LIDIA NAFRATILOFA
1006823375
UNIVERSITAS INDONESIA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners keperawatan
LIDIA NAFRATILOFA
1006823375
Karya I1miah Akhir ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
Tanda tangan
Lidia Nafratilofa
1006823375
Tanggal
20 Juli 2013
Lt:Y
ii
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulisan karya ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners
Keperawatan Jurusan Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terimakasih kepada :
(1) Direktur RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta Dr. dr. C.H. Soejono,
SpPD-KGer, MEpid, FACP, FINASIM yang telah memberikan ijin praktik.
(2) Dewi Irawaty,M.A.,PhD. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(3) Kuntarti, SKp.,M Biomed Selaku Ketua prodi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(4) Riri Maria,SKp.,MANP selaku Koordinator Mata ajar Karya Ilmiah AkhirNurse
(5) Tuti Nuraini,SKp.,M.Biomed dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir ini.
(6) Ns. Hepi Suprianti,Skep selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan.
(7) Jajaran manajemen RSCM Gedung A yang telah memberikan kemudahan
dalam praktek di Gedung A.
(8) Teman- teman di Rawat Inap Gedung A khususnya lantai 4 yang telah
memberikan support dan membantu selama praktik.
(9) Orang tua dan keluarga saya (kakakku) yang tercinta Ani, Iyie dan abangku
yang telah memberikan dukungan baik materil dan moril.
(10) Suami Tercinta saya M. Nurul Ikhsan yang telah menemani dalam
pembuatan karya akhir ilmiah ini dari awal sampai akhir.
iii
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
(11) Teman-teman ekstensi 2010 dan reguler 2008 yang telah berjuang bersama
dan memberikan dukungan.
(12) Perpustakaan UI yang telah memberikan literatur dalam membuat skripsi ini.
(13) Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iv
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
v
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
Program studi
Judul
:
:
:
Lidia Nafratilofa
Ners Keperawatan
Pemberian nutrisi melalui continous feeding untuk
menghindari gejala gastro-oesophageal reflux pada
klien dengan gastrektomi
Kanker lambung adalah penyebab paling umum kedua kematian terkait kanker
secara global. kejadian global diprediksi naik sebagai akibat dari pertumbuhan
penduduk, ditandai dengan variasi geografis dalam kejadian kanker lambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian nutrisi melalui drip atau
continous feeding untuk menghindari gejala gastro-oesophageal reflux dapat
diterapkan pada pasien gastrektomi untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada
pasien. Metode studi kasus dengan pendekatan evidenced based practice yaitu
menggunakan penelitian sebagai dasar dalam praktik asuhan keperawatan pada
klien dengan gastrektomi dapat mengurangi gejala gastro-oesophageal reflux
yaitu mual dan muntah sehingga evidence based practice tersebut bisa diterapkan
pada pemberian nutrisi enteral pada klien gastrektomi sehingga
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
dapat teratasi.
Kata kunci : Kanker lambung, continous feeding, gastrektomi, gastrooesophageal reflux.
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
:
:
:
Lidia Nafratilofa
Nurse
Providing nutrition through continuous feeding to
avoid gastro-oesophageal reflux symptoms in clients
with gastrectomy
Gastric cancer is the second most common cause of cancer-related deaths
globally. Global incidence is predicted to increase as a result of population
growth, characterized by geographical variation in the incidence of gastric cancer.
This study aims to determine the provision of nutrition or continuous drip feeding
through to avoid the symptoms of gastro-oesophageal reflux in patients with
gastrectomy can be applied to address nutritional deficiencies in patients. The case
study method with evidenced based practice approach is to use research as a basis
for the practice of nursing care to clients with gastrectomy may reduce symptoms
of gastro-oesophageal reflux are nausea and vomiting so that evidence-based
practice can be applied to enteral nutrition on the client so that the imbalance
nutrition less gastrectomy than body requirements; nausea and vomiting can be
resolved.
Keywords: Gastric cancer, continuous feeding, gastrectomy, gastro-oesophageal
reflux
vi
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
vii
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
i
ii
iii
v
vi
vii
ix
x
1
1
3
3
3
3
3
5
5
5
4
4
6
6
5
8
8
8
8
9
10
11
11
11
13
15
15
15
15
16
17
18
19
20
23
24
viii
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
28
49
53
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.2.1.
Gambar
2.8.2.5
Anatomi lambung.................................................................
Continous feeding................................................................
21
ix
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA
Skema 2.3.
x
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
14
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal
dilakukan, puntung lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi
untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki
dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama
untuk tujuan paliatif dan bukan radikal.
Angka kejadian pasien post laparatomi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM) khususnya di ruang rawat inap gedung A lantai 4 pada tiga bulan terakhir
ini berjumlah 162 orang, sedangkan yang mengalami operasi gastrektomi
berjumlah 2 orang dalam bulan mei. Menurut Brunner and Suddart (2002 ) gejala awal
dari tumor dan kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di
kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Pasien yang
sudah dilakukan pembedahan atau gastrektomi akan mengalami gangguan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena adanya anoreksia (muntah) atau efek
anastesi . Penelitian yang dilakukan oleh Bowling TE, Cliff B &Wright JW (2008)
untuk menghindari gastro-oesophageal reflux dalam memberikan nutrisi melalui
nasogatric tube sebaiknya diberikan secara drip atau continous feeding.
