Anda di halaman 1dari 33

TUGAS TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

DISUSUN OLEH :
Apriyani Kartini

03121403011

Reniza Ramadhanti

03121403021

M. Ciptian Angligana

03121403022

Putri Ayu Wulandari

03121403024

Pitri Yanti

03121403032

Anindya Fatmadini

03121403041

Yogi Pratama

03121403043

M. Wandi Amrullah

03121403053

Faddel Pinasthika

03121403065

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

Solar

Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses
pengolahan minyak bumi, pada dasarnya minyak mentah dipisahkan fraksifraksinya pada proses destilasi sehingga dihasilkan fraksi solar dengan titik didih
250C sampai 300C. Kualitas solar dinyatakan dengan bilangan cetane (pada
bensin disebut oktan), yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan solar
mengalami pembakaran di dalam mesin serta kemampuan mengontrol jumlah
ketukan (knocking), semakin tinggi bilangan cetane ada solar maka kualitas solar
akan semakin bagus. Solar merupakan campuran alkana dengan rantai C15H32
C16H34. Bahan bakar solar atau minyak solar adalah bahan bakar yang digunakan
untuk mesin diesel putaran tinggi di atas 1000 rpm. Bahan bakar solar disebut
juga High Speed Diesel (HSD) atau Automotif Diesel Oil (ADO). Pada motor
diesel penyalaannya adalah penyalaan kompresi, merupakan jenis mesin Internal
Combustion Engine.
Mutu minyak solar yang baik adalah minyak solar harus memenuhi
batasan sifat-sifat yang tercantum pada spesifikasi dalam segala cuaca. Secara
umum minyak solar adalah mudah teratomisasi menjadi butiran-butiran halus,
sehingga dapat segera menyala dan terbakar dengan sempurna sesuai dengan
kondisi dalam ruang bakar mesin. Beberapa batasan sifat-sifat minyak solar, baik
sifat fisika maupun sifat kimia yang harus dipenuhi di dalam penggunaannya
adalah :

1.
2.
3.
4.

Mesin mudah di starter dalam keadaan dingin


Tidak menimbulkan ketukan
Mempunyai kemampuan pengkabutan yang sempurna
Mempunyai komposisi kimia yang tidak menyebabkan pembentukan kerak

(forming deposits)
5. Tidak menimbulkan pencemaran udara
Penggunaan minyak solar harus aman, tidak membahayakan manusia,
tidak merusak mesin, harus efisien dalam penggunaanya serta tidak menimbulkan
pencemaran bagi lingkungan. Untuk memberi jaminan mutu bagi pelanggan
dalam hal keselamatan dan kenyamaan, minyak solar secara cepat dapat dilihat
dari sifat/spesifikasi. Sifat-sifat Minyak Solar :
1. Sifat Umum
Sifat umum minyak solar sangat erat hubungannya dengan pemuatan,
kontaminasi, material balance dan transaksi jual-beli. Sifat umum minyak
solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Specific Gravity 60/60 oF, ASTM D 1298
b) Density 15 oC, ASTM D 1298
2. Sifat Mutu Pembakaran (Ignition Quality)
Minyak solar dapat memberikan kerja mesin yang memuaskan apabila dapat
menghasilkan pembakaran sempurna dalam ruang bakar. Udara yang
dikompresikan ke dalam ruang bakar mesin sampai tekanan antara 20-30
kgf/cm2 sehingga suhu dalam ruang bakar berkisar 650750 oC. Pembakaran
yang sempurna dapat dilakukan dengan menginjeksikan bahan bakar (berupa
kabut) ke dalam ruang bakar yang di dalamnya terdapat udara panas sehingga
mampu menyalakan bahan bakar. Pembakaran yang terjadi menyebabkan
tekanan dalam ruang bakar naik secara mendadak dan menimbulkan tenaga.
Bila hal ini dipenuhi, maka tidak akan terjadi ketukan (knocking) di dalam
mesin. Ketukan (knocking) dalam mesin diesel terjadi akibat keterlambatan
terbakarnya bahan bakar di dalam ruang bakar. Ini disebabkan oleh terjadinya
akumulasi bahan bakar di dalam ruang bakar, dan begitu terbakar maka akan
terjadi ledakan secara berturut-turut. Jarak waktu antara bahan bakar
diinjeksikan ke ruang bakar (silinder) sampai saat terbakar, disebut waktu
tunda (delay period), dinyatakan dalam menit. Waktu tunda yang panjang akan
menyebabkan terakumulasinya bahan bakar cukup banyak, akibatnya terjadi
penyalaan yang spontan dan akan menimbulkan suatu kenaikkan tekanan yang

mendadak dan mengakibatkan pukulan yang hebat pada ruang bakar. Hal ini
dapat menimbulkan suara yang keras yang selanjutnya disebut Diesel Knock.
Sifat mutu pembakaran adalah salah satu ukuran sifat bahan bakar minyak
solar. Minyak solar bermutu rendah mempunyai waktu tunda lebih lama. Sifat
ini ditunjukkan oleh besar kecilnya angka setana (cetane number). Sifat mutu
pembakaran minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Diesel Index
b) Cetane Index
c) Cetane Number
3. Sifat Penguapan (Volatility)
Dalam penggunaannya, diharapkan bahwa minyak solar akan teruapkan
sempurna dan terdistribusikan merata di dalam ruang bakar, sehingga dapat
terbakar

sempurna.

Karena

bahan

bakar

dapat

terbakar

sempurna,

mengakibatkan mudahnya starting pada mesin, waktu pemanasan mesin dan


akselerasi. Jika minyak solar sulit untuk terjadi penguapan maka minyak solar
tersebut akan sulit pula untuk memenuhi kemudahan start mesin dan
rendahnya

akselerasi mesin. Bila tingkat penguapannya

rendah, ini

menunjukkan bahwa di dalam minyak solar terdapat fraksi yang lebih berat.
Sifat penguapan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Distilasi ASTM D 86
b) Flash Point ASTM D 93
4. Sifat Pengkaratan (Corrosivity)
Unsur-unsur dalam minyak solar di samping hidrokarbon, terdapat pula unsurunsur sulfur, oksigen, nitrogen, halogen dan logam. Senyawa unsur yang
bersifat korosif adalah senyawa sulfur. Senyawa-senyawa sulfur dalam minyak
solar yang korosif dapat berupa hidrogen sulfida, merkaptan, tiofena. Pada
pembakaran bahan bakar senyawaan sulfur akan teroksidasi oleh oksigen
dalam udara menghasilkan oksida sulfur. Bila oksida sulfur ini bereaksi dengan
uap air akan menghasilkan asam sufat. Terbentuknya asam sulfat ini dapat
bereaksi dengan logam, terutama dalam gas buang. Terdapatnya senyawaan
sulfur dalam minyak solar dapat juga ditunjukkan oleh tingkat keasaman
minyak solar itu. Makin tinggi sifat keasaman sifat pengkaratan makin besar
terutama bila minyak solar terdapat strong acid number. Sifat pengkaratan
minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Kandungan sulfur, ASTM D 1266

b) Copper strip corrosion, ASTM D 130


c) Strong acid number, ASTM D 974
d) Total acid number, ASTM D 974
5. Sifat Kebersihan (Cleanless)
Sifat kebersihan minyak solar yang berhubungan dengan ada / tidaknya kotoran
yang terdapat di dalam minyak solar, sebab kotoran ini akan berpengaruh
terhadap mutu, karena dapat mengakibatkan kegagalan dalam suatu operasi dan
merusak mesin. Kotoran itu dapat berupa air, lumpur, atau endapan atau sisa
pembakaran yang berupa abu dan karbon. Untuk itu makin kecil adanya
kotoran di dalam minyak solar makin baik mutu bahan bakar tersebut. Sifat
kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
a) Color ASTM, ASTM D 1500
b) Water content, ASTM D 96
c) CCR (10 % vol. bottom), ASTM D 189
d) Ash content, ASTM D 482
e) Sediment by Extraction, ASTM D 473
6. Sifat Kemudahan Mengalir
Sifat kemudahan mengalir minyak solar dinyatakan sebagai viskositas dinamik
dan viskositas kinetik. Viskositas dinamik adalah ukuran tahanan untuk
mengalir dari suatu zat cair, sedang viskositas kinetik adalah tahanan zat cair
untuk mengalir karena gaya berat. Bahan yang mempunyai viskositas kecil
menunjukkan bahwa bahan itu mudah mengalir, sebaliknya bahan dengan
viskositas tinggi sulit mengalir. Suatu minyak bumi atau produknya
mempunyai viskositas tinggi berarti minyak itu mengandung hidrokarbon berat
(berat molekul besar), sebaliknya viskositas rendah maka minyak itu banyak
mengandung hidrokarbon ringan. Viskositas minyak solar erat kaitannya
dengan kemudahan mengalir pada pemompaan, kemudahan menguap untuk
pengkabutan dan mampu melumasi fuel pump plungers. Penggunaan bahan
bakar yang mempunyai viskositas rendah dapat menyebabkan keausan pada
bagian-bagian pompa bahan bakar. Apabila bahan bakar mempunyai viskositas
tinggi, berarti tidak mudah mengalir sehingga kerja pompa dan kerja injektor
menjadi berat. Sifat kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan
pada pengujian :
a) Viskositas Kinematik, ASTM D 445
b) Pour Point, ASTM D 97
7. Sifat Keselamatan

