Anda di halaman 1dari 24

BAB 1 PENDAHULUAN

Istilah otitis media berarti bahwa ada adalah peradangan pada telinga tengah. Otitis media dapat dikaitkan dengan infeksi atau steril., Otitis media biasanya disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi ke telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang otitis media yang dapat disebabkan oleh jamur (Candida, Aspergillus) atau patogen lainnya, seperti virus herpes. Dalam situasi ini, biasanya terdapat masalah dengan fungsi kekebalan tubuh atau ada lubang (perforasi) pada gendang telinga. Orang dengan diabetes melitus sangat rentan terhadap patogen yang tidak biasa seperti Pseudomonas. Di bagian dunia yang belum berkembang, Tuberkulosis harus dipertimbangkan.1 Otitis media steril biasanya disebut otitis media serosa, atau "SOM". Berbagai media otitis serosa biasanya tidak menyakitkan. Biasanya ada cairan berwarna yang jelas atau kekuningan di belakang gendang telinga. Berbagai serosa sering dikaitkan dengan alergi tetapi juga dapat terjadi dari berbagai sumber-sumber potensial lainnya termasuk pengobatan radiasi atau virus. Otitis media serosa dapat dikaitkan dengan kedua gangguan pendengaran dan vertigo.1 Otitis media serosa adalah peradangan non bakterial mukosa kavum timpani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serosa atau mukus). Cairan efusi ini terjadi karena adanya tekanan negatif dalam telinga tengah yang disebabkan obstruksi tuba Eustachius. Otitis media serosa lebih banyak terdapat pada anak-anak yang telah sembuh dari otitis media akut. Biasanya disebut glue ear. Cairan efusi ini pada orang dewasa sering terjadi setelah mengalami radioterapi, barotrauma (misalnya penyelam), dan disfungsi tuba Eustachius akibat infeksi atau alergi saluran pernapasan atas.1

BAB 2 ANATOMI TELINGA TENGAH BAB 3 FISIOLOGI TELINGA TENGAH


Telinga adalah alat indera yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya. Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.2,3

Gambar 1. Anatomi Telinga tengah1 2.1 Telinga Tengah Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporal yang dilapisi oleh membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilimfa telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius dan di belakang dengan antrum mastoid.4,5

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral, dan dinding medial, yaitu: Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa kranii media ; Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari bulbus superior V. Jugularis interna. ;Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan kavum timpani dari A. Carotis interna ; Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba Eustachius, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk M. Tensor timpani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat; Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendon M. Stapedius.; Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.2 , 3 , 4 , 5 2.1.1 Membran Timpani Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "reflek cahaya", yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.4,5,9 Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulkus timpanikus, di bagian atasnya berbentuk insisura. Dari sisi-sisi insisura ini berjalan dua plika, yaitu plika mallear anterior dan posterior, yang menuju ke prosessus lateral mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaksida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membran timpani oleh membran

mukosa. Membran timpani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh N.Auriculotemporal dan Ramus Aurikular N. Vagus.4,5 Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama koklea yang ada dibawahnya. Di atas dan belakang promontorium terdapat fenestra vestibule yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilimfa skala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra kokleae, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilimfa ujung buntu skala timpani.4,5 Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan ini menyokong M. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan membentuk takik, disebut processus kokleariformis.Di sekeliling takik ini tendo M. Tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu manubrium mallei.2,3,4,5 Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia kanalis nervi facialis. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke bawah di belakang pyramis.5

Gambar 3. Membran Timpani11 2.1.2.1 Tulang Pendengaran Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.5 Maleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum, processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani pada pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dinding anterior cavum timpani oleh sebuah ligamen. Processus lateralis menonjol kelateral dan melekat pada plika mallearis anterior dan posterior membran timpani.3,5,9 Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi

dengan caput stapedis. Bayangannya pada membran timpani kadang-kadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh sebuah ligamen.6,7 Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit dan merupakan tempat insersio M. Stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum annulare.2,3,4

Gambar 4. Tulang-Tulang Pendengaran15 2.1.2.2 Otot Telinga Tengah Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran.. M. Tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba Eustachius, tendonnya berjalan mulamula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo M. Stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.2 , 4 , 5 2.1.2.3 Tuba Eustachius

