Anda di halaman 1dari 33

BAB II

PEMBAHASAN

2.1
2.1.1

Definisi Organisasi
Organisasi secara Umum
Organisasi (Yunani: organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam

suatu wadah untuk tujuan bersama.

2.1.2
1.

Organisasi menurut para ahli


Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana

orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.


2.

James D. Mooney
Organisasi adalah bentuj setiap perserikatan manusia untuk mencapai

tujuan bersama.
3.

Chester I. Bernard
Organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih.


4.

Stephen P. Robbins

Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara


sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diindentifikasi, yang bekerja atas
dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.

2.2

2.2.1

Definisi Komunikasi

Komunikasi secara Umum


Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang,

kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi


agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

2.2.2
1.

Komunikasi menurut para ahli


Himstreet & Baty
Komunikasi adalah suatu proses penukaran informasi antar individu

melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal,
maupun perilaku atau tindakan.
2.

The Odorson & The Dorson

Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebgai sikap atau emosi


dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
3.

Charles H. Cooley
Komunikasi berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan

dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan
menyimpan dalam waktu.

2.3

Unsur-Unsur Komunikasi

1.

Komunikator / Pengirim / Sender


Merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada

komunikan. Komunikator bisa tunggal, kelompok atau organisasi pengirim berita.


Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas,
memilih media yang cocok untuk menyampaikan pesan tersebut, dan meminta
kejelasan pesan telah diterima dengan baik. Untuk itu, seorang komunikator
dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan siapa
dia berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan dan bagaimana cara
menyampaikannya.

2.

Komunikan / Penerima / Receiver


Merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator.

Dalam proses komunikasi, penerima pesan bertanggung jawab untuk dapat


mengerti isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar. Penerima pesan juga

memberikan umpan balik kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa pesan
telah diterima dan dimengerti secara sempurna.
3.

Saluran / Media / Channel


Merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator

kepada komunikasi dan sebaliknya. Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan,
tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim
melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon, televisi, fax, photo copy,
email, sandi morse, smartphone, sms, dan sebagainya. Pemilihan channel dalam
proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan (Wursanto,
1994).

2.4
1.

Tahap-Tahap Berkomunikasi
Tahap Ideasi
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses pencipataan gagasan atau informasi yang

dilakukan oleh komunikator.


2.

Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan atau informasi disusun dalam serangkain

bentuk simbol atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan
juga pemilihan saluran dan media komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau
sandi dapat berbentuk kata-kata (lisan maupun tertulis), gambar (poster atau
grafik), atau tindakan.
3.

Tahap Pengiriman
Tahap pengiriman (transmitting) adalah gagasan atau pesan-pesan yang telah

disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi

yang

tersedia

dalam

organisasi.

Pengiriman

pesan

dapat

dilakukan

dengan berbicara, menulis, menggambar, dan bertindak. Saluran yang dilalui


pesan-pesan disebut media komunikasi. saluran dan media komunikasinya dapat
berbentuk lisan (telepon,

temu-muka

langsung)

atau

tertulis

(papan

pengumuman, poster dan buku pedoman), mengalir kebawah (memo dan instruksi
tertulis), keatas (kotak saran, grievance prosedure, laporan prestasi kerja), atau ke
samping (panitia, pertemuan antar departemen), formal (diskripsi jabatan dan
prosedur kerja, konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria
perusahaan), dan aliran satu arah (laporan tahunan yang dipublikasikan) atau dua
arah (konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
4.

Tahap Penerimaan.
Setelah pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh

komunikan. Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca,


atau mengamati tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk
mengirimkannya. Jika informasi atau pesan berbentuk komunikasi lisan, maka
seringkali kegagalan dalam mendengarkan dan berkonsentrasi mengakibatkan
hilangnya pesan-pesan tersebut.
5.

Tahap Encoding
Tahap encoding adalah di mana pesan-pesan yang diterima diinterprestaikan,

dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui suatu
proses berpikir. Pikiran manusia, sistem memori mekanis, instink binatang, dan
proses

berpikir

lainnya

berfungsi

sebagai

mekanisme decoding.

Dalam

tahap decoding ini dapat terjadi ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap
gagasan atau idea yang diencoding oleh komunikator dikarenakan adanya
hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya perbedaan persepsi antara komunikator
dan persepsi komunikan dalam hal arti kata atau semantik.
6.

Tahap Tindakan

Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap pesanpesan yang diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi.
Dalam tahap ini, respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi,
meminta informasi tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap
pesan yang dikirimkan komunikator menghasilkan respon tindakan seperti apa
yang diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang efektif.

2.5

Komunikasi dalam Organisasi


Istilah komunikasi ini berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata

communis yang berarti sama (common). Jika kita akan mengkomunikasikan


suatu idea atau gagasan, maka kita harus menetapkan terlebih dahulu suatu dasar
titik-temu

yang

sama untuk

mencapai

suatu

pemahaman

atau

pengertian. Komunikasi juga sebagai suatu tindakan mendorong pihak lain untuk
menginterpretasikan suatu idea dalam suatu cara yang diinginkan oleh pembicara
atau penulis.

Adapun hubungan komunikasi dengan organisasi menurut Hanney (1982),


menyatakan bahwa organisasi adalah Terdiri atas sejumlah orang, ia melibatkan
keadaan saling bergantung, kebergantungan memerlukan koordinasi, koordinasi
mensyaratkan komunikasi(Hanney, 1982;25). Komunikasi dapat dilihat sebagai
Proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan komunikasi
yang memungkinkan organisasi berfungsi (Farace, Monge, & Rusell, 1997;4).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah
organisasi ada sifat ketergantungan antara anggota dengan pimpinan dan pimpinan
dengan anggota. Oleh dari itu bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi
kualitas

kinerja

anggotanya

diperlukan

adanya

komunikasi

organisasi.

Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran

pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi


tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu
lingkungan.
Komunikasi organisasi, dipandang dari suatu perspektif interpretif
(subjektif) adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan
organisasi. Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasianyang terjadi
dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi
makna atas apa yang sedang terjadi.
Salah satu tantangan besar dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana
menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima
informasi dari seluruh bagian organisasi. Proses ini berhubungan dengan aliran
informasi. Organisasi mengandalkan inovasi dan harus mampu menghasilkan
informasi dari para anggotanya.
Informasi tidak mengalir secara harfiah, kenyataannya informasi sendiri
tidak bergerak. Sesungguhnya informasi yang terlihat adalah penyampaian suatu
pesan, interprestasi penyampaian tersebut, dan penciptaan penyampaian lainnya.
Penciptaan, penyampaian dan interprestasi pesan merupakan proses yang
mendistribusikan pesan-pesan ke seluruh organisasi.
Jadi yang kita namakan aliran informasi dalam suatu organisasi, sebenarnya
adalah suatu proses dinamik. Dalam proses inilah pesan-pesan secara tetap dan
berkesinambungan

diciptakan,

ditampilkan,

diinterprestasikan.

Proses

ini

berlangsung terus dan berubah secara konstan artinya komunikasi organisasi


bukanlah sesuatu yang kemudian berhenti tetapi komunikasi yang terjadi
sepanjang waktu.
Komunikasi

organisasi

pada

umumnya

membahas

tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan


proses pengorganisasian serta budaya organisasi.Komunikasi organisasi diberi

batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling
bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.

2.6

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

2.6.1

Organisasi menurut para ahli

1.

Menurut Sendjaja

a.

Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.

Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh


informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya
secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi
untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang
terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan
informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

b.

Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu

organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:

1.

Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu

mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang


disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya.
2.

Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi

pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan


yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

c.

Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan

selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,
maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada
memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan
akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d.

Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan

karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja,
pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.

2.

Menurut Scott dan T.R. Mitchell

a.

Kendali, control, pengawasan.

b.

Motivasi.

c.

Pengungkapan emosional.

d.

Informasi.

3.

Menurut Thayer

a.

Memberi informasi.

b.

Membujuk.

c.

Memerintah.

d.

Memberi instruksi.

e.

Mengintegrasikan organisasi.

10

2.7

Proses Komunikasi dalam Organisasi

2.7.1

Komunikasi Internal
Komunikasi internal dapat didefinisikan oleh. Brennan (dalam Effendy)

(2003) sebagai :
Interchange of ideas among the administrators and in particular structure
(organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm
which gets work done (operations management).(Pertukaran gagasan diantara
para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang
menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan
strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan
vertikal didalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan
berlangsung (operasi dan manajemen) (Brennan dalam Effendy, 2003;122).
Organisasi

sebagai

kerangka

(framework)

menunjukkan

adanya

pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat


diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk
menyelenggarakannya dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai,
pimpinan atau administrator mengadakan peraturan sedemikian rupa. Dimana
pimpinan tidak perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawan.
Pimpinan membuat kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat
seorang sebagai penanggung jawab atas kelompoknya.
Dengan

demikian

pimpinan

cukup

berkomunikasi

dengan

para

penanggung jawab kelompok. Jumlah kelompok serta besarnya kelompok


bergantung pada besar-kecilnya organisasi.

11

Fungsi komunikasi internal diantaranya adalah:

Mengkomunikasian kebijaksanaan direksi dan manajemen pada karyawan


Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar karyawan

memahami dasar pengambilan keputusan yang diambil


Membangun jaringan komunikasi interkatif antara karyawan, manajemen

dan direksi
Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi kebijakan hingga

pelatihan untuk mengurangi dampak buruk restrukturisasi


Membantu peningkatan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan

Proses komunikasi di antara para pengurus dan anggota dalam ruang


lingkup suatu organisasi, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran
gagasan secara horisontal, vertikal, dan diagonal sehingga kerja organisasi dapat
berjalan. Komunikasi internal terdiri atas empat bagian, yaitu :

a)

Komunikasi vertikal
Komunikasi vertikal, dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas
lebih rendah (downward communications). Mereka yang berotoritas lebih rendah
ke jabatan berotoritas lebih tinggi (upward communications), adalah komunikasi
dari pimpinan kebawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbalbalik (two-way traffic communications). Alam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan

instruksi-instruksi,

petunjuk-petunjuk,

informasi-informasi,

penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Dalam pada itu,


bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran dan sebagainya kepada
pimpinan.

12

Komunikasi dua arah secara timbal-balik tersebut dalam organisasi sangat


penting sekali. Karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan,
maka roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui
laporan, tanggapan, atau saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau
kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan seluruh
karyawan, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon yang banyak bergantung pada
besar dan kecilnya perusahaan. Akan tetapi, komunikasi vertikal yang lancar,
terbuka, dan saling mengisi merupakan pencerminan sikap kepemimpinan yang
demokratis, yakni jenis kepemimpinan yang paling baik diantara jenis-jenis
kepemimpinan lainnya.

1.

Downward Communication (komunikasi dari atas ke bawah) :


Downward Communication (komunikasi dari atas ke bawah), terutama

mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki kekuasaan kepada yang lebih


sedikit kekuasaannya; merupakan model umum komunikasi dalam sebuah
organisasi. Komunikasi ini melibatkan instruksi, anggaran yang disetujui atau
tidak, pernyataan kebijakan, variasi dalam standar prosedur operasi dan mencatat
perubahan-perubahan lainnya, pengumuman umum, pertemuan,ekspresi tujuan,
sasaran, dan pernyataan misi. Pesan-pesan ini mungkin dapat dikirimkan lewat
memo, email, catatan,dan saluran individu ke grup atau dari individu ke individu;
atau mereka mungkin saja dapat disampaikan tidak langsung melalui orang lain
dalam hirarki. Selama proses pengiriman, pesan asli dapat di edit, ditambah,
dikurangi, dijelaskan, atau bahkan diubah.
Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran
manajer atau supervisor mengirimkan pesan kepada bawahannya.
Komunikasi kebawah membawa informasi yang berhubungan dengan
tugas pada seseorang yang melakukan tugas tersebut. Ia juga membawa informasi

