interpolasi dari dua acuan bahan bakar bracking
dinyatakan sebagai kelambatan pembakaran spesifik dalam term pembacaan
roda tangan (handwheel). Berikut merupakan rumus untuk menentukan angka
setana
CNs = CNLRF + ( HWs HWLRF) (CNHRF CNLRF) (HWHRF
HWLRF)
dimana :
CNs
CNLRF
Signifikansi
Angka setana adalah ukuran karakteristik pembakaran dari bahan bakar diesel
dalam mesin pembakaran kompresi. Pengujian ini digunakan oleh pabrik
mesin, kilang minyak dan pemasaran, dan dalam komersial sebagai ukuran
spesifikasi utama yang berhubungan antara bahan bakar dan mesin. Angka
setana ditetapkan pada kecepatan tetap di dalam sebuah ruang bakar awal
(precombustion) jenis mesin penguji pembakaran kompresi Pengujian ini
mungkin dapat digunakan untuk bahan bakar bukan konvensional seperti
misalnya bahan bakar sintetis, minyak tumbuhan, dan lainnya
d) Interpretasi
Pada spesifikasi minyak solar ditetapkan nilai angka setana yaitu minimum
45. Bila diperoleh angka setana di atas 45, berarti bahan bakar solar
mempunyai angka setana tinggi. Makin tinggi angka setana makin pendek
kelambatan pembakaran. Makin pendek kelambatan pembakaran makin
sedikit jumlah bahan bakar yang terdapat di dalam ruang pembakaran, ini
akan memberikan kenaikkan tekanan yang cepat dan tekanan maksimum
yang rendah, sehingga mengurangi suara pembakaran. Karena jumlah bahan
bakar dalam ruang pembakaran sedikit maka akan meningkatkan efisiensi
mesin dan tenaga yang dihasilkan. Bila lebih kecil dari 45, berarti bahan
bakar solar mempunyai angka setana rendah, maka makin banyak jumlah
bahan bakar yang terdapat dalam ruang pembakaran mesin. Akibatnya
menurunnya tekanan yang cepat sehingga menimbulkan suara pembakaran,
tidak efisien baik untuk bahan bakar maupun tenaga yang dihasilkan.
4. Pengujian Calculated Cetane Index, ASTM D 976
Calculated Cetane Index (CCI) adalah suatu cara untuk memprediksi nilai
angka setana dari minyak solar dengan menggunakan suatu rumusan. Rumusan
perhitungan ini tidak dapat digunakan untuk bahan bakar yang mengandung aditif
yang menunjukkan kecenderungan menaik dan juga tidak dapat digunakan untuk
senyawa hidrokarbon murni, bahan bakar sintetis misalnya shale oil dan tar
sands, alkilat atau produkproduk coaltar. Data yang diperlukan untuk
perhitungan adalah API gravity ASTM D 1298 atau ASTM D 287, distilasi ASTM
D 86 dan density pada 15oC ASTM D 1298. Disamping itu calculated cetane
index untuk bahan bakar distilat dapat diturunkan secara konvensional dengan
menggunakan karnomograf.
a)
Ruang Lingkup
Perhitungan indeks setana dinyatakan dengan rumusan yang secara langsung
sebagai prediksi angka setana ASTM dari bahan bakar distilat dari API
gravity dan titik didih tengah (mid boiling point). Nilai indeks sebagai
hitungan dari rumusan dinyatakan term Perhitungan Indeks Setana
(Calculated Cetane Index). Calculated Cetane Index bukan sebuah opsional
metode untuk menyatakan angka setana ASTM. Ini hanya merupakan
kelengkapan alat untuk prediksi angka setana. Rumusan Calculated Cetane
Index secara khusus digunakan untuk bahan bakar straight run, produk
atau
CCI = 454,74 1641,416 D + 774,74 D2 0,554 B + 97,803 (log B)2
dimana :
G = API gravity
M = Suhu mid boiling, oF
D = Density pada 15oC, g/mL
B = Suhu mid boiling , oC
c)
Signifikansi
CCI digunakan sebagai alat untuk memprediksi angka setana ASTM apabila
tidak didapatkan pengujian dengan menggunakan mesin. Ini digunakan
sebagai pendekatan angka setana bila jumlah contoh sangat sedikit untuk
sebuah pengujian angka setana. Dalam hal ini angka angka setana dari bahan
bakar dapat secepatnya diperoleh, indeks dapat digunakan sebagai angka
setana terhadap contoh bahan bakar yang berasal dari pabrik yang tidak
mengalami perubahan.
