Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengalaman krisis demi krisis yang menimpa ekonomi dunia dalam satu
abad terakhir ini seharusnya telah menyadarkan kepada kita bahwa masalah inflasi
telah berkembang menjadi persoalan yang semakin kompleks. Diawali dengan
terjadinya malapetaka yang besar (the great depressions) pada tahun 1930-an,
kemudian disusul dengan terjadinya krisis Amerika Latin pada dekade 1980-an,
akhirnya muncul kembali pada krisis moneter di Asia pada pertengahan tahun
1997-an, adalah pengalaman ekonomi dunia dengan inflasi tingginya (hyper
inflation) yang sangat merusakkan sendi-sendi ekonomi (Triono, 2006).
Secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dari krisis tahun 1997-1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil.
Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah
dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali.
Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60% yang diikuti pertumbuhan ekonomi
minus 13,20%. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi
pada hampir seluruh sektor perekonomian. Tahun 1998, seluruh sektor dalam
perekonomian (kecuali sektor listrik, gas, dan air bersih) mengalami kontraksi.
Sektor konstruksi mengalami kontraksi terbesar yaitu 36,4%. Disusul kemudian
sektor keuangan sebesar 26,6% (Hatta, 2008).
Dalam rangka mengendalikan inflasi dan menjaga stabilnya nilai mata uang,
pemerintah dan otoritas moneter yang ada mengambil beberapa kebijakan baik
dari segi moneter, fiskal, maupun sektor riil. Dari segi moneter, bank sentral akan
menaikkan suku bunga dan pengetatan likuiditas perbankan, mengkaji efektivitas
instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan moneter, menentukan sasaran

akhir kebijakan moneter, mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanantekanan inflasi dan memformulasikan respon kebijakan moneter.
Namun, dari paparan di atas, hakikatnya otoritas moneter hanya sebatas
menyentuh permasalahan teknis atau gejala (symptom) semata. Sebaliknya,
perpaduan kebijakan yang digunakan menimbulkan krisis bertambah parah. Solusi
yang ditawarkan oleh para ahli dalam memecahkan permasalahan inflasi dan
pengangguran secara bersamaan justru menyebabkan efek samping yang lebih
buruk dari penyakitnya itu sendiri. Ini terjadi dikarenakan obat yang diberikan
hanya sebatas menghilangkan penyakit bagian permukaan saja, sementara
penyakit bagian dalamnya masih belum disembuhkan.
Penyakit bagian dalam yang belum tersentuh oleh perpaduan kebijakan di atas
adalah terkait dengan hakikat mata uang itu sendiri dan sistem yang
melingkupinya serta penyalahgunaan dari fungsi dasar uang sebagai alat tukar
yang bertambah menjadi tidak hanya sebatas sebagai alat tukar, melainkan juga
menjadi sebuah barang (komoditas) yang turut diperdagangkan dengan imbalan
bunga (interest).
Menurut Chapra (2000), jika kita hendak melakukan pengobatan, maka tidak akan
ada pengobatan yang efektif kecuali hal itu diarahkan kepada arus utama masalah.
Contoh penyelesaian masalah yang hanya sampai kepada gejala adalah :
penyelesaian krisis ekonomi dengan hanya melihat ketidakseimbangan anggaran,
ekspansi moneter yang berlebihan, defisit neraca pembayaran yang terlalu besar,
naiknya kecendrungan proteksionis, tidak memadainya bantuan asing dan kerja
sama internasional yang tidak mencukupi dan sebagainya. Akibatnya,
penyembuhannya hanya bersifat sementara, seperti obat - obatan analgesik,
mengurangi rasa sakit hanya bersifat sementara. Beberapa saat kemudian, krisis
muncul kembali, bahkan lebih parah, mendalam dan serius.
Lebih khusus di Indonesia, tren inflasi memperlihatkan keadaan yang cukup labil
bahkan - pada satu keadaan - mencapai titik yang amat tinggi (hiperinflasi).
Misalnya pada saat menjelang jatuhnya Orde Lama yang mencapai ratusan persen,
2

atau fenomena Krisis Moneter 1997. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah
dengan Bank Indonesia sebagai kekuatan pemegang kendali moneternya, cukup
kerepotan mengatasi masalah yang satu ini. Maka tidak sepenuhnya salah jika kita
mengatakan bahwa inflasi adalah sebuah penyakit ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Jelaskan pengertian Inflasi menurut Perspektif Islam ?

