(7) Katalis tidak mengubah atau menggeser kesetimbangan reaksi, termasuk semua sifat
termodinamikanya, seperti kecenderungan keberlangsungan reaksi (berdasarkan perubahan
energi bebas Gibbs reaksi, G), besarnya panas reaksi (H), harga tetapan kesetimbangan reaksi
(K), dan konversi maksimum reaksi (Xe) yang dapat dicapai pada kondisi tertentu. Dengan atau
tanpa katalis, sifat-sifat termodinamika reaksi tidak mengalami perubahan. Katalis hanya
berpengaruh terhadap sifat kinetika reaksi.
(8) Katalis tidak memulai berlangsungnya suatu reaksi, tetapi mempengaruhi kecepatan
reaksinya. Katalis hanya mempromosikan reaksi-reaksi yang perubahan energi bebas Gibbs
(G)-nya berharga negatif. Dengan kata lain, katalis tidak mampu mempercepat suatu reaksi,
pada kondisi tertentu, yang secara termodinamika tidak dapat berlangsung.
(9) Katalis hanya mempercepat reaksi untuk mencapai kesetimbangan (Bandingkan 2 grafik
profil konversi reaksi versus waktu reaksi yang diilustrasikan pada gambar di bawah ini. Reaksi
yang menggunakan katalis jauh lebih cepat mencapai kesetimbangan dibandingkan dengan
reaksi tanpa katalis).
Karena tetapan kesetimbangan reaksi (K) yang merupakan perbandingan antara tetapan
kecepatan reaksi ke kanan terhadap tetapan kecepatan reaksi ke kiri tidak mengalami perubahan,
maka katalis bersifat mempercepat reaksi dalam kedua arah. Artinya, katalis yang mempercepat
reaksi ke kanan juga akan mempercepat reaksi ke kiri (reaksi balik). Contoh: logam baik
digunakan sebagai katalis reaksi hidrogenasi dan sekaligus dehidrogenasi.
(10) Katalis mempunyai suhu operasi optimum
(11) Katalis dapat teracuni oleh suatu zat dalam jumlah yang sangat sedikit yang disebut racun
katalis. Contoh:
(12) Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh suatu zat yang disebut pemercepat katalis
(promotor). Contoh: Efisiensi katalis CuO-ZnO yang digunakan untuk mengkatalisis reaksi shift
conversion (CO (g) + H2O (g) CO2 (g) + H2 (g)) pada proses pembuatan pupuk urea
ditingkatkan melalui penambahan promotor Al2O3.
(13) Pada reaksi-reaksi tertentu, terdapat salah satu produk reaksi yang dapat berfungsi sebagai
katalis untuk reaksi yang bersangkutan. Zat atau produk reaksi ini disebut autokatalis, sedangkan
reaksinya biasa disebut reaksi autokatalitik. Contoh:
(14) Katalis yang dapat menghambat atau memperlambat kecepatan reaksi disebut katalis negatif
(atau inhibitor). Contoh:
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, katalis mempunyai tiga fungsi katalitik, yakni:
1. Aktivitas
(berkaitan dengan kemampuannya mempercepat reaksi),
2. Selektivitas atau spesifisitas
(berkaitan dengan kemampuannya mengarahkan suatu reaksi), dan
3. Stabilitas atau lifetime
(berkaitan dengan kemampuannya menahan hal-hal yang dapat mengarahkan terjadinya
deaktivasi katalis). Untuk setiap reaksi yang dikatalisisnya, katalis harus mempunyai aktivitas
kimia, selektivitas, dan stabilitas yang cukup tinggi.
Peningkatan aktivitas tersebut memberikan beberapa keuntungan sbb:
Kecepatan reaksi yang lebih tinggi untuk kondisi operasi yang sama.
Kecepatan reaksi yang sama, tetapi dengan throughput yang lebih tinggi atau ukuran reaktor
yang lebih kecil.
Kecepatan reaksi yang sama pada kondisi yang lebih lunak (berupa suhu atau tekanan operasi
yang lebih rendah), dengan yield meningkat, operasi menjadi lebih mudah, deaktivasi berkurang,
dan selektivitas yang lebih baik.
SEBERAPA BESAR KATALIS DAPAT MEMPERCEPAT REAKSI?