Wright JW (2008) efek pemberian nutrisi melalui drip atau continous feeding
untuk menghindari gastro-oesophageal reflux. Sehingga hal ini bisa diaplikasikan
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien. Oleh karena itu karya tulis ini untuk
mengaplikasikan evidence based dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastrektomi di ruang rawat inap gedung A lantai 4 RSCM.
1.3 Masalah Penelitian
Apakah pemberian nutrisi melalui drip atau continous feeding untuk menghindari
gastro-oesophageal reflux dapat diterapkan pada pasien gastrektomi untuk
mengatasi kekurangan nutrisi pada pasien.
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian nutrisi melalui drip atau
continous feeding untuk menghindari gejala gastro-oesophageal reflux dapat
diterapkan pada pasien gastrektomi untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada
pasien.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gastrektomi.
1.4.2.2 Memaparkan aplikasi tentang evidence based yang dihubungkan dengan
pemberian asuhan keperawatan.
1.5 Manfaat Penulisan
Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat.
1.5.1 Bagi Institusi Rumah Sakit ( RS )
Manfaat penulisan bagi institusi adalah meningkatkan mutu pelayanan dengan
menerapkan evidence based kepada pasien khususnya pasien bedah ruang rawat
inap gedung A lantai 4 RSCM.
1.5.2 Bagi Peneliti
Manfaat bagi penulis sendiri yaitu sebagai pengalaman dalam menerapkan ilmu
berdasarkan evidence Based.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori, konsep dan evidence based. Penjelasan
yang akan di paparkan meliputi konsep dasar kanker lambung dan evidence based
yang terkait.
4
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
Lambung dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: lambung bagian kardia, fundus, dan
corpus disebut bagian
membuat asam dan pepsin (enzim pencernaan), bagian dari asam lambung yang
membantu mencerna makanan. Mereka juga membuat protein yang disebut faktor
intrinsik, yang dibutuhkan tubuh untuk menyerap vitamin B12. Kelompok
berikutnya yaitu antrum, dan pilorus disebut bagian distal. Lambung memiliki 2
kurva, yang membentuk perbatasan luar dan dalamnya, kurvatura minor dan
kurvatura mayor (Gambar 2.2.1)
Dinding lambung memiliki 5 lapisan :
1. Lapisan terdalam adalah mukosa. Di sinilah asam lambung dan enzim
pencernaan dibuat. Kanker lambung kebanyakan dimulai pada lapisan ini.
2. Berikutnya adalah lapisan pendukung disebut submukosa.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
3. Propria muskularis, lapisan tebal otot yang bergerak dan mencampur isi
lambung.
Bagian luar terdiri dari 2 lapisan, subserosa dan serosa bagian luar, membungkus
perut. Lapisan penting dalam menentukan tahap (tingkat) dari kanker dan dalam
membantu menentukan prognosis seseorang (American Cancer Society, 2012).
Kendali pada pengosongan lambung
1. Pengosongan distimulasi secara refleks saat
merespons terhadap
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
- Adenoma Heterotropik
Anomali pankreas paling sering didapatkan. Kira-kira 0,5% dari autopsi. Lebih
sering ditemukan pada pria antara umur 22-55 tahun. Lokasi terbanyak di daerah
antrum dan pylorus. Biasanya pankreas aberan ini kecil (diameter 1 cm).
Pemeriksaan radiologis dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis.
- Bruninoma
Biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni dan pada pemeriksaan radiologis
didapatkan polip multiple dan kadang-kadang didapatkan di daerah pylorus dan
antrum.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
10
: Carcinoma insitu
T1
T2
T3
: Penetrasi ke serosa
T4
: None
N1
N2
tumor primer (sepanjang lambung kiri, common hepatic, limpa atau arteri celiac)
Metastasis Jauh
M0 : None
M1 : Metastasis jauh
Staging :
0
Tis
N0
T1
N0-1
T2
N0
M0
II
T1
N2
T2
N1
M0
T3
N0
M0
III
T2
N2
T3
N1-2
M0
T4
N0-1
M0
1V
T4
N2
T1-4
N1-2
M1
M0
M0
M0
Kanker gaster dini jarang mempunyai keluhan dan sulit untuk dideteksi. Gejala
yang ditimbulkan oleh metastasis dapat berupa perut membesar (asites), ikterus
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
11
obstruktif, nyeri tulang, gejala neurologis dan sesak napas, dan dapat pula berupa
ileus obstruktif.
2.4 Etiologi Kanker Lambung
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai
berikut:
2.4.1 Faktor predisposisi
2.4.1.1 Faktor genetik
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubungan genetik.
Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen Ecadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga
anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi
genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
2.4.1.2 Faktor umur
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi sekitar
5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari 30
tahun (Neugut, 1996).
2.4.2 Faktor presipitasi
2.4.2.1 Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap atau yang diawetkan
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi
faktor utama peningkatan kanker lambung. Kandungan garam yang masuk
kedalam
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
14
tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan tumor yang perforasi atau berdarah
(Sjamsuhidajat , 1997).
Polip
Anemia pernisiosa
Ulkus lambung
Peningkatan asam
lambung
Menyebar ke lambung
anoreksia
Dispepsia
Penatalaksanaan
Pembedahan: gastrektomi
Efek post gastrektomi:dumping syndrome, indigestion/reflux, diare, gastroeosafageal reflux
rasa penuh, kram perut dan nausea dan vomitting
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
16
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar, mempunyai nilai
keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi
lambung maka nilai keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).
2.7.3 Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas dua
golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm, disebut dengan minute dan tumor
dengan ukuran 6 10 mm disebut dengan small.
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum (50-60%),
curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%). Paling banyak
terjadi karsinoma lambung pada daerah daerah curvatura minor bagian
antropyloric (Lumongga, 2008).
2.7.4 Pemeriksaan laboratorium
Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat ditemukan akibat perlukaan
pada dinding lambung. LED meningkat. Elektrolit darah dan tes fungsi hati
kemungkinan metastase ke hati.
2.6.4.1 Radiologi :
a. Foto thorax : dipakai untuk melihat metastase paru.
b. Barium Meal Double-contrast additional defect, iregularitas mukosa tumor
primer atau penyebaran tumor ke esofagus/ duodenum.
c. Ultrasonografi abdomen untuk mendeteksi metastase hati.
d. CT scan atau MRI pada thorax, abdomen, dan pelvis melihat ekstensi tumor
transmural, invasi keorgan dan jaringan sekitar, metastasis kelenjar, asites. Untuk
menilai proses penyebaran tumor seperti : menilai keterlibatan serosa, pembesaran
KGB dan metastase ke hati dan ovarium.
e. CT Staging pada karsinoma lambung:
1) Stage I : massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
18
2.8.1.2 Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena terjadi 5 % dari karsinoma ventrikuli yang
gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif maka banyak darah yang
hilang sehingga timbullah anemia hipokromik.
2.8.1.3 Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai
keluhan muntah-muntah.
2.8.1.4. Adhesi
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi
dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut.
2.9 Penatalaksanaan Kanker Lambung
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali
mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di
lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang tidak
dapat dieksisi secara bedah penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada
kebanyakan pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi,
dapat diperoleh dengan reseksi tumor.
Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, punting ambung dianastomosisikan
pada jejunum, seperti pada gastrektomi ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan
kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung
esophagus dan jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lain, seperti hepar,
pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal.
Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan
disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan,
pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap
penyakit atau paliasi. Obat kemoterapi yang sering digunakan mencakup
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
20
dalam usus kecil. Hal ini biasanya disebabkan ketika pasien makan makanan
tertentu, seperti permen atau sumber karbohidrat tertentu.
Gejalanya yaitu:
fungsi-fungsi
resiko
imunologik,
komplikasi
infeksi
mengurangi
secara
proses
bermakna,
katabolik,
mempercepat
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
21
b. Intermittent feeding
Nutrisi enteral dihentikan untuk jangka waktu 4-16 jam baik siang hari atau di
malam hari.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
22
- Keuntungan:
Memungkinkan mobilitas pasien yang lebih besar (dapat meningkatkan kualitas
hidup), memungkinkan istirahat untuk kegiatan fisik, untuk pemberian obat yang
kompatibel dengan
berguna dalam transisi dari berkesinambungan untuk makan bolus atau dari
tabung
ke
intake
oral,
dapat
mengurangi
risiko
aspirasi
jika
dapat
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
23
- Kekurangan:
Bolus yang besar mungkin buruk ditoleransi, terutama bagi usus kecil,
membutuhkan waktu perawat
bolus feeding
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
27
R: makanan dingin tinggi kandungan protein sering lebih dapat ditoleransi dengan
baik dan tidak berbau dibanding makanan yang panas.
- Kolaboratif pemberian diet cair komersial dengan cara pemberian makan enteral
melalui selang, diet makanan elemental/makanan yang diblender melalui selang
makan sesuai indikasi.
R: pemberian makanan melalui selang mungkin diperlukan pada pasien yang
sangat lemah yang sistem gastrointestinalnya masih berfungsi.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN POSTOP
GASTREKTOMI DI RUANG 402 LANTAI IV ZONA A
RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Informasi Umum
Nama
: Tn. P ( MR.384-47-81)
Umur
: 53 tahun
: Islam
Pendidikan
: S-1
Alamat
: Jambi
Suku
: Batak
Pekerjaan
: PNS
Masuk RS
Pengkajian
28
Universitas Indonesia
29
Hasil kajian yang didapat di ruang 402 lantai 4 zona A : (13 mei 2013 jam 08.00
WIB )
Data Subjektif :
Klien menyatakan tidak memiliki riwayat hipertensi.
Klien mengeluh mual dan muntah, perut terasa kembung.
Klien post op gastrektomi hari ke 3.
Klien mengatakan perutnya masih terasa sakit.
kali/menit.
Pernafasan :
Klien tidak mengeluhkan sesak nafas, batuk (-), frekuensi nafas: 20 kali/menit,
suara nafas vesikuler.
Status mental
: Stabil
Neuromuskuler :
Kekutan otot ekstermitas atas 5555 /5555, ektermitas bawah 5555 / 5555, Reflek
fisiologis ekstremitas atas +2 / +2, ekstremitas bawah +2 / +2, reflek patologis / .
Tidak didapati ada deformitas pada tulang.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
30
3.1.2.3 Sirkulasi
Gejala (subyektif)
Tanda (Obyektif)
Auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal, gallop (-), murmurmurmur (-).
Ektermitas : suhu 36,5C, warna normal mengikuti warna kulit sawo matang,
pengisian kapiler <3, penyebaran kualitas rambut kepala merata, warna hitam
mulai memutih.
Membran mukosa kering, bibir tampak pucat, punggung kuku tampak pucat,
konjungtiva tampak anemis, sklera warna putih.
ASKES
Agama
Tanda Obyektif
Klien tampak tenang, respon fisiologis yang terobservasi heart rate regular, sinus
ryteme, nafas regular, tidak didapati diaphoresis.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
31
3.1.2.5 Eliminasi
Gejala (Subyektif)
Pola BAB :
Klien mengalami perubahan BAB. Masih diare 4x, warna kecoklatan tidak ada
penggunaan laksatif , karakter feses encer, BAB sudah tidak hitam lagi.
Pola BAK
Karakter urin
Penggunaa deuritik
Tanda (Obyektif)
Abdomen
Nyeri tekan (+), perut tidak teraba keras, supel , bising usus 13 x/menit.
3.1.2.6 Makanan/Cairan
Gejala (Subyektif)
Selama dirawat diet klien adalah diet clear fluid via Ngt dengan jumlah 6x50 cc.
Klien mengalami kehilangan selera makan, mengeluhkan mual, muntah (+).
Tanda (Obyektif)
Berat badan Klien terakhir adalah 50 Kg, TB : 160 cm
Turgor kulit elastis dan kering.
Pemeriksaan vena jugularis normal (5+0).
Kondisi gigi dan gusi : masih lengkap, gigi terlihat bersih
Lidah tampak pucat.
Bising usus 13 x/menit.
Bunyi nafas vesikuler.
3.1.2.7 Higine
Gejala (Subyektif)
Aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, toiletening dibantu sebagian oleh
istrinya. Mobilitas terbatas terbatas di tempat tidur.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
32
Tanda (Obyektif)
Cara berpakaian rapih, kulit kepala dan rambut bersih.
3.1.2.8 Neurologi
Gejala (Subyektif)
Klien tidak ada keluhan atau gangguan pendengaran.
Tanda (Obyektif)
Status mental stabil, orientasi waktu baik, orientasi tempat baik, orientasi orang baik,
tingkat kesadaran composmentis, kooperatif, status memori saat ini dan yang lalu baik.
Ukuran pupil kanan dan kiri isokor, reaksi pupil terhadap cahaya kanan kiri baik, reflek
menelan tidak mengalami gangguan, genggaman/lepas tangan ka/ki baik, dan refelek
tendon dalam normal (+2/+2).
3.1.2.9 Pernafasan
Gejala (Subyektif)
Klien tidak mengeluh sesak atau batuk.
Tanda (Obyektif)
Pernafasan : frekuensi 20 kali/menit, simetris, tidak ada penggunaan otot-otot bantu
pernafasan (otot sternoklodiomastoid),bunyi nafas vesikuler, sianosis (-).
3.1.2.10 Keamanan
Gejala (Subyektif)
Klen menyatakan tidak pernah mengalami cidera atau kecelakaan.
Tanda (Obyektif)
Temperatur suhu klien normal (36C)
Integritas kulit kering.
Kekuatan umum baik: ektermitas atas (5555 / 5555) dan ekstermitas bawah (5555 /
5555), klien terobservasi untuk duduk.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
33
3.1.2.11 Interaksi sosial
Gejala (Subyektif)
Status perkawinan klien seorang bapak dan tinggal bersama istri dan anaknya. Masalah
yang berhubungan dengan penyakit kondisi klien adalah nyeri luka postop.
Tanda (Obyektif)
Bicara klien jelas, bisa dimengerti, pola bicara biasa dan tanpa penggunaan alat bantu.
Dosis
Waktu
Cara
pemberian
Intra vena
Amikasin
1 gr
1x1
Metronidazol
300
mg
10
mg
400
mg
300
mg
1 gr
40
mg
3x300
mg
2x10 mg
Drip I.V.
2 x 400
mg
3x300
mg
3x1
1 x/hari
IV
Vit K
Vit C
Transamin
Framadol
Ozid
Terapi
RL:D5
Tujuan
Merupakan obat antimikroba
yang
bekerja
dengan
menghambat sintesis dinding
sel mikroba.
Obat Antimikroba
IV
IV
Intra vena
Intra vena
IV 3:1
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
34
3.1.2.13 Hasil laboratorium
Pemeriksaan
11/ 05 /
12 / 05/
13/ 05/
18/05/1
Nilai
Satua
13
13
13
Normal
10.9
12 14
g/dl
37 43
Hb
8.7
Ht
25.4
Leukosit
Trombosit
34.1
16600
11.480
5000-1000
k/ul
128.000
516.000
150 400
ul
0 20
mm
3.83
45
jt/ul
LED
Eritrosit
MCV
86.5
10^6
82 92
fl
MCH
29.6
89
27 31
pg
MCHC
34.2
28.5
32 36
g/dl
<50
mg/dl
16
0.60-
mg/dl
0.7
132 147
meq/l
32
Ureum darah
Kreatinin darah
Natrium darah
139
Kalium darah
3.50
3.30 5.5
meq/l
Clorida
106
94.0 106
meq/l
8.4 -10.2
mg/dl
(Ca)darah
1.01 -
mmol
Calsium(Ca++)ion
2.7 4
/l
Calsium
7.0
Posphat Inorganik
mg/dl
(P) darah
Magnesium (mg)
2.39
1.70 -2.55
mg/dl
SGOT
10 - 32
SGPT
23
10 36
41
Albumin
1.74
Laktat
3.1.2.14
1.0
3.13
u/l
u/l
3.4-4.8
1.1
1-1.8
g/dl
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
35
Pemeriksaan makroskopik morfologi (15/05/2013)
Kesimpulan: Limfoma maligna non hodgkin jenis sel kecil.