2.

Sebutkan Teori Inflasi menurut Al - maqrizi ?

3.

Jelaskan pengertian Natural Inflation ?

3.

Jelaskan pengertian Monetary Inflation ?

BAB II
3

PEMBAHASAN
A. Konsep dan Defenisi Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian
yang selalu dihadapi setiap negara. Namun buruknya masalah
inflasi ini akan berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya, dan
berbeda pula dari negara ke negara lainnya. Tingkat inflasi
biasanya digunakan sebagai sebagai ukuran untuk menunjukkan
sampai dimana buruknya permasalahan ekonomi yang dihadapi
suatu

negara

dalam

perekonomian

yang

tumbuh

Inflasi

didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga


secara umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan
harga-harga
Pengertian

yang
inflasi

berlaku
Islam

dalam
tidak

sesuatu
berbeda

perekonomian.
dengan

inflasi

konvensional. Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah


gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terusmenerus.
Dari pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa
inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan
harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami
yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh
penjuru

suatu

negara

bahkan

dunia.

Kenaikan

harga

ini

berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi


lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi
pemecahan penyimpanganpenyimpangan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.
B. Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Ekonomi Islam merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang lebih baik
setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya,
betapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku sekarang ini, yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya,
ekonomi kapitalis banyak menimbulkan permasalahn. Pertama, ketidakadilan
dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin dalam ketidakmerataan
pembagian pendaoatan masyarakat. Kedua, ketidakstabilan dari sistem ekonomi
yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiiatannya. 1
Dalam ekonomi Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang
dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan
dibenarkan oleh Islam-namun dinar dan dirham di sini adalah dalam artian yang
sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun perak bukan dinar-dirham
yang sekedar nama. Adiwarman Karim mengatakan bahwa Syeikh An-Nabahani
(2001 : 147) memberikan beberapa alasan mengapat mata uang yang sesuai itu
adalah dengan menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan
harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak.
Padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan kekayaan.
1. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak
berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diyat, maka yang dijadikan sebagai
ukurannya adalah dalam bentuk emas.
2. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan
beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.
3. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat
tersebut dengan nisab emas dan perak.
4. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi
uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitupun dengan transaksi lainnya
hanya dinyatakan dengan emas dan perak.

1. Al-Arif, M Nur,Teori makro ekonomi islam,(Bandung:Alfabeta,2010),


hlm 85

Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu
ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan.
Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar di suatu negara,
tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Atau kondisi terjadinya defisit
anggaran pada pemerintahan Islam. Kondisi defisit anggaran pernah terjadi pada
zaman Rasulullah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang Hunain.
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian negara, karena :
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit
penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat
dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi
kembali, atau dengan kata lain self feeding inflation
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat ( turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada
menurunnya dana pembiayaan yang akan disalurkan.
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk
barang-barang non-primer dan barang-barang mmewah ( naiknya marginal
propensity to consume ).
4. Mengarahkan inestasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan inestasi ke arah produktif seperti
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
1. Konsep Al-Maqrizi tentang Inflasi
Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Abdul Qadir Al-Husaini
lahir di Barjuwan, Kairo, pada 766 H. Keluarganya berasal dari
Maqarizah, sebuah desa yang terletak di kota Balabak. Karena
itu, ia lebih banyak dikenal dengan sebutan Al-Maqrizi. Kondisi
keluarga yang serba kecukupan membuat Al-Maqrizi kecil harus
menjalani pendidikan dengan berada di bawah tanggungan
kakeknya, Hanafi ibnu Saigh, penganut mazhab Hanafi. Al-

Maqrizi muda pun tumbuh berdasarkan pendidikan mazhab ini.