Bisa sampai jutaan kali lipat, bahkan lebih!!!
Ilustrasi:
Reaksi hidrogenasi etilena menjadi etana: C2H4 (g) + H2 (g) C2H6 (g) yang dikatalisis oleh
katalis oksida Cu-Mg (CuO-MgO)
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa kecepatan reaksi tersebut di atas yang dinyatakan dalam
persamaan kinetika reaksi berorde-satu terhadap tekanan parsial gas H2 untuk:
Keterangan gambar:
KOMPONEN-KOMPONEN KATALIS
Katalis dibentuk dari komponen-komponen yang dapat menunjang sifat katalis yang
diharapkan, seperti aktif, selektif, panjang usia (stabil terhadap gangguan fisika, kimia, termal,
dan mekanik), dan murah.
Khusus untuk katalis heterogen, pada kondisi tertentu dibutuhkan sifat-sifat lain seperti:
konduktivitas termal yang tinggi serta kemampuan menghasilkan distribusi aliran yang merata
dan pressure drop yang rendah di sepanjang unggun (bed).
Untuk memenuhi sifat-sifat tersebut di atas, pada umumnya katalis padat dibentuk dari tiga
komponen utama sebagai berikut :
1. Komponen (atau fasa) aktif
Fungsi: aktivitas kimia, mengemban fungsi utama katalis untuk mempercepat dan mengarahkan
reaksi. Pengelompokan fasa aktif katalis disajikan dalam tabel berikut:
Peracunan disebabkan oleh adsorpsi kimia (chemisorption) zat-zat dalam aliran proses. Zatzat
ini kemudian menutup atau memodifikasi active sites pada katalis. Racun dapat menyebabkan
perubahan morfologi permukaan katalis, baik melalui rekonstruksi permukaan maupun relaksasi
permukaan, atau memodifikasi ikatan antara katalis logam dengan supportnya.
Zat yang bisa menjadi racun pada umumnya adalah pengotor (impurity) dalam aliran umpan,
namun produk dari reaksi yang diinginkan pun bisa berperan sebagai racun.
Ada 3 jenis utama racun, yaitu:
1) Molekul-molekul dengan heteroatom yang reaktif (misal: sulfur)
2) Molekul-molekul dengan ikatan kompleks antar atom (misal: hidrokarbon tak jenuh)
3) Senyawa-senyawa logam atau ion-ion logam (misal: Hg, Pd, Bi, Sn, Cu, Fe)
Toksisitas sebuah racun P ditentukan oleh besarnya perubahan entalpi adsorpsi racun P dan
perubahan energi bebas proses adsorpsi, yang menentukan besarnya konstanta kesetimbangan
adsorpsi kimia oleh racun P (KP). Fraksi permukaan katalis yang tertutupi oleh racun P yang
teradsorp secara reversibel (P) dapat dihitung menggunakan isoterm adsorpsi Langmuir:
Ikatan antara racun dengan katalis (atau support katalis) dapat berlangsung lemah atau kuat.
Jika ikatannya kuat, peracunan akan mengakibatkan terjadinya deaktivasi yang ireversibel.
Namun jika ikatannya sangat lemah, deaktivasi katalis yang teramati dapat dibalikkan dengan
cara mengeliminasi (menghilangkan) pengotor (racun) dari aliran umpan.
Racun katalis dapat dihilangkan dengan cara:
Pemisahan secara fisik, atau
Treatment kimia, untuk mengkonversi zat racun menjadi senyawa-senyawa yang nontoksik,
yaitu dengan oksidasi (untuk jenis racun 1)) dan hidrogenasi (untuk jenis racun 2)). Jika produk
reaksi dapat berperan sebagai racun, maka reaktor harus dioperasikan pada tingkat konversi yang
rendah, dan/atau memisahkan produk tersebut secara selektif pada tahap intermediet (untuk jenis
reaktor multitahap).
SINTERING
Deaktivasi katalis akibat sintering disebabkan oleh pertumbuhan atau aglomerasi kristal yang
akan mengubah struktur kimia katalis atau support-nya. Structural rearrangement yang teramati
selama sintering mengakibatkan penurunan luas permukaan katalis, dan karenanya,
mengakibatkan penurunan banyaknya active sites katalis secara ireversibel.
