Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN PANJANG RAMBUT DAN FREKUENSI MENCUCI RAMBUT

DENGAN KEJADIAN TERINFEKSI PEDICULUS HUMANUS VAR CAPITIS


PADA SISWA DI MI MIFTAHUL HUDA JATISONO GAJAH DEMAK.

OUTLINE PROPOSAL PENELITIAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Entomologi Kesehatan
Dosen pengampu : drh. Diah Mahendrasari Suhendra, M.Kes

Disusun Oleh :
Isnaningsih
6411413033
Rombel 01

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

TEMA : Pediculus Humanus var Capitis


JUDUL : HUBUNGAN PANJANG RAMBUT DAN FREKUENSI MENCUCI
RAMBUT

DENGAN

KEJADIAN

TERINFEKSI

PEDICULUS

HUMANUS VAR CAPITIS PADA SISWA DI MI MIFTAHUL HUDA


JATISONO GAJAH DEMAK.
1.1 LATAR BELAKANG PE NELITIAN
Penyebaran pedikulosis kapitis banyak diderita oleh anak-anak. Pedikulus
kapitis, yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Di Amerika Serikat 6
sampai 12 juta orang tertular setiap tahunnya. Paling sering terjadi pada anak-anak
sekolah dasar dengan usia 5 - 13 tahun dan banyak diderita oleh anak perempuan dari
pada laki-laki.
Menurut penelitian di Polandia Timur, perilaku anak-anak di sekolah dasar
seperti bermain, belajar bersama bisa menularkan pedikulosis kapitis secara cepat
kepada temannya. Hasil penelitian (Buczek dkk, 2003) menemukan insiden insiden
pedikulosis kapitis sebesar 1,59% anak sekolah dasar di desa umur 8-12 tahun dan di
temukan sebanyak 0,48% di sekolah dasar di kota.
Pedikulosis capitis ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat
meluas dalam lingkungan hidup yang padat misalnya asrama, panti asuhan, sekolah
dasar dengan hygiene yang tidak baik, misalnya perilaku jarang membersihkan
rambut. Perilaku jarang membersihkan rambut inilah yang bisa menyebabkan
tertularnya pedikulosis kapitis. Cara penularan juga bisa melalui perantara benda
misalnya sisir, bantal, kasur, topi. (Ronny, 2007)
Infestasi Pediculosis capitis dapat menyebabkan rasa gatal terutama pada
daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Hal ini
menyebabkan penderita menggaruk-garuk kepalanya sehingga menyebabkan infeksi
sekunder. Kasus-kasus berat dapat berupa abses ataupun borok yang banyak dijumpai
di daerah belakang kepala. Rambut di daerah ini kering dan kusam, bahkan dapat
bergumpal-gumpal karena nanah yang

mengering sehingga berbau

busuk

(Djuanda,2007). Selain itu infestasi kronik pediculosis capitis di antara anak sekolah
dapat menyebabkan anemia. Anemia membuat anak-anak menjadi lesu, mengantuk di
kelas dan mempengaruhi kinerja belajar dan fungsi kognitif. Selain itu anak-anak
yang terinfestasi juga mengalami gangguan tidur di malam hari karena rasa gatal dan
intens menggaruk. Dari sisi psikologis, infestasi kutu kepala membuat anak merasa
malu karena diisolasi dari anak lain (Bachok dkk, 2001).
Beberapa penelitian mengenai pediculosis capitis pada murid sekolah dasar
telah dilakukan di berbagai negara di dunia. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut
diperoleh angka insidensi kejadian pediculosis tertinggi di negara Argentina pada
tahun 2005 yaitu 61,4 %. Pada tahun 2006 diperoleh angka insidensi sebesar 35%
dari penelitian yang dilakukan di Malaysia dan pada tahun 2007 angka insidensi
sebesar 31,1 % di Turki dan 3,3% di perancis. Di Amerika Serikat terdapat 6-12 juta
orang terinfestasi setiap tahunnya dengan perkiraan 100 juta dollar per tahun
dihabiskan untuk pengobatan. Di Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang
pasti mengenai terjadinya pedikulosis capitis
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamiabi dan Nakhaei (2003) tehadap
1200 siswa sekolah dasar di Kerman, Iran memperlihatkan bahwa ada hubungan
signifikan antara panjang rambut dengan pediculosis capitis dimana siswa yang
memiliki rambut pendek lebih sedikit terinfestasi dibanding yang berambut panjang
(p<0,0001). Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Moradi (2008) terhadap 18
sekolah dasar di Bahar Provinsi Hamdan, Iran menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara frekuensi mencuci rambut dengan dengan kejadian pediculosis
capitis (p>0,05).
Berdasarkan tinjauan angka kejadian infestasi, meskipun angka ini mungkin
sangat jauh di bawah angka sesungguhnya karena banyak penderita yang mengobati
sendiri dan tidak melapor ke petugas kesehatan maka disimpulkan bahwa pediculosis
capitis telah menjadi endemik di seluruh dunia baik negara maju maupun negara
berkembang dan baik di negara beriklim tropis maupun iklim sedang (Frankowski
dan winer dalam Bachok, 2001).

