Referat Fix
Referat Fix
PENDAHULUAN
Ensefalitis merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada parenkim otak baik
yang disebabkan oleh penyakit infeksi ataupun non infeksi.1 Inflamasi tersebut akan
menyebabkan
timbulnya
disfungsi
neurologis
yang
dapat
mengakibatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Ensefalitis merupakan terdapatnya proses inflamasi pada parenkim otak
dengan adanya disfungsi otak.1,3 Proses inflamasi ini dapat disebabkan oleh penyakit
non infeksi seperti pada penyakit ensefalomyelitis diseminata akut atau penyakit
infeksi yang biasanya disebabkan oleh virus.3 Ensefalitis virus adalah inflamasi pada
parenkim otak yang penyebabnya berasal dari virus.1,2,3 Ensefalitis virus terjadi dalam
dua bentuk, yaitu bentuk primer dan bentuk sekunder. Ensefalitis primer melibatkan
infeksi virus langsung dari otak dan sumsum tulang belakang sedangkan pada
ensefalitis sekunder, infeksi virus pertama terjadi di tempat lain di tubuh dan
kemudian ke otak.2
Istilah ensefalitis harus dibedakan dengan ensefalopati yang didefinisikan
sebagai suatu proses disrupsi dari fungsi otak yang terjadi bukan karena proses
inflamasi primer ataupun sekunder.2,3 Ensefalopati timbul melalui proses metabolic
dan dapat disebabkan oleh intoksikasi, obat-obatan, disfungsi organ sistemik atau
infeksi sistemik yang menyebar ke otak.2,4
2.2. Epidemiologi
Insiden ensefalitis di seluruh dunia sulit untuk ditentukan. 5 Angka kejadiannya
bervariasi sesuai dengan lokasi, populasi yang diteliti, dan perbedaan dari metode
penelitian yang dilaksanakan.6 Insidensnya bervariasi pada berbagai studi namun
berkisar antara 3,5 7,4 per 100.000 pasien per tahun dan lebih tinggi pada anakanak.5 Insidens yang dilaporkan di negara barat berkisar antara dari 0,7 13,8 per
100.000 orang untuk semua usia. Pada dewasa, angka kejadiannya yaitu 0,7 12,6
per 100.000 orang dewasa sedangkan pada anak-anak, angka kejadiannya yaitu 10,5
13,8 per 100.000 anak-anak.6
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan penyebab ensefalitis virus yang
paling banyak terdiagnosis di negara maju dengan insidens 1/250.000 1/500.000.
HSV-1 merupakan penyebab terbanyak, sedangkan HSV-2 menyebabkan 10% dari
ensefalitis yang disebabkan oleh HSV. Pada pasien immunocompromised dan
neonatus, varicella zoster virus (VZV) menjadi penyebab terbanyak. 6 Di Amerika
Serikat, insidens herpes simpleks ensefalitis (HSE) yaitu sebesar 1/300.000 sama
dengan angka kejadian HSE di Inggris dan Swedia. HSE terjadi sepanjang tahun,
pada semua usia dan jenis kelamin.5
Insidens mengenai penyebab dari ensefalitis virus bervariasi. Studi lainnya
yang dilakukan di Finlandia pada 3231 pasien yang dilakukan dengan melakukan
amplifikasi gen pada sampel cairan cerebrospinal pasien ensefalitis, meningitis, dan
myelitis memberikan hasil yang berbeda yaitu VZV sebagai penyebab terbanyak
(29%), HSV dan enterovirus sebesar 11%, dan influenza A sebesar 7%. dan virus
influenza A (4%).5
2.3. Etiologi
Penyebab dari ensefalitis virus adalah sebagai berikut.7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.4. Patogenesis
Infeksi virus
sebagai berikut.
1.
yang langsung dari lingkungan sekitar. Infeksi dengan jalan langsung biasanya karena
trauma atau akibat luka operasi.