Tuba Eustachius terbentang dari dinding anterior kavum timpani kebawah, depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian lateral tuba Eustachius adalah tulang dan dua pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.4,5

2.1.2.4 Antrum Mastoid Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus ad antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.4 Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semisirkularis posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen timpani, yang berhubungan dengan meningen pada fossa kranii media dan lobus temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae mastoideae.4 2.1.3 Telinga Dalam Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis,

medial terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari sejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranceus, tersusun dari sejumlah saccus dan duktus membranosa di dalam telinga dalam osseus.4,5

Gambar 5. Telinga Dalam16 2.1.3.1 Telinga Dalam Osseus Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan bening, yaitu perilimfa, yang di dalamnya terdapat labyrinthus membranceus.4,5 Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus, terletak posterior terhadap koklea dan anterior terhadap kanalis semisirkularis. Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra kokleae yang ditutupi oleh membran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus telinga dalam membranceus.4,5,8 Ketiga kanalis semisirkularis, yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap kanalis mempunyai sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Kanalis bermuara ke dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan bersama oleh dua kanalis. Di dalam kanalis terdapat duktus semisirkularis.2 , 3 , 5 Kanalis semisirkularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus terhadap sumbu panjang os petrosa. Kanalis semisirkularis posterior juga vertikal, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Kanalis

semisirkularis lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus adantrum, di atas kanalis nervi facialis.2,5 Koklea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus kokleae, dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih kecil sehingga bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari koklea inilah yang tampak sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.3 , 4 , 5 Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus akustikus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang N. Koklearis. Pinggir spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol kedalam kanalis dan membagi kanalis ini. Membran basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah kanalis koklearis menjadi skala vestibuli di sebelah atas dan skala timpani di sebelah bawah. Perilimfa di dalam skala vestibuli dipisahkan dari cavum timpani oleh basis stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli. Perilimfa di dalam skala timpani dipisahkan dari cavum timpani oleh membran timpani secundaria pada fenestra kokleae.5 , 1 1 2.1.3.2 Telinga Dalam Membranceus Telinga dalam membranceus terletak di dalam telinga dalam osseus,dan berisi endolimfa dan dikelilingi oleh perilimfa. Telinga dalam membranceus terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus; tiga duktus semisirkularis, yang terletak di dalam kanalis semisirkularis osseus; dan duktus koklearis yang terletak di dalam koklea. Struktur-struktur ini saling berhubungan dengan bebas.2,4,13 Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan duktus endolimfatikus oleh duktus utriculosaccularis.13 Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah dijelaskan di atas. Duktus endolimfatikus, setelah bergabung dengan duktus utriculo

saccularis akan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus endolimfatikus. Saccus ini terletak di bawah duramater pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis.13 Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khusus yang peka terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan lain.13 Duktus semisirkularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari kanalis semisirkularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun tegak lurus satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai atau berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala bertambah atau berkurang, kecepatan gerak endolimfa di dalam duktus semisirkularis akan berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding duktus semisirkularis. Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam ampulla duktus semisirkularis.13 Duktus koklearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus melalui duktus reuniens. Epitel sangat khusus yang terletak di atas membran basilaris membentuk organ Corti (organ spiralis) dan mengandung receptor-receptor sensorik untuk pendengaran.2,13 2.2 Otitis Media Serosa 2.2.1 Definisi Otitis media serosa adalah peradangan non bacterial mukosa kavum timpani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serosa atau mukus).14 Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).10 Sinonimnya otitis media efusa, otitis media sekretorik, otitis media musin, glue ear.

10

2.2.2 Etiologi Gangguan fungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama. Gangguan tersebut dapat terjadi pada:14 2.2.3 Peradangan kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi Pembesaran adenoid dan tonsil Tumor nasofaring Patofisiologi Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dan sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama dalam keadan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi ditelinga tengah).

11

Gambar 6. Patofisiologi otitis media17 Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena terjadi perbedaan tekanan.

Gambar 7. Patofisiologi otitis media17 2.2.4 Klasifikasi10 2.2.4.1 Otitis media serosa akut

12

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebakan antara lain oleh: - Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma. - Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan nafas atas. - Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi pada jalan nafas atas - Idiopatik

Gambar 8. Otitis media serosa akut18

2.2.4.2 Otitis media serosa kronik Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

13

Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. Sekret pada otitis ,media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.

