Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERMASALAHAN DAN STRATEGI UNTUK SOLUSI

GANGGUAN FUNGSI-FUNGSI DAS DI DAS BRANTAS


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang dibimbing oleh Bapak
Ir. Didik Suprayogo, MSc. PhD.
Disusun oleh :
Nama

: Laili Nurrohmah

NIM

: 135040200111168

Kelas

:A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

I. POTENSI DAN MANFAAT SUMBERDAYA ALAM BAGI


MASYARAKAT

Sumberdaya alam merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi


kehidupan makhluk hidup. Tanpa adanya sumberdaya alam kehidupan tidak
dapat berlangsung. Kebutuhan manusia sangat bergantung dari hasil alam,
begitu pula maklhuk hidup yang lain. Seiring berkembangnya populasi manusia
maka terjadi perubahan lahan yaitu yang awalnya hutan dialih fungsikan menjadi
lahan pertanian. Hal ini karena hasil tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup agar kehidupan tetap berlangsung. Namun, hal ini akan
menimbulkan dampak negatif terhadap ekologi di sekitarnya. Dampak tersebut
dapat mempengaruhi keberlanjutan kualitas dan kuantitas air baik di bagian hulu
maupun di bagian hilir.
Sumberdaya alam berpotensi untuk mendukung keberlanjutan kehidupan
bagi masyarakat. Potensi tersebut baik dan dapat terus dimanfaatkan apabila
pengelolaan sumberdaya alam juga baik. Potensi sumberdaya alam antara lain
yaitu sebagai pengatur kualitas dan kuantitas air. Apabila manajemen air tepat
maka kualitas dan kuantitas air dapat dipertahankan untuk kehidupan berikutnya
atau disebut juga dengan keberlanjutan. Sumberdaya alam juga berpotensi
dalam menyediakan biomassa yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, tetapi
pengelolaan biomassa ini juga harus sesuai secara ekologi. Hal ini karena
ekologi merupakan komponen yang penting dari sumberdaya alam. Ekologi yang
baik juga akan menghasilkan hasil yang baik serta dapat berkelanjutan.
Pengelolaan biomassa merupakan hal yang sulit dijalankan karena berkaitan
dengan kebutuhan manusia yang sangat besar sedangkan pengelolaan
biomassa ini membutuhkan suatu ruang atau tempat yang luas agar hasil yang
didapatkan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, pengelolaan
sumberdaya alam untuk menghasilkan biomassa ini memerlukan waktu,
keahlian, dan ide-ide yang inovatif. Sumberdaya alam juga berpotensi bagi
keberlangsungan aktivitas flora dan fauna maupun mikroorganisme yang ada di
dalamnya. Apabila manajemen suatu sumberdaya alam dengan tetap
mempertahankan hutan, maka biodiversitas semakin tinggi. Biodiversitas yang
tinggi akan mempengaruhi kehidupan flora, fauna serta mikroorganisme yang
tumbuh semakin baik. Hal ini karena rantai makanan atau siklus yang ada di
dalam hutan tersebut semakin kompleks. Tumbuhan yang ada di dalam hutan
tersebut juga sangat bermanfaat untuk mendukung manajemen daerah aliran
sungai (DAS). Hal tersebut antara lain yaitu terjadi intersepsi, limpasan
permukaan dapat dikurangi dan infiltrasi semakin baik. Hutan merupakan daerah
hulu untuk resapan yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas air. Oleh
karena itu sumberdaya alam merupakan komponen utama dalam suatu ekologi
untuk upaya pelestarian sehingga bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Sumberdaya alam ini ada yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui. Salah satu sumberdaya alam yang bermanfaat bagi masyarakat
dan dapat diperbaharui adalah air, tetapi hal ini akan menjadi tidak dapat
diperbaharui keberadaannya apabila manajemen yang diterapkan kurang tepat
yaitu dengan adanya gangguan ekosistem seperti penebangan hutan. Potensi
sumberdaya alam ini perlu dilestarikan keberadaanya, sehingga masyarakat
bagian hulu maupun bagian hilir dapat menikmati dan memanfaatkan air dengan

kualitas yang baik. Manfaat sumberdaya alam ini bagia masyarakat antara lain
digunakan untuk kebutuhan pertanian, perikanan dan dikonsumsi.