13

tentang kebijakan dan prosedur, serta bisa jadi digunakan untuk feedback yang
bersifat motivasional pada karyawan. Komunikasi kebawah terjadi jika manajer
atau penyelia mengirimkan pesan kepada satu orang bawahan atau lebih.

Fungsi komunikasi dari atas ke bawah antara lain :


a.

Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja.

b.

Penjelasan

dari

pimpinan

tentang

mengapa

suatu

tugas

untuk dilaksanakan.
c.

Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku.

d.

Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Metode komunikasi dari atas ke bawah antara lain :


a.

Metode tulisan.

b.

Metode lisan.

c.

Metode tulisan diikuti lisan.

d.

Metode lisan diikuti tulisan.

2.

Upward Communication (komunikasi dari bawah ke atas) :

14

perlu

Upward Communication (komunikasi dari bawah ke atas) merupakan


suatu kondisi yang mungkin lebih penting dari downward communication.
Saluran upward communication membawa data dari pelanggan mengenai
produksi barang dan pelayanan, dan segala kebutuhan yang diperlukan untuk
operasi organisasi dari hari ke hari. Keterangan ini dapat digunakan bila orangorang yang berada di level atas di suatu organisasi adalah orang-orang yang
memiliki keterampilan mendengar, mengumpulkan feedback dan dapat dipercaya.
Bila tidak ada komitmen untuk melakukan pendekatan-pendekatan seperti ini
maka akan terjadi culture of silence atau budaya diam dan atau culture of
silos yang mungkin berlaku, yang akan membawa konsekuensi dampak yang
serius untuk organisasi- dengan tanpa peringatan awal untuk menanggulangi
bencana, ini mungkin akan membawa krisis yang besar. Dalam beberapa situasi,
tidak ada berita merupakan berita yang sangat buruk, dan berita buruk adalah tiada
berita; staff pada level bawah akan segan untuk memberikan berita buruk, yang
mungkin vital bagi kehidupan organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya dapat
memancing kritik- sebuah budaya shoot the messenger .
Upward communication dapat pula menjadi sumber subur ide-ide baru dan
penyelesaian masalah yang kreatif, terutama karena orang-orang di bagian bawah
hirarki dekat dengan masalah-masalah spesifik dan dapat lebih waspada kepada
solusi praktis daripada orang-orang yang berada di puncak hirarki. Komunikasi
keatas membawa informasi dari tingkat bawah ke tingkat atas organisasi.
Informasi itu mungkin concern pada aktivitas lingkungan luar atau internal pada
tingkat bawah organisasi.
Para pimpinan organisasi menerima feedback tentang efektifitas keputusan
yang telah diambilnya. Anggota tingkat bawah mempunyai kesempatan untuk
menginformasikan dan mengajukan keluhan, dan memberikan saran untuk
pengembangan. Komunikasi keatas terjadi jika pesan mengalir dari bawahan ke
manajer atau atasan. Para pegawai harus melaporkan kemajuan mereka dalam
penyelesaian tugas-tugas; jika ada, tugas-tugas apa yang menyebabkan masalah
bagi mereka; saran-saran bagi peningkatan produk atau peningkatan prosedur; dan

15

yang terpenting adalah perasaan mereka mengenai bagaiaman asegala sesuatu


berjalan. Komunikasi keatas merupaakan hal yang penting- para manajer
memerlukan umpan balik yang akurat mengenai pesan-pesan mereka apakah telah
dipahami atau bagaimana keputusan-keputusan tersebut diterima setelah masalahmasalah apa yang dikembangkan.
Komunikasi yang terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada
atasannya.
Fungsi komunikasi dari bawah ke atas antara lain :
a.