Setelah kakeknya wafat pada 786 H (1384 M), Al-Maqrizi beralih
ke mazhab Syafii. Bahkan dalam perkembangan pemikirannya,
ia menjadi condong ke arah mazhab Dzahiri.
Al-Maqrizi merupakan sosok yang sangat mencintai ilmu.
Sejak kecil, ia gemar melakukan perjalanan intelektual. Ia
mempelajari bermacam disiplin ilmu: fiqh, hadits, dan sejarah,
dari para ulama besar yang hidup pada masanya. Di antara tokoh
terkenal yang amat mempengaruhi pemikirannya adalah Ibnu
Khaldun, seorang ulama besar dan penggagas ilmu-ilmu sosial,
termasuk ilmu ekonomi. Interaksinya dengan Ibnu Khaldun
dimulai saat Abu Al-Iqtishad ini menetap di Kairo dan memangku
jabatan hakim agung (Qadi Al-Qudat) mazhab Maliki pada masa
pemerintahan Sultan Barquq (784-801 H).2
Saat berumur 22 tahun, Al-Maqrizi mulai terlibat dalam
berbagai tugas pemerintahan Dinasti Mamluk. Pada 788 H, AlMaqrizi memulai kiprahnya sebagai pegawai di Diwan Al-Insya,
semacam sekretaris negara. Lalu ia diangkat menjadi wakil qadi
pada kantor hakim agung mazhab Syafii, khatib di Masjid Jami
Amr dan Madrasah Sultan Hasan, Imam Masjid Jami Al-Hakim,
dan guru hadits di Madrasah Al-Muayyadah. Pada tahun 791 H,
Sultan

Barquq

mengangkat

Al-Maqrizi

sebagai

muhtasib,

semacam pengawas pasar, di Kairo. Jabatan tersebut diemban


selama dua tahun. Pada masa ini, Al-Maqrizi mulai banyak
bersentuhan

dengan

berbagai

permasalahan

pasar,

perdagangan, dan mudharabah, sehingga perhatiannya terfokus

2. Nuru Hudal dkk ,(Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teorits,( Jakarta:


Kencana,2009), hlm158

pada harga-harga yang berlaku, asal-usul uang, dan kaidahkaidah timbangan.


Pada 811, Al-Maqrizi diangkat sebagai pelaksana administrasi
wakaf di Qalanisiyah, sambil bekerja di rumah sakit an-Nuri,
Damaskus. Pada tahun yang sama, ia menjadi guru hadits di
Madrasah Asyrafiyyah dan Madrasah Iqbaliyyah. Kemudian,
Sultan

Al-Malik

Nashir

Faraj

bin

Barquq

(1399-1412

M)

menawarinya jabatan wakil pemerintah Dinasti Mamluk di


Damaskus. Namun, tawaran ini ditolaknya. Hampir 10 tahun
menetap di Damaskus, Al-Maqrizi kembali ke Kairo. Sejak itu, ia
mengundurkan

diri

sebagai

pegawai

pemerintah

dan

menghabiskan waktunya untuk ilmu. Pada tahun 834 H, bersama


keluarga, ia menunaikan ibadah haji dan bermukim di Makah
selama beberapa waktu untuk menuntut ilmu serta mengajarkan
hadits dan menulis sejarah. Lima tahun kemudian, Al-Maqrizi
kembali ke kampung halamannya, Barjuwan, Kairo. Di sini ia juga
aktif mengajar dan menulis, terutama sejarah Islam, hingga
terkenal sebagai seorang sejarawan besar pada abad ke-9
Hijriyah. Al-Maqrizi wafat di Ibu Kota negara Mesir itu pada
tanggal 27 Ramadhan 845 H atau bertepatan dengan tanggal 9
Februari 1442 M.
Al-Maqrizi terletak pada fase kedua dalam sejarah pemikiran
ekonomi

Islam.

Sebuah

fase

yang

mulai

terlihat

indikasi

menurunnya eskalasi kegiatan intelektual yang inovatif dalam


Dunia Islam. Dasar kehidupan Maqrizi yang asufistik atau fisuf
dan relatif didominasi aktivitasnya sebagai sejarawan Muslim,
amat

berpengaruh

terhadap

corak

pemikirannya

tentang

ekonomi. Ia senantiasa memandang setiap soal dengan flash


back dan mencoba memotret apa adanya mengenai fenomena
ekonomi suatu negara dengan memfokuskan perhatiannya pada
8

beberapa hal yang mempengaruhi naik-turunnya pemerintahan.


Hal ini berarti bahwa pemikiran-pemikiran ekonomi Maqrizi
cenderung positif. Satu hal yang jarang dan unik pada fase kedua
yang notabene didominasi pemikiran yang normatif.
Lebih lanjut lagi, Al-Maqrizi merupakan pemikir ekonomi Islam
yang melakukan studi khusus tentang uang dan inflasi. Fokus
perhatian

Maqrizi

terhadap

dua

aspek

ini,

tampaknya

dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya penyimpangan nilainilai Islam yang dilakukan oleh para kepala pemerintahan Bani
Umayyah dan selanjutnya.
2. Teori Inflasi Al-Maqrizi
Manusia adalah anak zamannya. Pernyataan ini tepat sekali
dengan apa yang dialami Al-Maqrizi. Dengan kondisi fakta
bencana kelaparan yang terjadi di Mesir, Al-Maqrizi menyatakan
bahwa peristiwa inflasi adalah sebuah fenomena alam yang
menimpa kehidupan masyarakat di seantero dunia dulu, kini,
hingga masa mendatang. Inflasi menurutnya terjadi ketika hargaharga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terusmenerus. Pada saat ini, persediaan barang dan jasa mengalami
kelangkaan dan konsumen, karena sangat membutuhkannya,
harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang
dan jasa yang sama. Al-Maqrizi membahas problematika inflasi
secara lebih detail. Ia mengklasifikasikan inflasi berdasarkan
faktor penyebabnya ke dalam dua hal, yakni: (a) Inflasi yang
disebabkan oleh faktor alamiah (Natural Inflation), dan (b) Inflasi
akibat kesalahan manusia (Human Error Inflation).
a. Inflasi Alamiah (Natural Inflation)

Inflasi ini disebabkan oleh berbagai faktor natural yang sulit


dihindari manusia. Menurut Al-Maqrizi, saat suatu bencana alam
terjadi, berbagai bahan makanan dan hasil bumi lainnya
mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang
tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi
kelangkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat signifikan
dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang itu
mengalami peningkatan. Harga-harga kemudian membumbung
tinggi, jauh melebihi daya beli masyarakat. Hal ini sangat
berimplikasi terhadap kenaikan harga berbagai barang dan jasa
lainnya. Akibatnya, transaksi ekonomi mengalami kemacetan,
bahkan berhenti sama sekali, yang pada akhirnya menimbulkan
bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kematian di kalangan
masyarakat.
memaksa

Keadaan

rakyat untuk

yang

semakin

menekan

memperhatikan keadaan mereka.

memburuk

pemerintah agar

tersebut
segera

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa sekalipun suatu bencana


telah berlalu, kenaikan harga-harga tetap berlangsung. Hal ini
merupakan implikasi dari bencana alam sebelumnya yang
mengakibatkan aktivitas ekonomi, terutama di sektor produksi,
mengalami kemacetan. Saat situasi telah normal, persediaan
barang-barang yang signifikan seperti benih padi, tetap tidak
beranjak naik, bahkan tetap langka. Sedangkan permintaan
terhadapnya meningkat tajam. Akibatnya, harga barang-barang
ini mengalami kenaikan yang kemudian diikuti oleh kenaikan
harga berbagai jenis barang dan jasa lainnya, termasuk upah dan
gaji para pekerja.
3. Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, (Jakarta: PT Raja
Garafindo Persada, 2002), hlm 79

10

b. Human Error Inflation


Selain faktor alam, Al-Maqrizi menyatakan bahwa inflasi
dapat terjadi akibat kesalahan manusia. Ia menganalisis, ada tiga
hal utama yang baik secara sendiri-sendiri atau pun bersamasama menjadi penyebab terjadinya inflasi. Ketiga hal tersebut
adalah: (1) Korupsi dan Administrasi yang Buruk, (2) Pajak yang
Berlebihan, dan (3) Peningkatan Sirkulasi Mata Uang Fulus.
Menurut Al Maqrizi pengangkatan pejabat pemerintahan yang
berdasarkan pemberian suap, dan bukan kapabilitas akan
menempatkan orang-orang yang tidak mempunyai kredibilitas
pada berbagai jabatan penting dan terhormat baik di kalangan
legislative,

yudikatif,

maupun

eksekutif.

Mereka

rela

menggadaikan seluruh hartanya sebagai kompensasi untuk


meraih jabatan. Ketika berkuasa para pejabat tersebut mulai
menyalahgunakan kekuasaan untuk meraih kepentingan pribadi,
baik

untuk

memenuhi

kewajiban

finansialnya

maupun

kemewahan hidup.
Selain menyebabkan enefisiensi alokasi sumber daya dan
ekonomi biaya tinggi. Korupsi dan administrasi yang buruk jika
terus

dibiarkan

membahayakan

akan

menyebabkan

perekonomian

kanker

yang

akan

yang

amat

membawa

perekonomian pada keterpurukan spiraling inflation dan atau


hyper inflation.
Bila kita lihat pendapat Al Maqrizi tentang korupsi, sangat
sesuai dengan kondisi kini. Dimana seseorang yang tidak
mempunyai kredibilitas bagus sebagai pemimpin berusaha
menjadi pejabat bahkan sampai merelakan hartanya demi
sebuah

kekuasaan.

Akhirnya

ketika

ia

berkuasa

pun

ia

berperilaku buruk seperti korupsi. Hal ini akan menyebabkan

11

terjadinya biaya siluman sehingga negara harus menutupi biaya


siluman tersebut. Contohnya seperti kasus Gayus Tambunan.
Atau dalam lingkup perusahaan ketika terjadi korupsi oleh salah
satu pegawainya maka perusahaan harus menutupi biaya-biaya
tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga jual di
pasaran. Seperti inilah buruknya korupsi, Al Maqrizi telah
memperingatkan hal ini sejak dahulu jauh sbelum hal ini terjadi
di Indonesia kini. Kiranya sebagai muslim kita perlu melihat teori
ini dan sebagai pijakan dalam mengatasi inflasi yang disebabkan
oleh korupsi dan administrasi yang buruk.
1) ExcessiveTax (Pajak yang berlebihan)
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebih sama dengan
efek yang dihasilkan akibat korupsi dan administrasi yang buruk.
Menurut al Maqrizi, akibat dominasi para pejabat bermental
korup

dalam

suatu

pemerintahan,

pengeluaran

negara

mengalami peningkatan secara drastis. Sebagai kompensasinya


mereka menerapkan system perpajakan yang menindas rakyat
dengan memberlakukan berbagai pajak baru serta menaikkan
tingkat pajak yang telah ada. Hal ini dapat menaikkan tingkat
harga-harga
2) Excessive seignorage (Peningkatan sirkulasi mata uang
fulus)
Seignorage artinya keuntungan dari percetakan koin yang
didapat

oleh

percetakannya

dimana

biasanya

percetakan

tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Pada masa


hidupnya Al Maqrizi, percetakan uang fulus terjadi secara besarbesaran karena adanya defisit anggaran akibat perilaku buruk
para pejabat. Kegiatan tersebut semakin luas pada saat ambisi
pemerintah untuk memperoleh keuntungan yang besar dari

