PENGERINGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengawetan makanan dengan cara menurunkan kadar air yang lebih
penting adalah aktivitas air (aw) telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu.
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan paling tua.
Pengeringan atau dehidrasi adalah cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara mrnguapkan sebagian besar air
yang terkandung dalam bahan pangan dengan menggunakan energi panas
(Afrianti, 2013).
Pengeringan merupakan cara pengawetan yang paling banyak digunakan.
Dengan demikian bahan pangan yang dikeringkan dengan sinar matahari sering
diperlukan alat pengering buatan. Pengeringan dengan alat pengering buatan
disebut dehidrasi yaitu melibatkan baik transfer panas atau massa di bawah
kondisi pengeringan yang terkendali dengan menggunakan berbagai metode
pengeringan (Afrianti, 2013).
Setiap bahan pangan mempunyai kepekaan terhadap panas karena derajat
kepekaan panas tertentu dapat menimbulkan bau gosong pada kondisi
pengeringan yang tidak terkendali. Oleh karena itu, penting dilakukan praktikum
pengeringan pada bahan hasil pertanian.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara
pengeringan bahan pangan dan menngamati hasil proses pengeringan serta
menghitung rendemennya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengeringan telah lama dilakukan sebagai salah satu bentuk teknologi
pengawetan. Pengeringan merupakan teknologi pengawetan palangan yang paling
lama digunakan oleh orang Persia, Yunani dan Romawi kuno. Tujuannnya adalah
untuk mendapatkan produk pangan yang stabil sesuai dengan penggunaan produk
tersebut dan karakteristik sensori tersebut. Perlu diingat bahwa proses
pengeringan bukan proses sterilisasi yang mematikan mikrooorganisme. Supaya
produk yang dikeringkan menjadi awet, kadar air harus dijaga tetap rendah.
Produk pangan dengan kadar air rendah dapat disimpan dalam jangka waktu lama
jika pengemasan yang digunakan tepat (Estiasih, 2009).
Pengeringan
merupakan
suatu
cara
untuk
mengeluarkan
atau
menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan cara menyerapkannya
dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan dikurangi
sampai batas tertentudimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi pada bahan
tersebut. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama
disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan. Berat bahan juga menjadi
berkurang sehingga mempermudah transportasi (Muchtadi dan Sugiyono, 2012).
Laju pengeringan dalam proses pengeringan suatu bahan pangan
pempunyai arti yang penting karena laju pengeringan tersebut menggambarkan
bagaimana cepatnya pengeringan tersebut berlangsung. Laju pengeringan
biasanya diukur dengan banyaknya air yang dikeluarkan persatuan waktu tertentu.
Kurva laju pengeringan dalam periode kurva pengeringan menurun berbeda-beda
tergantung pada jenis bahan (Afrianti, 2013).
Secara garis besar pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaiutu
pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami dapat dilakukan
dengan cara penyinaran matahari langsung misalnya dengan cara pencampuran
atau penggunaan energi panas matahari dengan kamar pengering surya.
Pengeringan buatan enrgi matahari merupakan cara pengeringan yang
menggunakan alat dengan sumber panas seperti pengeringan tradisional yaitu
penggunaan sinar matahari. Pada prinsipnya sinar matahari ini sebagai pengganti
sumber panas dari bahan bakar pada saat pengeringan. Selai pengeringan
tradisional (penjemuran) dan pengeringan buatan menggunakan sinar matahari,
dapat digunakan pengeringan dengan alat oven. Oven menggunakan alat yang
sangat mudah penggunaannya. Alat ini menggunakan sumber panas dari tegangan
listrik (Hastuti dan Kosworo, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua, yaitu faktor yang
berhubungan dengan udara pengeringan seperti suhu, kecepatan aliran udara
pengeringan dan kelembapan udara. Sedangkan faktro yang berhubungan dengan
sifat bahan yang dikeringkan berupa ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan
parsial bahan. Suhu yang semakin tinggi dan kecepatan aliran udaara pengeringan
semakin besar energi panas yang dibawa udara, sehingga semakin banyak jumlah
massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kecepatan
aliran udara pengering semakin tinggi akan menyebabkan semakin cepat pula
massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfer (Taib dan Wiraatmadja,
2012).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 Mei 2015 di Laboratorium
Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah piring,
gelas piala, saringan, talenan, baskom, blender, cabinet dryer, pisau, slicer,
timbangan analitik, kompor, dandang dan peniris.
b. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air,
ubi jalar ungu, talas, labu kuning dan natrium metabisulfit.
