Anda di halaman 1dari 6

Mulsa

MULSA: Cara Mudah Konservasi Tanah

Apakah mulsa itu?


Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan
tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga
kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar).

Macam-macam mulsa
1. Mulsa sisa tanaman
Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari
tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas
permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.

Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga
menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah (seperti cacing),
karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing.
Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.
Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap
tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan.
Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan
bahan organik dari tanaman leguminose seperti benguk,Arachis, dan sebagainya.
2. Mulsa Vertikal

Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah
mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak
dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami
rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak dijumpai pada
daerah beriklim kering.

Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan berat diolah. Pada musim hujan tanah ini menjadi
liat dan lengket, dan pada musim kemarau mejadi keras dan retak-retak.
Bagaimana cara pemberian mulsa vertikal?

Pada musim kemarau tanah liat merengkah sampai kedalaman 1 m dan lebar sampai 5 cm.
Rengkahan diisi dengan jerami atau sisa tanaman lain. Setelah hujan tiba rengkahan akan
menutup, namun celah yang ditahan oleh mulsa vertikal akan membantu meningkatkan resapan
air
ke
dalam
tanah
sehingga
aliran
permukaan dan erosi berkurang.
Cara lain untuk pemberian mulsa vertikal adalah dengan menggali parit menurut garis kontur dan
membenamkan jerami atau sisa tanaman di dalamnya.
Keunggulan mulsa vertikal

Meningkatkan kesuburan tanah karena menambah bahan organik

Meningkatkan peresapan air

Mengurangi erosi

Meningkatkan kehidupan jasad mikro dan makro di dalam tanah

Meningkatkan kelembaban tanah

2. Mulsa lembaran plastik

Pada sistem agribisnis yang intensif, dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi, sering
digunakan mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama dan
penyakit serta gulma. Lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah untuk melindungi
tanaman.
Mulsa plastik berbentuk tenda untuk tanaman tahunan Pada tanaman pohon-pohonan mulsa
plastik dapat dipasang sebagai tenda untuk menghalangi pertumbuhan gulma, mempertahankan
kelembaban tanah dan menjaga agar suhu tanah tetap tinggi.
3. Mulsa batu
Di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa dipakai sebagai mulsa untuk
tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat hingga tidak
terlihat lagi.

Ukuran batu-batu berkisar antara 2-10 cm. Tebalnya lapisan mulsa tidak tertentu, yang jelas
permukaan tanah harus ditutupi. Manfaat mulsa batu adalah:

Memudahkan peresapan air hujan Mengurangi penguapan air dari permukaan tanah

Melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan

Menekan gulma (rumput liar)

(J. Ruijter dan F. Agus April 2004)

Sumber: http://www.worldagroforestry.org

Mulsa
Penggunaan mulsa atau serasah adalah teknik konservasi tanah yang tergolong dalam cara
vegetatif. Pada teknik ini permukaan tanah di antara barisan tanaman atau di sekitar batang
pohon ditutup dengan bahan-bahan berupa sisa tanaman setelah panen, pangkasan tanaman pagar
atau larikan pada budidaya lorong.
Dari aspek pengendalian eropsi, peran langsung bahan mulsa adalah melindungi permukaan
tanah dari pukulan butir-butir hujan, mempertahankan kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya
tanaman pengganggu, sedangkan perannya yang tidak langsung adalah memperbaiki struktur
tanah. Penggunaan mulsa umumnya dilakukan di daerah-daerah yang sering mengalami
kekeringan dan rentan terhadap pertumbuhan gulma. Pilihan bahan-bahan untuk mulsa
tergantung pada bahan-bahan yang tersedia setempat.
Dalam sistem budidaya lorong, biomasa dari larikan tanaman sering digunakan sebagai mulsa.
Di perkebunan seringkali tanaman penutup tanah digunakan sebagai mulsa hidup, terutama di
sekitar poghon-pohon yang masih muda yang telah tumbuh dengan baik. Salah satu strategi
lainnya adalah meninggalkan sisa-sisa tanaman di lahan setelah panen (misalnya daun pucuk
nenas, daun dan batang jagung, jerami padi, dsb). Hal ini akan menjamin bahwa ada zat-zat hara
yang diserap tanaman kembali ke tanah.

Keuntungan

Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta
mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.

Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga


kerja untuk penyiangan.

Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah

Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroorganisme tanah), sehingga memperbaiki sifat


fisika dan kimia tanah

Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga mempertahankan


kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien.

Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah.

Kelemahan

Bahan-bahan mulsa mungkin menjadi sarang berkembangbiaknya penyakit-penyakit


tanaman. Namun hal ini masih perlu diteliti bagi setiap bahan mulsa yang digunakan.

Tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau basah.

Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.

Bahan-bahan untuk mulsa tidak selalu tersedia.

Beberapa jenis rumput jika digunakan sebagai mulsa dapat tumbuh dan berakar sehingga
dapat menjadi tanaman pengganggu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi


Faktor biofisik

Hanya sesuai untuk daerah dengan curah hujan yang kurang atau tidak teratur.

Kurangnya bahan mulsa bisa menjadi kendala di daerah lahan kering.

Faktor sosial ekonomi

Banyak petani yang lebih menyukai permukaan tanah yang tampak bersih, sementara
adanya mulsa memberi kesan kotor.

Banyak petani telah terbiasa membakar sisa-sisa tanaman, dan tidak mengembalikan ke
tanah.

Kekhawatiran akan timbulnya penyakit tanaman

Seringkali terdapat konflik kepentingan dalam penggunaan sisa panen tanaman; para
petani yang memiliki ternak besar serperti sapi atau kerbau lebih suka menggunakan sisasisa tanaman sebagai pakan ternaknya.

Penggunaan mulsa lebih penting dalam kebun pekarangan atau pada tanaman hortikultura
dari pada dalam sistem-sistem pertanian yang kurang intensif.

Sumber: Riri Fithriadi dkk (Peny) (1997). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di
Indonesia; Kumpulan Informasi. Hal 80 -81. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai