Anda di halaman 1dari 6

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal Mei 2013 telah dipresentasikan portofolio oleh:

No
1
2
3
4
5

Nama peserta

: Ika Nurmalita Sari

Dengan topik

: Ekstra piramidal sindrom

Nama pendamping

: dr. M. Wildan

Nama wahana

: RSUD Pacitan

Nama peserta presentasi

Tanda tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

( dr. M. Wildan )

Borang Portofolio
Nama peserta
Nama wahana
Topic
Tanggal (kasus)
Nama pasien
Tanggal presentasi
Tempat presentasi

: Ika Nurmalita Sari


: RSUD Pacitan
: Ekstra Piramidal syndrome
: 22 Mei 2013
: An. I
: 27 Juni 2013
: IGD

No. RM :193435
Nama pendamping : dr. M. Wildan

Obyektif presentasi
:
Keilmuan
Ketrampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostic
Managemen
Masalah
Istimewa
neonatus
bayi
anak
remaja
dewasa
lansia
bumil
Deskripsi
: anak perempuan 7 tahun, tiba-tiba kedua matanya tidak bisa melihat ke bawah
Tujuan
: mengobati keluhan pasien, edukasi pencegahan kemungkinan terjadinya ekstra
pyramidal sindrom
Bahan bahasan
Cara membahas
Data pasien :

Tinjauan
pustaka
Diskusi

Riset

Kasus

Audit

Presentasi dan diskusi

Email

Pos

Nama : An. I

No RM : 193435

Data utama untuk bahan diskusi :


1. Gambaran klinis / diagnosis:
Pasien datang mengeluh tiba-tiba kedua mata tidak bias melihat ke bawah. Demam (-), mual (-),
muntah (-), diare (-), batuk (-), pilek (-). 5 hari yang lalu pasien demam dan muntah, sudah periksa
di bidan. Pasien post mengkonsumsi obat anti muntah yaitu metoclopramid. Obat sudah habis

2.
3.
4.
5.

diminum selama 5 hari.


Diagnosis : ekstra pyramidal sindrom
Riwayat penyakit keluarga: (-)
Riwayat penyakit dahulu : (-)
Riwayat pekerjaan : (-)
Lain-lain : (-)

Daftar pustaka :
1. Kaplan H.I.MD, Saddock B.J.MD, Grebb J.A.MD. Sinopsis Psikiatri Jilid 1 .Bagian psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.1997

2. Kaplan H.I.MD, Saddock B.J.MD, Grebb J.A.MD. Sinopsis Psikiatri Jilid 2 .Bagian psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.1997
3. Katzung, BG. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI. EGC. 1997
4. Maramis, WE.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Airlangga University Press.2007
5. Mardjono, M.Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. 2006
6. Maslim.R,SPKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Bagian ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.2007
7. Maulany, RF. Buku Saku Psikiatri. EGC.2008

Hasil pembelajaran :
1. Subyektif
Nama

: An. I

Umur

: 7 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Belum kawin

Suku bangsa

: Indonesia

Tgl Masuk RS

: 21 Mei 2013

No. Register

: 193435

A. Anamnesis
21-5-2012 17.45pm
Keluhan Utama: Os mengeluh tiba-tiba kedua mata tidak bias melihat ke bawah. Demam (-), mual
(-), muntah (-), diare (-), batuk (-), pilek (-). 5 hari yang lalu pasien demam dan muntah, sudah
periksa di bidan. Pasien post mengkonsumsi obat anti muntah yaitu metoclopramid. Obat sudah
habis diminum selama 5 hari. Riwayat Penyakit Dahulu : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : (-)
Anamnesis Sistem

Sistem cerebrospinal
Sistem respirasi
Sistem cardiovascular
Sistem gastrointestinal
Sistem urogenital
Sistem musculoskeletal

: nyeri kepala (-), demam (-), penurunan kesadaran (-)


: sesak napas (-), batuk (-), pilek (-)
: nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
: nyeri perut (-), mual (-)
: nyeri BAK (-)
: nyeri (-), keterbatasan gerak (-)

2. Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: cukup

Kesadaran

: composmentis

Vital Sign

: TD : tidak dilakukan
N

: 100 x/menit

RR : 24x/menit
T
Status Generalis

: 36,5

Kepala :
Bentuk

: mesocephal

Mata

: conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), bola mata tidak bisa melirik ke bawah

Hidung

: discharge (-)

Mulut

: bibir kering (-), lidah kotor (-)

Telinga

: tidak ada kelainan

Leher

: JVP tidak meningkat

Thorax

: simetris, deformitas tidak ada, tidak ada ketinggalan gerak, paru vesikuler kanan-kiri, cor S1S2 regular

Abdomen : hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan region umbilicus dan suprapubik (-), peristaltic (-), nyeri
ketok ginjal kanan (-)
Ekstremitas: edema (-)

3. Assessment
Dalam portofolio ini akan dibahas tentang sebuah kasus mengenai pasien dengan keluhan kedua
mata tidak bisa melihat ke bawah.Diketahui bahwa os sebelumnya minum obat metoklopramida.
Kerja dari metoklopramida pada saluran cerna bagian atas mirip dengan obat kolinergik, tetapi
tidak seperti obat koliergik, metoklopramida tidak dapat menstimulasi sekresi dari lambung, empedu
atau pankreas, dan tidak dapat mempengaruhi konsentrasi gastrin serum.
Cara kerja dari obat ini tidak jelas, kemungkinan bekerja pada jaringan yang peka terhadap
asetilkolin. Efek dari metoklopramida pada motilitas usus tidak tergantung pada persarafan nervus
vagus, tetapi dihambat oleh obat-obat antikolinergik.
Metoklopramida dapat meningkatkan tonus dan amplitudo pada kontraksi lambung (terutama
pada bagian antrum), merelaksasi sfingter pilorus dan bulbus duodenum, serta meningkatkan
paristaltik dari duodenum dan jejunum sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung dan usus.
Mekanisme yang pasti dari sifat antiemetik metoklopramida tidak jelas, tapi mempengaruhi
secara langsung CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medulla yaitu dengan menghambat reseptor
dopamin pada CTZ. Metoklopramida meningkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan
sensitivitas saraf visceral yang membawa impuls saraf aferen dari gastrointestinal ke pusat muntah
pada formatio reticularis lateralis.
Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan syaraf yang terdapat pada otak bagian sistem

motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan. Letak dari ekstrapimidal adalah terutama di
formatio retikularis dari pons dan medulla, dan di target saraf di medulla spinalis yang mengatur
refleks, gerakan-gerakan yang kompleks, dan kontrol postur tubuh.
Umumnya semua neuroleptik menyebabkan beberapa derajat disfungsi ekstrapiramidal
dikarenakan inhibisi transmisi dopaminergik di ganglia basalis. Pada pasien skizofrenia dan pasien
dengan gangguan psikotik lainnya terjadi disfungsi pada sitem dopamin sehingga antipsikotik tipikal
berfungsi untuk menghambat transmisi dopamin di jaras ekstrapiramidal dengan berperan sebagai
inhibisi dopaminergi yakni antagonis reseptor D2 dopamin. Namun penggunaan zat-zat tersebut
menyebabkan gangguan transmisi di korpus striatum yang mengandung banyak reseptor D1 dan D2
dopamin. Gangguan jalur striatonigral dopamin menyebabkan depresi fungsi motorik sehingga
bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal. Beberapa neuroleptik tipikal (seperti haloperidol,
fluphenazine) merupakan inhibitor dopamin ganglia basalis yang lebih poten, dab sebagai akibatnya
menyebabka efek samping gejala ekstrapiramidal yang lebih menonjol.
4. Plan
Penanganan yang dilakukan pada saat pasien datang adalah dengan memberikan antihistamin
untuk meredakan gejala. Pada kasus ini obat yang digunakan adalah diphenhydramine.
Diphenhydramin adalah obat anti gatal dan alergi (anti histamin) yang bekerja memblok reseptor H1
dengan efek samping sedative.
Penatalaksanaan umum untuk sindrom ekstrapiramidal yakni dengan mulai menurunkan dosis
antipsikotik, kemudian pasien diterapi dengan antihistamin seperti difenhidramine, sulfas atropine atau
antikolinergik seperti trihexyphenidil ((THP), 4-6mg per hari selama 4-6 minggu. Setelah itu dosis
diturunkan secara perlahan-lahan, yaitu 2 mg setiap minggu, untuk melihat apakah pasien telah
mengembangkan suatu toleransi terhadap efek samping sindrom ekstrapiramidal ini. Dosis antipsikotik
diturunkan hingga mencapai dosis minimal yang efektif. Antihistamin yang dapat digunakan seperti
difenhidramin pada pasien yang mengalami distonia. Selain itu epinefrin dan norepinefrin juga
memberikan efek menurunkan konsentrasi antipsikotik dalam plasma sehingga absorbsi reseptor
dopamin berkurang dan efek gejala ekstrapiramidal dari antipsikotik dapat berkurang.

Anda mungkin juga menyukai