Sifat keselamatan minyak solar meliputi keselamatan di dalam pengangkutan,


penyimpanan dan penggunaan. Minyak solar harus memiliki salah satu sifat
keselamatan yaitu bahwa minyak solar tidak terbakar akibat terjadi loncatan
api. Sifat kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada
pengujian flash point, ASTM D 93.
Bahan bakar diesel dapat digolongkan dalam berbagai macam jenis yang
dibedakan oleh kekentalan, jumlah cetane dan sebagainya. Tetapi walaupun memiliki
perbedaan, struktur utama pada diesel tersebut tidak memiliki perbedaan. berikut
adalah jenis-jenisnya:
1. Marine Fuel Oil (MFO)

Marine Fuel Oil dihasilkan dari proses pengolahan minyak berat (residu) sehingga
memiliki kekentalan yang lebih tinggi. Jenis ini sering digunakan sebagai bahan
bakar langsung pada sektor industri untuk mesin-mesin diesel yang memiliki
kecepatan proses yang rendah.
2. Minyak Bakar
Memiliki sifat dan bentuk yang tidak berbeda jauh dengan MFO, tetapi biasanaya
digunakan sebagai bahan bakar langsung untuk menghasilkan panas, contohnya
saja sebagai bahan bakar furnace pada proses pemanasan minyak mentah.
3. High Speed Diesel (HSD)

HSD merupakan bahan bakar jenis solar yang digunakan untuk mesin diesel
yang memiliki performa untuk jumlah cetane 45. Umumnya mesin yang
menggunakan bahan bahar HSD merupaka mesin yang menggunakan sistem
injeksi pompa dan elektronik injeksi. Jadi pada dasarnya bahan bakar ini
diperuntuhkan untuk kendaraan bermotor dan bahan bakar peralatan industri.
Tabel 3.1. Spesifikasi Solar (HSD) Pertamina

4. Industrial Diesel Oil (IDO)

IDO dihasilkan dari proses penyulingan minyak mentah pada temperatur


rendah, biasanya jenis ini memiliki kandungan sulfur yang tergolong rendah
sehingga dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine.
5. Biodiesel

Bahan bakar biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang cukup baik sebagai
pengganti solar yang berasal dari fraksi minyak bumi, hal ini disebabkan
karena biodiesel merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui karena
berasal dari minyak nabati dan hewani walaupun. Secara kimia, susunan
biodiesel terdiri dari campuran mono-alkyl ester dan rantai panjang asam
lemak, Biodiesel merupakan bahan bakar yang tidak memiliki kandungan
berbahaya bila terlepas ke udara, karena sangat mudah untuk terurai secara
alami. Dalam proses pembakarannya, bahan bakar jenis ini hanya
menghasilkan karbon monoksida serta hidrokarbon yang relatif rendah
sehingga cukup aman bagi lingkungan sekitar, hal ini lah yang membuat
biodiesel memenuhi persyaratan sebagai bahan bakar.

6. Diesel Performa Tinggi

Bahan bakar ini merupakan bahan bakar yang memiliki kualitas lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jenis bahan bakar yang berasal dari petroleum
lainnya. Jenis bahan bakar telah mengalami proses peningkatan kualitas dari
segi cetane number serta pengurangan kandungan sulfur sehingga lebih di
anjurkan bagi mesin diesel sistem injeksi comonrail, untuk lebih jelasnya,
sistem injeksi comonrail adalah sebuah tube bercabang yang terdapat di dalam
mesin dengan katup injektor yang dikendalikan oleh komputer dimana masingmasing tube tersebut terdiri dari nozzle mekanis dan pulunger yang dikedalikan
oleh selenoid serta actuator piezoelectric. Pada solar jenis ini memiliki jumlah
bilangan cetane 53 serta kandungan sulfur dibawah 300 ppm sehingga
digolongkan sebagai diesel modern yang memiliki standar gas buang EURO 2.
Pengujian berdasarkan sifat-sifat karakteristik dapat di lakukan dengan
cara:
1. Pengujian Specific Gravity dan Density, ASTM D 1298
Specific Gravity (Relative density) adalah perbandingan massa sejumlah
volume zat pada suhu tertentu terhadap massa air murni dengan volume yang
sama pada suhu yang sama atau suhu yang berbeda. Oleh sebab itu specific
gravity dinyatakan dengan dua angka suhu. Angka pertama menunjukkan suhu
zat, sedang angka kedua menunjukkan suhu air. Umumnya suhu acuan meliputi
60/60oF, 20/20oC, 20/4oC. Kedua suhu acuan harus dinyatakan secara eksplisit.
API gravity adalah fungsi khusus dari realtive density (specific gravity)
60/60oF, dinyatakan dengan rumusan :
o

API = 141,5 / (sp gr 60/60 oF) 131,5

Berat jenis API tidak diperlukan pernyataan suhu acuan, sebab 60oF sudah
termasuk dalam definisi. Density adalah berat cairan per unit volume pada 15 oC
dan 101,325 kPa dengan satuan standar pengukuran misalnya kg/m 3. Penetapan
specific gravity (relative density), atau API gravity dan density ditetapkan dengan
metode hidrometer akan sangat akurat apabila suhu contoh sama atau mendekati
sama dengan suhu acuan. Specific Gravity dan API gravity dan density dikoreksi
dengan menggunakan Tabel Pengukuran Minyak mendasarkan pada angka muai

rata-rata dari tipikal material. Suhu uji yang baik mendekati suhu acuan, atau bila
suhu yang digunakan yang berhubungan dengan pengukuran minyak curah
mempunyai selisih 3oC.
a)

Ruang Lingkup
Metode

uji

ini

mencakup

penetapan

secara

laboratorium

dengan

menggunakan hidrometer gelas, untuk penetapan specific gravity (relative


density), atau API gravity atau density suatu minyak mentah, produk minyak
bumi atau campuran produk minyak bumi dan produk non minyak bumi,
yang biasa ditangani sebagai cairan dan mempunyai tekanan uap 101,325
kPa (14,696 psi) atau lebih kecil. Nilai ditetapkan sebagai specific gravity
(SG), dan density ditetapkan dari pengukuran SG dan pengukuran suhu
dengan menggunakan Tabel Pengukuran Minyak.
b) Ringkasan Metode Uji
Tuangkan contoh ke dalam silinder hidrometer yang bersih yang suhunya
telah dibuat tetap tanpa terjadi percikan, hindari terbentuknya gelembung
udara, dan minimalkan penguapan konstituen titik didih rendah bagi contohcontoh yang mudah menguap. Tempatkan silinder yang berisi contoh uji pada
posisi tegak di tempat yang bebas dari hembusan udara dan yang media suhu
sekitar tidak berubah lebih dari 2oC selama waktu yang diperlukan sampai
pengujian selesai. Masukkan termometer yang sesuai atau alat pengukur suhu
dan aduk contoh uji dengan batang pengaduk, gunakan kombinasi gerakan
dari gerakan vertikal dan gerakan memutar untuk memperoleh suhu dan
kerapatan merata di seluruh silinder hidrometer. Catat suhu contoh dengan
ketelitian 0,1oC dan ambil termometer/alat pengukur suhu dan batang
pengaduk dari silinder hidrometer.Tenggelamkan hidrometer yang sesuai ke
dalam cairan dan lepaskan apabila telah berada dalam posisi keseimbangan,
batang termometer yang berada di atas permukaan cairan dijaga agar tidak
basah saat hidrometer mengapung bebas
c)

Signifikansi
Ketepatan pengukuran SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC dari
minyak bumi dan produk-produknya diperlukan untuk konversi volume

terukur ke volume atau massa, atau keduanya, pada suhu acuan standar
selama pelaksanaan transfer. Metode uji ini sangat sesuai untuk penetapan SG
60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC dari cairan transparan
berviskositas rendah.Metode uji ini juga dapat digunakan untuk cairan kental
dengan mendiam-kan hidrometer untuk beberapa waktu sampai mencapai
keseimbangan, dan untuk cairan gelap dengan menggunakan koreksi
meniskus yang sesuai. Apabila digunakan dalam hubungannya dengan
pengukuran minyak curah, kesalahan koreksi volume dapat diminimalkan
dengan pengamatan pembacaan hidrometer pada suhu yang berdekatan
dengan suhu minyak curah itu. SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15
oC adalah faktor penentu mutu dan harga minyak mentah. Tetapi, sifat
minyak ini merupakan suatu indikasi yang tidak jelas atas mutunya karena itu
dikorelasikan dengan sifat-sifat yang lain. SG 60/60 oF atau density 15 oC
merupakan suatu indikator mutu yang penting bagi bahan bakar otomotif,
aviasi dan bahan bakar kapal, dimana density berpengaruh terhadap
penyimpanan, penanganan dan pembakaran.
d) Interpretasi
Penyimpangan nilai SG 60/60oF atau density 15oC menunjukkan bahwa bahan
bakar minyak tidak memenuhi spesifikas. Density, relative density (specific
gravity) atau API gravity adalah faktor penentu mutu dan harga minyak
mentah. Tetapi, sifat minyak ini merupakan suatu indikasi yang tidak jelas
atas mutunya karena itu harus dikorelasikan dengan sifat-sifat yang lain.
Interpretasi hasil pengujian terhadap SG 60/60oF, atau density 15oC adalah:
Bila diperoleh hasil uji untuk SG 60/60 oF minyak solar adalah 0,820 0,870
atau density 15oC adalah 0,815 0,870, maka minyak solar itu tidak
terkontaminasi. Bila hasil uji SG 60/60oF adalah 0,820 atau density 15oC

0,815 maka minyak solar itu terkontaminasi oleh fraksi ringan,

mengandung banyak senyawaan parafin. Bila hasil uji SG 60/60 oF atau


density 15oC minyak solar adalah 0,870, maka minyak solar itu
terkontaminasi oleh fraksi berat mengandung banyak senyawaan naften dan
aromatik.

2. Pengujian Color ASTM, ASTM D 1500


Metode uji ini menggantikan metode uji D155. Metode D1500 lebih baik
dari metode D155 dalam tiga hal pertama gelas standar dispesifikasikan lebih
mendasar; kedua perbedaan kromatis antara gelas standar yang berurutan
seragam diseluruh skala; dan ketiga standar warna yang lebih terang mendekati
warna produk minyak.
Hubungan antara skala warna ASTM dan warna ASTM Union (Metode
Uji D155) tidak dapat dinyatakan dengan tepat karena perbedaan yang diketahui
muncul diantara standar warna ASTM Union saat sedang dipakai. Perbedaan yang
signifikan antara standar Warna Union yang sedang dipergunakan sebagai standar
resmi perusahaan.
a)

Ruang Lingkup
Metode uji ini meliputi penetapan warna berbagai produk minyak bumi
seperti minyak lumas, minyak pemanas, minyak diesel, dan lilin minyak
bumi. Metode uji ini melaporkan hasil yang dinyatakan sebagai warna
ASTM.

b) Ringkasan Metode Uji


Contoh cairan diletakkan dalam tabung uji dan disinari dengan sumber
cahaya, kemudian warnanya dibandingkan dengan piringan gelas berwarna
standar yang nilainya berkisar dari 0,5 sampai 8,0 Bila warna yang tepat tidak
ditemukan, atau warna contoh berada diantara dua warna standar, maka dapat
disimpulkan bahwa warna yang dijadikan contoh akan menunjukkan karakter
warna yang lebih tinggi diantara dua warna standar.
c)

Signifikansi
Penentuan warna produk minyak bumi digunakan terutama untuk keperluan
kontrol pabrik dan suatu ciri mutu yang penting karena warna paling mudah
teramati oleh pemakai produk. Dalam beberapa kasus warna bertindak
sebagai indikasi dari tingkat kemurnian bahan. Bila kisaran warna produk
diketahui, variasi diluar kisaran yang ditentukan dapat merupakan indikasi
kemungkinan terkontaminasi dengan produk lain. Tetapi, warna tidak selalu

menunjukkan mutu produk dan jangan diperlakukan istimewa pada


spesifikasi produk.
d) Interpertasi
Warna dari bahan bakar minyak solar adalah untuk indikasi kontaminasi baik
oleh bahan bakar residu, air ataupun kotoran padat. Pada spesifikasi minyak
solar warna dibatasi maksimum 3,0 warna ASTM. Oleh sebab itu bila dari
hasil pengujian diperoleh warna lebih besar dari 3,0 warna ASTM, maka
bahan bakar itu terkontaminasi oleh produk lain, air atau kotoran padatan.
3. Pengujian Angka Setana, ASTM D 613
Angka setana (cetane number) adalah sebuah ukuran unjuk kerja
penyalaan bahan bakar minyak diesel yang diperoleh dengan membandingkannya
terhadap bahan bakar acuan (reference fuels) di dalam mesin uji yang telah
distandardisasi. Kerja penyalaan adalah waktu kelambatan penyalaan bahan bakar
sebagai ditetapkan di dalam mesin uji standar pada kondisi tertentu dalam hal
kecepatan aliran bahan bakar, waktu injeksi, dan rasio kompresi. Kompresi rasio
adalah perbandingan volume ruang pembakaran termasuk ruang pembakaran awal
(precombustion) dengan piston pada titik mati bawah terhadap volume dengan
piston pada titik api atas.
Kelambatan penyalaan (delay ignition) adalah periode waktu dinyatakan
dalam derajat sudut putaran gardan antara bahan bakar mulai diinjeksikan dan
bahan bakar mulai menyala. Waktu injeksi adalah waktu awal dalam satu siklus
pembakaran diukur dalam derajat putaran gardan dimana bahan bakar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Dikatakan angka setana karena dari hasil
pengujian diperoleh angka pada mesin CFR No.F5 yang menunjukkan sifat
kelambatan pembakaran dari bahan bakar. Makin tinggi nilai angka setana,
menunjukkan bahwa bahan bakar mutunya makin tinggi, sebab semakin pendek
kelambatan pembakaran. Ini berarti jumlah bahan bakar yang digunakan semakin
sedikit sehigga mesin mempunyai efisiensi tinggi. Karena itu angka setana yang
tinggi memberikan kenaikkan tekanan yang cepat dan tekanan maksimum yang
rendah, sehingga mengurangi suara pembakaran.

Pada mesin CFR No. F5 angka setana ditentukan dengan menggunakan


persen volume campuran dari n-setana (heksa dekana) dan hepta metil nonana.
Dirumuskan :
Angka Setana = (% vol n setana) + 0,15 (% vol hepta metil nonana)
a)

Ruang Lingkup.
Metode uji ini digunakan untuk penetapan kemampuan bahan bakar diesel
dinyatakan dalam term dari sebuah skala angka setana dengan menggunakan
standar silinder tunggal, siklus empat langkah, kompresi rasio yang
bervariasi, mesin diesel injeksi tak langsung. Skala angka setana mencakup
kisaran dari 0 sampai 100, tetapi tipikal pengujian angka setana dalam kisaran

30 65.
b) Ringkasan Metode Uji
Metode ujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin CFR F5, prinsipnya
adalah dengan membandingkan karaktersitik pembakaran di dalam mesin uji
dengan campuran bahan bakar acuan yang angka setananya diketahui pada
kondisi operasi standar. Dilakukan dengan menggunakan prosedur bracking
handwheel dimana kompresi rasio dari contoh divariasi dan angka setana
contoh diperoleh dengan interpolasi dari dua acuan bahan bakar bracking
dinyatakan sebagai kelambatan pembakaran spesifik dalam term pembacaan
roda tangan (handwheel). Berikut merupakan rumus untuk menentukan angka
setana
CNs = CNLRF + ( HWs HWLRF) (CNHRF CNLRF) (HWHRF
HWLRF)
dimana :
CNs

= Angka setana contoh

CNLRF

= Angka setana bahan bakar acuan rendah

CNHRF = Angka setana bahan bakar acuan tinggi


HWs

= Pembacaan handwheel contoh

HWLRF = Pembacaan handwheel bahan bakar acuan rendah


HWHRF = Pembacaan handwheel bahan bakar acuan tinggi
c)

