Lapsus 3 Depresi
Lapsus 3 Depresi
Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
Disusun oleh :
SABRINA
142.0221.127
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. G
Usia
: 68 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agam
: Kristen
Pendidikan
Status
: Sudah Menikah
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Cengkareng
I. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis pasien dilakukan secara autoanamnesis pada pasien langsung.
Anamnesis dilakukan pada tanggal 06 Juli 2015 pukul 11.11 WIB di Poliklinik Psikiatri
RSUP Persahabatan Jakarta Timur.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta Timur dengan
keluhan sulit untuk tidur pada malam hari. Kurangnya jam tidur tersebut membuat
pasien merasa sangat lemas, was-was dan sering memikirkan hal-hal yang sudah
lampau.
banyak memikirkan tentang kejadian maupun hal-hal yang sudah lewat dimasa yang
lalu maupun masa sekarang. Banyak penyesalan yang terjadi dalam diri pasien sehingga
membuat kehidupan di masa tuanya diliputi oleh rasa penyesalan-penyesalan itu hingga
sekarang.
Pasien datang sendiri dan tanpa ditemani oleh siapa-siapa ke Poliklinik Psikiatri.
Penampilan pasien saat datang sesuai dengan usianya, pasien mengenakan baju
berwarna gelap bermotif kotak-kotak, mengenakan celana kain, perawatan diri kurang
namun potongan rambut yang cukup rapi.
kesadarannya pun baik. Dari awal sampai selesai anamnesis pasien kooperatif namun
pasien menjawab pertanyaan tidak dengan spontan dan terkadang pasien menjawab
pertanyaan dengan berputar-putar dahulu sebelum sampai pada pointnya. Artikulasi dan
pemahaman bahasa pasien agak kurang jelas namun masih dapat dimengerti oleh
pemeriksa. Kontak mata antara pasien kepada pemeriksa terlihat intens.
Akhir-akhir ini pasien merasa cemas, gelisah, mudah menyesal karena
memikirkan nasib serta kehidupan pasien yang menurut pasien sangat menyedihkan.
Pasien juga sering merasa mudah sedih, bahkan kadang-kadang sampai menangis.
Pasien merasa sangat menyesali hidupnya, dan merasa gagal menjadi seorang ayah bagi
anak-anaknya, serta gagal menjadi seorang anak laki-laki tertua dalam keluarganya.
Pasien merasa malu karena sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarga justru pasien
memiliki kehidupan yang susah bila dibandingkan dengan adik-adik pasien yang
memiliki kehidupan yang lebih baik dan berhasil dibandingkan pasien. Adik-adik pasien
berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga menjadi seseorang yang sukses dan
terpandang, ada yang anaknya menjadi TNI berpangkat tinggi, ada yang berprofesi
sebagai dokter, hamper semua anak dari adik-adik pasien berhasil mengenyam
pendidikan hingga sampai dibangku kuliah. Hanya pasien yang tidak bisa
menyekolahkan anaknya sampai kuliah, pasien hanya mampu menyekolahkan kedua
anaknya sampai lulus SMA saja, sementara pasien dulu sempat merasakan pendidikan
kuliah sampai pada semester tiga, hal itu yang terkadang membuat pasien merasa sangat
sedih, menyesal dan merasa tidak berguna sebagai laki-laki tertua dalam keluarga dan
sebagai ayah untuk anak-anaknya.
Sosialisasi pasien dengan tetangga baik-baik saja dan tidak ada masalah dengan
tangga sekitar rumah pasien. Namun akhir-akhir ini pasien sudah jarang berkumpul dan
mayur di pasar Tanah Tinggi, Tanggerang kini sudah tidak berdagang lagi. Dikarenakan
pasien yang sudah tidak mampu untuk mengangkat beban barang-barang dagangannya.
Untuk itu pasien sekarang hanya menghabiskan waktu dirumah saja dan
menggantungkan hidupnya pada anak-anaknya dan terkadang mendapatkan sedikit
bantuan dari keponakannya. Namun pasien sering merasa malu bila harus menelpon dan
meminta kepada keponakannya tersebut, karena penghasilan dari anaknya sendiri
dirasakan kurang atau tidak cukup bila harus memenuhi kebutuhan keluarga pasien
yang tinggal dalam satu rumah. Pasien juga kerap kali berkata kalau pasien ingin mati
saja karena merasa dirinya tidak berguna sebagai ayah karena tidak bisa menyekolahkan
anak-anaknya sampai pendidikan yang lebih tinggi. Pasien merasa tidak ada gunanya
lagi untuk hidup, dan pasien juga merasa malu pada adik-adiknya yang jauh lebih
berhasil bila dibandingkan dengan kehidupan pasien.