d) Interpretasi
Dalam spesifikasi CCI ditetapkan nilainya minimum 48. Bila diperoleh CCI
di atas 48, berarti bahan bakar solar mempunyai angka setana tinggi. Makin
Ruang Lingkup
Metode uji ini menggariskan suatu prosedur untuk penetapan viskositas
kinematik dari produk minyak bumi cair, baik yang transparan maupun yang
gelap, dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh sejumlah cairan untuk
mengalir dengan gaya berat melalui suatu viskometer kapiler gelas yang telah
dikalibrasi. Viskositas dinamis, dapat diperoleh dengan cara mengalikan
viskositas kinematik terukur dengan kerapatan cairan. Hasil yang diperoleh
dari metode uji ini tergantung pada karakteristik sampel dan diaplikasikan
pada cairan dimana tegangan geser dan kecepatan geser sebanding (sifat
aliran Newtonian). Tetapi, jika viskositas bervariasi dengan kecepatan geser,
dapat diperoleh hasil yang berbeda dari viskometer dengan diameter kapiler
yang berbeda. Prosedur dan nilai ketelitian untuk bahan bakar residu, yang
pada beberapa kondisi memperlihatkan sifat non-Newtonian, juga tercakup.
Kisaran viskositas kinematik yang dicakup dengan metode uji ini adalah dari
0.2 sampai dengan 300.000 mm2/detik pada semua suhu.
b) Ringkasan Metode Uji
Sejumlah volume sampel yang terukur dalam kapiler viskometer yang sesuai
direndam dalam bath viscosity dengan temperatur konstan 100oF selama 30
menit, kemudian dialirkan. Waktu diukur untuk volume cairan sampel yang
mengalir di bawah gaya berat lewat kapiler viskometer yang telah dikalibrasi
pada suatu driving head yang reprodusibel dan pada suhu yang diketahui
dan terkontrol dengan baik.
c)
Signifikansi
Kebanyakan produk-produk minyak bumi dan beberapa material bukan
minyak bumi, digunakan sebagai pelumas, dan operasi yang benar dari
peralatan tergantung pada kesesuaian viskositas cairan yang digunakan.
Disamping itu, viskositas dari kebanyakan bahan bakar minyak penting untuk
keperluan
estimasi
kondisi
optimal
penyimpanan,
penanganan
dan
mengandung fraksi berat, minyak solar sulit untuk dikabutkan, dan kerja
pompa berat.
6. Pengujian Pour Point, ASTM D 97
Pour point (titik tuang) adalah suhu terendah dimana bahan bakar minyak
masih dapat mengalir dengan sendirinya pada kondisi pengujian. Kemudahan
mengalir minyak solar dipengaruhi oleh komposisi hidrokarbon dalam bahan
bakar itu. Kegagalan untuk mengalir pada titik tuang umumnya berhubungan
dengan kandungan lilin dari minyak; tetapi dapat juga karena pengaruh viskositas
minyak yang sangat kental. Bahan bakar yang banyak mengandung parafin (lilin)
akan lebih mudah membeku dibanding dengan bahan bakar kandungan parafinnya
rendah. Struktur lilin yang berhubungan dengan pendinginan minyak, dapat
diatasi dengan cara diberi tekanan yang relatif kecil
a) Ruang Lingkup
Metode uji ini digunakan untuk produk minyak bumi. Prosedur pengujian ini
cocok untuk minyak hitam, minyak silinder dasar, dan minyak bakar non
distilat. Prosedur untuk pengujian sifat alir dari minyak bakar residu pada suhu
tertentu dilakukan dengan menggunakan tabung U ukuran 12,5 mm pada
tekanan 152 mm Hg, yang mengalir 2 mm dalam 1 menit.