Prosedur Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang dunakan
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Sebelum dan Setelah Diblanching Pada Bahan Pangan
Berat
Berat
Sebelum Blanching
Nama
Jenis
Bahan
Setelah
Bahan
Perlakuan
Warna
Tekstur
Aroma
(gr)
Diiris (gr)
Labu
Kunin
g
Talas
Ubi
Jalar
Ungu
Kontrol
150,8
Talas
Tekstur
tekstur
Kuning cerah
Lembek
Kuning
Lembek
Putih
Lembek
Bau khas
labu
Bau natrium
metabisulfit
Normal
Kuning
Keras
Kuning segar
Keras
150,09
Putih
Keras
150,10
Putih
Keras
Normal
Putih
Lembek
Normal
151,91
150,09
Ungu
Keras
Normal
Ungu tua
pekat
Lembek
Normal
Natrium
151,59
Metabisulfit
150,01
Ungu
Keras
Normal
Ungu tua
Lembek
Normal
Natrium
150,11
Metabisulfit
Kontrol
188,40
Natrium
188,40
Metabisulfit
Kontrol
Warna
Setelah Blanching
Rendemen
Kasar (gr)
Rendemen
Halus (gr)
Warna
Aroma
Ukuran
Bentuk
Menyusut
Keras dan
kering
Kontrol
11,33
11,18
1,60
9,35
Coklat
Labu kuning
Natrium
Metabisulfit
4,73
4,68
3,30
1,36
Kuning
kecoklatan
Tidak berbau
labu kuning
Kontrol
34,08
34,16
16,16
17,86
Coklat
Tidak terlalu
Menyusut
dan
keriput
Keriput
Keras dan
alot
Keras dan
bau talas
Ubi
Jalar
Ungu
Natrium
Metabisulfit
34,70
34,55
16,95
17,24
Putih
kecoklatan
Berbau talas
kering
Kontrol
34,41
9,61
23,96
Coklat
ungu
kehitaman
Kurang bau
ubi ungu
Natrium
Metabisulfit
37,08
36,96
20,18
16,48
Ungu lebih
pekat
Normal
kering
Menyusut
dan
keriput
Menyusut
dan
keriput
Menyusut
dan
keriput
Kering
dan keras
Keras
Keras dan
kering
Hasil Perhitungan
1. Labu Kuning
a. Natrium metabisulfit
Rendemen halus =
-
= 30,23 %
Rendemen kasar =
-
= 71,25 %
b. Perlakuan kontrol
Rendemen halus =
-
= 85,88 %
Rendemen kasar =
-
= 17,48 %
2. Ubi Ungu
a. Natrium metabisulfit
Rendemen halus =
-
= 45,58 %
Rendemen kasar =
-
= 55,56 %
b. Perlakuan kontrol
Rendemen halus =
-
= 72,07 %
Rendemen kasar =
-
= 30,37 %
3. Talas
a. Natrium metabisulfit
Rendemen halus =
= 51,15 %
Rendemen kasar
= 50,32 %
b. Perlakuan kontrol
-
Rendemen halus =
= 52,58 %
Rendemen kasar
= 47,39 %
PEMBAHASAN
Proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air
sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan bahan
pertanian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah atau
dimanfaatkan. Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi pangan
yang dilakukan dengan tujuan pengawetan. Manfaat lain dari pengeringan adalah
memperkecil volume dan berat bahan dibanding kondisi awal sebelum pengeringan
sehingga akan menghemat ruang (Rahman dan Yuyun, 2011).
Bahan yang mengalami proses pengeringan dalam praktikum ini adalah
labu kuning, talas dan ubi ungu. Bahan pangan yang akan dikeringkan diiris-iris
terlebih dahulu agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat. Menurut Taib dan
Wiraatmadja (2012), hal ini dikarenakan pengirisan atau pemotongan akan
memperluas permukaan bahan sehingga akan lebih banyak permukaan bahan yang
berhubungan dengan udara panas dan mengurangi jarak gerak panas untuk sampai
ke bahan yang dikeringkan. Terdapat dua jenis perlakuan dalam praktikum kali ini,
yaitu kontrol dan penambahan natrium metabisulfit. Dalam bahan pangan,
bau ubi ungu. Berat ubi ungu dengan natrium metabisulfit setelah penepungan
adalah 36,96 gr dengan rendemen kasar 20,18 gr dan rendemen halus 16,48 gr.
Warnanya ungu lebih pekat, bentuknya keras dan kering, ukurannya menyusut dan
keriput dengan aroma normal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai
batas tertentu.
2. Pengirisan atau pemotongan bahan dapat mempercepat proses pengeringan
bahan.
3. Penambahan natrium metabisulfit dan blanching dapat mencegah terjadinya
pencoklatan pada bahan.
4. Proses blanching menyebabkan tekstur bahan menjadi lembek.
5. Semua sampel bahan kecuali sampel ubi ungu yang ditambah natrium
metabisulfit menghasilkan rendemen halus yang lebih banyak dari rendemen
kasar
DAFTAR PUSTAKA