Padang -- Mahasiswa ini lahir di Maninjau, Kabupaten Agam. Merupakan salah satu
mahasiswa Berprestasi. Hari Novar hidup di keluarga yang sederhana sekali. Ia
sekarang berkuliah di Universitas Muhammadiyah Riau, jurusan Ilmu Komunikasi
semester 8. Ia harus terpisah beberapa jarak dengan orang tuanya. Akan tetapi itu
tidak membuat ia putus asa, sebaliknya ia mampu berprestasi di luar Provinsi
tempat nya tinggal.
Hari merupakan salah satu Founder sekaligus President Indonesian Youth Educate &
Social I-YES. Salah satu organisasi NGO (Non-Government Organization). Organisasi
yang fokus terhadap bidang Pendidikan, Sosial, Lingkungan dan Pemberdayaan
Pemuda. Hari tidak sendiri dalam mendirikan organiasasi ini, dia bersama temantemannya yang juga beberapa dari Sumatera Barat.
dia masih menuntut ilmu di Taiwan, selama dua tahun. Laki-laki kelahiran
Samarinda, 10 Juni 1992, itu awalnya tak menyangka bisa terdampar di Taiwan.
Setelah lulus dari program sarjana teknik sipil di Universitas Kristen Petra Surabaya,
selama 3,5 tahun, Adam mencoba berburu beasiswa S-2 alias pascasarjana di mana
saja.
Nasib berpihak baik, ternyata aplikasi pendaftarannya diterima di NTUST. Itu adalah
kampus pelat merah, milik pemerintah Taiwan. Namun, pada tahun pertama, Adam
belum mendapatkan beasiswa yang diinginkan. Tahun pertama itu aku harus
berjuang hidup. Ikut kerja apa saja, yang penting bisa menambah penghasilan, ujar
alumnus SDK 2 Cendrawasih Samarinda itu.
Beruntung, ketika itu di Kedutaan Besar Indonesia di Taiwan, sedang ada pekerjaan
melipat kertas suara untuk Pemilu Presiden RI. Waktu itu, ya ikut bantu lipat kertas
suara. Kerja paruh waktu, tuturnya. Adam juga mengaku sempat bekerja sebagai
salah satu kasir di toko di Taiwan. Yang penting bisa untuk menyambung hidup,
ucapnya.
Lantas, bagaimana suka-duka berkuliah di negeri orang? Paling sedihnya ya jauh
dengan keluarga. Selebihnya enak semua, kata dia. Dari sisi transportasi umum,
menurutnya, sangat lancar. Selain itu, riset adalah hal yang terus dikembangkan di
kampus, sehingga mahasiswa selalu dituntut untuk melakukan riset dan riset.
Kampus benar-benar membuat mahasiswanya menjadi sangat aktif, kata dia.
Dia mengakui, itu pun masih harus berusaha keras jika tidak mendapatkan
beasiswa. Sebab, untuk biaya hidup di luar kampus, per bulan memerlukan dana
sedikitnya Rp 8 juta per bulan. Kalau hidup di dalam kampus, bisa lebih murah.
Paling Rp 2 juta per bulan, ujarnya. Kok bisa? Ini karena biaya menginap dan biaya
makan di kawasan kampus jauh lebih murah, karena disubsidi pemerintah.
Meski sudah mendapatkan beasiswa dan biaya hidup dari pembimbingnya,
nyatanya Adam sesekali masih harus bekerja sambilan, untuk sekadar menambah
uang saku. Beruntung, karena ketekunan dan keranjingan melakukan penelitian di
laboratorium, hasil kerjanya mendapat apresiasi tersendiri dari salah satu guru
besar di kampus ini.
Pada tahun kedua itulah, Adam akhirnya mendapat beasiswa dari pemerintah
setempat. Tak hanya itu, untuk biaya hidup, dia juga mendapatkan jatah uang
tersendiri dari profesor yang membimbingnya. Untuk biaya pendidikan, memang
sebisa mungkin harus bisa mendapatkan beasiswa. Jika tidak, biaya pendidikan di
kampus ini rata-rata Rp 20 juta per semester. Adam pun mengaku sempat dua
semester membayar biaya kuliah sendiri.
Di zaman sekarang, banyak remaja dan generasi muda hanya menghabiskan waktu
untuk hal yang kurang produktif. Tidak banyak yang berhasil mengembangkan diri
untuk meraih prestasi.
Untuk memotivasi para pemuda agar lebih meningkatkan prestasi, Pemerintah
Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) memberikan apresiasi berupa penghargaan
kepada generasi muda yang berhasil mengharumkan nama daerah ini.
Zumi Zola bersama pasangannya, Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar disambut dengan tarian
sekapur sirih dan atraksi pencak silat bak penyambutan seorang negarawan sejati. Zumi ZolaFachrori Umar yang dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi oleh Presiden Joko
Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (12/2) kembali ke Jambi, Minggu (14/2) setelah
mengadakan kunjungan kerja ke Provinsi Lampung, Sabtu (13/2).
Penyambutan Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada)
serentak 9 Desember 2016 tersebut dihadiri Ketua Lembaga Adat Jambi, Hasip Kalimuddin
Syam, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi Jambi, Ridham Priskap dan Kapolda
Jambi Brigjen Pol, Musyafak.
Ketua Lembaga Adat Jambi yang juga mantan Wakil Gubernur Jambi, Hasip Kalimuddin Syam
pada kesempatan tersebut mengatakan, penyambutan terhadap ZumiFachrori dilakukan secara
istimewa dan meriah sebagai wujud besarnya dukungan waga masyarakat Jambi.
Zumi-Fahrori terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi pada Pilkada 9 Desember
2015 secara demokratis dan tanpa ada riak-riak politik seperti terjadi di sejumlah daerah di Tanah
Air. Kemenangan Zumi-Fahrori pun langsung mendapat pengakuan dari pesaing saat Pilkada
yang juga calon Gubernur Jambi incumbent (patahana), Hasan Basri Agus.
Jadi Zumi Zola benar-benar menjadi gubernur pilihan rakyat dan wajar disambut secara
istimewa. Penyambutan secara istimewa dan meriah juga kami lakukan agar Zumi Zola benarbenar memegang amanah rakyat Jambi selama menjalankan roda pemerintahan sebagai
Gubernur Jambi lima tahun ke depan, katanya.
Setelah tiba di Jambi, Zumi dan Fachrori langsung mengadakan pertemuan dengan mantan
Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus (HBA) yang merupakan pesaing utamanya dalam Pilkada
2015. Pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai silaturahmi dan mohon dukungan kepada
seorang senior.
Saya sengaja datang berkunjung ke rumah HBA untuk minta petunjuk dan arahan. Saya perlu
petunjuk dan arahan karena HBA merupakan mantan Gubernur Jambi yang cukup berhasil
memimpin Jambi lima tahun terakhir. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari pembangunan
infrastruktur dan ekonomi rakyat,katanya.
Menurut Zumi Zola, program pembangunan di berbagai sektor yang telah dilaksanakan HBA
selama menjabat Gubernur Jambi belum selesai seluruhnya. Karena itu program HBA yang
belum tuntas akan dilanjutkan sepanjang program tersebut cukup baik untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat Jambi.