Anda di halaman 1dari 3

Konversi Energi Cacimaki Menjadi Energi Kehidupan yang Lebih Hidup

Energi merupakan kapasitas untuk melakukan kerja. Energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, tetapi hanya dapat dikonversi dari satu bentuk kebentuk lain (Hukum 1
Termodinamika). Bentuk energi yang ada di alam semesta ini memiliki banyak keberagaman.
Oleh karena itu, energi tidak serta merta habis jika digunakan dalam jangka waktu yang
sangat lama, namun sesungguhnya energi tersebut berubah bentuknya menjadi energi yang
lain. Perubahan energi ini akan terus berlanjut sesuai dengan sirkulasi kehidupan. Namun
energi juga digolongkan menjadi dua, yaitu energi yang terbarukan dan energi yang tidak
terbarukan.
Setiap manusia dalam hidupnya sangat bergantung dengan energi. Bahan bakar
minyak (BBM) merupakan energi yang sangat dibutuhkan. Coba kita bayangkan bagaimana
jika energi tersebut tidak bisa kita peroleh lagi, kemungkinan besar manusia akan berhenti
beraktivitas seperti yang layak dilakukan sekarang. Semakin bertambahnya tahun, dan
semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan energi khususnya BBM pun
semakin tinggi demi keberlangsungan hidup manusia. Namun ketersediaan BBM tidaklah
semudah yang kita pikirkan.
Pemerintah Indonesia saat ini akan menaikkan harga BBM. Pemerintah berpendapat
bahwa subsidi BBM selama ini kurang tepat sasaran karena yang lebih menikmatinya bukan
masyarakat kelas bawah, melainkan masyarakat kelas menengah ke atas. Masyarakat
Indonesia menolak keras akan kenaikan harga BBM ini. Mereka berasumsi bahwa dengan
adanya kenaikan harga BBM, maka segala harga barang juga akan mengalami kenaikan.
Segala cacimaki pun keluar dari mulut masyarakat Indonesia layaknya air sungai yang
mengalir

deras.

Hal

ini

memperlihatkan

bahwa

masyarakat

Indonesia

memiliki

ketergantungan yang sangat tinggi terhadap BBM, padahal BBM merupakan energi yang
tidak dapat terbarukan yang suatu saat bisa habis terkonversi kebentuk energi lain.
Menaikkan harga BBM merupakan hal yang baik untuk dilakukan saat ini. Subsidi
BBM yang selama ini dialihkan untuk masyarakat kelas bawah lebih baik dialihkan untuk
mengembangkan energi terbarukan yang pontensial dari sumber daya alam Indonesia. Salah
satunya adalah dengan mengembangkan produksi bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel
yang sebenarnya telah lama diupayakan Indonesia, namun perkembangannya kurang baik.
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia memiliki banyak
sumber energi baru dan terbarukan yang bisa dimanfaatkan. Selain itu hasil limbah industri,

komersial, domestik atau pertanian juga dapat dijadikan BBN, sehingga dapat mengurangi
permasalahan lingkungan. Dengan mengembangkan produksi BBN, masyarakat Indonesia
tidak bergantung penuh pada BBM dan pasokan energi pun tercukupi untuk jangka waktu
yang lama, serta dapat mendukung industri agrikultur di Indonesia.
Masyarakat

Indonesia

sesungguhnya

sadar

akan

pentingnya

energi

untuk

keberlangsungan hidup, namun sangat sedikit yang memiliki upaya untuk menghemat energi
dan memikirkan serta menjalankan solusi dari ketersedian energi yang terbatas. Energi ada
dimana-mana, dan energi tidak pernah hilang atau habis. Energi hanya berganti wujud dari
energi yang satu menjadi energi yang lainnya. Sekarang yang dibutuhkan oleh masyarakat
Indonesia adalah bagaimana mencerdaskan diri agar energi-energi yang ada pada diri dan
alam sekitar tidak terbuang cuma-cuma hanya karena saling menghujat dan mencacimaki.
Energi-energi tersebut hanya membutuhkan sentuhan kecerdasan manusia untuk dapat
dikonversikan menjadi energi terbarukan yang menghidupkan kehidupan yang lebih hidup.

Referensi
Anonim. 2014. Biofuel. (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel).
Anonim. 2011. Pengembangan Bahan Bakar Nabati di Indonesia. (online).
(http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/pengembangan-bahan-bakar-nabati-diindonesia).
Harrysurjadi . 2012. Kehidupan Setelah Minyak Bumi Habis. (Online).
(http://harrysurjadi.wordpress.com/2012/12/26/kehidupan-setelah-minyak-bumihabis/).

Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Phibeta.

Anda mungkin juga menyukai