No
Data
Masalah
Gejala (Subyektif)
Klien mengeluah nyeri dibagian operasi, nyeri jika berubah
posisi, skala nyeri ringan
Tanda (Obyektif)
Klien tampak memegangi perutnya
Skala nyeri: 2-3
Klien Post op gastrektomi H+3
Observasi TTV; TD: 120/70 mmhg, Nadi 90x/mnt, RR:
20x/mnt, suhu : 36.5 c.
Klien terpasang drain di sebelah abdomen atas kiri, terdapat
luka operasi
Gejala (Subyektif)
Klien mengeluh mual, klien mengatakan perutnya masih terasa
sakit.
ketidakseimbangan
Tanda (Obyektif)
Klien tampak kurus dan klien masih dipuasakan. Klien tampak
imobilisasi.
BB klien terakhir : 50 Kg, TB : 160 cm, IMT : 19.5.
Kulit dan mukosa klien tampak kering, konjungtiva anemis
Bising usus: 13x/mnt,Klien mendapat nutrisi CF 6X50 cc
Mual(+), muntah(+)
Hasil laboratorium tanggal 11/05/13 : Albumin: 1.74 g/dl
Gejala (Subyektif)
Klien mengatakan badannya masih lemas karena diare
Kerusakan Jaringan
muntah
Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan b.d
Tanda (Obyektif)
Klien hanya beraktivitas di tempat tidur, pemenuhan kebutuhan
sehari-hari dilakukan di tempat tidur dan dibantu oleh Istrinya.
Konjungtiva anemis, mukosa mulut kering
Mual(+) dan muntah(+), diare sudah 4 x, warna kecoklatan
Observasi TTV, TD: 120/70 mmhg, nadi 90x/mnt, RR: 20x/mnt,
suhu 36 c, CVC: 5 cmH20
Hasil laboratorium tanggal 11/05/13 : Hb: 8.7 g/dl, Ht: 25.4 %,
Gejala (Subyektif)
Tanda (Obyektif)
Klien postop gastrektomi H+3
Terpasang Drain di abdomen kiri atas, rembesan luka (+),
produksi drain:serosa.
Terdapat luka laparatomi tertutup kasa, Luka panjang 8 cm,
rembesan luka (+)
Hasil lab tgl 11/052013, Leukosit : 16.600/ul.
Suhu afebris, 36 c
Klien terpasang CVC, Ngt dan kateter mulai tgl 10/05/2013
Risiko Infeksi bd
insisi pembedahan
dan pemasangan
alat invasif
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
36
Infeksi
b.d
invasif
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
37
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Mandiri :
.
Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama.
Auskultasi Bising usus.
dan muntah
Kriteria Evaluasi :
Klien tidak terlihat lemas
Mual(-), muntah(-)
Klien dapat makan cair secara
bertahap
Bising usus:5-12x/mnt
Mukosa mulut tidak kering,
Konjungtiva ananemis
Produksi NGT(-), kembung (), diare(-)
Nilai Albumin: 2.5-3.5 g/dl
Rasional
Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan untuk
membantu memilih intervensi.
Kembalinya fungsi usus
menunjukkan kesiapan untuk
memulai makan lagi.
Menurunkan insiden kram
abdomen, mual dan muntahserta
eosafageal refluk
.
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli diet.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
38
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan
3x 24 jam Nyeri teratasi
Kriteria Evaluasi :
Skala nyeri: 1-2
Klien mengataakan nyerinya
sudah berkurang
Klien
dapat
melakukan
mobilisasi ringan serta dapat
melaqkukan tehnik relaksasi
napas dalam
TTV dalam batas normal :
TD: 110-120 mmhg
70-80
Nadi: 60-100x/mnt, RR: 12-20
x/mnt, suhu 36-37 c
Mandiri :
indikasi,
mis.,
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
39
3/14 Resiko
/05/
ketidakseimbang
2013
an volume
cairan b.d intake
yang tidak
adekuat
Tujuan
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
3x24 jam
Mandiri :
.
Catat pemasukan dan pengeluaran cairan
dengan cermat, ukur faeses cairan, Timbang
berat badan tiap hari.
Observasi tanda vital, catat hipotensi
postural, takikardi. Evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler dan membran mukosa.
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mobilisasi duduk
Kolaborasi :
secara bertahap
Konjungtiva
ananemis, Awasi hasil laboratorium, mis., Ht dan
mukosa mulut tidak kering
elektrolit.
Mual(-), muntah(-)
Klien dapat nutrisi enteral Berikan cairan IV dan elektrolit sesuai
indikasi
cairan secara bertahap
TTV dalam batas normal :
.