Signifikansi

Angka setana adalah ukuran karakteristik pembakaran dari bahan bakar diesel
dalam mesin pembakaran kompresi. Pengujian ini digunakan oleh pabrik
mesin, kilang minyak dan pemasaran, dan dalam komersial sebagai ukuran
spesifikasi utama yang berhubungan antara bahan bakar dan mesin. Angka
setana ditetapkan pada kecepatan tetap di dalam sebuah ruang bakar awal
(precombustion) jenis mesin penguji pembakaran kompresi Pengujian ini
mungkin dapat digunakan untuk bahan bakar bukan konvensional seperti
misalnya bahan bakar sintetis, minyak tumbuhan, dan lainnya
d) Interpretasi
Pada spesifikasi minyak solar ditetapkan nilai angka setana yaitu minimum
45. Bila diperoleh angka setana di atas 45, berarti bahan bakar solar
mempunyai angka setana tinggi. Makin tinggi angka setana makin pendek
kelambatan pembakaran. Makin pendek kelambatan pembakaran makin
sedikit jumlah bahan bakar yang terdapat di dalam ruang pembakaran, ini
akan memberikan kenaikkan tekanan yang cepat dan tekanan maksimum
yang rendah, sehingga mengurangi suara pembakaran. Karena jumlah bahan
bakar dalam ruang pembakaran sedikit maka akan meningkatkan efisiensi
mesin dan tenaga yang dihasilkan. Bila lebih kecil dari 45, berarti bahan
bakar solar mempunyai angka setana rendah, maka makin banyak jumlah
bahan bakar yang terdapat dalam ruang pembakaran mesin. Akibatnya
menurunnya tekanan yang cepat sehingga menimbulkan suara pembakaran,
tidak efisien baik untuk bahan bakar maupun tenaga yang dihasilkan.
4. Pengujian Calculated Cetane Index, ASTM D 976
Calculated Cetane Index (CCI) adalah suatu cara untuk memprediksi nilai
angka setana dari minyak solar dengan menggunakan suatu rumusan. Rumusan
perhitungan ini tidak dapat digunakan untuk bahan bakar yang mengandung aditif
yang menunjukkan kecenderungan menaik dan juga tidak dapat digunakan untuk
senyawa hidrokarbon murni, bahan bakar sintetis misalnya shale oil dan tar
sands, alkilat atau produkproduk coaltar. Data yang diperlukan untuk
perhitungan adalah API gravity ASTM D 1298 atau ASTM D 287, distilasi ASTM
D 86 dan density pada 15oC ASTM D 1298. Disamping itu calculated cetane

index untuk bahan bakar distilat dapat diturunkan secara konvensional dengan
menggunakan karnomograf.
a)

Ruang Lingkup
Perhitungan indeks setana dinyatakan dengan rumusan yang secara langsung
sebagai prediksi angka setana ASTM dari bahan bakar distilat dari API
gravity dan titik didih tengah (mid boiling point). Nilai indeks sebagai
hitungan dari rumusan dinyatakan term Perhitungan Indeks Setana
(Calculated Cetane Index). Calculated Cetane Index bukan sebuah opsional
metode untuk menyatakan angka setana ASTM. Ini hanya merupakan
kelengkapan alat untuk prediksi angka setana. Rumusan Calculated Cetane
Index secara khusus digunakan untuk bahan bakar straight run, produk

katalitik cracking dan campuran dari keduanya.


b) Persamaan untuk Perhitungan Indeks Setana (Calculated Cetane Index)
Perhitungan Indeks Setana ditetapkan dari persamaan berikut :
CCI = 420,34 + 0,016 G2 + 0,192 G log M + 65,01 (log M)2 0,0001809 M2

atau
CCI = 454,74 1641,416 D + 774,74 D2 0,554 B + 97,803 (log B)2
dimana :
G = API gravity
M = Suhu mid boiling, oF
D = Density pada 15oC, g/mL
B = Suhu mid boiling , oC
c)

Signifikansi
CCI digunakan sebagai alat untuk memprediksi angka setana ASTM apabila
tidak didapatkan pengujian dengan menggunakan mesin. Ini digunakan
sebagai pendekatan angka setana bila jumlah contoh sangat sedikit untuk
sebuah pengujian angka setana. Dalam hal ini angka angka setana dari bahan
bakar dapat secepatnya diperoleh, indeks dapat digunakan sebagai angka
setana terhadap contoh bahan bakar yang berasal dari pabrik yang tidak

mengalami perubahan.
d) Interpretasi
Dalam spesifikasi CCI ditetapkan nilainya minimum 48. Bila diperoleh CCI
di atas 48, berarti bahan bakar solar mempunyai angka setana tinggi. Makin

tinggi CCI bahan bakar makin pendek kelambatan pembakaran. Makin


pendek kelambatan pembakaran makin sedikit jumlah bahan bakar yang
terdapat di dalam ruang pembakaran, ini akan memberikan kenaikkan tekanan
yang cepat dan tekanan maksimum yang rendah, sehingga mengurangi suara
pembakaran. Karena jumlah bahan bakar dalam ruang pembakaran sedikit
maka akan meningkatkan efisiensi mesin dan tenaga yang dihasilkan. Bila
lebih kecil dari 48, berarti bahan bakar solar mempunyai CCI rendah, maka
makin banyak jumlah bahan bakar yang terdapat dalam ruang pembakaran
mesin. Akibatnya menurunnya tekanan yang cepat sehingga menimbulkan
suara pembakaran, tidak efisien baik untuk bahan bakar maupun tenaga yang
dihasilkan.
5. Pengujian Viskositas Kinematik, ASTM D 445
Viskositas dinamik adalah perbandingan antara tegangan geser yang
diberikan dan kecepatan geser suatu cairan. Viskositas dinamik dapat pula
diartikan sebagai ukuran tahanan untuk mengalir atau perubahan bentuk dari suatu
cairan. Sedangkan, viskositas kinematik adalah tahanan cairan untuk mengalir
karena gaya berat. Untuk aliran gaya berat pada suatu ketinggian hidrostatik
tertentu, ketinggian tekanan suatu cairan proporsional dengan kerapatannya.
Untuk setiap viskometer tertentu, waktu alir dari volume tetap suatu cairan
berbanding langsung dengan viskositas kinematiknya
a)

Ruang Lingkup
Metode uji ini menggariskan suatu prosedur untuk penetapan viskositas
kinematik dari produk minyak bumi cair, baik yang transparan maupun yang
gelap, dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh sejumlah cairan untuk
mengalir dengan gaya berat melalui suatu viskometer kapiler gelas yang telah
dikalibrasi. Viskositas dinamis, dapat diperoleh dengan cara mengalikan
viskositas kinematik terukur dengan kerapatan cairan. Hasil yang diperoleh
dari metode uji ini tergantung pada karakteristik sampel dan diaplikasikan
pada cairan dimana tegangan geser dan kecepatan geser sebanding (sifat
aliran Newtonian). Tetapi, jika viskositas bervariasi dengan kecepatan geser,
dapat diperoleh hasil yang berbeda dari viskometer dengan diameter kapiler

yang berbeda. Prosedur dan nilai ketelitian untuk bahan bakar residu, yang
pada beberapa kondisi memperlihatkan sifat non-Newtonian, juga tercakup.
Kisaran viskositas kinematik yang dicakup dengan metode uji ini adalah dari
0.2 sampai dengan 300.000 mm2/detik pada semua suhu.
b) Ringkasan Metode Uji
Sejumlah volume sampel yang terukur dalam kapiler viskometer yang sesuai
direndam dalam bath viscosity dengan temperatur konstan 100oF selama 30
menit, kemudian dialirkan. Waktu diukur untuk volume cairan sampel yang
mengalir di bawah gaya berat lewat kapiler viskometer yang telah dikalibrasi
pada suatu driving head yang reprodusibel dan pada suhu yang diketahui
dan terkontrol dengan baik.
c)

Signifikansi
Kebanyakan produk-produk minyak bumi dan beberapa material bukan
minyak bumi, digunakan sebagai pelumas, dan operasi yang benar dari
peralatan tergantung pada kesesuaian viskositas cairan yang digunakan.
Disamping itu, viskositas dari kebanyakan bahan bakar minyak penting untuk
keperluan

estimasi

kondisi

optimal

penyimpanan,

penanganan

dan

operasional. Dengan demikian, pengukuran viskositas yang tepat penting


untuk kebanyakan spesifikasi produk.
d) Interpretasi
Viskositas ini penting untuk diketahui karena berhubungan dengan sifat
pemompaan dan sisten injeksi bahan bakar ke ruang bakar mesin. Nilai
viskositas pada spesifikasi minyak solar adalah minimal 1,6 cSt dan maksimal
5,8 cSt. Bila hasil pengujian diperoleh nilai sesuai dengan spesifikasi, maka
tidak akan mendatangkan masalah pada pemompaan dan pembentukan kabut
di ruang bakar mesin. Namun, bila hasil pengujian diperoleh nilai kurang dari
1,6 cSt, minyak solar mempunyai viskositas encer yang berarti banyak
mengandung fraksi ringan, sehingga boros dalam pemakaiannya, walaupun
kerja pompa ringan. Sebaliknya bila hasil pengujian diperoleh nilai lebih
besar dari 5,8 cSt, minyak solar mempunyai viskositas tinggi (pekat) berarti