Anak-anak sekolah adalah populasi yang paling sering terinfestasi dibanding


dengan populasi lain. Diperkirakan sedikitnya sekitar seperempat anak sekolah telah
terinfestasi kutu kepala (Combescot-lang dkk dalam Bachok, 2001). Sebagian
sekolah dasar di Indonesia masih belum mendapat perhatian yang baik dari pihak
pengurus, maupun pemerintah baik dari segi kebersihan, perilaku, maupun
kepedulian terhadap kesehatan. Apalagi menegenai infeksi kutu rambut pada siswa
tentu masih jarang sekali dipedulikan.
Melihat permasalahan di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan panjang rambut dan frekuensi mencuci rambut dengan kejadian terinfeksi
pediculus humanus var capitis pada siswa di MI Miftahul huda jatisono gajah demak.
1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan diatas disusun permasalahan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana hubungan antara panjang rambut dengan kejadian terinfeksi
pediculus humanus var capitis pada siswa di MI Miftahul huda jatisono gajah
demak?
2.Bagaimana hubungan antara frekuensi cuci rambut dengan kejadian terinfeksi
pediculus humanus var capitis pada siswa di MI Miftahul huda jatisono gajah
demak?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh informasi mengenai hubungan panjang rambut dan frekuensi
mencuci rambut dengan kejadian infeksi pediculus humanus capitis pada siswa
di MI Miftahul huda Jatisono Gajah Demak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan panjang rambut dengan kejadian terinfeksi
pediculus humanus var capitis pada siswa di MI Miftahul huda jatisono gajah
demak.

2. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi cuci rambut dengan kejadian


terinfeksi pediculus humanus var capitis pada siswa di MI Miftahul huda
jatisono gajah demak..
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan dan Poskestren
Sebagai masukan dan informasi di program kesehatan dalam rangka untuk
mencegah pediculus capitis (kutu kepala) dan penularannya.
1.4.2 Bagi Siswa
Memberikan pendidikan dan tambahan pengetahuan kepada siswa agar lebih
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pediculus humanus capitis
(kutu kepala).
1.4.3 Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan, khususnya mengenai
kejadian infeksi pediculus humanus capitis (kutu kepala) pada anak SD/MI.
1.4.4 Bagi Peneliti lain
Sebagai data dasar dan sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.

Nama peneliti

Judul dan Tahun

Rancangan
penelitian

Hasil penelitian

1.

Sahar Salim Saleh


Alatas, Sri Linuwih,
karya tulis ilmiah S1
kedokteran
Universitas Indonesia

Hubungan Tingkat
Pengetahuan
Mengenai
Pedikulosis Kapitis
dengan
Karakteristik
Demografi Santri
Pesantren X, Jakarta
Timur,tahun 2013

2.

Rizqy Ristiajuna, Siti


Aminah, Muhammad
nuur ummathi, Karya
Tulis Ilmiah S1
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta

Hubungan Berbagai
Faktor Resiko
Terhadap Angka
Kejadian Pedikulosis
kapitis di
Asrama,tahun 2010

Cross
Sectional

Cross
Sectional

Tingkat
pengetahuan
mengenai ciri dan
gejala pedikulosis
kapitis tidak
berhubungan
dengan usia dan
tingkat pendidikan
namun
berhubungan
dengan jenis
kelamin.

Ada hubungan yang


signifikan antara
kejadian
Pedikulosis kapitis
dengan faktor
resiko tingkat sosial
ekonomi, kepadatan
hunian, higiene
pribadi, serta
karakteristik
individu.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu:


1. Dari segi variabel bebas yang digunakan penelitian ini lebih bersifat kusus.
2. Pada variabel bebas dipenelitian ini tentang panjang rambut dan frekuensi
mencuci rambut yang dipenelitian sebelumnya tidak ada.
3. Pada variabel bebas dipenelitian ini tidak ada mengenai tingkat social
ekonomi, kepadatan hunian, karakteristik individu dan tingkat pengetahuan
yang dipenelitian sebelumnya telah ada.
4. Tempat penelitian yang berbeda dengan peneliti sebelumnya.

1.6 TINJAUAN PUSTAKA


1.6.1 Tinjauan Umum Pediculosis capitis
Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi
manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui
kontak langsung dan dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama,
misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain (Soedarto, 1989)
1. Taxonomi
Phylum

: Arthopoda

Kelas

: insekta

Ordo

: Phthiraptera

Sub ordo : Anoplura


Famili

: Pediculidae

Genus

: Pediculus

Spesies

: Pediculus humanus capitis

(Soedarto, 1989)
2. Morfologi
a. Telur
Telur kutu kepala berwarna putih ukuran 0,8 0,3 mm dan berbentuk
oval. Telur atau yang biasa disebut nits diletakkan oleh betina dewasa
pada pangkal rambut yang terdekat dengan kulit kepala. Nit memiliki
perekat untuk dapat melekat erat pada rambut. Telur membutuhkan waktu
sekitar 1 minggu untuk menetas (5 10 hari) (Brown, H.W, 1983).

b. Nimfa
Telur yang menetas akan berubah menjadi nimfa. Nimfa terlihat
seperti kutu dewasa tetapi berukuran lebih kecil. Nimfa akan menjadi
matang setelah 3 kali berubah dan menjadi dewasa dalam waktu 7 hari
setelah menetas.
c. Kutu kepala dewasa
Kutu kepala dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna putih
abu-abu, kepala berbentuk segitiga, abdomen terdiri dari 9 ruas, Thorax
dari khitir semennya bersatu. Pada kepala tampak sepasang mata
sederhana di sebelah lateral, sepasang antena pendek yang terdiri atas 5
ruas dan proboscis dan alat penusuk yang dapat memanjang. Tiap ruas
thorax yang telah bersatu mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari
5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit menyerupai kait yang berhadapan
dengan tinjolan tibia untuk berpegangan erat pada rambut.
Kutu kepala jantan berukuran 2 mm, alat kelamin berbentuk seperti
huruf V. Sedangkan kutu kepala betina berukuran 3 mm, alat kelamin
berbentuk seperti huruf V terbalik. Pada ruas abdomen terakhir
mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital
di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah
telur yang diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir (Brown,
H.W, 1983).

Gambar 1. Morfologi Pediculus humanus var. capitis: Telur dan Dewasa


Sumber : Winona.edu
3. Siklus hidup
Lingkaran hidup kutu kepala merupakan metamorfosis tidak lengkap,
yaitu telur-nimfa-dewasa. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu
5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh induk kutu kepala. Sesudah mengalami
3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu dewasa dalam
waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan, kutu kepala dewasa
dapat hidup 27 hari lamanya (Ganda husada. S, 1992).

Gambar 2 Siklus Hidup Pediculus humanus var. capitis


Sumber : CDC
4. Epidemiologi
Kutu kepala merupakan parasit yang hanya ditemukan pada manusia
dan tersebar di seluruh dunia. Tempat-tempat yang disukainya adalah
rambut bagian belakang kepala. Kutu kepala dapat bergerak dengan cepat
dan mudah dari satu hospes ke hospes lain. Kutu kepala ini dapat bertahan
10 hari pada suhu 50 C tanpa makan, dapat menghisap darah untuk waktu
yang lama, mati pada suhu 400C. Panas yang lembang pada suhu 600 C
dapat memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit.
No