TD: 110-120 mmhg
70-80
Nadi: 60-100x/mnt, RR: 1220 x/mnt, suhu 36-37 c
Nilai CVC: 8-12 cmH20
Nilai lab dalam batas normal
(Hb:> 10g/dl, Ht: 37-43 %
Menunjukkan status
hidrasi/kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan penggantian
cairan.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
40
Mandiri :
Tujuan:
Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Kriteria Evaluasi:
Tidak terjadi
tanda-tanda Lihat kondisi luka, catat karakteristik
infeksi/inflamasi(kalor, rubor,
drainase dan kulit area sekitar luka
dolor,edema, fungsio laesa),
drainase tidak purulen, tidak Lakukan perawatan luka 2x/hari
eritema
Kolaborasi:
Hasil Leukosit menunjukkan
Berikan antibiotika sesuai kondisi
penurunan : 5-10 ribu/ml
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
41
Tanggal
15/05/2013
: Tn P
: Post Gastrektomi
: IW Bedah lt 4/402
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Ketidakseimbangan nutrisi
Evaluasi
S:
O:
-
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengukur TTV
Mengkaji skala nyeri, faktor
pencetus, lama, lokasi dan
penyebaran
Mengobservasi tanda-tanda
non verbal terkait nyeri
Bantu atau dorong
penggunaan nafas dalam
Membantu memberikan posisi
yang nyaman pada klien
Kolaborasi:
Memberikan terapi framadol
3x1 gr
- Observasi TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Evaluasi ketidakefektifan napas
dalam yang dilakukan klien
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
42
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan b.d intake
yang tidak adekuat
1.
2.
3.
Mengobservasi TTV
Mencatat pemasukan dan
pengeluaran cairan
Mengevaluasi turgor kulit dan
membran mukosa
S:
1.
Mempertahankan teknik
aseptik dan antiseptik dalam
melakukan tindakan
keperawatan
2.
3.
S:
O:
- Observasi TTV
- Rawat luka 2x/hari
- Awasi suhu dan nilai leukosit
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
43
2
16//2013
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual dan
muntah
S:
O:
-
S:
Nyeri(akut) b.d
Kerusakan Jaringan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengukur TTV
Mengkaji skala nyeri, faktor
pencetus, lama, lokasi dan
penyebaran
Mengobservasi tanda-tanda
non verbal terkait nyeri
Bantu atau dorong
penggunaan nafas dalam
Membantu memberikan posisi
yang nyaman pada klien
Kolaborasi : Memberikan
terapi framadol 3x1 gr
- Observasi TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Evaluasi ketidakefektifan napas
dalam yang dilakukan klien
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
44
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan b.d intake
yang tidak adekuat
1. Mengobservasi TTV
2. Mencatat pemasukan dan
pengeluaran cairan
3. Mengevaluasi turgor kulit dan
membran mukosa
S:
S:
1.
Mempertahankan teknik
aseptik dan antiseptik dalam
melakukan tindakan
keperawatan
2.
3.
O:
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
45
3
17/1/2013
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual dan
muntah
S:
O:
- Klien masih terlihat lemah
- Klien sudah mulai belajar duduk
dan turun dari tempat tidur
- Bising usus: 12x/mnt, muntah(-),
kembung(-)
- Residu NGT: - cc/24 jam,
Makanan cair susu 6 x 100 cc
melalui drip
- Klien mendapat koreksi albumin
20% Hasil albumin tgl
11/05/2013:1.74 g/dl dan transfusi
PRC 1 kantong, Hb: 8.7 g/dl
A : masalah ketidakseimbangan nutrisi
teratasi sebagian ditandai mual
berkurang, muntah(-)
P:
Lanjutkan intervensi
Lanjutkan pengkajian
nutrisi
Auskultasi bising usus
S:
Nyeri b.d trauma jaringan
akibat pembedahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengukur TTV
Mengkaji skala nyeri, faktor
pencetus, lama, lokasi dan
penyebaran
Mengobservasi tanda-tanda
non verbal terkait nyeri
Bantu atau dorong
penggunaan nafas dalam
Membantu memberikan posisi
yang nyaman pada klien
Kolaborasi : Memberikan
terapi framadol 3x1 gr
- Observasi TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Evaluasi ketidakefektifan napas
dalam yang dilakukan klien
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
46
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan b.d intake
yang tidak adekuat
1. Mengobservasi TTV
2. Mencatat pemasukan dan
pengeluaran cairan
3. Mengevaluasi turgor kulit dan
membran mukosa
S:
3.
S:
O:
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
47
18/5
/2013
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d mual dan muntah
S:
1. Melakukan pengkajian nutrisi
dengan seksama.
2. Mengauskultasi Bising usus.
3. Memberikan makan cairan perlahan
berikan dengan cara drip atau
continous feeding
P:
Tetap lanjutkan Lanjutkan
intervensi
Lanjutkan pengkajian
nutrisi
Auskultasi bising usus
dan belajar minum
secara bertahap
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan b.d intake
yang tidak adekuat
1. Mengobservasi TTV
2. Mencatat pemasukan dan
pengeluaran cairan
3. Mengevaluasi turgor kulit dan
membran mukosa
S:
O:
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
48
Risiko infeksi b.d insisi
pembedahan dan
pemasangan alat invasif
S:
1. Mempertahankan teknik aseptik dan
antiseptik dalam melakukan
tindakan keperawatan
2. Mengobservasi t kondisi luka, catat
karakteristik drainase dan kulit area
sekitar luka
3. Melakukan perawatan luka 2X/hari
O:
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
BAB 4
ANALISIS SITUASI
4.1. Profil Lahan Praktek
Rumah Sakit RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan salah
satu rumah sakit tipe A dan merupakan pusat rujukan nasional. Rumah sakit yang
terletak di Jalan Diponegoro no.71 Jakarta pusat ini mempunyai tempat tidur 1220
dan terdiri dari berbagai pelayanan yang meliputi : pelayanan unit gawat darurat,
pelayanan jantung terpadu, RSCM Kencana, RSCM Kirana, rawat inap terpadu
gedung A serta pelayanan rawat jalan. RSUPN Dr. Cipto Mangukusumo
merupakan salah satu RS yang sedang berproses menuju akreditasi internasional
ISO 9001:2008 dan telah mendapat akreditasi Joint Comission International (JCI)
(RSCM, 2013).
Gedung A merupakan satu wujud komitmen peningkatan mutu Pelayanan Rawat
Inap Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusomo (RSCM) dengan pelayanan yang
terstandarisasi bertaraf Internasional. Sesuai namanya Pelayanan Rawat Inap
Terpadu ini merupakan Integrasi 9 Departemen di RSCM terdiri Kandungan dan
Kebidanan , Bedah, Bedah Syaraf, THT, Penyakit dalam, Anestesi, Mata, Kulit
dan Kelamin, Geriatri. Didukung oleh Peralatan dan Fasilitas Modern Rawat Inap
Terpadu, sesuai dengan konsepnya, seluruh kebutuhan pasien diupayakan
semaksimal mungkin dilayani dalam satu atap. Konsep pelayanan ini sangat
menolong pasien, karena tidak perlu bersusah payah pasien ditransfer dari unit
satu ke unit lainnya untuk memperoleh fasilitas pelayanan.
Gedung 8 lantai, terdiri dari 169 kamar rawat, dan total kapasitas 900 tempat
tidur menempati bangunan seluas 26.000 m2, menjadikan Gedung A sebagai Unit
Rawat Inap terbesar di Indonesia. Berorientasi pada Continous Quality
Improvement Public Wing menerapkan Dimensi Mutu Dalam Pelayanan.
Sebagai bagian dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional, Gedung A memiliki
keunggulan dari aspek kualitas Sumber Daya Manusia baik Dokter Spesialis
maupun Perawat. Para Dokter Senior, Ahli dan Profesional berbagai disiplin ilmu
kedokteran siap melayani pasien dengan kemampuan terbaik yang dimilikinya.
Perawat merupakan partner para Dokter dalam merawat Pasien memiliki
49
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
50
plastik, bedah vaskuler, terdapat ruangan kelas 3 dan Intermediate Ward (IW)
laki-laki dan perempuan. Sisanya terdapat pada lantai yang berbeda. Lahan
praktik yang digunakan untuk pelaksanaan evidence based pada ruangan IW 402
adalah ruangan khusus untuk ruang bedah
Masalah keperawatan utama yang akan dijadikan fokus utama dalam karya ilmiah
akhir ini adalah adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d mual dan muntah dilihat dari masalah tersebut diatas klien postop gastrektomy
dengan diagnosa tumor lambung 3 tahun sebelum masuk rumah sakit klien
mengeluh BAB hitam, muntah darah kemudian di endoskopi namun hasil tidak
jelas, kemudian 10 hari SMRS klien mengalami keluhan sama berat badan
menurun 20 kg sampai pasien demam dan tidak sadarkan diri , kemudian klien
dirawat di ICU Rs Theresia Jambi selama 2 hari mendapat transfusi darah, klien
kemudian dilakukan endoskopi didiagnosa tumor lambung dari hasil pengkajian
sebelumnya klien sering makan terlambat dan mempunyai riwayat penyakit maag
karena pekerjaan di kantor, klien juga merokok sebelumya sebungkus sehari dan
sering makan diluar (makanan tidak sehat) dari hasil kajian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kaitannya dengan keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan yaitu berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat dengan merokok,
makan- makanan yang tidak sehat yang seringkali terjadi pada masyarakat atau
individu tersebut yaitu Tn. P yang tinggal di kota Jambi yang mempunyai
pekerjaan di departemen pemerintahan yang selama ini tidak menjalankan pola
hidup sehat sehingga menyebabkan faktor terjadinya tumor lambung.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
51
4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
dilihat dari masalah tersebut diatas klien postop gastrektomi, dimana masalah
nutrisi pada pasien postop gastrektomi merupakan masalah utama yaitu klien
sering mengeluh perasaan penuh atau cepat kenyang, dumping syndrome yang
dapat menimbulkan gejala diare, muntah, serta kelemahan umun selain itu dapat
menyebabkan indegestion atau gastroeosafageal reflux yang ditandai dengan
mual dan muntah.
bolus feeding
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
52
yang dilakukan
berkurang 50 cc/24 jam. Sehingga pada hari ketiga hingga hari ke 5 mual dan
muntah sudah tidak ada dan residu NGT (-) sehingga Evidence based tersebut bisa
diterapkan pada pemberian nutrisi enteral pada klien postop gastrektomi
4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan
Secara pelaksanaan hal ini dapat dilakukan oleh perawat diruangan walaupun
tidak menggunakan pump atau mesin infus yang bisa diatur kecepatnnya khusus
dalam memberikan makanan cair, tapi hal ini dapat diberikan dengan feeding bag
yang tersambung seperti selang infus dimana terdapat klem untuk mengatur
kecepatannya sehingga pemberian makan cair tidak terlalu cepat. Perlunya
Monitoring oleh perawat pada pemberian makanan enteral sangat penting untuk
mendeteksi komplikasi potensial dan untuk menilai terapi diet yang diberikan.