mengandung fraksi berat, minyak solar sulit untuk dikabutkan, dan kerja
pompa berat.
6. Pengujian Pour Point, ASTM D 97
Pour point (titik tuang) adalah suhu terendah dimana bahan bakar minyak
masih dapat mengalir dengan sendirinya pada kondisi pengujian. Kemudahan
mengalir minyak solar dipengaruhi oleh komposisi hidrokarbon dalam bahan
bakar itu. Kegagalan untuk mengalir pada titik tuang umumnya berhubungan
dengan kandungan lilin dari minyak; tetapi dapat juga karena pengaruh viskositas
minyak yang sangat kental. Bahan bakar yang banyak mengandung parafin (lilin)
akan lebih mudah membeku dibanding dengan bahan bakar kandungan parafinnya
rendah. Struktur lilin yang berhubungan dengan pendinginan minyak, dapat
diatasi dengan cara diberi tekanan yang relatif kecil
a) Ruang Lingkup
Metode uji ini digunakan untuk produk minyak bumi. Prosedur pengujian ini
cocok untuk minyak hitam, minyak silinder dasar, dan minyak bakar non
distilat. Prosedur untuk pengujian sifat alir dari minyak bakar residu pada suhu
tertentu dilakukan dengan menggunakan tabung U ukuran 12,5 mm pada
tekanan 152 mm Hg, yang mengalir 2 mm dalam 1 menit.
b) Ringkasan Metode Uji
Sejumlah volume sampel dalam jar test dipanaskan dalam penangas sampai
115oF. Kemudian dibiarkan di udara terbuka sampai suhunya 90 oF. Selanjutnya
didinginkan dalam alat pendingin dan setiap penurunan suhu 5 oF (3oC)
diangkat dan dilihat sifat pengalirannya. Bila sudah tidak mengalir lagi maka
suhunya dicatat dan ditambah 5oF (3oC) dan dilaporkan sebagai Pour Point.
c) Signifikansi
Titik

tuang

minyak

merupakan

petunjuk

temperatur

terendah

dari

penggunaannya untuk pemakaian tertentu.


1. Pengujian kemungkinan digunakan sebagai prosedur go-no-go untuk
keadaan operasional dimana hal ini dibutuhkan untuk memastikan sifat alir
minyak di bawah kondisi yang ditentukan dalam penerimaan.

2. Pengujian ini digunakan untuk kondisi pemompaan, dimana minyak


diharapkan mengalir melalui pipa 12 mm sedikit di bawah tekanan pada
suhu yang ditentukan.
3. Pengujian ini digunakan untuk menentukan sifat alir bahan bakar dalam
keadaan dingin.
d) Interpretasi
Pour point adalah suhu terendah dimana bahan bakar masih dapat mengalir.
Sifat ini memberikan indikasi tentang sifat pemompaan pada suhu rendah.
Nilai pour point untuk minyak solar sesuai dengan spesifikasi maksimum,
yakni 18oC. Bila hasil pengujian lebih besar dari 18oC, berarti minyak solar
mempunyai nilai pour point yang tinggi. Di dalam minyak solar terkandung
komponen parafin (lilin), sehingga pada suhu pengkabutan dihasilkan kristalkristal lilin. Hal ini akan memberikan indikasi tentang suhu pada saat akan
terjadi penyumbatan saringan oleh kristal lilin. Minyak solar yang baik
mempunyai Pour point 8-10oC di bawah titik kabut.
7. Pengujian Kandungan Sulfur, ASTM D 1552
Senyawa sulfur dalam minyak bumi dan produknya banyak sekali
jenisnya, antara lain hidrogen sulfida (H2S), merkaptan (RSH), sulfida (RSR),
disulfida (RSSR), siklo sulfida (CH2)5S, alkil sulfat (R2SO4), asam sulfonat
(RSO2OH), sulfoksida (RSOR), sulfona (RSO2R), tiofena (C4H4S) dan
benzotiofena (C8H6S). Oleh sebab itu dalam pengujiannya dikatakan sebagai
sulfur jumlah. Sulfur dalam bahan bakar minyak dapat meyebabkan bau yang tak
menyenangkan, ikut membentuk gum dan sludge dalam penyimpanan, dan dalam
pembakaran akan menimbulkan asap dan menyebabkan korosi. Tidak semua
akibat sulfur merugikan. Sulfur yang ada dalam aditif bersifat sebagai
penghambat oksidasi (oxidation inhibitor) dalam minyak lumas, sementara ada
senyawa sulfur yang bertindak penghambat korosi dalam lumas gear atau sebagai
extreem pressure properties untuk cutting oil.
a) Ruang Lingkup

Metode uji ini mencakup tiga prosedur untuk penetapan sulfur jumlah (total
sulfur) dalam produk minyak bumi meliputi minyak lumas yang mengandung
aditif, dan dalam aditif pekat. Metode uji ini digunakan untuk contohcontoh
yang mempunyai titik didih di atas 177oC (350oF) dan mengandung Sulfur
tidak kurang dari 0,06 % massa. Dua dari tiga prosedur menggunakan deteksi
Jodat, dimana pirolisisnya satu menggunakan dapur induksi (induction
furnace), yang lain menggunakan dapur resistansi (resistance furnace).
Prosedur yang ketiga menggunakan detekasi IR dengan pirolisis dapur
resistansi. Metode uji ini dapat digunakan untuk analisis sulfur dalam
Petroleum Coke dengan kandungan Sulfur di atas 8% massa.
b) Ringkasan Metode
1. Sistem Deteksi Jodat
Sampel dibakar dalam aliran gas oksigen pada suhu tinggi untuk mengubah
kirakira 97 % Sulfur menjadi SO2. Disini menggunakan suatu faktor
standardisasi agar diperoleh hasil yang akurat. Gas SO2 sebagai hasil
pembakaran dialirkan ke dalam suatu absorber yang berisikan larutan asam
kalium jodida (KJ asam) dan indikator amilum. Warna biru tipis larutan
absorber dijaga tetap yaitu dengan meneteskan larutan standar kalium jodat
(KJO3). Selama proses pembakaran, gas SO2 yang terbentuk dialirkan lewat
absorber. Dengan mengalirnya gas SO2 ini akan menyebabkan lunturnya
warna biru, sehingga selama gas SO2 mengalir, warna biru awal dijaga tetap
seperti warna biru awal yaitu dengan meneteskan larutan standar KJO3
sampai contoh habis terbakar. Banyaknya larutan standar KJO 3 yang
digunakan pada titrasi selama pembakaran menunjukkan jumlah Sulfur
yang terkandung dalam contoh.
2. Sistem Deteksi IR
Contoh dibakar dalam perahu keramik khusus yang kemudian ditempatkan
dalam dapur pembakaran (combustion furnace) pada 1317 oC (2500 oF)
dalam aliran gas oksigen atmosfer. Kandungan sulfur dalam contoh
terbakar menjadi SO2 yang kemudian diukur dengan detektor Inframerah
setelah kandungan air (kelembaban) dan abu dihilangkan dengan sebuah
trap. Perhitungan % massa. Sulfur dilakukan oleh suatu mikroprosesor
dengan menggunakan faktor sinyal detektor dan faktor kalibrasi awal

kemudian dicatat oleh printer. Faktor kalibrasi ditetapkan dengan


menggunakan standar bahan yang hampir sama dengan contoh yang
c)

dianalisis.
Signifikansi
Pengujian ini dimaksudkan untuk memantau tingkat kandungan Sulfur dalam
berbagai macam produk minyak bumi dan aditif. Dengan mengetahui tingkat
kandungan sulfur dapat digunakan untuk memprediksi unjuk kerja suatu
produk, penanganan atau mengetahui sifat sifar suatu umpan untuk proses
pengolahan. Dalam beberapa hal keberadaan senyawaan sulfur dapat
memberikan informasi terhadap mutu suatu produk, dan dilain hal senyawaan

sulfur akan merugikan peralatan proses atau penggunaan produk.


d) Interpretasi
Dalam spesifikasi minyak solar nilai kandungan sulfur (sulphur content)
maksimum 0,5 % massa. Bila dari hasil pengujian diperoleh kandungan sulfur
lebih besar dari 0,5 % massa, akan menyebabkan penurunan nilai kalor bahan
bakar. Disamping menyebabkan pencemaran udara dan menaikkan sifat
korosifitas pada gas buang. Tidak ada hubungan antara tingkat korosifitas
dengan besarnya nilai kandungan total sulfur.
8. Pengujian CCR (10 % vol. Bottom), ASTM D 189
Residu karbon (carbon residue) adalah residu yang terbentuk dari
penguapan dan degradasi panas dari suatu bahan yang mengandung karbon.
Dibedakan antara residu karbon dan coke. Residu karbon tidak seluruhnya karbon
sedang coke berasal pengubahan karbon karena proses pirolisis. Terdapat
hubungan antara residu karbon dan API gravity minyak dan juga konstituen
aspaltik. Untuk residu karbon (% massa) tinggi, makin tinggi pula kandungan
aspaltik (% massa), berarti minyak tersebut tidak mudah menguap (non volatil).
Pengujian residu karbon digunakan untuk evaluasi karakteristik deposit oleh
karbon dalam peralatan jenis pembakaran minyak (oil burning) dan mesin
internal combustion. Umumnya minyak solar yang diberi aditif alkil nitrat,
misalnya amil nitrat, heksil nitrat, atau oktil nitrat mempunyai nilai residu karbon
tinggi. Kandungan alkil nitrat dapat dideteksi dengan metode ASTM D 4046.
a)