2.
transpor antegrade dan retrograde, misalnya transpor retrograde yang cepat rata-rata
200-300 mm/hari, misalnya pada virus herpes simpleks dan varisela zoster
ditransportasinya dari replikasi di kulit dan mukosa oleh serabut sensorik ke akar
saraf dorsalis.
3.
reseptor saraf yang menonjol keluar di tepi epitel sebagai olfactory rads, sehingga
partikel diletakkan pada mukosa olfaktorius dapat diambil oleh vesikel pinositik dan
ditransportasikan ke bulbus olfaktorius.
4.
Infeksi melalui pembuluh darah melewati endothelium kapiler atau epitel pleksus
choroideus.
Bila kuman pathogen masuk ke sistem saraf akan terjadi perlawanan unik.
Otak tidak memiliki sistem intrinsik untuk menghasilkan antibodi, tidak mempunyai
sistem limfatik yang baik, dan hanya mempunyai sedikit sel fagosit. Sawar darah otak
(BBB) yang mencegah masuknya kuman, juga menghambat masuknya leukosit dan
2.
3.
dan plexus choroideus, bersamaan dengan migrasi limfosit menuju daerah glial dan
vaskular, yang harusnya steril. Dalam mekanisme infeksi virus secara selular, terdapat
nekrosis substansia alba dan grisea, khususnya di inferomedial dari lobus temporal.
Di tingkat jaringan, terjadi kongesti meningeal dan infiltrasi mononuklear, nekrosis
perivaskular dengan kerusakan mielin dan gangguan transmisi sel neuron. Beberapa
literatur juga mengatakan dapat terjadi kerusakan ganglia basalis, talamus, dan
nukleus subtalamus, menyebabkan gangguan gerak permanen.1,11
Pada anak-anak dan orang dewasa, ensefalitis virus herpes simpleks
merupakan manifestasi re-aktivasi dari infeksi yang laten. Dalam hal ini, virus herpes
herpes simpleks berdiam di dalam jaringan otak secara endosimbiotik, mungkin di
ganglion Gasseri dan hanya ensefalitis saja yang bangkit. Reaktivitas virus herpes
simpleks dapat disebabkan oleh faktor faktor yang pernah disebut diatas, yaitu
penyinaran ultraviolet, dan gangguan hormonal. Penyinaran ultraviolet dapat terjadi
secara iatrogenic atau sewaktu berpergian ke tempat-tempat yang tinggi letaknya. 1,11
Kerusakan pada jaringan otak berupa nekrosis di substansia alba dan grisea
serta infark iskemik dengan infiltrasi limpositer sekitar pembuluh darah intraserebral.
Di dalam nucleus sel saraf terdapat inclusion body yang khas bagi virus herpes
simpleks. Gambaran penyakit ensefalitis virus herpes simpleks tidak banyak berbeda
dengan ensefalitis primer lainnya lainnya. Tetapi yang menjadi ciri khas bagi
ensefalitis virus herpes simpleks ialah progresivitas perjalanan penyakitnya. Mulai
dengan sakit kepala, demam dan muntah-muntah. Kemudian timbul acute organic
brain syndrome yang cepat memburuk sampai koma. Sebelum koma dapat
ditemukan hemiparesis atau afasia. Dan kejang epileptik dapat timbul sejak
permulaan penyakit. Pada pungsi lumbal ditemukan pleiositosis limpositer dengan
eritrosit.1,9
2.4.1.2. Ensefalitis Arbovirus
Arbo-virus atau lengkapnya arthropod-borne virus merupakan penyebab
penyakit demam dan adakalanya ensefalitis primer. Virus tersebur tersebar di seluruh
dunia. Kutu dan nyamuk menjadi vektor penyebaran virus. Tergolong pada arbo-virus
adalah virus yang menyebabkan dengue, ensefalitis St.Louis, demam kuning, demam
kutu Kolorado, dan demam hemoragik.1,9
Yang menjadi ciri khas ensefalitis primer arbo-virus adalah perjalanan
penyakit yang bifasik. Pada gelombang pertama gambaran penyakitnya menyerupai
influenza yang dapat berlangsung 4-5 hari. Sesudahnya penderita merasa sudah
sembuh. Pada minggu ketiga demam dapat timbul kembali. Dan demam ini
merupakan gejala pendahulu bangkitnya manifestasi neurologic, seperti sakit kepala,
nistagmus, diplopia, konvulsi dan acute organic brain syndrome.1,9
2.4.1.3. Ensefalitis Parainfeksiosa
Ensefalitis yang timbul sebagai komplikasi penyakit virus parotids epidemika,
mononucleosis, varisela dan herpes zoster dinamakan ensefalitis para-infeksiosa.