Penyampaian

informai

tentang

pekerjaan

ataupun

tugas

yang

sudah dilaksanakan.
b.

Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun

tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.


c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.

Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin
hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara
memperoleh informasi dari bawah.

Alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat sulit dan rumit :


a.

Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.

16

b.

Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami

pegawai.
c.

Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai.

d.

Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa

yang disampaikan pegawai.

b)

Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar. Komunikasi

horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam


unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan
pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang
sama. Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua jenis
kontak antarpersona. Bahkan komunikasi horizontal tertulis cenderung menjadi
lebih lazim.
Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi
pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan
sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran kualitas adalah sebuah kelompok pekerja
sukarela yang berbagi wilayah taggung jawab. Dalam komunikasi seperti ini
desas-desus cepat sekali menyebar dan menjalar, biasanya yang menjadi
perbincangan adalah masalah-masalah pekerjaan atau tindakan pimpinan yang
merugikan.
Pemecahan masalah yang timbul akibat proses komunikasi dengan jalur
seperti itu adalah tugas public relations (kepala hubungan masyarakat). Tugas
pekerjaan kepala humas sebenarnya tidak hanya ke luar (eksternal), tetapi juga ke
dalam (internal). Oleh karena itu, ruang lingkup kegiatan public relations terdapat
apa yang disebut internal public relations, yang diantaranya mencakup apa yang

17

dinamakan employee relations, yakni hubungan dengan karyawan. Dalam rangka


pelaksanaan employee relations ini, public relations officer terjun kebawah,
bergaul dengan karyawan untuk menampung keluhan, keinginan, atau apa saja
yang mungkin berpengaruh pada pekerjaan.
Menjalar desas-desus dikalangan karyawan mengenai suatu hal sering kali
disebabkan oleh interprestasi yang salah. Tugas kepala humaslah untuk
meluruskan, menetralisir, dan menganalisisnya sehingga berada dalam proporsi
yang sebenarnya. Antara komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal
terkadang-kadang terjadi apa yang disebut komunikasi diagonal. Komunikasi
diagonal atau disebut komunikasi silang (cross communication) adalah
komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain.
Komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian
yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi komunikasi sesama antara lain :
a.

Memperbaiki koordinasi tugas.

b.

Upaya pemecahan masalah.

c.

Saling berbagi informasi.

d.

Upaya pemecahan konflik.

e.

Membina hubungan dan mempererat kekeluargaan melalui kegiatan

bersama.

4.

Interline Communication (komunikasi lintas saluran) :

18

Komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional.


Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena
biasanya tanggung jawabmereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Kondisi
yang harus dipenuhi dalam komunikasi lintas-saluran :
a.

Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta

izin terlebih dahulu dari atasannya langsung.


b.

Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus

memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya.

c)

Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross communication)

adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain. Komunikasi
ini merupakan komunikasi yang memotong jalur vertikal dan horizontal. Sebagai
contoh, anggota staf junior dapat langsung pergi ke atasannya ,dan telepon, email
atau mengunjungi tekhnikal senior di area lain untuk mendapatkan informasi.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa dalam organisasi yang memiliki low
performing, komunikasi diagonal digunakan oleh staf untuk mencari informasi
dalam permintaan pantas keberadaan prosedur kerja, ketika dalam orgainisasi high
performing , komunikasi diagonal digunakan staf unutk menyelesaikan masalah
kerja yang sulit dan kompleks. Ketika komunikasi diagonal menjadi tanda
fleksibilitas- sebagai contoh, dalam organisasi organik- ini jelas sekai dapat
menyebabkan

masalah

bahkan

lebih

ekstrimnya

lagi

menyebabkan

kerusuhan(chaos).
d)

Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi

dengan khalayak di luar organisasi. Pada instansi-instansi pemerintah seperti

19

departemen, direktorat, jawatan dan pada perusahaan-perusahaan besar,


disebabkan oleh luasnya ruang lingkup, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh
kepala hubungan masyarakat daripada oleh pimpinan sendiri. Pimpinan sendiri
hanyalah terbatas pada hal-hal yang sangat dianggap penting, yang tidak bisa
diwakilkan kepada orang lain, umpamanya perundingan yang menyangkut
kebijakkan organisasi. Dimana dilakukan oleh kepala humas dalam kegiatan
komunikasi eksternal yang merupakan tangan kanan pimpinan.
Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni
komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi.
Proses komunikasi di antara para pengurus dan anggota suatu organisasi
dengan orang atau masyarakat umum.
1.

Komunikasi dari organisasi kepada masyarakat.

Contohnya : konferensi pers, iklan, brosur


2.

Komunikasi dari masyarakat kepada organisasi.

Contohnya : menerima saran kritik, hotline customer service 24 jam

2.8
1.

Gaya Komunikasi dalam Organisasi


The Controlling Style
controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau

maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan


tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
2.

The equalitarian style

20

Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.


Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan
gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah
adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun
tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication).

3.

The Structuring Style


Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal

secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang
lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa
pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu
merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi,
kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
muncul.
4.

The Dynamic style


Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,

karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya


berorientasi

pada

tindakan

(action-oriented). The

21

dynamic

style

of

communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor
yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
5.

The Relinguishing Style


Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima

saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi
perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.
6.

The Withdrawal Style


Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak

komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini
untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

2.9
2.9.1

Bentuk Komunikasi dalam Organisasi


Komunikasi Berdasarkan Bentuk

22

a.

Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk

kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat.


Contoh : Berbicara langsung kepada seseorang.
b.

Komunikasi Tidak Langsung


Komunikasi tidak langsung biasanya menggunakan alat dan mekanisme

untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk


menghadapi hambatan geografis waktu.
Contoh : Radio, televisi.

2.9.2
a.

Komunikasi Berdasarkan Sasaran


Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi dengan sasarannya kelompok orang


dalam jumlah yang besar.

Syarat-syarat komunikasi massa :


a.

Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele.

b.

Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami.

c.

Bentuk gambar yang baik.

d.

Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar radio.

23

b.

Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok

orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi
langsung dan timbal balik.
Contoh : Perawat dengan pengunjung puskesmas.

c.

Komunikasi Perorangan
Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka atau bisa

dapat juga melalui telepon.


Contoh : perawat dengan pasien.

2.9.3

Komunikasi Berdasarkan Arah Pesan

a.

Komunikasi satu arah


Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang disampaikan oleh sumber

kepada sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan
umpan balik atau bertanya.
Contoh : Radio.
b.

Komunikasi Timbal Balik


Komunikasi timbale balik adalah komunikasi yang disampaikan kepada

sasaran dan sasaran memberikan umpan balik.

24

Contoh : komunikasi kelompok atau komunikasi perorangan.

2.10

Peran Komunikasi dalam Organisasi


Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya

salah penyampaian informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar
tercapainya tujuan tertentu. Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan
dan mensinkronkan seluruh aspek untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan
dalam sebuah tujuan berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya sebuah
interaksi yang baik niscaya sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya.
Interaksi disini adalah mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang dapat
berupa penyampaian-penyampaian informasi, instruksi tugas kerja atau mungkin
pembagian tugas kerja. Interaksi sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi
antara 2 orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak sebagai pemberi
informasi dan orang yang lain berperan sebagai penerima informasi. Intinya,
korelasinya harus melibatkan dan terfokus kepada orang-orang itu sendiri dalam
suatu organisasi. Dengan kata lain, dapat disimpulkan komunikasi dapat dibilang
juga

sebagai

proses

penyampaian

informasi

yang

berguna

untuk

mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain demi mencapai suatu tujuan.