Negara

Tahun

Latar

Insiden

Argentina

2005

Siswa SD dari sekolah negeri dan swasta

61,4%

Israel

2001

Anak-anak usia 7-10 tahun

56,7%

Inggris

2003

siswa Sekolah dasar

37,4%

Malaysia

2006

siswa sekolah dasar usia 11 tahun

35%

Turki

2007

Siswa Sekolah dasar

31,1%

India

2002

Sekolah Dasar

16,59%

China

2004

Pengungsi anak-anak

14,2%

Palestina

2006

14.1%

Australia

2004

siswa SD usia 6-14 tahun dari desa dan


kota
Siswa Sekolah dasar

10

Amerika

2001

pelajar

3,6%

13%

Sumber : www.PubMed.com
5. Patologi dan gejala klinik
Gejala klinik dan tanda yang sering ditemukan adalah rasa gatal pada
kulit kepala disebabkan oleh reaksi alergi terhadap air liur kutu yang
dikeluarkan sewaktu menghisap darah. Gatal kemerahan dapat ditemukan
di kulit kepala, leher dan bahu. Selain itu ditemukannya kutu dewasa pada
kulit kepala terutama di belakang telinga dan sepanjang leher belakang.
Sedangkan

telur

kutu

kepala

menyerupai

ketombe.

Untuk

membedakannya, telur kutu menempel pada rambut sehingga sulit


diangkat (Firas, 2009).
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan jika menemukan Pediculus humanus capitis
dewasa, nimfa atau telur dari rambut kepala (Ganda husada 1992).

Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung. Teknik ini merupakan


paling mudah dikerjakan dan waktu yang dibutuhkan sedikit.
7. Diagnosis banding
Penyakit kulit lainnya juga dapat menyebabkan gatal pada kulit kepala
seperti dermatitis seboroik, psoriasis, gigitan serangga,eksim dan infeksi
jamur ( tinea kapitis). Pada dermatitis seboroik juga terdapat gatal, tetapi
terdapat sisik yang terakumulasi dengan krusta yang berwarna kuning dan
selain menyerang kepala juga menyerang alis, lipatan nasolabial dan kulit
dada. Pada psoriasis gatal yang dirasakan tidak seberat gatal pada
pediculosis capitis. Psoriasis memiliki gambaran klinis kulit plak
eritematosa yang ditutupi oleh skuama berwarna abu-abu, dan daerah
predileksinya adalah perbatasan daerah berambut. Pada tinea kapitis
terdapat kebotakan parsial atau seluruhnya yang nyata, bentuk kelainan
lesi nya berupa papula eritem disertai sisik halus berwarna putih kelabu.
Perlu untuk dapat membedakan telur dengan ketombe, kulit kepala
yang mengelupas, jaringan debris, hairspray dan infeksi kulit kepala
lainnya. Telur lebih susah untuk disisihkan dari rambut karena telur
tersebut sangat melekat di rambut
8. Pemberantasan
Pemberantasan kutu rambut kepala dapat dilakukan dengan cara
manual yaitu dengan membasahi rambut anak, apabila tersedia, gunakan
kondisioner terlebih dahulu. Gunakan sisir serit setiap 3 4 hari sekali
secara teratur sampai 2 minggu setelah terakhir kali anda menemukan kutu
hidup. Rambut yang basah membuat kutu tidak dapat bergerak untuk

sementara waktu, sedangkan kondisioner berfungsi untuk memudahkan


penyisiran rambut (Firas, 2009)
Adapun macam-macam obat untuk Pediculosis capitis (Kutu rambut)
yaitu :
a. Shampo Lidane 1%. Gamma benzene heksa klorid atau piretrin. Dosis,
shampo rambut biarkan 4-10 menit, kemudian dibilas piretrin. Pakai
sampai rambut menjadi basah, biarkan 10 menit kemudian dibilas.
(Tindak lanjut periksa rambut 1 minggu setelah pengobatan untuk
telur dan kutu rambut).
b. Selep Lindang (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1%
dalam pyrophylite; atau Benzaos benzylicus emulsion. kepala dapat
digosok dengan salep Lindane (BHC 1%) atau dibedaki dengan DDT
10% atau BHC 1% dalam pyrophlite atau baik dengan penggunaan 3
5 gram dari campuran tersebut untuk sekali pemakaian. Bedak itu
dibiarkan selama seminggu pada rambut, lalu rambut dicuci dan disisir
untuk melepaskan telur. (Brown.H.W, 1983).
c. Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5% digosokkan pada rambut
dan kepala sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci lalu
dikeringkan. Pengobatan juga harus dilakukan jika siswa sudah
terjangkit yang ditandai dengan rasa gatal-gatal di kepala.