Tetapi ensefalitis ini sebenarnya tidak murni. Gejala-gejala meningitis, mielitis,
neuritis kranialis, radikulitis dan neuritis perifer dapat bergandengan dengan
gambaran penyakit ensefalitis. Bahkan tidak jarang komplikasi utamanya berupa
radikulitis jenis Guillain Barre atau mielitis transversa sedangkan manifestasi
ensefalitisnya sangat ringan atau tidak berarti. Maka untuk beberapa jenis ensefalitis
parainfeksiosa, diagnosis mieloensefalitis lebih tepat daripada ensefalitis. Salah satu
jenis mielo-ensefalitis viral adalah rabies.1,9
2.4.1.4. Ensefalitis HIV
HIV merupakan suatu virus ribonucleid acid (RNA) yang termasuk retrovirus
(family lentivirus). HIV mempunyai enzim reverse transcriptase yang terdapat di
dalam inti HIV dan akan mengubah informasi genetika dari RNA virus menjadi
deoxy-ribonucleid acid (DNA). HIV mempunyai target sel utama yaitu sel limfosit
T4, yang mempunyai reseptor CD4. Beberapa sel lain yang juga mempunyai reseptor
CD4 adalah: sel monosit, sel makrofag, sel folikular dendritik, sel retina, sel leher
rahim, dan sel langerhans. Infeksi limfosit CD4 oleh HIV dimediasi oleh perlekatan
virus ke permukaan sel reseptor CD4, yang menyebabkan kematian sel. HIV
memasuki SSP pada saat kejadian infeksi primer dan dapat muncul secara tidak jelas,
acute self-limited syndrome atau kelainan kronik. Hal ini disebabkan oleh HIV itu
sendiri, infeksi opportunistik sekunder atau neoplasma, kelainan metabolik, riwayat
medis atau gangguan nutrisi.5,9
Mekanisme HIV itu sendiri memasuki SSP masihlah tidak diketahui.
Mekanisme yang memungkinkan mencakup transport intraseluler melewati bloodbrain barrier dalam makrofag yang terinfeksi, penempatan virus bebas pada
leptomeningens, atau virus bebas setelah replikasi dalam pleksus khoroideus atau
epithelium vaskular. Infeksi HIV primer dapat bersifat asimptomatik, atau pada 5070% penderita muncul dalam bentuk akut, self-limiting mononucleosis-like illness
dengan demam, nyeri kepala, mialgia, malaise, lethargi, sakit tenggorokan,
limfadenopati, dan bintik makulopapular. Infeksi akut ditandai dengan viremia,
dijumpai angka replikasi virus yang tinggi, mudahnya isolasi virus dari limfosit darah
perifer dan level serum antigen virus p24 yang tinggi. Diikuti limfositosis, khususnya
limfosit CD8, dengan inversi perbandingan CD4/CD8. 5,9
Gejala dan tanda neurologi terjadi pada 30- 70% kasus infeksi HIV.5,9 Defisit
neurologi yang timbul pada penderita AIDS secara umum dapat dikelompokkan
menjadi deficit neurologis primer/komplikasi yang langsung terlibat pada sistem
saraf yang terinfeksi HIV yaitu apabila perubahan patologi diakibatkan langsung oleh
HIV itu sendiri dan deficit neurologis sekunder/komplikasi tidak langsung yang
timbul sebagai akibat dari proses immunosupresi konkomitan berupa infeksi
opportunistik dan neoplasma. Kelainan neurologi dapat muncul pada setiap stadium
dari infeksi pertama dan terjadinya serokonversi pada AIDS. Sebagian besar kelainan
neurologi terbatas pada stadium simptomatik dari infeksi HIV (AIDS dementia
complex). Kelainan neurologi dapat muncul dalam waktu 10 minggu dari infeksi HIV.