b) Ringkasan Metode Uji
Sejumlah volume sampel dalam jar test dipanaskan dalam penangas sampai
115oF. Kemudian dibiarkan di udara terbuka sampai suhunya 90 oF. Selanjutnya
didinginkan dalam alat pendingin dan setiap penurunan suhu 5 oF (3oC)
diangkat dan dilihat sifat pengalirannya. Bila sudah tidak mengalir lagi maka
suhunya dicatat dan ditambah 5oF (3oC) dan dilaporkan sebagai Pour Point.
c) Signifikansi
Titik
tuang
minyak
merupakan
petunjuk
temperatur
terendah
dari
Metode uji ini mencakup tiga prosedur untuk penetapan sulfur jumlah (total
sulfur) dalam produk minyak bumi meliputi minyak lumas yang mengandung
aditif, dan dalam aditif pekat. Metode uji ini digunakan untuk contohcontoh
yang mempunyai titik didih di atas 177oC (350oF) dan mengandung Sulfur
tidak kurang dari 0,06 % massa. Dua dari tiga prosedur menggunakan deteksi
Jodat, dimana pirolisisnya satu menggunakan dapur induksi (induction
furnace), yang lain menggunakan dapur resistansi (resistance furnace).
Prosedur yang ketiga menggunakan detekasi IR dengan pirolisis dapur
resistansi. Metode uji ini dapat digunakan untuk analisis sulfur dalam
Petroleum Coke dengan kandungan Sulfur di atas 8% massa.
b) Ringkasan Metode
1. Sistem Deteksi Jodat
Sampel dibakar dalam aliran gas oksigen pada suhu tinggi untuk mengubah
kirakira 97 % Sulfur menjadi SO2. Disini menggunakan suatu faktor
standardisasi agar diperoleh hasil yang akurat. Gas SO2 sebagai hasil
pembakaran dialirkan ke dalam suatu absorber yang berisikan larutan asam
kalium jodida (KJ asam) dan indikator amilum. Warna biru tipis larutan
absorber dijaga tetap yaitu dengan meneteskan larutan standar kalium jodat
(KJO3). Selama proses pembakaran, gas SO2 yang terbentuk dialirkan lewat
absorber. Dengan mengalirnya gas SO2 ini akan menyebabkan lunturnya
warna biru, sehingga selama gas SO2 mengalir, warna biru awal dijaga tetap
seperti warna biru awal yaitu dengan meneteskan larutan standar KJO3
sampai contoh habis terbakar. Banyaknya larutan standar KJO 3 yang
digunakan pada titrasi selama pembakaran menunjukkan jumlah Sulfur
yang terkandung dalam contoh.
2. Sistem Deteksi IR
Contoh dibakar dalam perahu keramik khusus yang kemudian ditempatkan
dalam dapur pembakaran (combustion furnace) pada 1317 oC (2500 oF)
dalam aliran gas oksigen atmosfer. Kandungan sulfur dalam contoh
terbakar menjadi SO2 yang kemudian diukur dengan detektor Inframerah
setelah kandungan air (kelembaban) dan abu dihilangkan dengan sebuah
trap. Perhitungan % massa. Sulfur dilakukan oleh suatu mikroprosesor
dengan menggunakan faktor sinyal detektor dan faktor kalibrasi awal
dianalisis.