II. PERMASALAHAN GANGGUAN FUNGSI DAS

2.1. Fakta Lapangan Gangguan Ekosistem DAS


Pengamatan daerah aliran sungai (DAS) yang dilakukan yaitu pada
daerah hilir di daerah Soekarno-Hatta tepatnya di aliran sungai persawahan dan
di dekat pemukiman. Pengamatan yang ada di lapangan antara lain yaitu fakta
gangguan ekosistem DAS Brantas. Fakta pertama yang ditemukan yaitu warna
air sungai keruh. Warna air sungai khususnya pada daerah pemukiman yaitu
berwarna kehitaman. Warna air ini mempengaruhi kualitas air serta ekosistem
pada daerah aliran sungai (DAS).
Fakta kedua gangguan ekosistem pada DAS yaitu tidak ditemukan
organisme seperti ikan pada aliran tersebut. Hal ini menandakan bahwa kualitas
air sungai yang buruk. Selain itu berdasarkan segi kuantitas air tersebut dapat
terlihat bahwa air yang mengalir pada daerah persawahan maupun di dekat
pemukiman memiliki debit yang sedikit. Padahal di areal persawahan tersebut,
padi memasuki fase vegetatif yang masih memerlukan kebutuhan air yang cukup
banyak.
Fakta lain yang ada pada aliran sungai yaitu tercemarnya aliran sungai.
Tercemarnya ini yaitu terdapat sampah pada sungai tersebut khususnya sampah
plastik. Apabila hal ini tetap dibiarkan, maka akan berdampak pada kehidupan
organisme air. Selain itu, sampah dapat mengakibatkan tersumbatnya aliran air,
sehingga apabila tetap dibiarkan maka pada musim penghujan akan dapat
mengalami banjir. Sampah plastik yang terdapat di aliran sungai merupakan
sampah bekas makanan yang mengandung minyak, sehingga dapat mencemari
kualitas air. Apabila tidak ada upaya untuk mengatasi hal tersebut, maka sampah
tidak dapat didekompossi. Sampah plastik pada proses dekomposisinya
memerlukan waktu yang lama, sehingga perlu upaya untuk mengatasi hal
tersebut.
Fakta lain yang ditemukan pada gangguan ekosistem antara lain terdapat
bangunan aliran air yang longsor di dekat jalan umum menuju pemukiman.
Selain itu, disekitar aliran air tersebut bangunan pemukiman kurang tepat karena
tidak sesuai syarat yaitu seharusnya lebih dari 25 meter dari aliran sungai.
Namun kebanyakan dari bangunan tersebut kurang dari 25 meter dari aliran
sungai.
2.2. Dampak Masalah terhadap Masyarakat dan Petani di Daerah Hulu
Dampak masalah terhadap masyarakat dan petani di daerah hulu antara
lain pada produktivitas hasil pertanian. Apabila produktivitas pada bagian hilir
rendah karena gangguan ekosistem daerah aliran sungai (DAS), maka
produktivitas akan menurun. Produktivitas ini akan mempengaruhi dari
kebutuhan masyarakat yaitu baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan
finansial. Apabila pada bagian hilir produksi tidak mencukupi maka masyarakat
akan memanfaatkan bagian hulu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seringkali pada bagian hulu yang dimanfaatkan yang awalnya hutan
dialihfungsikan menjadi lahan pertanian. Hal ini akan berdampak pada ekosistem
di sekitarnya maupun terhadap masyarakat dan petani. Pada ekosistem di
sekitarnya, dampak negatif yang ditimbulkan antara lain seperti biodiversitas

menurun karena pohon pembukaan lahan baru sehingga terjadi penebangan


hutan agar dapat ditanami tanaman budidaya. Dampak lain pada ekosistem yaitu
karbon yang dapat disimpan menjadi berkurang karena pengaruh vegetasi
seperti jenis tanaman, umur tanaman dan lebar kanopi yang berbeda dari
vegetasi sebelumnya. Pada lahan pertanian ini, biasanya masih menerapkan
konsep bahwa tanaman yang ditanam berupa tanaman budidaya. Oleh karena
itu, dapat menimbulkan gangguan ekosistem pada daerah hulu maupun daerah
hilir.
Daerah hulu merupakan daerah yang memiliki salah satu fungsi yaitu
sebagai resapan air. Apabila hal ini terganggu, maka kehidupan manusia akan
berubah. Dampak pada masyarakat hulu salaha satunya yaitu mereka akan
bersaing dengan masyarakat daerah hilir untuk ketersediaan air, karena daerah
resapan yang ada di hulu berubah fungsi. Apabila daerah resapan ini berubah
fungsi, maka air memiliki laju yang cepat sehingga akan banyak berada pada
daerah bagian hilir. Hal ini dapat menjadikan dampak yang buruk bagi
masyarakat bagian hulu yaitu dapat terjadi kekeringan. Selain itu bagi petani,
mereka akan bersaing untuk memenuhi kebutuhan hidup dan finansial dengan
masyarakat bagian hilir. Hal ini karena banyak petani yang berpindah ke bagian
hulu untuk tujuan budidaya. Apabila hal ini terjadi maka dapat menjadi ketidak
harmonisan di tingkat sosial atau terjadi kesenjangan sosial.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan pada masyarakat aibat dari alih
fungsi lahan pertanian yaitu dapat terjadi bencana alam. Bencana alam yang
ditimbulkan dapat berupa longsor, karena pada topografi tersebut tidaka ada
yang menahan tanah dengan kuat. Longsor ini akan merugikan khususnya
kerugian secara finansial.

2.3. Dampak Masalah terhadap Masyarakat Daerah Hilir DAS


Dampak masalah terhadap masyarakat hilir DAS antara lain yaitu aliran
air yang ada pada bagian hilir menjadi menurun dari segi kualitas dan kuantitas.
Berdasarkan kualitasnya dapat terjadi sedimentasi, sehingga warna air sungai
tersebut biasanya berubah menjadi keruh hingga coklat. Air yang memiliki
standar kualitas tidak sesuai ini maka tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini karena hanya dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan pertanian yaitu
pada budidaya tanaman. Sedangkan pada kebutuhan perikanan tidak dapat
digunakan. Perikanan merupakan bagian penting dalam menyejahterkan
masyarakat. Dengan adanya kegiatan budidaya ikan masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya khusnya untuk kebutuhan finansial. Air
merupakan komponen utama yang dibutuhkan dalam proses budidaya. Namun,
pada DAS bagian hilir terjadi sedimentasi. Apabila hal ini terjadi maka kebutuhan
air akan menjadi lebih banyak karena masyarakat bagian hilir akan mengambil
sumber air yang berbeda.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan terhadap masyarakat daerah hilir
DAS yaitu dapat menjadi bencana alam. Bencana alam yang ditimbulkan dapat
berupa banjir. Hal ini karena pada bagian hulu tidak dapat menjadi daerah
resapan karena terjadi pengalihfungsian lahan hutan menjadi lahan pertanian.
Pengalihfungsian ini mengakibatkan air tidak sejalan pada semestinya yaitu tidak
dapat masuk ke dalam tanah yang laju air berada pada tanah. Namun karena
terjadi perubahan lahan, maka air yang masuk ke dalam tanah akan sedikit,

sehingga dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi masyarakat. Dampak


tersebut yaitu air akan langsung turun ke bagian hilir. Air yang turun ini memiliki
kuantitas yang cukup banyak. Hal ini akan menimbulkan banjir pada daerah
bagian hilir. Masyarakat pada bagian hilir menjadi tidak dapat menjalankan
aktivitasnya seperti biasa.
Dampak lain yang ditimbulkan yaitu masyarakat bagian hilir juga
kekurangan air karena air yang seharusnya berjalan di dalam tanah melalui
resapan bagian hulu, maka hal ini sudah tidak dapat lagi karena melewati
permukaan tanah.

2.4. Analisis Akar Masalah secara Komperhensif


Berdasarkan masalah pada kondisi fakta yang ada di lapangan, maka
terdapat akar masalah. Pada masalah pertama warna air pada aliran sungai di
dekat pemukiman keruh, hal ini mendakan bahwa kualitas air tersebut buruk.
Warna tersebut berubah menjadi kehitaman. Hal ini dapat disebabkan karena
limbah rumah tangga yang dibuang di aliran sungai tersebut. Hal ini akan
mempengaruhi biodiversitas yang ada pada ekosistem seperti makroinvertebrata
tidak dapat hidup. Apabila makroinvertebrata tidak dapat hidup, maka
biodiversitas air menjadi rendah.
Fakta dari masalah yang kedua yaitu tidak ditemukannya organisme
seperti ikan pada aliran tersebut. Hal ini menandakan bahwa kualitas air sungai
yang buruk. Selain itu berdasarkan segi kuantitas air tersebut dapat terlihat
bahwa air yang mengalir pada daerah persawahan maupun di dekat pemukiman
memiliki debit yang sedikit. Padahal di areal persawahan tersebut, padi
memasuki fase vegetatif yang masih memerlukan kebutuhan air yang cukup
banyak. Hal ini dapat dikarenakan tercemarnya aliran sungai oleh limbah rumah
tangga, sehingga ikan-ikan tidak dapat hidup pada aliran air sungai tersebut.
Selain itu limbah ini juga terdapat dari jenis sampah plastik yang akan
mencemari dan menurunkan kualitas air.
Fakta lain yang ditemukan pada gangguan ekosistem antara lain terdapat
bangunan aliran air yang longsor di dekat jalan umum menuju pemukiman.
Selain itu, disekitar aliran air tersebut bangunan pemukiman kurang tepat karena
tidak sesuai syarat yaitu seharusnya lebih dari 25 meter dari aliran sungai.
Namun kebanyakan dari bangunan tersebut kurang dari 25 meter dari aliran
sungai. Hal ini merupakan berhubungan dengan infrastruktur. Bangunan longsor
dapat terjadi karena diakibatkan oleh pemadatan tanah pada jalan tersebut.
Pemadatan tanah ini mengakibatkan terjadinya tekanan pada sekitarnya, seperti
di bangunan aliran air, sehingga bangunan tersebut menjadi longsor. Hal tersebut
akan menjadi dampak awal apabila tidak ditangani. Selanjutnya, apabila laju
aliran air tinggi, maka longsor dapat terjadi lebih parah. Hal ini karena partikel
tanah terbawa oleh laju aliran air.

III. TINJAUAN PUSTAKA

DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian
rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai
yang melaluinya. Sungai dan anak-anak sungai tersebut berfungsi untuk
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
serta sumber air lainnya. Pola pengaliran dan penyimpanan air dalam DAS
sangat dipengaruhi oleh karakteristik tanah, bahan induk (geologi), morfometri
DAS dan penggunaan lahan. Karakteristik ini menentukan banyaknya air hujan
yang dialirkan atau tertahan, kecepatan aliran, dan waktu tempuh air dari tempat
terjauh sampai dengan outlet (waktu konsentrasi) yang berpengaruh pada
kejadian banjir, baik banjir yang berbentuk genangan (inundasi) maupun banjir
bandang pada DAS tersebut. Menurut Rahayu et al (2009), pengelolaan DAS
yang baik dengan memperhatikan vegetasi, arah lereng dan pengelolaan tanah.
Hal ini karena vegetasi berfungsi untuk menghalangi curah hujan yang jatuh,
sehingga air hujan tidak jatuh langsung di permukaan tanah, akibatnya daya
penghancur air hujan berkurang. Vegetasi juga dapat berfungsi untuk
menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air terinfiltrasi. Penggunaan
lahan yang paling efektif untuk mengurangi erosi adalah hutan namun rumputrumputan yang tumbuh rapat dapat berfungsi sama efektifnya.
Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman
merupakan faktor utama penyebab terjadinya penurunan kualitas air sungai di
daerah hulu melalui sedimentasi. Menurut Rahayu et al (2009), Monitoring
kualitas air secara fisik dapat dilakukan dengan mengukur peubah-peubahnya
seperti suhu, muatan sedimen, kecepatan aliran, ukuran batuan dasar sungai,
turbiditas/kekeruhan, warna, bau, keadaan kanopi dan jenis vegetasi di sekitar
sungai. Peubah-peubah yang diamati pada monitoring kualitas air secara kimia
adalah keasaman (pH), oksigen terlarut, daya hantar listrik, kandungan nitrat,
nitrit, amonia, fosfat, keberadaan bakteri dan kandungan bahan kimia lainnya
sesuai dengan penggunaan air.
Pada upaya pengelolaan DAS juga dapat dilakukan
kelembagaan. Hal ini sesuai dengan Sucipto (2008) antara lain:

melalui

a. Membangun kesepakatan dan kesepahaman antar daerah dalam


pengelolan DAS lintas regional
Masing-masing daerah memahami konsep/mekanisme hidrologis
yang terjadi secara alamiah dalam pemanfaatan sumberdaya alam,
dimana mekanisme hidrologis ini menekankan adanya karakteristik antara
satu wilayah dengan wilayah lainnya. Mekanisme ini akan memperkecil
pengaruh penguasaan sumberdaya alam secara eksklusif oleh daerahdaerah yang memiliki sumber daya alam berlebih. Komitmen bersama
untuk membangun sistem pengelolaan DAS yang berkelanjutan dan
untuk memperoleh keseimbangan dan keserasian antara kepentingan
ekonomi, ekologi dan sosial. Komitmen bersama ini adalah langkah
b. Membangun legislasi yang kuat.
Kebijakan publik dalam pengelolaan sumberdaya alam akan
memiliki kekuatan pengendalian perilaku masyarakat (public) apabila
dikukuhkan oleh sistem yang legal (hukum) yang tegas dan jelas.
Legalisasi pengelolaan DAS mengatur perilaku manusia dalam

hubungannya terhadap pengelolaan sumber daya alam Legalisasi


memberikan power dan kewenangan.
c. Meningkatkan peran institusi (kelembagaan)
Kelembagaan merupakan suatu sistem hukum yang kompleks,
rumit, yang mencakup ideologi, hukum, adat istiadat, aturan, kebiasaaan
yang tidak terlepas dari lingkungan. Kelembagaan mengatur apa yang
dapat dilakukan atau yang tidak dapat dilakukan (dilarang) oleh individu
(perorangan atau organisasi) atau dalam kondisi yang bagaimana individu
itu dapat mengerjalan sesuatu. Oleh karena itu kelembagaan adalah
suatu alat atau instrumen yang mengatur hubungan antara individu.
Penataan institusi dalam pengelolaan DAS menjadi sangat sentral, dan
salah satu produk institusi yang sangat penting adalah perumusan
kebijakan publik. Kebijakan publik dalam pengelolaan DAS diperlukan
untuk menghadapi permasalahan yang kompleks dalam mengatur
perilaku masyarakat dalam menjalankan sistemnya.
Selain itu peran masyarakat juga sangat penting dalam upaya
pengelolaan DAS. Strategi tersebut dapat berupa pengelolaan tidak hanya pada
infrastrukur saja, tetapi melalui efisiensi penggunaan air sekitar DAS baik untuk
air irigasi maupun domestik, pembuatan sumur-sumur resapan di setiap
perumahan/perkebunan, pembuatan penampung hujan, pencegahan erosi di
lahan pertanian dengan membangun terasering dan penanaman tumbuhan yang
mempunyai nilai ekonomis sehingga bermanfaat bagi Daerah Aliran Sungai serta
bagi masyarakat pemakai.

IV. RENCANA AKSI MANAJEMEN DAS

Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi akar masalah tersebut


antara lain yaitu dengan mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa
tindakan yang dilakukan kurang tepat. Hal kecil yang dapat dilakukan oleh
masyarakat yaitu dengan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Tindakan awal
yang dapat dilakukan yaitu dengan membuang sampah pada tempatnya dengan
adanya pemisahan jenis sampah. Jenis sampah yang dipisahkan yaitu dengan
memisahkan antara sampah yang dapat didekomposisi (organik) dan tidak dapat
didekomposisi (an-organik) seperti sampah plastik. Hal ini dapat mengurangi
limbah yang ada di sungai agar kualitas air sungai dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Pemanfaatan air sungai pada dasarnya tidak hanya digunakan dalam
bidang pertanian, tetapi juga nonpertanian seperti perikanan. Sampah yang
dapat didekomposisi juga memiliki manfaat lainnya yaitu sebagai unsur hara,
sehingga di dalam tanah terdapat aktivitas biologi. Selain itu juga dapat
melindungi tanah dari erosi akibat pukulan air hujan. Namun apabila di dalam
sungai sudah terjadi pencemaran akibat sampah, maka yang dapat dilakukan
yaitu dengan adanya penyaringan pada sungai, sehingga sampah yang sudah
tersaring tersebut dapat diolah.
Pada permasalahan yang ditemukan dari fakta di lapangan yaitu adanya
erosi pada bangunan akibat pemadatan yang ada di sekitarnya. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain adalah dengan
pembuatan biopori. Pembuatan biopori ini dapat mengurangi pemadatan tanah
karena terdapat aktivitas mikroorganisme yang dapat meningkatkan porositas.
Biopori ini juga berfungsi agar tidak mengalami banjir akibat pemadatan tanah.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi erosi yaitu dengan penanaman
pohon maupun vegetasi di sekitar sungai agar partikel tanah yang sudah tererosi
tidak terbawa oleh air. Vegetasi ini akan mengurasi erosi karena tanah dapat
ditahan oleh akar serta hujan yang jatuh tidak langsung mengenai tanah maupun
bangunannya.
Upaya lain yang dapat dilakukan masyarakat dalam ketersediaan air
yaitu dengan pembuatan sumur resapan di perumahan maupun di perkebunan.
Sumur resapan ini juga berfungsi agar tidak terjadi banjir. Hal lain yang dapat
dilakukan untuk menjaga ketersediaan air yaitu dengan menggunakan air
seefisien mungkin baik pada skala rumah tangga amupun pada sektor pertanian.
Pada upaya untuk efisiensi air dapat dilakukan dengan penggabungan
dari sektor pertanian dan perikanan. Air limbah dari perikanan dapat digunakan
untuk irigasi serta air tersebut juga mengandung kotoran ikan yang berfungsi
sebagai pupuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan prinsip mina padi yaitu
dengan cara budidaya ikan di lahan sawah. Hal ini juga terdapat hubungan yang
saling menguntungkan antara tanaman padi dengan ikan tersebut. Ikan dapat
memperoleh makanan yaitu plankton dari padi dan padi dapat memperoleh unsur
hara dari kotoran ikan.
Kuantitas air juga menjadi fakta yang ada di lapang. Hal ini terlihat bahwa
pada lahan persawahan memiliki debit air yang cukup rendah. Debit air ini
menunjukkan bahwa keadaan resapan air kurang optimal yang dapat disebabkan
oleh kondisi fisik seperti penebangan hutan di bagian hulu untuk dijadikan lahan
pertanian. Namun untuk mengatasi upaya tersebut yaitu dengan adanya konsep

sistem pertanian yang mengemban prinsip agroforestri. Hal ini tidak hanya
tanaman budidaya yang ditanam tetapi tanaman tahunan yaitu pohon. Pada
bagian hulu ini akan kembali menjadi daerah resapan. Daerah resapan ini
merupakan awal untuk menjaga siklus hidrologi agara tetap baik. Selain itu
masyarakat juga tetap akan memperoleh hasil yang menguntungkan karena hasil
yang dipanen tidak hanya 1 jenis tetapi beberapa jenis. Agroforestri juga memiliki
manfaat lain seperti simpanan karbon untuk mengurangi gas rumah kaca serta
tanaman yang ditanam berbagai jenis sehingga biodiversitasnya tinggi. Hal ini
akan menjadi kompleks karena tidak terjadi peledakan populasi hama dan
penyakit.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
keadaan DAS brantas pada bagian hilir kurang baik yaitu secara kualitas dan
kuantitas. Secara kualitas dipengaruhi oleh warna, organisme yang hidup di air,
bangunan pemukiman yang ada di sekitar aliran sungai belum memenuhi syarat
yaitu 25 meter dari sungai dan terdapat bangunan yang longsor akibat
pemadatan tanah. Sedangkan secara kuantitas, air yang mengalir sangat sedikit
padahal dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pertanian yaitu padi.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan adanya kesadaran dari
masyarakat seperti pemilahan jenis sampah organik dan anorganik, pembuatan
sumur resapan, penanaman vegetasi di sekitar sungai dan menggunakan air
seefisien mungkin. Pada bagian hulu juga diterapkan sistem pertanian yang
mengemban konsep agroforestri agar tetap menjadi daerah resapan.
5.2. Saran
Berdasarkan penjelasan dari ulasan tersebut maka masyarakat sebaiknya
lebih memikirkan untuk jangka panjang keberlanjutan ekosistem terutama
pengelolaan daerah aliran sungai melalui tindakan awal yang ada di sekitarnya
untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu S, Widodo RH, van Noordwijk M, Suryadi I dan Verbist B. 2009.


Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor, Indonesia. World
Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 p.
Sucipto. 2008. Kajian Sedimentasi di Sungai Kaligarang dalam Upaya
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kaligarang Semarang. Semarang.
Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPANG

Kuantitas air yang rendah

Erosi pada sungai

pencemaran air sungai

bangunan yang tidak memenuhi syarat

Anda mungkin juga menyukai