Pendapat lain menyatakan dalam waktu 6 minggu dari infeksi. Di samping pengaruh
langsung kelainan neurologi pada infeksi HIV, bermacam kelainan opportunistik, baik
fokal maupun non fokal, dapat muncul pada beberapa penderita. Kelainan neurologi
yang timbul dari infeksi opportunistik akibat HIV bergantung pada lokalisasi
neuroanatomi yang terlibat.12
2.5. Manifestasi Klinis
Ensefalitis dapat merupakan bagian dari penyakit sistemik seperti varisela
atau measles dengan sendirinya manifestasi awalnya adalah gejala dari penyakit
awalnya.3,10 Bila ensefalitis tidak merupakan bagian dari penyakit virus yang sistemik,
tanda dan gejala umum yang dapat dijumpai adalah demam, sakit kepala, gangguan
kesadaran, perubahan kepribadian dan abnormalitas neurofisiologis, kejang, dan
defisit neurologis fokal.10 Dapat dijumpai adanya mual, muntah dan kaku kuduk.
Pengaruh langsung pada otak ditandai dengan letargi, kebingungan, atau stupor yang
dapat menjurus ke koma. Bila penderita tidak mengalami gangguan tingkat kesadaran
dapat dijumpai kebingungan, halusinasi dan disorientasi dan dapat pula terjadi
kejang, baik fokal maupun kejang umum, dan gejala-gejala/tanda-tanda gangguan
neurologi lain seperti hemiplegic, nistagmus, ataksia, anisokoria, disfasia, diplopia,
disartria dan hemianopsia. Gejala-gejala tersebut dapat disebabkan oleh karena
kenaikan intrakranial yang meningkat dan atau akibat herniasi serebri dari pada akibat
pengaruh langsung dari virus. Gangguan reflek pupil dan oculovestibular merupakan
gejala yang timbul karena terutama menyerang batang otak. Gangguan pada
pernafasan dan saraf kranial dapat pula terjadi. Terjadinya ataksia, tremor, dan
gangguan koordinasi dapat disebabkan oleh karena disfungsi pada jaras penghubung
serebelum. Bila infeksi terjadi pada mielum, terjadi pula paraplegia, gangguan rasa
raba dan juga gangguan sfingter. Sedangkan gangguan pada sel cornu anterior dapat
menyebabkan kelumpuhan flaksid, hipotonia, dan hilangnya reflek tendon tanpa
adanya gangguan sensorik.8
Gejala trias ensefalitis adalah demam, kejang dan kesadaran menurun. Gejalagejala ensefalitis viral beraneka ragam, bergantung pada masing-masing kasus,
epidemi, jenis virus dan lain-lain. Pada umumnya terdapat 4 jenis bentuk manifestasi
kliniknya yaitu sebagai berikut.8
1.
Bentuk asimtomatik: gejala ringan sekali, kadang ada nyeri kepala ringan atau
demam tanpa diketahui sebabnya. Diplopia, vertigo dan parestesi juga
2.
3.
4.
Gambar 2. Perbedaan tipe cairan serebrospinal pada infeksi system saraf pusat.2
Gambar 3. Brain imaging berupa MRI dari ensefalitis herpes simpleks. A. tampak keterlibatan
bilateral dari lobus temporal medial dan region orbitofrontal kanan (panah). B. gambaran normal
sebagai pembanding.5