Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PENUTUP

Rinitis atau infeksi hidung merupakan salah satu masalah kesehatan dalam bidang THT
yang tidak jarang ditemukan pada kasus sehari-hari. Rinitis merupakan suatu keadaan
terjadinya proses inflamasi pada mukosa hidung yang dapat disebabkan oleh infeksi, alergi,
atau iritasi. Mikroorganisme penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri non spesifik, bakteri
spesifik, dan jamur. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, infeksi dapat berlangsung akut
maupun kronis, dengan batasan waktu kurang atau lebih dari 12 minggu.
Rinitis memiliki banyak jenis antara dan ada yang tergolong pada jenis spesifik yang
kasusnya jarang, namun penting diketahui dalam praktik seorang klinisi sehari-hari. Salah
satunya rinitis atrofi yang dikenal juga rinitis ozaena. Penyakit ini memiliki khas yang
memiliki bau yang tidak dirasakan oleh pasien namun dapat dirasakan pada orang sekitarnya.
Rinitis atrofi merupakan infeksi kronik pada hidung yang ditandai dengan atrofi pada
mukosa hidung dan tulang konka. Kejadiannya banyak pada wanita usia muda. Etiologi dan
patogenesis rinitis atrofi belum dapat diterangkan dengan memuaskan hingga sekarang.
Gejala klinis biasanya berupa hidung tersumbat, anosmia, ingus kental berwarna
hijau,krustaberwarnahijau,sakitkepala,epistaksisdanhidungterasakering,sertanapas
berbau. Pada pemeriksaan hidung ditemukan rongga hidung dipenuhi krusta hijau dan
purulen, rongga hidung sangat lapang, atrofi konka, mukosa hidung tipis dan kering.
Diagnosis rinitis atrofi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
dibantupemeriksaanpenunjang.Pemeriksaanpenunjangyangdapatmembantuantaralain
foto rontgrn sinus paranasal, CTscan sinus paranasal, pemeriksaan histopatologi yang
berasaldaribiopsikonka,pemeriksaanmikrobiologidanujiresistensikuman.
Oleh karena etiologinya belum pasti, maka pengobatannya belum ada baku.
Pengobatan ditujukan untuk menghilangkam faktor penyebab dan gejala. Pengobatan dapat
diberikan secara konservatif atau operatif. Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan
pemberian obat cuci hidung dengan larutan garam hipertonik untuk membersihkan krusta,
pemberian vitamin A, pemberian antibiotika spektrum luas kadang perlu diberikan pada
kondisi tertentu, dan pemberian steroid jika diperlukan.

17

Operasi dilakukan jika dengan pengobatan konservatif tidak ada perbaikan.


Pembedahan ditujukan sebagai usaha langsung mengecilkan rongga hidung sehingga dapat
memperbaiki suplai darah dan mukosa hidung. Selain itu, pengurangan aliran udara
pertumbuhan menghambat mikroorganisme, tapi ini belum terbukti. Prinsip pembedahan
pada rinitis atrofi dibagi dalam empat kelompok besar (1) mengurangi ukuran dari kavum
nasi, untuk mengurangi turbulensi udara dalam kavum nasi dan mencegah pengeringan
mukosa serta produksi krusta, (2) menginduksi regenerasi mukosa normal nasal dengan cara
penyempitan rongga hidung sebagian atau total, dengan implantasi, dilakukan selama dua
tahun, (3) meningkatkan lubrikasi pada mukosa nasal yang kering, (4) improvisasi
vaskularisasi pada kavum nasi. Teknik operasi antara lain : operasi penutupan lubang hidung
atau penyempitan lubang hidung dengan implantasi intra atau ekstranasal atau dengan jabir
osteoperiosteal atau Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF).

18

Anda mungkin juga menyukai