Sebuah bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar
tercipta hasil yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi
meliputi atasan dan bawahan dengan penyampaian yang terarah dari suatu atasan
ke bawahannya yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi.
Tujuan komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak
manfaat secara langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksiinstruksi yang diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang
biasa terjadi dan memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua
bawahan

dan

atasan

dapat

berinteraksi

dengan

baik,

maka

seluruh

kesalahpahaman yang beresiko mungkin akan berkurang, karena tiap manusia

25

mempunyai cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda secara verbal.


Dengan demikian semua pelaku organisasi harus berbicara, bertindak satu sama
lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan mengetahui situasisituasi yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil
apapun pasti akan berakibat fatal.

2.11 Hambatan Komunikasi dalam Organisasi


1.

Hambatan dari Proses Komunikasi

a.

Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan

belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan
atau situasi emosional.
b.

Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa

yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol
yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c.

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media

komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat
mendengarkan pesan.
d.

Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi

oleh si penerima
e.

Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat

menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak
mencari informasi lebih lanjut.

26

f.

Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak

menggambarkan

apa

adanya

akan

tetapi

memberikan

interpretative, Hambatan tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

2.

Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca

gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat
tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.

3.

Hambatan Semantik
Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata

yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang


berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Misalnya : adanya perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun
internasional).

4.

Hambatan Psikologis.
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi,

misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan
penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari
sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.

5.

Hambatan Manusiawi

27

Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,


kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.

2.12
1.

Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi


Gunakan umpan-balik
`Beri kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide atau

gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.

2.

Kenali si penerima berita

a.

Bagaimana latar belakang pendidikannya,

b.

Bagaimana pengetahuan tentang subyek pembicaraan,

c.

Sejauh mana minat dan perasaan.

3.

Rencanakan secara teliti

Pertimbangkan baik-baik, misalnya : apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.

28

BAB III

29

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya komunikasi sangat diperlukan didalam kehidupan sehari-hari
dalam aspek apapun, baik itu dalam kegiatan berorganisasi atau dalam kehidupan
sehari-hari, dalam kegiatan berorganisasi, komunikasi diperlukan dengan tujuan
agar sebuah system atau komunikasi yang ada bisa terjalin dengan sempurna dan
lebih baik.
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi
diantara beberapa orang. Karenanya komunikasi melibatkan seorang pengirim,
pesan/informasi saluran dan penerima pesan yang mungkin juga memberikan
umpan balik kepada pengirim untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia adalah makhluk social
yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Dalam berkomunikasi
seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut
dalam berkomunikasi. Dalam proses kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak
hambatan-hambatan dalam berkomunikasi.
Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain
untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan
berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis
komunikasi, yaitu verbal dan nonverbal, komunikasi verbal atau tertulis dan
komunikasi nonverbal atau bahasa (gerak tubuh). Komunikasi dua arah terjadi
bila pengiriman pesan dilakukan san mendapatkan umpan balik. Seseorang dalam

30

berkomunikasi pasti dapat merasakan timbale balik antara pemberi informasi serta
penerima informasi sehingga terciptanya suatu hubungan yang mutualisme antara
keduanya.

3.2 SARAN
Dengan disusunnya makalah ini, maka pembaca atau mahasiswa dapat
mengerti dan memahami pentingnya arti komunikasi dalam organisasi, didalam
kehidupan berorganisasi atau dikehidupan sehri-hari yang membutuhkan
komunikasi.
Semoga makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi
pembaca atau mahasiswa, dalam makalah ini kami mohon maaf jika ada tulisan
kami atau bahasa kami yang kurang berkenan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan
memotivasi kami agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.

31

DAFTAR PUSTAKA

http://alvitaprima.blogspot.com/2013/05/makalah-komunikasi-dalamorganisasi_23.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

32

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi
http://radenmasyonatanpandukristanto.blogspot.com/2013/05/peran-komunikasidalam-organisasi.html

33

Anda mungkin juga menyukai