Signifikansi
Pengujian ini dimaksudkan untuk memantau tingkat kandungan Sulfur dalam
berbagai macam produk minyak bumi dan aditif. Dengan mengetahui tingkat
kandungan sulfur dapat digunakan untuk memprediksi unjuk kerja suatu
produk, penanganan atau mengetahui sifat sifar suatu umpan untuk proses
pengolahan. Dalam beberapa hal keberadaan senyawaan sulfur dapat
memberikan informasi terhadap mutu suatu produk, dan dilain hal senyawaan
Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup penetapan dari jumlah residu karbon yang tertinggal
setelah penguapan dan pirolisis dari minyak, dan diperlukan untuk suatu
indikasi pembentuk coke. Metode uji ini digunakan secara umum untuk
produk minyak bumi relatif non volatil dimana sebagian terurai pada distilasi
tekanan atmosfer. Produk minyak yang mengandung konstituen pembentuk
abu sebagai ditetapkan dengan Metode Uji D 482 atau Metode IP 4 untuk
residu karbon tinggi akan diperoleh suatu kesalahan, tergantung jumlah abu
yang terbentuk.
b) Ringkasan Metode
Contoh yang hendak diuji kandungan residu karbonnya terlebih dahulu
didistilasi, kemudian diambil 10 % residu (sisa penguapan). Ditimbang
sejumlah contoh 10 % residu dalam krusibel dan dibakar dalam alat CCR
dengan menggunakan gas oksigen. Residu akan mengalami reaksi
perengkahan (cracking) dan reaksi pembentukan coke selama periode waktu
tertentu. Akhir dari periode pembakaran, krusibel yang berisi residu karbon
didinginkan dalam desikator. Persen residu yang tinggal dihitung dari jumlah
contoh awal, dan dilaporkan sebagai carbon residu Conradson.
1. Perhitungan
Hitung residu karbon dari contoh atau residu distilasi 10 % sebagai
berikut:
Residu karbon = (A x 100) / W
Dimana :
A = Berat residu karbon, g
W = Berat contoh, g
2. Laporan
Laporkan nilai yang diperoleh sebagai persen Residu Carbon Conradson
c)
2. Nilai
residu
karbon
minyak
motor
yang
mengandung
aditif,
Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup penetapan air dalam kisaran 0-25% volume dalam
produk petroleum, ter, dan bahan bitumen lain dengan metode distilasi.
b) Ringkasan Metode Uji
Bahan yang akan diuji direfluk dengan pelarut yang tidak dapat bercampur
dengan air, dimana air dalam contoh akan terdistilasi. Pelarut dan air yang
a)
bakar, atau dari padatan ikutan lain seperti debu dan produk pengkaratan. Metode
uji ini adalah gravimetri yaitu analisis kimia dengan cara pembakaran, pemijaran,
pendinginan, dan penimbangan. Karena gravimetri, maka penimbangan
dilakukan sampai diperoleh berat konstan artinya selisih dua penimbangan 0,2
mg.
a)
Ruang Lingkup
Metode uji ini digunakan untuk penetapan abu di dalam kisaran 0,001 0,180
% massa, dari bahan bakar distilat dan bahan bakar residu, bahan bakar gas
turbin, minyak mentah, minyak lumas, lilin dan produk minyak bumi yang
lain, dimana mengandung bahan pembentuk abu, yang umumnya disebabkan
oleh kotoran yang tidak dikehendaki atau kontaminan. Metode uji ini
dipergunakan untuk produkproduk minyak bumi yang tidak mengandung
Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk mendeteksi korosi tembaga dari aviasi gasoline,
aviasi turbin, otomotif gasoline, natural gasoline atau hidrokarbon yang
mempunyai tekanan uap tidak lebih besar dari 18 psi (124 kPa), solven
pencuci, kerosin, minyak diesel, minyak bakar distilat, minyak lumas, dan
washing.