Gambar 9. Otitis media serosa kronik18 2.2.5 Diagnosis a. b. c. d. Pendengaran berkurang Rasa tersumbat pada telinga Suara sendiri terdengar lebih nyaring / berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis) Rasa sedikit nyeri (saat awal tuba Eustachius terganggu) 2. Pemeriksaan fisik : a. Pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga pada penilaian otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat pada liang telinga, diberikan tekanan positif dan negatif. Jika terdapat udara dalam kavum timpani, maka udara itu akan tertekan sehingga membran timpani akan terdorong ke

1. Anamnesa3,4 :

14

dalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar pada tekanan negatif. Gerakan menjadi lamban atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau mukoid. Pada otitis media serosa, membran timpani tampak berwarna kekuningan, sementara pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus tampak pendek, retraksi dan berwarna putih kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung otitis media serosa dapat tampak lewat membran timpani yang semitransparan. Membran timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada produk-produk darah dalam telinga2 - otitis media serosa akut : pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Kadang- kadang tampak gelembung udara (air bubbles) atau permukaan cairan dalam kavum timpani (air fluid level) - otitis media serosa kronik : pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan. b. Reflek cahaya berubah atau menghilang. c. Garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi10 3. Pemeriksaan penunjang (bila tersedia sarana) a. Audiogram : tuli konduktif b. Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika cairan didalam telinga tengah, gerakan gendang telinga akan terbatas 2.2.6 Penatalaksanaan Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat

medis dan kemudian jika perlu, secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi tuba Eustachius dan hiposensitisasi alergi. Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu dibatasi. Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan kongesti hidung atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan selama 3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90 % pasien.

15

Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini terdiri dari suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu tuba penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi yang memungkinkan udara masuk ke dalam telinga atengah, dengan demikian menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalir dan diabsorpsi.2

Gambar 10. Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa19 Antibiotik yang digunakan19 :

16

Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi, Eritromycin Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg 7-10

333 mg p.o 7-10 hari hari atau Sefalosporin generasi 3.

Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan pendekatan yang lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membran timpani, retraksi yang dalam, gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering kali berulang, beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan membran timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan negative yang menetap.2

17

Gambar 11. Miringotomi Dan Pemasangan Tuba20 Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga. Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada kasus-kasus demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih terpasang. 2 Gagalnya penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram mastoid dan penilaian lebih lanjut. Dengan sering infeksi hidung dan tenggorokan, kelenjar adenoid dapat menjadi membesar, menghalangi pernapasan hidung. Karena adenoid yang di sebelah area tuba Eustachius, pembesaran atau infeksi dapat menyebabkan masalah telinga berulang. Salah satu cara untuk memperkirakan ukuran kelenjar adenoid adalah dengan sinar-X. Ini sangat berguna dalam menilai apakah kelenjar adenoid yang menghalangi daerah Eustachius. Sebuah perkiraan kasar dari ukuran adenoid juga dapat diperoleh dengan mencatat ukuran amandel. Jika amandel sangat besar, adenoid biasanya membesar.2

18

Gambar 12. Adenoidektomi20 Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan. Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar anak tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi pada anak dengan jaringan adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih dalam penilaian. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.2 Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling sering, masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan atas: sinusitis, alergi berat, atau terbang dengan pilek. Sebuah kombinasi dekongestan dan antibiotik biasanya akan membersihkan infeksi dan memungkinkan cairan mengalir. Pada beberapa orang dewasa, terutama mereka dengan kondisi hidung atau sinus yang mendasari, cairan mungkin tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien. Obat yang mengandung kortison, seperti Prednison atau Medrol, dapat diberikan selama enam atau tujuh hari. Mereka sering efektif dalam membersihkan cairan ketika pengobatan lain gagal.16 2.2.7 Diagnosis banding14 Diagnosis banding pada otitis media serosa adalah : Otitis media supuratif akut tipe kataral