Dahulu pasien dilahirkan secara normal. Pertumbuhan dan perkembangan pasien
sejak masa bayi, kanak-kanak, hingga menjadi dewasa normal sesuai dengan orangorang seumurannya. Pasien tidak pernah sakit berat saat masih anak-anak. Dalam
keluarganya tidak ada yang mengalami hal yang serupa dengan pasien, hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada faktor genetik yang mempengaruhi gangguan jiwa yang
dialami oleh pasien.
Pasien merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Hubungan pasien dengan
adik-adiknya cukup harmonis dan tidak pernah bermasalah serius. Hanya saja pasien
merasa sangat malu pada adik-adiknya, minder, dan tidak percaya diri dengan
kehidupan pasien sekarang. Pasien tinggal di Cengkareng dan tinggal bersama dengan
istri dan kedua anaknya. Pasien tinggal dirumah sendiri. Pasien merasa iri dengan adikadiknya yang pada masa tuanya sekarang sudah menimang cucu. Pasien juga merasa
ingin sekali memiliki cucu, namun apa daya anak-anak pasien belum ada yang menikah.
Pasien berpikiran bahwa anaknya belum menikah dikarenakan kondisi pasien yang
sangat kurang sekali dari segi ekonomi. Pasien merasa kalau anak-anaknya juga
dikucilkan dalam pergaulan sehingga tidak ada yang berteman atau menikah dengan
anak pasien. Pasien sering sekali menyalahkan dirinya sendiri atas nasib anak-anak
pasien yang sampai sekarang belum juga menikah, padahal umur anak pasien sendiri
sudah dikatakan sudah dewasa dan matang untuk menikah. Pasien merasa hal itu terjadi
disebabkan oleh dirinya.
dengan pilihan anaknya tersebut, namun pasien tetap membebaskan pilihan anaknya
tersebut. Pasien merasa sangat tidak optimis dengan kehidupan masa depannya dan
masa depan anak-anaknya.
Pasien sudah tidak pernah merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol lagi
sejak tahun 1980. Ditambah lagi pasien sadar bahwa dirinya sakit jantung dan
hipertensi, dan mengalami kesulitan tidur dan butuh bantuan untuk mengobati sakitnya
tersebut. Pasien saat ini memiliki keingan agar anaknya segera menikah dan menemui
pasangan hidup, ingin memiliki cucu seperti adik-adik pasien yang sudah mempunyai
cucu, dan ingin anaknya memiliki pekerjaan yang lebih baik dari sekarang.
Pasien hidup bersama dengan ibu tirinya. Pasien tumbuh dan berkembang sesuai
usia sebagaimana anak seusianya, sehingga tidak terdapat gangguan pertumbuhan
maupun perkembangan pada pasien.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikannya dari SD, SMP, SMA dan sempat berkuliah
sampai pada semester tiga. Pasien menyelesaikan pendidikan dengan lancar,
tidak pernah tinggal kelas. Hanya pada saat kuliah disemester tiga pasien tidak
melanjutkannya lagi. Pendidikan terakhir pasien hanya sampai pada perkuliahan
di semester saja.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pedangan sayur sayuran di Pasar Tanah Tinggi,
Tangerang.
6. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga cukup harmonis. Namun pasien merasa rendah diri
dengan keadaannya, dikarenakan pasien merasa dirinya tidak berhasil
menyekolahkan anak-anaknya sampai pendidikan yang lebih tinggi.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien atau mengeluhkan hal yang sama dengan pasien.
itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dirumah. Untuk masalah
kesehatan, pasien menggunakan asuransi, yaitu BPJS.
Kesadaran umum :
Compos mentis
Kontik psikis
Cara berjalan
: baik
4. Pembicaraan
-
Kuantitas
Kualitas
: volume
bicara
kurang,
artikulasi
kurang
jelas,
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood
: Sedih, cemas
2. Afek
: Tumpul
3. Keserasian
4. Empati
C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD, SMP, SMA dan sempat berkuliah
sampai pada semester tiga dan pasien tidak melanjutkan lagi. Pasien dapat
mengikuti pelajaran dengan baik, tidak pernah tinggal kelas semasa
sekolah SD sampai SMA.
Pengetahuan Umum
Baik, terbukti pasien dapat menjawab dengan baik dan benar pertanyaan
pengetahuan umum yang diberikan oleh dokter seperti siapa presiden
Indonesia saat ini. Pasien menjawab, Jokowi.
Kecerdasan
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat pertanyaan berhitung
pertambahan yang diajukan pemeriksa, yaitu 100-7=93
2. Daya konsentrasi
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dari awal sampai dengan selesai.