Signifikansi
Minyak bumi yang mengandung sulfur, umumnya dihilangkan selama proses
pengolahan. Bagaimanapun, senyawaan sulfur masih tertinggal dalam produk
yang dihasilkan, diantaranya bersifat korosif terhadap berbagai logam. Sifat
korosifitas tidak terkait langsung dengan kandungan sulfur jumlah (total
sulfur). Sifat korosifitas sulfur bergantung jenis senyawaannya. Pengujian
korosifitas bilah tembaga ditujukan untuk mengetahui tingkat korosifitas dari
Nilai korosi bilah tembaga maksimum warna ASTM No. 1. Bila diperoleh
hasil pengujian lebih besar dari ASTM No. 1, bahan bakar minyak bersifat
korosif terhadap logam, mengandung senyawaan sulfur dari hidrogen sulfida
(H2S), merkaptan (RSH) dan tiofena C4H4S.
13. Pengujian Angka Netralisasi, ASTM D 974
Angka asam adalah sejumlah basa, dinyatakan dalam miligram kalium
hidroksida per gram contoh yang digunakan untuk titrasi contoh sampai titik
ekuivalen tertentu. Dalam metode pengujian ini, titrasi dilakukan dengan
menggunakan indikator pnaftolbenzena sampai diperoleh titik ekuivalen
berwarna hijau/hijau kecoklatan dalam pelarut campuran toluena air iso propil
alkohol. Angka asam kuat (strong acid number) adalah sejumlah basa, dinyatakan
dalam miligram kalium hidroksida per gram contoh yang digunakan untuk titrasi
air panas hasil ekstrak dari contoh dan air panas, sampai titik ekuivalen berwarna
coklat keemasan dengan menggunakan larutan methyl orange sebagai indikator.
a)
Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup penetapan konstituen yang bersifat asam atau basa
dalam produk minyak bumi dan minyak lumas yang larut atau agak larut
dalam campuran toluena dan iso propil alkohol. Metode uji ini digunakan
untuk penetapan keasaman atau kebasaan yang mempunyai konstanta
disosiasi dalam air lebih besar dari 109, sedang asamasam lemah atau
basabasa yang mempunyai konstanta disosiasi lebih kecil dari 109 tidak
mengganggu. Garamgaram bereaksi bila konstanta hidrolisis lebih besar dari
109. Metode ini dapat digunakan untuk mengindikasi perubahan relatif
dalam minyak selama digunakan dalam kondisi oksidasi. Meskipun titrasi
dibuat dalam kondisi kesetimbangan tertentu, metode ini tidak mengukursifat
keasaman absolut atau kebasaan absolut yang dapat digunakan untuk
memprediksi unjuk kerja minyak dalam kondisi pelayanan (service
conditions). Tidak ada korelasi antara korosi roda (bearing corrosion) dan
angka asam atau angka basa diketahui.
b) Ringkasan Metode
Untuk penetapan angka asam atau angka basa, contoh dilarutkan dalam
campuran toluena dan iso propil alkohol yang mengandung sedikit air, dan
hasilnya adalah campuran fase tunggal dititrasi pada suhu kamar dengan
larutan standar basa alkoholat sampai titik ekuivalen yang ditunjukkan oleh
perubahan warna setelah ditambahkan larutan pnaftolbenzena (oranye dalam
larutan asam dan hijau kecoklatan dalam larutan basa). Penetapan angka asam
kuat, contoh diekstrak dengan air panas, pisahkan lapisan akuatik dan ekstrak
akuatik ini dititrasi dengan kalium hidroksida dengan menggunakan methyl
orange sebagai indikator.