19

2.2.8

Massa pada nasofaring Gangguan kongenital pada tuba Eustachius Komplikasi 21 Komplikasi yang dapat terjadi pada otitis media serosa adalah otitis media

supuratif kronik (OMSK), labirinitis, mastoiditis, meningitis. 2.2.9 Prognosis Otitis media dengan efusi (OME) adalah penyebab utama gangguan pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa pada anak-anak muda tertunda dari umur 10 tahun, dan kehilangan pendengaran konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel (dB), tetapi otitis media dengan efusi telah dikaitkan dengan hilangnya pendengaran sensorineural. Kedua prostaglandin dan leukotrien telah ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otitis media dengan efusi. Paparan kronis metabolit asam arakidonat dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara dan kadang-kadang menyebabkan tuli sensorineural permanen.21 Secara umum prognosis otitis media dengan efusi baik,dan biasanya hilang dengan sendirinya selama beberapa minggu atau bulan tanpa intervensi. Pengobatan dapat mempercepat proses ini. Intervensi bedah dapat meningkatkan penyembuhan pada otitis media dengan efusi tetapi efek untuk perkembangan bicara dan bahasa masihkontroversial.21 2.2.10 Pencegahan Modifikasi berikut dapat membantu mengurangi frekuensi otitis media dengan efusi (OME)21:

Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba Identifikasi dan menghindari alergen yang dapat menyebabkan OME. Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan

Eustachius.

antibiotik dapat mengakibatkan resistensi bakteri meningkat.

20

Kurangnya ASI dapat membuat anak rentan terhadap infeksi telinga. Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling

umum dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan OME). Vaksin flu juga dapat membantu.

21

BAB III KESIMPULAN


Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Penyebab utama pada otitis media serosa adalah gangguan fungsi tuba Eustachius. Keadaan ini dapat disebabkan oleh : peradangan kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi, pembesaran adenoid dan tonsil, tumor nasofaring. Otitis media serosa dapat dibagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis media kronik. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti otoskop pneumatik, reflex cahaya, dan garpu tala. Untuk pemeriksan penunjang dapat dilakukan timpanometri dan audiogram. Penanganan pada otitis media serosa dapat bersifat medis dan bedah, Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi tuba Eustachius dan hiposensitasi. Jika masih terdapat cairan setelah 3 bulan pengobatan maka merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini dapat berupa insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan pemasangan tuba penyeimbang tekanan. Prognosis pada otitis media umumnya baik, biasanya dapat menghilang dalam beberapa minggu atau bulan, dan bertambah baik jika diberikan pengobatan yang adekuat. Penanganan yang buruk dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada anak-anak.

22

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


1. Dikutip dari : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/unilat/otitis.html. 2. Boies, Adams.1997.Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.Jakarta :EGC. 3. Ballantyne J and Govers J.1987. Scott Browns Disease of the Ear, Nose,and Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd.vol. 52. 4. Snell Richard.2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.Jakarta:EGC. 5. Dikutip dari : http://library.thinkquest.org/05aug/00386/hearing. 6. Dikutip dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Pinna_(anatomy). 7. Anil, K.2007.Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology: Head and Neck Surgery.Publisher: McGraw-Hill Medical. 8. Wonodirekso, S dan Tambajong J.1990. Organ - Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar Histologi edisi V.Jakarta:EGC.
9. Dikutip dari : http://palaeos.com/vertebrates/bones/ear/incus.html.

10. Soepard Efiaty, Arsyad. Prof. Dr. Sp.THT(K), dkk.2010.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher; Edisi keenam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI. 11. Dikutip dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Eardrum. 12. Sherwood, Laurale.2006.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.Penerbit: Jakarta:EGC. 13. Hall, John E. Guyton and Hall.2010. Textbook of Medical Physiology..Publisher: Saunders . 14. Harmadji Sri, Soepriyadi, Wisnubroto.2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Edisi III.. Surabaya : FK UNAIR.. 15. Dikutip dari : http://www.elu.sgul.ac.uk/rehash/guest/scorm/331/package/content/bones.htm. 16. Dikutip dari : http://www.britannica.com/EBchecked/media/532/The-twolabyrinths-of-the-inner-ear. 17. Dikutip dari : http://www.jfponline.com/Pages.asp?AID=1430. 18. Dikutip dari : http://www.kids-ent.com/website/pediatric_ent/ear_infections/. 19. Dikutip dari : http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/Pathway/SeriOtit.htm.

23

20. Dikutip dari : http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/serous-otitismedia.php. 21. Dikutip dari : http://emedicine.medscape.com/article/860323-overview.

24

Anda mungkin juga menyukai