Ruang Lingkup

Metode uji ini mencakup penetapan dari jumlah residu karbon yang tertinggal
setelah penguapan dan pirolisis dari minyak, dan diperlukan untuk suatu
indikasi pembentuk coke. Metode uji ini digunakan secara umum untuk
produk minyak bumi relatif non volatil dimana sebagian terurai pada distilasi
tekanan atmosfer. Produk minyak yang mengandung konstituen pembentuk
abu sebagai ditetapkan dengan Metode Uji D 482 atau Metode IP 4 untuk
residu karbon tinggi akan diperoleh suatu kesalahan, tergantung jumlah abu
yang terbentuk.
b) Ringkasan Metode
Contoh yang hendak diuji kandungan residu karbonnya terlebih dahulu
didistilasi, kemudian diambil 10 % residu (sisa penguapan). Ditimbang
sejumlah contoh 10 % residu dalam krusibel dan dibakar dalam alat CCR
dengan menggunakan gas oksigen. Residu akan mengalami reaksi
perengkahan (cracking) dan reaksi pembentukan coke selama periode waktu
tertentu. Akhir dari periode pembakaran, krusibel yang berisi residu karbon
didinginkan dalam desikator. Persen residu yang tinggal dihitung dari jumlah
contoh awal, dan dilaporkan sebagai carbon residu Conradson.
1. Perhitungan
Hitung residu karbon dari contoh atau residu distilasi 10 % sebagai
berikut:
Residu karbon = (A x 100) / W
Dimana :
A = Berat residu karbon, g
W = Berat contoh, g
2. Laporan
Laporkan nilai yang diperoleh sebagai persen Residu Carbon Conradson
c)

atau sebagai persen Residu Carbon Conradson pada 10 % residu distilasi


Signifikansi
1. Nilai residu karbon dari bahan bakar burner sebagai suatu pendekatan
kasar kecenderungan bahan bakar itu untuk membentuk endapan (deposit)
dalam penguapan burner tipe periuk (pot type) dan tipe lengan (sleeve
type). Umumnya residu karbon dari bahan bakar diesel yang tidak
mengandung alkil nitrat (atau bila ada, pengujian dilakukan berdasarkan
pada bahan bakar tanpa aditif), mendekati sama dengan deposit yang
terdapat pada ruang bakar.

2. Nilai

residu

karbon

minyak

motor

yang

mengandung

aditif,

mengindikasikan sejumlah endapan karbon yang terbentuk di dalam ruang


bakar mesin. Misalnya aditif deterjen pembentuk abu mungkin akan
menaikkan nilai residu karbon minyak, akan tetapi secara umum justru
mengurangi kecenderungan pembentukan deposit.
3. Nilai residu karbon dari gas oil berguna sebagai petunjuk dalam
pembuatan gas dari gas oil, demikian juga nilai residu karbon dari residu
minyak bumi, minyak lumas dasar, minyak silinder berguna dalam
pembuatan minyak lumas.
d) Interpretasi
Nilai residu karbon dalam minyak solar maksimum 0,1 % massa. Bila
diperoleh hasil pengujian lebih besar dari 0,1 % massa, terjadi deposit dalam
ruang bakar mesin. Terdapatnya deposit dalam ruang bakar mesin
menyebabkan panas dalam ruang bakar mesin tidak merata, sehingga
pemuaian logam mesin untuk disetiap bagian tidak sama, mengakibatkan
rusaknya mesin. Bila terbentuk deposit yang keras akan mempercepat proses
keausan logam. Disamping itu bila nilai residu karbon lebih besar dari 0,1 %
massa, dapat menyumbat lubang penyemprot bahan bakar, sehingga bahan
bakar tidak mengalir.
9. Pengujian Kandungan Air, ASTM D 95
Keberadaan air di dalam bahan bakar minyak adalah air yang terlarut
dalam bahan bakar dan air yang tak terlarut dalam bahan bakar. Air yang tak
terlarut (air bebas) dalam bahan bakar dapat dipisahkan dengan cara pengendapan
dan selanjutnya penurasan. Terdapatnya air akan menyebabkan turunnya panas
pembakaran, busa dan bersifat korosif. Bahan yang mudah menguap yang larut
dalam air, bila ada, dapat diukur sebagai air. Bila suhu dingin, air dapat
mengkristal sehingga menyumbat saluran bahan bakar atau saringan
a)

Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup penetapan air dalam kisaran 0-25% volume dalam

produk petroleum, ter, dan bahan bitumen lain dengan metode distilasi.
b) Ringkasan Metode Uji
Bahan yang akan diuji direfluk dengan pelarut yang tidak dapat bercampur
dengan air, dimana air dalam contoh akan terdistilasi. Pelarut dan air yang

terkondensasi secara kontinyu akan memisah di dalam tabung penangkap, air


terkumpul dalam tabung penangkap berskala dan pelarut kembali ke dalam
labu didih.
1. Perhitungan
Hitung kadar air di dalam contoh sebagai persen berat atau persen volume,
sesuai dengan dasar pada saat pengambilan contoh, sebagai berikut :
Air, %(v/v) = (Volume air dalam tabung penangkap, mL) (Air dalam
Pelarut blanko, mL) x 100% Volume contoh yang di uji, mL
Atau
Air, %(v/m) = (Volume air dlm tabung penangkap,mL) (Air dalam
Pelarut blanko,mL) x 100% Berat contoh yang di uji, g
2. Laporan
Laporkan hasil sebagai kadar air dengan ketelitian 0.05%, hila
menggunakan tabung penangkap berukuran 2 mL, clan dengan ketelitian
0,1%, hila menggunakan tabung penangkap berukuran 10 mL atau 25 mL
c)

dengan menggunakan 100 mL atau 100 g contoh


Signifikansi
1. Kandungan kadar air dari produk-produk minyak bumi penting dalam
pengolahan, pembelian, penjualan dan pengiriman produk.
2. Jumlah air yang ditetapkan dengan metode uji ini (dengan ketelitian
0.05% volume) dapat digunakan untuk mengkoreksi volume dalam

pengiriman produk petroleum dan bahan bitumen.


3. Jumlah air yang diijinkan bila mungkin ditetapkan pada kontrak.
d) Intepretasi
Kandungan air (water content) dalam bahan bakar minyak solar sesuai
dengan spesifikasi maksimum 0,05% massa. Bila kandungan air dalam
minyak solar lebih besar 0,05%, akan menyebabkan gangguan pada
penyaringan karena tersumbat oleh air dalam bentuk kristal-kristal es.
Disamping itu, air merupakan katalisator sehingga mempercepat sifat korosi
bahan bakar minyak.
10. Pengujian Sedimen Cara Ekstraksi (ASTM D 473)
Terdapatnya sedimen dalam bahan bakar minyak dikhawatirkan akan
menyumbat saringan bahan bakar. Di samping itu sedimen dapat membentuk
endapan pada sistem injeksi atau ruang pembakaran. Saat bahan bakar minyak
terbakar, endapan ini akan membara, menghasilkan endapan (deposit) dalam
keadaan dingin.

a)

Ruang Lingkup Metode


Metode uji ini mencakup penetapan sedimen dalam minyak mentah dan

minyak bakar dengan cara diekstraksi dengan toluena.


b) Ringkasan Metode Uji
Sejumlah berat contoh ditimbang dimasukkan ke dalam thimble yang telah
diketahui berat konstannya, kemudian dipanaskan pada alat ekstraksi dan
diekstrak dengan menggunakan toluena panas sampai tetesan toluena yang
masuk ke dalam thimble sama jernihnya dengan toluena yang menetes keluar
dari thimble. Kemudian thimble dikeringkan dalam oven pada suhu 112120oC selama 1 jam. Dinginkan dan timbang beratnya. Pekerjaan ini
dilakukan berulangulang sampai terakhir diperoleh berat konstan (selisih
dua penimbangan penimbangan tidak lebih dari 0,2mg). Berat sedimen
adalah selisih berat konstant akhir thimble dikurangi dengan berat konstan
thimble sebelum digunakan.
1. Perhitungan
Hitung massa sedimen sebagai persen dari contoh sebagai berikut :
% Massa = Massa Sedimen x 100% Massa Contoh
2. Laporan
Laporkan hasil pengujian dengan ketelitian 0,01% sebagai persen massa
sedimen cara ekstraksi. Laporan pengujian mengacu pada Metode Uji D
c)

473 ini sebagai prosedur yang digunakan.