1. Perhitungan
Hitung angka asam sebagai berikut :
(a) Bila titrasi blanko dilakukan dengan asam
Angka asam kuat, mg KOH/g = [ ( CM + Dm ) x 56,1 ] W
dimana :
C = Larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi ekstrak air, mL
M = Molaritas larutan standar KOH
D = Larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko, mL
M = Molaritas larutan standar HCl
W = Berat contoh yang dianalisis, g
(b) Bila titrasi blanko dilakukan dengan basa
Angka asam kuat, mg KOH/g = [ ( C D ) M x 56,1 ]W
dimana :
C = Larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi ekstrak air, mL
D = Larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko, mL
M = Molaritas larutan standar KOH
W = Berat contoh yang dianalisis, g
2. Laporan
Laporkan hasil sebagai angka asam, angka asam kuat dengan dua angka
nyata di belakang koma.
c)
Signifikansi
Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup penetapan flash point produk minyak bumi dalam
kisaran suhu dari 40360oC dengan menggunakan peralatan manual Pensky
Martin closed cup atau dengan peralatan otomatik PenskyMartin closed cup.
Prosedur A digunakan untuk bahan bakar distilat (minyak diesel, kerosene,
heating oil, turbine fuels), minyak lumas baru, dan cairan minyak bumi yang
lain yang homogen yang tidak termasuk dalam ruang lingkup B. Prosedur B
digunakan untuk bahan bakar residu, cutback residue, minyak lumas bekas,
campuran minyak cair dengan padat, minyak cair yang cenderung
membentuk film dipermukaan pada kondisi pengujian, atau minyak cair yang
Signifikansi
Suhu flash point adalah satu ukuran kecenderungan bahan bakar minyak
untuk menyala dalam campuran dengan udara pada kondisi laboratorium.
Flash point ini hanya salah satu sifat dari sejumlah sifat yang lain untuk
mengetahui bahaya sifat kemudahan dapat menyala (flammability) dari bahan
bakar. Flash point digunakan dalam pengapalan bahan bakar, peraturan
keselamatan untuk menentukan sifat kemudahan menyala dan kemudahan
terbakar dari suatu bahan bakar. Nilai flash point dapat digunakan untuk
mengklasifikasi bahan sesuai dengan peraturan yang ada.Hasil pengujian
flash point digunakan sebagai elemen dari asesmen resiko api (fire risk) dari
sejumlah faktor asesmen bahaya api (fire hazard).
d) Interpretasi
Dalam spesifikasi minyak solar, nilai flash point minimum 60oC.Bila hasil
pengujian diperoleh lebih kecil dari 60oC, minyak solar saat penyimpanan dan
pengapalan/pengangkutan dapat menyala dalam campuran udara pada suhu di
bawah 60oC. Berarti bahan bakar mempunyai kecenderungan mudah menyala
sehingga
membahayakan
keselamatan
penyimpanan.
15. Pengujian Distilasi ASTM, ASTM D 86
selama
pengangkutan
dan
suhu 300C.
Signifikansi
Sifat volatilitas (distilasi) hidrokarbon rnempunyai pengaruh yang penting
untuk keselamatan dan unjuk kerja, khususnya untuk bahan bakar distilat dan
solven. Kisaran titik didih memberikan informasi terhadap komposisi, sifat sifat dan perilaku bahan bakar minyak selama penyimpanan dan penggunaan.
Volatilitas (kemudahan menguap) adalah faktor pokok yang menentukan
tenaga yang
dihasilkan.
Sebaliknya bila sifat penguapan bahan bakar. terlalu tinggi, bahan bakar
mudah untuk diatomisasikan berarti di dalam ruang bakar mesin banyak uap
yang dihasilkan sehingga mengakibatkan penurunan tenaga, karena vapor
lock dan disamping itu juga dapat menyebabkan terjadinya detonasi. Juga
pengujian distilasi ini mengindikasikan terjadinya kontaminasi bahan bakar
itu oleh fraksi yang lebih ringan atau fraksi yang lebih berat. Minyak solar
yang mempunyai sifat penguapan terlalu tinggi berarti minyak solar itu
kemungkinan terkontaminasi oleh produk kerosin, misalnya terjadinya
interface PKS.