Pasien mampu menjawab dengan cukup baik dan benar pertanyaan yang
diajukan oleh dokter untuk menilai fungsi kognitif pasien, 100-7=93
3. Orientasi
Waktu
Baik, pasien dapat mengetahui waktu saat berobat ke poliklinik jiwa pada
siang hari
Tempat
Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di poliklinik jiwa RSUP
Persahabatan Jakarta Timur
Orang
Situasi
Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang melakukan konsultasi dan
wawancara
4. Daya ingat
5. Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat menjelaskan arti peribahasa tong kosong nyaring bunyinya
dengan interpretasi yang benar.
6. Bakat kreatif
Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien dapat mengerjakan aktifitas harian seperti mandi, makan tanpa
bantuan orang lain. Aktivitas sehari-hari yang dapat dikerjakan sendiri pun
tidak ada hambatan.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi
Halusinasi auditorik
(-)
Halusinasi visual
(-)
Halusinasi taktil
(-)
10
Halusinasi olfaktori
(-)
Halusinasi gustatorik
(-)
Ilusi
Derealisasi
E. PROSES PIKIR
1. Alur piker
Preokupasi
namun pasien menjawab pertanyaan dengan penjelasan yang berputarputar terlebih dahulu sebelum sampai pada point yang dimaksudkan oleh
pertanyaan yang diajukan pemeriksa
Kontinuitas
: koheren
Hendaya
2. Isi pikiran
Terdapat waham : Tidak terdapat waham
F. PENGENDALIAN IMPULS
Pengendalian impuls pasien saat wawancara baik
G. DAYA NILAI
1. Norma sosial
Kemampuan pasien bersosialisasi cukup baik. Pasien memiliki cukup banyak
teman saat sekolah maupun saat diperkumpulan suku pasien
2. Uji daya nilai
Baik, ketika pasien diberikan suatu permasalahan mengenai apa yang akan
dilakukan pasien apabila menemukan seorang anak ingin menyebrang jalan,
pasien menjawab akan membantu anak tersebut untuk menyebrang
3. Penilaian realitas
11
Tidak terdapat gangguan dalam menilai realitas karena disini pasien tidak
memiliki waham dan halusinasi
H. TILIKAN/INSIGHT
Tilikan derajat 4, pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan umum
2. Tanda vital
F. nafas
: 26 x/menit
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: afebris
3. Berat badan
: - kg
4. Bentuk badan
5. System kardiovaskular
6. System musculoskeletal :
12
7. System gastrointestinal
8. System urogenital
9. Gangguan khusus
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial
2. Saraf motoric
3. Sensibilitas
6. Gangguan khusus
13
d. Dua tahun lalu, pasien didiagnosis oleh dokter menderita hipertensi, dan penyakit
jantung. Sehingga pasien pernah di rawat selama satu bulan di rumah sakit akibat
sakitnya tersebut.
e. Pasien masih mampu mengerjakan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan
orang lain. Pasien menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah saja. Pasien
juga merasa menjadi kehilangan minat dan lebih mudah lelah dalam mengerjakan
beberapa aktivitas.
f. Pasien sudah tidak merokok dan mnengkonsumsi minum-minuman beralkohol
lagi sejak tahun 1980. Pasien menyangkal pernah menggunakan obat-obatan
terlarang.
g. Saat anamnesis, kontak mata baik, mood pasien cemas dan sedih, afek tumpul.
h. Status mentalis, tidak terdapat waham, halusinasi, maupun ilusi.
i. Fungsi kognitif baik dan pengendalian impuls baik. Orientasi waktu, tempat,
orang dan situasi baik. Daya ingat jangka panjang, pendek dan segera baik.
j. Dikeluarga, tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama dengan
pasien
k. Pasien terdiagnosis Penyakit Jantung dan hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
Pasien pernah dirawat selama satu bulan karena penyakit jantungnya pasien.
l. Pasien mengenyam jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dengan baik. Setelahnya
pasien melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi namun hanya sampai pada
semester tiga saja.Semasa bersekolah pasien dapat bergaul dengan baik. Selain
itu pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas.
m. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dengan tekanan darah 140/90
mmHg, frekuensi nadi 84 kali/menit, frekuensi pernapasan 26 kali/menit, dan
suhu afebris
n. Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, satu anal laki-laki dan satu
anak perempuan.. Kedua anak pasien belum berkeluarga.
o. Hubungan pasien dengan keluarga harmonis. Tidak ada masalah yang besar dan
berarti dalam keluarga. Namun pasien sering merasa rendah diri di depan adikadiknya, dan pasien juga sering merasa tidak berguna sebagai ayah bagi anakanaknya.
14
p. Pasien saat ini tinggal dengan istri, dan kedua anaknya dirumah milik pasien
sendiri.
q. Pasien dulunya merupakan seorang pedang sayur-sayuran di Pasar Tanah Tinggi,
Tanggerang. Kebutuhan pasien sehari-hari berasal dari pemberian kedua anaknya
dan kadang dibantu oleh keponakannya. Namun dirasakan belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan dirumah pasien.
r. Pasien beragama Kristen, dan lumayan sering melaksanakan ibadah ke Gereja.
s. Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang
V. FORMULA DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien ditemukan
sekumpulan gejala dan perilaku yang menimbulkan penderitaan dan disfungsi, maka
pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnostik aksis I
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, tidak ditemukan penyakit yang
menyebabkan disfungsi otak. Penilaian tersebut berdasarkan tingkat kesadaran,
daya ingat, fungsi kognitif, memori dan orientasi pasien masih baik sehingga
pasien ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0)
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien memiliki riwayat perokok berat dan minumminuman beralkohol pada saat usia mudah dan berhenti pada tahun 1980, namun
pasien menyangkal pernah menggunakan obat-obatan psikoaktif, sehingga pasien
ini bukan menderita gangguan mental dan perilaku akibat zar psikoaktif
(F.1)
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, tidak
ditemukan halusinasi dan waham. Sehingga pasien bukan tergolong penderita
gangguan psikotik (F.2)
Pada pasien ini, ditemukan adanya gejala-gejala perubahan suasana perasaan
(mood) kearah depresi yang terjadi kurang lebih selama 2 minggu berupa afek
depresif, kehilangan minat, harga diri dan kepercayaan yang berkurang, gagasan
tentang rasa tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, dan tidur yang
terganggu, sehingga pasien tergolong penderita gangguan mood (afektif) (F.3)
15
Pada pasien ini, tidak ditemukan adanya peningkatan suasana perasaan (afek
meningkat), peningkatan aktivitas psikomotor, serta peningkatan aktivitas mental,
sehingga pasien tidak terdapat episode mania. Oleh karena hanya terdapat episode
depresif tanpa episode mania, maka pasien tergolong penderita episode depresif
(F.32)
Pada pasien ini, ditemukan adanya gejala episode depresif yang disertai adanya
kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaa, dan urusan rumah
tangga, sehingga pasien tergolong penderita episode depresif sedang (F.32.1)
Diagnosis aksis II
Tumbuh kembang pasien normal, pasien dapat bersosialisasi dengan teman
sebayanya semasa SD, SMP, SMA dan kuliah maka dapat dikatakan pasien tidak
terdapat gangguan kepribadian. Pasien juga dapat menyelesaikan masa studi dari SD
sampai SMA dengan baik dan fungsi kognitif baik, maka pada pasien tidak terdapat
retardasi mental. Oleh karena tidak ada gangguan kepribadian dan tidak ada retardasi
mental, sehingga aksis II tidak ada diagnosis.
Diagnosis aksis IV
Pasien seorang laki-laki berusia 68 tahun. Pasien sudah menikah dan saat ini
tinggal dengan istri dan dua orang anaknya dirumah milik pasien sendiri. Pasien anak
pertama dari lima bersaudara. Pasien tidak ada masalah bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Hubungan denga keluarga cukup harmonis. Hanya saja pasien
merasa rendah diri dan tidak berguna karena tidak dapat memiliki kehidupan yang enak
seperti adik-adik pasien, pasien juga merasa gagal menjadi seorang anak karena tidak
dapat menyekolahkan anaknya sampai kuliah. Kebutuhan sehari-hari pasien berasal dari
anak dan kadang dari keponakannya, uang tersebut dirasakan belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dirumah pasien. Pasien sudah tidak berdagang sayursayuran lagi sejak pasien didiagnosis sakit jantung. Maka pasien memiliki masalah
16
dalam perekonomian keluarga dan masalah merasa gagal dalam perannya sebagai anak
tertua dalam keluarga dan sebagai ayah bagi anak-anaknya.
Diagnosis aksis V
Pada pasien ini gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Maka pada aksis V
didapatkan GAF scale 60-51.
VI.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VII.
DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik
b. Masalah psikologi
dan merasa tidak berguna sebagai ayah karena tidak bisa menyekolahkan anakanaknya sampai pendidikan yang tinggi, pasien merasa pesimis akan kehidupan
di masa depan. Pasien sering merasa cemas, gelisah, dan mudah sedih bahkan
sampai menangis.
c. Sosial ekonomi
keluarganya. Namun pasien merasa rendah diri karena merasa hidupnya paling
susah diantara adik-adiknya yang lain.
VIII. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik
17
IX.
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam
: dubia
Ad sanationam
: dubia
TERAPI
a. Psikofarmaka
Sertralin 1 x 25 mg (malam)
Lorazepam 1 x 0,5 mg (siang)
b. Psikoterapi
-
18
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Ajar Psikiatri, FKUI. Jakarta. 2003
2. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001
3. Muslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
PT Nuh Jaya. Jakarta. 2007
19