Hasil monitoring dievaluasi untuk menilai ada tidaknya masalah atau komplikasi
dalam pemberian makanan enteral sehingga dapat dilakukan tindakan dalam
upaya mengoptimalkan pemberian makanan enteral.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kanker lambung adalah penyebab paling umum kedua kematian terkait kanker secara global.
kejadian global diprediksi naik sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, ditandai dengan
variasi geografis dalam kejadian kanker lambung (Lochhead, 2008). Kaitannya dengan
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan yaitu berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat
dengan merokok, makan-makanan yang tidak sehat yang seringkali terjadi pada masyarakat yang
merupakan penyebab dari tumor lambung Penatalaksanaan pada pasien dengan tumor lambung
adalah dengan pembedahan yaitu gastrektomi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif untuk
mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Masalah yang sering
dihadapi pada pasien dengan post gastrektomi yaitu masalah nutrisi klien sering mengeluh
perasaan penuh atau cepat kenyang, dumping syndrome yang dapat menimbulkan gejala diare,
muntah, serta kelemahan umun selain itu dapat menyebabkan indegestion atau gastroeosafageal
reflux yang ditandai dengan mual dan muntah. Pemberian nutrisi melalui drip atau continous
feeding untuk menghindari gejala Gastro-oesophageal reflux pada klien postop gastrektomi yang
dilakukan pada klien Tn. P berhasil diterapkan sesuai evidence based yang dilakukan oleh
Bowling TE, Cliff B &Wright JW (2008) walaupun dari hasil penelitian tersebut kurangnya
perbedaan refluks gastro-oesophageal antara bolus dan continous menunjukkan bahwa pada
sukarelawan sehat kedua metode sama-sama aman sehubungan dengan resiko aspirasi, tapi
penelitian lain oleh Nightingale, Jeremy (2001) bahwa bolus feeding menyebabkan diare lebih
sering daripada pemberian nutrisi continous feedeing. Oleh karena itu intervensi yang terkait
pada kasus Tn. P yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan
muntah dapat teratasi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi pelayanan kesehatan
Institusi dimana tempat peneliti melakukan penelitian merupakan rumah sakit pusat rujukan
nasional dengan dilakukannya penelitian ini dapat diterapkan metode pemberian nutrisi
continous atau drip feeding pada klien dengan post gastrektomi sehingga dapat menghindari
53
Universitas Indonesia
54
gejala gastroeosefageal reflux yang dapat mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi pada
klien dengan post gastrektomi
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa ilmu keperawatan
dalam melakukan penelitian keperawatan mengenai pemberian nutrisi enteral dengan metode
continous feeding.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2012).Cancer Facts & Figures 2012. Atlanta, Ga: American Cancer
Society.
American Joint Committee on Cancer. (2010).Stomach Cancer. In: AJCC Cancer Staging
Manual. 7th ed. New York, NY: Springer.
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3.
Jakarta : EGC
Bowling TE& Cliff B.( 2008) The effects of bolus and continuous nasogastric feeding on
gastro-oesophageal reflux and gastric emptying in healthy volunteers: a randomised
three-way crossover pilot study. Nottingham: Nottingham university.
Department of Nutrition Services University of Virginia Health System. (2011). Adult Enteral
and Parenteral Nutrition Handbook, 5th Ed. Charlottesville, Virginia.
Ethel, Sloane.(2002). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC
Fucio, L Zagari RM minardi, Bazzoli F. (2007). Systematic review education for the prevention
gastric cancer. Aliment pharmacol.
Gonzales& Pera.(2003). Smoking and the risk of gastric cancer in the eeropian prospective
investigation into cancer and nutrition. Int J cancer.
Houghton.(2006). Moleculary targeted Therapy for childhood cancer.
Isselbacher. (2000). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4 Edisi 13. Jakarta:
EGC.
Jeremy N.(2001). Intestinal failure. Greenwich Medical media.
Lehnert T, Buhl K. (2004). Techniques of reconstruction after total gastrectomy for cancer. Br J
Surg
Lumonnga.(2008) . Invasi sel kanker. USU Respiratory.
Nettina S. (2000). Lippincot manual of nursing poractice. Philadelphia: Lippincott.
Ress, carol.(2004). Post gastrectomy: Managing the nutrition fall out. NY:Westhampton Beach
Sjamsuhidayat.(1997). Buku ajar ilmu bedah, Jakarta:EGC.
Sudoyo, Aru W. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, FK UI.
Wim de Jong.( 2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Pusat
Yabro.(2005). Cancer Nursing Principle and process oncology nursing in the ambulatory
setting. Canada: Jones and Bartlet.