Signifikansi
Pengujian kandungan sedimen dari minyak mentah dan bahan bakar minyak
adalah penting untuk keperluan operasi pengolahan dan dalam transaksi

pembelian atau penjualan minyak.


d) Interpretasi
Sedimen dalam bahan bakar minyak merupakan kotoran sebagai padatan
tersuspensi, yang tingkat bahayanya bergantung pada nilai persen massa
sedimen itu. Dari spesifikasi minyak solar kandungan sedimen (sediment
content) diperbolehkan maksimum 0,01% massa. Apabila hasil pengujian
diperoleh lebih besar dari 0,01% massa, berarti bahan bakar itu mengandung
kotoran tersuspensi sehingga akan menyumbat saringan.
11. Pengujian Kandungan Abu, ASTM D 482
Abu dari minyak solar dapat berasal dari senyawaan logam yang larut
dalam air, aditif sabun surfaktan sebagai bahan untuk netralisasi asam bahan

bakar, atau dari padatan ikutan lain seperti debu dan produk pengkaratan. Metode
uji ini adalah gravimetri yaitu analisis kimia dengan cara pembakaran, pemijaran,
pendinginan, dan penimbangan. Karena gravimetri, maka penimbangan
dilakukan sampai diperoleh berat konstan artinya selisih dua penimbangan 0,2
mg.
a)

Ruang Lingkup
Metode uji ini digunakan untuk penetapan abu di dalam kisaran 0,001 0,180
% massa, dari bahan bakar distilat dan bahan bakar residu, bahan bakar gas
turbin, minyak mentah, minyak lumas, lilin dan produk minyak bumi yang
lain, dimana mengandung bahan pembentuk abu, yang umumnya disebabkan
oleh kotoran yang tidak dikehendaki atau kontaminan. Metode uji ini
dipergunakan untuk produkproduk minyak bumi yang tidak mengandung

aditif pembentuk abu, terutama senyawaan fosfat.


b) Ringkasan Metode Uji
Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam suatu vesel, kemudian dinyalakan
dan didiamkan agar terbakar sampai tinggal abu dan karbon. Residu karbon
ini dijadikan abu dengan pemanasan di dalam muffle furnace pada suhu
c)

775oC, dinginkan dan ditimbang konstan.


Signifikansi
Pengujian kandungan bahan pembentuk abu dalam produk dapat memberikan
informasi apakah bahan bakar itu layak atau tidak untuk digunakan. Abu
dapat dihasilkan dari minyak atau senyawaan logam yang larut dalam air atau

dari padatan ikutan lain seperti debu dan produk pengkaratan.


d) Interpretasi
Kadar abu diperbolehkan maksimum 0,01 % massa. Bila dalam pengujian
diperoleh hasil lebih besar dari 0,01 % massa, ini menunjukkan bahwa abu
sebagai sisa pembakaran terdapat ruang bakar, dimana sebagian dapat keluar
dan sebagian mungkin tertinggal. Abu yang tertinggal dalam mesin
menyebabkan gangguan pada mesin yaitu mempercepat keausan mesin dan
pula.
12. Pengujian Copper Strips, ASTM D 130
Sifat korosif mogas disebabkan oleh sulfur bebas, dan senyawaan sulfur
reaktif (terutama merkaptan dan hidrogen sulfida). Senyawaan sulfur ini reaktif

terhadap tembaga, menghasilkan noda dari kupri merkaptida yang berwarna


merah kecoklatan. Merkaptan diklasifikasikan

atas merkaptan ringan dan

merkaptan berat. Bahan bakar yang mengandung merkaptan berlebihan perlu


dilakukan treating dengan proses soda washing. Proses ini hanya menghilangkan
merkaptan ringan, sedang merkaptan berat tidak hilang oleh proses ini. Pengujian
korosif ini sebagai uji kualitatif, sedang uji kuantitatifnya ditetapkan sebagai
merkaptan sulfur.
a)

Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk mendeteksi korosi tembaga dari aviasi gasoline,
aviasi turbin, otomotif gasoline, natural gasoline atau hidrokarbon yang
mempunyai tekanan uap tidak lebih besar dari 18 psi (124 kPa), solven
pencuci, kerosin, minyak diesel, minyak bakar distilat, minyak lumas, dan

produk minyak bumi yang penting lainnya.


b) Ringkasan Metode
Lempengan tembaga yang telah digosok bersih, dicelupkan ke dalam
sejumlah sampel dan dipanaskan pada suhu tertentu dan dengan waktu
tertentu sesuai dengan sifat dari sampel yang diuji. Pada akhir pengujian
lempengan tembaga diambil, dicuci, dan warnanya dibandingkan dengan
korosi bilah tembaga standar ASTM (ASTM Copper Strip Corrosion
Standards). Senyawaan sulfur ini reaktif terhadap tembaga, menghasilkan
noda dari kupri merkaptida yang berwarna merah kecoklatan. Merkaptan
diklasifikasikan atas merkaptan ringan dan merkaptan berat. Bahan bakar
yang mengandung merkaptan berlebihan perlu treating dengan proses
c)

washing.
Signifikansi
Minyak bumi yang mengandung sulfur, umumnya dihilangkan selama proses
pengolahan. Bagaimanapun, senyawaan sulfur masih tertinggal dalam produk
yang dihasilkan, diantaranya bersifat korosif terhadap berbagai logam. Sifat
korosifitas tidak terkait langsung dengan kandungan sulfur jumlah (total
sulfur). Sifat korosifitas sulfur bergantung jenis senyawaannya. Pengujian
korosifitas bilah tembaga ditujukan untuk mengetahui tingkat korosifitas dari

produk minyak bumi.


d) Interpretasi

Nilai korosi bilah tembaga maksimum warna ASTM No. 1. Bila diperoleh
hasil pengujian lebih besar dari ASTM No. 1, bahan bakar minyak bersifat
korosif terhadap logam, mengandung senyawaan sulfur dari hidrogen sulfida
(H2S), merkaptan (RSH) dan tiofena C4H4S.
13. Pengujian Angka Netralisasi, ASTM D 974
Angka asam adalah sejumlah basa, dinyatakan dalam miligram kalium
hidroksida per gram contoh yang digunakan untuk titrasi contoh sampai titik
ekuivalen tertentu. Dalam metode pengujian ini, titrasi dilakukan dengan
menggunakan indikator pnaftolbenzena sampai diperoleh titik ekuivalen
berwarna hijau/hijau kecoklatan dalam pelarut campuran toluena air iso propil
alkohol. Angka asam kuat (strong acid number) adalah sejumlah basa, dinyatakan
dalam miligram kalium hidroksida per gram contoh yang digunakan untuk titrasi
air panas hasil ekstrak dari contoh dan air panas, sampai titik ekuivalen berwarna
coklat keemasan dengan menggunakan larutan methyl orange sebagai indikator.
a)

Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup penetapan konstituen yang bersifat asam atau basa
dalam produk minyak bumi dan minyak lumas yang larut atau agak larut
dalam campuran toluena dan iso propil alkohol. Metode uji ini digunakan
untuk penetapan keasaman atau kebasaan yang mempunyai konstanta
disosiasi dalam air lebih besar dari 109, sedang asamasam lemah atau
basabasa yang mempunyai konstanta disosiasi lebih kecil dari 109 tidak
mengganggu. Garamgaram bereaksi bila konstanta hidrolisis lebih besar dari
109. Metode ini dapat digunakan untuk mengindikasi perubahan relatif
dalam minyak selama digunakan dalam kondisi oksidasi. Meskipun titrasi
dibuat dalam kondisi kesetimbangan tertentu, metode ini tidak mengukursifat
keasaman absolut atau kebasaan absolut yang dapat digunakan untuk
memprediksi unjuk kerja minyak dalam kondisi pelayanan (service
conditions). Tidak ada korelasi antara korosi roda (bearing corrosion) dan
angka asam atau angka basa diketahui.

b) Ringkasan Metode

Untuk penetapan angka asam atau angka basa, contoh dilarutkan dalam
campuran toluena dan iso propil alkohol yang mengandung sedikit air, dan
hasilnya adalah campuran fase tunggal dititrasi pada suhu kamar dengan
larutan standar basa alkoholat sampai titik ekuivalen yang ditunjukkan oleh
perubahan warna setelah ditambahkan larutan pnaftolbenzena (oranye dalam
larutan asam dan hijau kecoklatan dalam larutan basa). Penetapan angka asam
kuat, contoh diekstrak dengan air panas, pisahkan lapisan akuatik dan ekstrak
akuatik ini dititrasi dengan kalium hidroksida dengan menggunakan methyl
orange sebagai indikator.
1. Perhitungan
Hitung angka asam sebagai berikut :
(a) Bila titrasi blanko dilakukan dengan asam
Angka asam kuat, mg KOH/g = [ ( CM + Dm ) x 56,1 ] W
dimana :
C = Larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi ekstrak air, mL
M = Molaritas larutan standar KOH
D = Larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko, mL
M = Molaritas larutan standar HCl
W = Berat contoh yang dianalisis, g
(b) Bila titrasi blanko dilakukan dengan basa
Angka asam kuat, mg KOH/g = [ ( C D ) M x 56,1 ]W
dimana :
C = Larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi ekstrak air, mL
D = Larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko, mL
M = Molaritas larutan standar KOH
W = Berat contoh yang dianalisis, g
2. Laporan
Laporkan hasil sebagai angka asam, angka asam kuat dengan dua angka
nyata di belakang koma.
c)

Signifikansi

Berbagai macam produk oksidasi memberikan konstribusi pada angka asam


dan asamasam organik menjadikan sifat korosif bahan bakar. Oleh sebab itu
dikatakan sebagai angka asam jumlah (total acid number), yaitu penjumlahan
dari asam anorganik dan asam organik. Tidak ada korelasi antara angka asam
dan kecenderungan korosi terhadap logam logam.
d) Interpretasi
Berdasarkan spesifikasi minyak solar, nilai angka asam maksimum adalah 0,6
mg KOH/g. Bila hasil pengujian memberikan nilai lebih besar dari 0,6 mg
KOH/g, menunjukkan bahwa minyak solar bersifat korosif. Dan bila pada
pengujian diperoleh bahwa angka asam kuat, menunjukkan bahwa minyak
solar mengandung asam kuat, sehingga bahan bakar ini sangat bersifat
korosif.
14. Pengujian Titik Nyala PMcc, ASTM D 93
Titik nyala (flash point) adalah suhu terendah terkoreksi pada tekanan
barometer 101,3 kPa (760 mm Hg), dimana dengan menggunakan sumber nyala
yang menyebabkan uap contoh terbakar pada kondisi pengujian tertentu.
Tinggi/rendahnya flash point sangat bergantung pada komponen hidrokarbon
dalam bahan bakar. Parafin akan lebih mudah terbakar dari pada olefin, olefin
lebih mudah terbakar dari pada naften, dan aromat paling sulit terbakar. Makin
tinggi fraksi minyak bumi makin tinggi pula flash point nya, produk dengan flash
point rendah makin mudah mnguap sehingga mudah terbakar.
a)

Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup penetapan flash point produk minyak bumi dalam
kisaran suhu dari 40360oC dengan menggunakan peralatan manual Pensky
Martin closed cup atau dengan peralatan otomatik PenskyMartin closed cup.
Prosedur A digunakan untuk bahan bakar distilat (minyak diesel, kerosene,
heating oil, turbine fuels), minyak lumas baru, dan cairan minyak bumi yang
lain yang homogen yang tidak termasuk dalam ruang lingkup B. Prosedur B
digunakan untuk bahan bakar residu, cutback residue, minyak lumas bekas,
campuran minyak cair dengan padat, minyak cair yang cenderung
membentuk film dipermukaan pada kondisi pengujian, atau minyak cair yang

mempunyai viskositas kinematik tidak bersifat uniform saat dipanaskan


dengan cara pengadukan dan dalam kondisi dipanaskan dari prosedur A.
Metode uji ini digunakan untuk deteksi kontaminasi bahan relatif non volatil
atau bahan yang tidak dapat menyala dengan bahan volatil atau bahan dapat
menyala.
b) Ringkasan Metode
Mangkok uji dari kuningan diisi contoh sampai batas bagian dalam dan
ditutup rapat. Kemudian dipanaskan dan diaduk dengan kecepatan tertentu,
dengan mengunakan satu dari dua prosedur (A atau B). Selanjutnya api kecil
pencoba dicobakan secara periodik. Pengujian dilakukan pada tiap kenaikkan
suhu 1oC (2oF), suhu terendah pada saat terjadinya sambaran api dicatat
sebagai flash point.
c)

Signifikansi
Suhu flash point adalah satu ukuran kecenderungan bahan bakar minyak
untuk menyala dalam campuran dengan udara pada kondisi laboratorium.
Flash point ini hanya salah satu sifat dari sejumlah sifat yang lain untuk
mengetahui bahaya sifat kemudahan dapat menyala (flammability) dari bahan
bakar. Flash point digunakan dalam pengapalan bahan bakar, peraturan
keselamatan untuk menentukan sifat kemudahan menyala dan kemudahan
terbakar dari suatu bahan bakar. Nilai flash point dapat digunakan untuk
mengklasifikasi bahan sesuai dengan peraturan yang ada.Hasil pengujian
flash point digunakan sebagai elemen dari asesmen resiko api (fire risk) dari
sejumlah faktor asesmen bahaya api (fire hazard).

d) Interpretasi
Dalam spesifikasi minyak solar, nilai flash point minimum 60oC.Bila hasil
pengujian diperoleh lebih kecil dari 60oC, minyak solar saat penyimpanan dan
pengapalan/pengangkutan dapat menyala dalam campuran udara pada suhu di
bawah 60oC. Berarti bahan bakar mempunyai kecenderungan mudah menyala
sehingga

membahayakan

keselamatan

penyimpanan.
15. Pengujian Distilasi ASTM, ASTM D 86

selama

pengangkutan

dan

Distilasi pada dasarnya adalah menguapkan cairan dengan cara dipanaskan,


kemudian uapnya didinginkan untuk menghasilkan distilat. Pengertian pengertian yang penting dalam suatu distilasi adalah :
1. Initial Boiling Point (IBP) adalah pembacaan termometer pada saat tetesan
kondensat pertama jatuh yang terlihat pada ujung tabung kondenser.
2. Persen evaporated adalah jumlah persen antara cairan yang diperoleh dan
persen yang hilang.
3. Persen recovered adalah persen maksimum yang diperoleh dari suatu distilasi,
terbaca pada tabung (gelas ukur) penampung distilat.
4. End point atau Final Boiling Point (FBP) adalah pembacaan suhu maksimum
selama distilasi berlangsung. lni terjadi setelah cairan dalam tabung distilasi
teruapkan semua. Juga disebut suhu maksimum.
a) Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup distilasi atmosferik dari produk minyak bumi
menggunakan unit penangas laboratorium untuk menentukan secara
kuantitatif karakteristik kisaran titik didih dari produk-produk minyak bumi,
yaitu gasoline alam (natural gasoline), distilat ringan dan distilat tengahan,
bahan bakar mesin otomotif penyalaan busi, aviasi gasoline, aviasi turbine, ID dan 2-D regular dan bahan bakar diesel sulfur rendah, spesial petroleum
spirit, nafta, white spirit, kerosene, dan bahan bakar burner grade 1 dan 2.
Metode uji ini didesain untuk pengujian bahan bakar distilat, tidak digunakan
untuk produk - produk yang mengandung sejumlah bahan residu.
b) Ringkasan Metode
Contoh sebanyak 100 mL didistilasi pada kondisi standar pengujian.
Pembacaan suhu dilakukan pada saat initial boiling point (IBP), 10% volume
distilat, 50% volume distilat, 90% volume distilat, dan jumlah volume pada
c)

suhu 300C.
Signifikansi
Sifat volatilitas (distilasi) hidrokarbon rnempunyai pengaruh yang penting
untuk keselamatan dan unjuk kerja, khususnya untuk bahan bakar distilat dan
solven. Kisaran titik didih memberikan informasi terhadap komposisi, sifat sifat dan perilaku bahan bakar minyak selama penyimpanan dan penggunaan.
Volatilitas (kemudahan menguap) adalah faktor pokok yang menentukan

kecenderungan campuran hidrokarbon untuk menghasilkan uap yang mudah


meledak.
d) Interpretasi
Dalam spesifikasi minyak solar, IBP, 10% vol. rec., 50% vol. rec., dan 90%
vol. rec. tidak ada batasan minimum atau maksimum. Pada dasarnya bila sifat
penguapan bahan bakar terlalu rendah, bahan bakar sukar untuk
diatomisasikan sehingga akan menurunkan

tenaga yang

dihasilkan.

Sebaliknya bila sifat penguapan bahan bakar. terlalu tinggi, bahan bakar
mudah untuk diatomisasikan berarti di dalam ruang bakar mesin banyak uap
yang dihasilkan sehingga mengakibatkan penurunan tenaga, karena vapor
lock dan disamping itu juga dapat menyebabkan terjadinya detonasi. Juga
pengujian distilasi ini mengindikasikan terjadinya kontaminasi bahan bakar
itu oleh fraksi yang lebih ringan atau fraksi yang lebih berat. Minyak solar
yang mempunyai sifat penguapan terlalu tinggi berarti minyak solar itu
kemungkinan terkontaminasi oleh produk kerosin, misalnya terjadinya
interface PKS.

Anda mungkin juga menyukai