Pada umumnya sintering berlangsung jika suhu lokal katalis melampaui sepertiga hingga
setengah dari suhu leleh (melting-point, Tm)-nya. Batas atas suhu (yaitu Tm) diterapkan pada
kondisi kering, sedangkan batas bawah suhu (yaitu 1/3 Tm) diterapkan jika ada
steam/kukus/uap dalam aliran proses. Hal ini dikarenakan steam memudahkan terjadinya
reorganisasi beberapa logam, alumina, dan silika.
Berikut adalah daftar beberapa katalis logam dengan suhu sintering-nya.
Untuk mencegah terjadinya sintering (dan/atau proses aglomerasi kristal), katalis biasanya
dimodifikasi melalui penambahan komponen stabilizer yang mempunyai titik leleh tinggi.
Beberapa contoh:
Chromia, alumina, dan magnesia (yang mempunyai titik leleh tinggi) sering kali ditambahkan
sebagai stabilizer pada katalis logam.
Sintering platinum dapat dicegah dengan menambahkan sejumlah kecil senyawasenyawa
terklorinasi ke dalam aliran gas. Dalam hal ini, klorin berperan meningkatkan energi aktivasi
proses sintering, sehingga kecepatan sintering menjadi turun.
REGENERASI KATALIS
Aktivitas katalis yang telah terdeaktivasi dapat dipulihkan kembali, secara parsial maupun
sempurna, melalui treatment kimia. Proses regenerasi yang berlangsung lambat dapat disebabkan
oleh meningkatnya batasan termodinamika atau tahanan difusi akibat menutupnya pori-pori
katalis. Peningkatan tahanan difusi ini akan menurunkan effectiveness Factor katalis.
Meskipun kecepatan desorpsi pada umumnya meningkat pada suhu tinggi, namun
pengontakan katalis dengan aliran gas bersuhu tinggi untuk jangka waktu lama dapat memicu
terjadinya sintering dan hilangnya aktivitas katalis secara ireversibel. Deaktivasi katalis karena
peracunan dan pengerakan akan berlangsung ireversibel, jika zat-zat penyebab deaktivasi
tersebut tidak dapat digasifikasi pada suhu di bawah suhu sintering-nya.
Contoh-contoh kasus regenerasi katalis:
(1) Untuk katalis yang teracuni oleh sulfur, ikatan logam-sulfur biasanya diputuskan dengan
menambahkan steam. Contohnya, pada katalis logam nikel:
Ni-S + H2O NiO + H2S (i)
H2S + 2 H2O SO2 + 3 H2 (ii)
Kesetimbangan reaksi (ii) yang menggeser H2S dicapai pada suhu yang sangat tinggi (>700oC).
Artinya, sintering katalis menjadi persoalan (karena suhu sintering Ni 500oC). Selain itu, SO2
biasanya merupakan racun untuk beberapa katalis. Jika sintering atau peracunan oleh SO2
menghalangi treatment regenerasi dengan steam, maka sulfur yang terdeposit pada katalis Ni
biasanya dipisahkan dengan cara melewatkan aliran gas yang bebassulfur pada katalis, pada
suhu-sedang, selama periode waktu tertentu.
(2) Regenerasi katalis yang terdeaktivasi oleh coke biasanya dilakukan dengan proses gasifikasi
menggunakan oksigen, steam, hidrogen, atau karbon dioksida:
C + O2 CO2 (iii)
C + H2O CO + H2 (iv)
C + 2 H2 CH4 (v)
C + CO2 2 CO (vi)
Reaksi (iii) berlangsung sangat eksotermik sehingga dapat menghasilkan suhu lokal yang tinggi
di dalam katalis. Oleh karena itu, suhu harus benar-benar dikontrol untuk mencegah terjadinya
sintering.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KATALIS
Katalis yang digunakan di dalam sebuah proses (reaksi kimia) di industri selalu mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Penemuan katalis baru (melalui proses research and
development) yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik (atau unggul) biasanya akan
menggantikan
katalis
yang
digunakan
sebelumnya.
Secara
umum,
langkah-langkah
REFERENSI :
Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B. Mulyani. 2009. Kimia 2 :
Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta, p. 274.
https://www.scribd.com/doc/258184557/DASAR-Katalis-Dan-Katalisis