Anda di halaman 1dari 3

Warga Kalbar, Antara Emas dan Umur Panjang

Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini menitikberatkan pada bidang industri.


Indonesia menyadari bahwa pembangunan ekonomi yang berfokus pada penciptaan barang
dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual
adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan
dalam ekonomi global. Hal ini tentunya menggugah masyarakat Kalbar untuk membuka dan
membangun perindustrian, demi meraih kesuksesan ekonomi pribadi, juga mewujudkan
harapan Indonesia.
Disamping tujuan dan harapan yang dibangun Indonesia untuk mengembangkan
perekonomian, terdapat setitik nila yang dapat menggangu bahkan merusak lingkungan
dalam jangka waktu panjang, serta berdampak pada kelangsungan hidup manusia. Setitik nila
itu adalah limbah industri, yang pembuangannya tidak dilakukan melalui proses yang tepat.
Limbah inilah yang dahulu tak terhiraukan, namun kini dicemaskan oleh manusia.
Masyarakat Kalbar merupakan salah satu pelaku dari terbuangnya limbah industri ke
lingkungan. Tujuan awal yaitu untuk mewujudkan harapan Indonesia dalam bidang ekonomi
menjadi hanya sekedar kata manis dimulut. Keinginan untuk memperoleh keuntungan
melimpah menjadikannya untuk menghalalkan segala cara. Industri yang marak dilakukan
adalah pertambangan emas tanpa izin (PETI).
Pertambangan

emas

tanpa

izin

yang

dilakukan

oleh

masyarakat

Kalbar

menyumbangkan banyak merkuri di dalam air sungai. Merkuri ini berasal dari proses
amalgamasi, yaitu proses untuk memperoleh emas dari sungai. Merkuri akan ditumpahkan ke
air sungai dan mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan atau gesekan,
sehingga sebagian merkuri akan membentuk amalgam basah (pasta) dan tailing, dan sebagian
akan larut di dalam air sungai. Merkuri yang larut di dalam air sungai inilah yang kemudian
mencemarkan air sungai.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Thamrin Usman, pakar kimia Universitas
Tanjungpura menyebutkan bahwa di beberapa tempat kandungan merkuri di aliran Sungai
Kapuas mencapai 200 kali lebih tinggi melewati ambang batas Peraturan pemerintah (PP) 82
tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sebesar 0,002
mb/L. Hal ini sungguh membahayakan kesehatan masyarakat, karena air Sungai Kapuas
merupakan sumber air utama untuk perusahaan daerah air minum (PDAM). Secara tak sadar
dan tak kasat mata, kita telah mengkonsumsi merkuri. Jika itu berlangsung dalam jangka

waktu yang lama, maka kesehatan masyarakat mengalami penurunan yang pada akhirnya bisa
berujung pada kematian.
Permasalahan yang telah dijelaskan diatas tidak bisa hanya semata dijadikan berita
hangat saja, namun harus ada upaya untuk menanggulanginya. Untuk mengurangi
pencemaran limbah merkuri di daerah pertambangan emas bisa dilakukan berbagai cara :
1. Memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan, yaitu menerapkan sistem
pertambangan tertutup sehingga memperkecil keluarnya merkuri dari dalam tanah.
2. Menggunakan teknologi pemrosesan batuan tambang yang tidak menggunakan
merkuri, tetapi diganti dengan sianida atau menggunakan bioteknologi, yaitu proses
pencucian menggunakan mikroba. Mikroorganisme yang bayak dugunaka adalah
Thiobacillus feroxidans.
Dalam lingkungan yang telah tercemar oleh merkuri, upaya yang dilakukan adalah
penyehatan kembali lingkungan dengan cara :
1.
2.
3.
4.

Memindahkan sedimen yang mengandung merkuri tinggi, lalu melakukan isolasi.


Treatment tanah atau air yang terpolusi secara fisik atau kimiawi.
Imobilisasi dengan memasang batas di daerah yang tercemar.
Remediasi secara biologis atau fitoremidiasi menggunakan tumbuhan yang mampu
menyerap metil merkuri.

Untuk meminimalisasi tingginya tingkat pencemaran merkuri dalam usaha PETI adalah
dengan membuat bak pengendap yang mampu menampung material yang tercecer pada saat
dan sedang melakukan penggaran di dalam ruang tertutup atau kedap udara sehingga uap
merkuri yang terbentuk bisa dialirkan masuk ke dalam bak pengendap yang tertutup rapat.
Harta, kekayaan, memang merupakan senjata utama untuk membutakan hati nurani
manusia. Bermaksud untuk membahagiakan hidup, namun banyak jiwa yang terancam.
Apakah kini emas berarti bila kesehatan memburuk? Inilah warga Kalbar, antara emas dan
umur panjang.

DAFTAR REFERENSI
Widowati, Wahyu dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta : ANDI.
http://www.mineraltambang.com/amalgamasi.html

http://dgi-indonesia.com/wp-content/uploads/2009/05/buku-1-rencana-pengembanganekonomi-kreatif-indonesia-2009.pdf
https://ksdakalbar.wordpress.com/2008/06/05/air-mengalir-sampai-jauh/

Anda mungkin juga menyukai