12

percetakan yang tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi


ini tidak terkendali. Sebagai penguasa mereka mengeluarkan
maklumat yang memaksa rakyat menggunakan mata uang fulus
akibatnya junlah fulus yang dimiliki masyarakat semakin besar,
sehingga fulus menjadi mata uang yang dominan.

Ketika fulus lebih dominan digunakan, dan dirham dilebur


menjadi perhiasan, sedangkan dinar hanya dimilki oleh segelintir
orang. Mengakibatkan uang dinar dan dirham hilang dari
perputaran. Hal ini telah menjadi pemikiran Ibnu Taimiyah
dimana uang kualitas buruk akan menendang uang kualitas baik.
Al

Maqrizi

berpendapat

bahwa

pencetakan

uang

yang

berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga


secara keseluruhan (inflasi). Menurut Al Maqrizi kenaikan hargaharga komoditas adalah kenaikan dalam jumlah bentuk uang
(fulus) atau nominal, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar)
maka harga-harga tersebut jarang sekali mengalami kenaikan.
Ibn Al maqrizi berpendapat bahwa uang sebaiknya dicetak hanya
pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi (jual
beli)
C. Jenis Jenis Inflasi
Jenis inflasi menurut sifatnya
jenis inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi (nopirin, 1992) :
1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)

4. Adiwarman Aswar Karim , Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, ( Jakarta: Rajawali Pers
2010), hlm 128

13

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per
tahun).

kenaikan

harga

berjalan

secara

lambat,

dengan

persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.


2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar, (biasanya
double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan
dalam

waktu

yang

relatif

pendek

serta

mempunyai

sifat

akselerasi. artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari


minggu/bulan

lalu

dan

seterusnya.

perekonomian

lebih

berat

daripada

efeknya

inflasi

yang

terhadap
merayap

(creeping inflation).

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)


Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. harga-harga
naik sampai lima atau enam kali. masyarakat tidak lagi
berkeinginan untuk menyimpan uang. nilai uang merosot dengan
tajam, sehingga ingin ditukarkan dengan barang. perputaran
uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. biasanya
keadaan

ini

timbul

apabila

pemerintah

mengalami

defisit

anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang)


yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.
D. Monetary Inflation
Inflasi Moneter adalah peningkatan yang berkelanjutan dalam penyediaan
uang suatu negara (atau area mata uang). Tergantung pada banyak faktor, terutama
harapan publik, negara fundamental dan pengembangan ekonomi, dan mekanisme

14

transmisi, kemungkinan untuk menghasilkan inflasi harga , yang biasanya hanya


disebut "inflasi", yang merupakan kenaikan tingkat umum harga barang dan jasa. 5
Ada kesepakatan umum di antara para ekonom bahwa ada hubungan kausal
antara "Inflasi moneter" (pasokan uang) dan "Inflasi harga" (kenaikan harga
barang dan jasa diukur dalam istilah moneter). Tapi ada tidak pandangan umum
tentang mekanisme yang tepat teoritis dan hubungan, atau tentang bagaimana
mengukur persis dalam kenyataan. Hubungan ini juga terus berubah, dalam sistem
ekonomi yang kompleks yang lebih besar. Jadi ada banyak perdebatan tentang isu
yang terlibat, seperti bagaimana mengukur basis moneter dan "inflasi harga",
bagaimana mengukur efek dari harapan publik, bagaimana menilai efek dari
inovasi keuangan pada mekanisme transmisi, dan berapa banyak faktor seperti
perputaran uang mempengaruhi hubungan. Jadi ada pandangan yang berbeda
tentang apa yang bisa menjadi target terbaik dan alat-alat dalam kebijakan
moneter .
Namun, ada konsensus umum tentang pentingnya dan tanggung jawab bank
sentral dan otoritas moneter dalam menetapkan ekspektasi publik "inflasi harga"
dan mencoba untuk mengontrolnya.
a. Ekonom Keynesian percaya bank sentral cukup dapat menilai variabel
ekonomi rinci dan keadaan secara real time untuk mengontrol kebijakan
moneter secara rinci. Para ekonom ini mendukung kebijakan moneter yang
mencoba bahkan keluar naik turunnya siklus bisnis dan guncangan
ekonomi secara tepat.
b. Pengikut sekolah monetaris berpikir bahwa kebijakan moneter gaya
Keynesian menghasilkan banyak kesalahan terjadi overshoot, waktu-lag
dan efek yang tidak diinginkan lainnya, kadang-kadang membuat hal-hal
yang lebih buruk. Mereka meragukan kapasitas bank sentral untuk
menganalisis masalah ekonomi secara real time dan kemampuannya untuk
mempengaruhi perekonomian dengan waktu yang tepat dan langkahlangkah kebijakan moneter yang tepat. Jadi monetaris menganjurkan

5. http://en.wikipedia.org/wiki/Monetary_inflation

15

kebijakan moneter kurang intrusif dan kompleks, seperti penargetan inflasi


atau tingkat pertumbuhan konstan pasokan uang.
c. Beberapa pengikut Sekolah Austria ekonomi menganjurkan baik kembali
ke pasar bebas uang, yang disebut bebas perbankan , atau 100% standar
emas dan penghapusan bank sentral .
Saat ini, sebagian besar bank sentral mengikuti monetaris atau pendekatan
Keynesian, atau lebih sering campuran keduanya. Ada kecenderungan bank
sentral terhadap pendekatan monetarisme, dengan target inflasi.

BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/ komoditas dan
jasa selama periode waktu tertentu. Pada initinya muncul sebagai akibat
diberlakukannaya mata uang yang nilai intrinsiknya lebih rendah dari nilai
nominalnya. Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah Natural inflation
yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, yang diakibatkan oleh
turunnya penawaran agregatif dan naiknya permintaan agregatif. Dan Human
error inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Seperti korupsi
dan buruknya administrasi, pajak yang tinggi, dan percetakan uang berlebihan.
Untuk mengatasi inflasi maka pemerintah harus menjaga kestabilan nilai uang
dengan melakukan kebijakan moneter berupa menjaga keseimbangan antara
percetakan uang dengan trasnsaksi pada sector riil.

16

2. Saran
1.

Agar pemerintah lebih waspada dan lebih menguasai keadaan pasar sehingga

inflasi dapat diminimalisir hingga sekecil mungkin.


2.

Agar pemerintah lebih bijaksana untuk membuat APBN/APBD yang

buktinya ikut andil dalam penyebab terjadinya inflasi di Indonesia.


3.

Agar masyarakat belajar tentang hal ekonomi sehingg jika adanya inflasi,

masyarakat dapat menghadapinya tampa ada demo-demo yang berhubungan


dengan bahan-bahan pokok dan BBM.
4.

Agar masyarakat dan pemerintah berjalan selaras dan belajar dari kejadian di

masa lalu agar tidak terulang kembali, terutma dalam hal kekacauan akibat inflasi.

DAFTAR PUSTAKA
Nur Rianto Al Arif. (2010), Teori Makroekonomi Islam;Konsep, Teori, dan
Analisis, Bandung: Alfabeta
Huda, Nurul dkk. (2009). Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis. Jakarta:
Kencana
Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta: PT Raja Garafindo
Persada, 2002
Karim , Adiwarman Aswar. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:
Rajawali Pers
http://en.wikipedia.org/wiki/Monetary_inflation

17

Anda mungkin juga menyukai