9. Pencegahan
Kutu rambut akan mati dalam 1 2 hari setelah jatuh dari kepala
manusia. Kutu rambut umumnya menyebar melalui kontak langsung
antara kepala dengan kepala (rambut dengan rambut). Untuk mencegah
penyebaran dari kutu rambut maka hal yang dapat dilakukan adalah :
Hindari kontak langsung rambut dengan rambut sewaktu bermain atau
saat aktifitas di sekolah dan di rumah.
Jangan saling meminjam topi, skraf, mantel, seragam olahraga, jaket,
bandana atau topi baret .
Jangan saling meminjam handuk, sisir , sikat. Cucilah menggunakan
air panas (minimal 710 C selama 5 10 menit) sisir atau sikat yang
digunakan oleh seseorang dengan kutu rambut.
Jangan berbaring di kasur, sofa, bantal, karpet atau pada binatang
berbulu yang kontak dengan seseorang dengan kutu rambut.
Bersihkan lantai dan perabotan menggunakan vakum, terutama pada
tempat dimana orang dengan kutu rambut duduk atau berbaring.
Cucilah baju, sprei, dan barang lain yang digunakan sejak 2 hari
sebelum pengobatan dimulai menggunakan air panas (54 0C). Baju dan
pakaian yang tidak dapar dicuci dapat dicuci kering atau dirapatkan
dalam kantong plastik dan disimpan selama 2 minggu.

Jangan mencuci rambut dahulu selama 1-2 hari setelah pengobatan


dengan obat kutu rambut.
Jangan gunakan semprotan fumigasi atau pengasapan; hal tersebut
tidak dapat mematikan kutu rambut dan dapat bersifat racun apabila
terhirup atau diserap melalui kulit.
Menjaga kebersihan rambut kepala (Firas, 2009).
1.6.2 Tinjauan Umum Rambut
1. Definisi rambut
Rambut merupakan tambahan pada kulit kepala yang memberikan
kehangatan, perlindungan dan keindahan. Rambut juga terdapat diseluruh
tubuh, kecuali telapak tangan, telapak kaki dan bibir. Semua jenis rambut
tumbuh dari akar rambut yang ada di dalam lapisan dermis dari kulit.
Oleh karena itu kulit kepala atau kulit bagian badan lainnya memiliki
rambut. Rambut yang tumbuh keluar dari akar rambut itu ada 2 bagian
menurut letaknya, yaitu bagian yang ada di dalam kulit dan bagian yang
ada di luar kulit. Rambut terbentuk dari sel-sel yang terletak ditepi
kandung akar. Cupak rambut atau kandung akar ialah, bagian yang
terbenam dan menyerupai pipa serta mengelilingi akar rambut. Jadi bila
rambut itu dicabut dia akan tumbuh kembali, karena papil dan kadung
akar akan tetap tertinggal di sana. Untuk lebih jelasnya, Basuki dalam
Rostamailis (2008) menjelaskan tentang rambut itu sebagai berikut:

Helaian seperti benang tipis yang tumbuh dari bawah permukaan kulit.
Dibentuk oleh lapisan sel yang tertutup lapisan yang tersusun.
Bentuknya seperti sisik ikan pada lapisan luarnya.
Terdiri dari zat horney atau disebut juga dengan keratin.
2. Siklus Pertumbuhan Rambut
Rambut dapat bertambah panjang, hal ini disebabkan karena sel-sel
daerah matrix/umbi atau tombol rambut secara terus menerus membelah.
Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah
panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru.
Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di
dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata
diseluruh permukaan kulit. Diakhir bulan ke 6 atau awal bulan ke 7 usia
kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh dipermukaan kulit, yaitu
berupa rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan.
Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut
bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Itulah sebabnya
ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada juga yang sudah
berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai
panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar
1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan
demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter,

berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti


dengan rambut dewasa terminal.
Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase: yaitu fase
pertumbuhan (anagen), fase istirahat (katagen) dan fase kerontokan
(telogen), baru kemudian dimulai lagi dengan fase anagen yang baru.
Lama masing-masing fase pun berbeda-beda, fase

anagen lamanya

berkisar antara 2-5 tahun dan rata-rata 3 tahun atau 1000 hari. Walaupun
kadang-kadang ada yang sampai lebih dari 10 tahun, sehingga rambutnya
bisa lebih dari satu meter panjangnya. Itulah sebabnya jangan heran kalau
ada wanita yang rambutnya sampai sepanjang lutut atau mata kaki. Fase
katagen singkat saja hanya beberapa minggu. Sedangkan fase telogen ratarata berkisar 100 hari (Rostamailis, 2008).
Panjang pendeknya rambut dapat dibedakan yaitu :
a. Rambut dikatakan pendek adalah apabila kepanjangannya mencapai
tengkuk
b. Rambut yang panjangnya sampai pada bahu dikatakan panjangnya
sedang
c. Panjang rambut yang melebihi dari bahu maka disebut rambut panjang
(Rostamailis, 2008).
1.6.3 Tinjauan Umum frekuensi cuci rambut
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kesehatan diperoleh dari
kebersihan diri. Kebersihan diri mencakup semua segi pribadi seseorang yang

berarti berarti menjaga kebiasaan hidup bersih seluruh anggota tubuh


termasuk rambut. Oleh karena itu penting sekali untuk menjaga kulit kepala
dan rambut agar tetap bersih dan sehat setiap hari. Mencuci rambut atau dalam
ilmu kecantikan disebut shampoing merupakan pekerjaan utama yang harus
dilakukan dalam perawatan rambut. Mencuci rambut atau keramas bertujuan
untuk menghilangkan debu, minyak/sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar
lemak serta keringat bercampur dengan kotoran yang menempel pada kulit
kepala (Rostamailis, 2008).
Indonesia adalah negara tropis yang beriklim panas dimana banyak
memancarkan udara yang menyebabkan banyaknya minyak yang keluar dari
permukaan kulit dan keringat bercapur dengan kotoran-kotoran lain. Hal ini
dapat memberi kemungkinan munculnya gangguan kulit kepala antara lain
rasa gatal, ketombe, fungus, dan lain-lain serta dapat juga merusak kulit
kepala. Untuk itu sebaiknya mencuci rambut dengan teratur sesuai kebutuhan
(Rostamailis, 2008)
1.7 KERANGKA TEORI
Faktor penyebab

Panjang rambut

Frekuensi mencuci rambut

Kejadian pediculus
humanus var capitis
Gambar : Kerangka Teori

1.8 KERANGKA KONSEP


Variabel bebas

Variabel terikat

Panjang rambut

Kejadian pediculus
humanus var
capitis

Frekuensi mencuci
rambut

pengetahuan

Variabel counfounding
Gambar : Kerangka Konsep

1.9 CARA PENGENDALIAN VARIABEL CONFOUNDING


Dengan matching yaitu mencocokan atau menyamakan pengetahuan subjek
penelitian secara homogen.
1.10 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan study observational analitik dengan rancangan
Cross Sectional Study yaitu suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika
korelasi antara variable independen dengan variabel dependen dan diobservasi
sekaligus pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini variabel independennya
(variabel bebas) adalah

panjang rambut dan frekuensi cuci rambut sedangkan

variabel dependennya (variabel terikat) adalah pediculosis capitis.


1.11 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 2.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel


Variabel
Pediculosis
capitis

Definisi
Alat Ukur
gangguan kulit
Observasi
atau rambut pada
manusia yang
disebabkan oleh
Pediculus
h.capitis yang
dapat
menyebabkan rasa
gatal di kulit
kepala.

Kategori
Skala
1. Menderita: jika Nominal
ditemukan
Pediculus
humanus capitis
dewasa, nimfa
atau telur dari
rambut kepala
2. Tidak menderita:
jika
tidak
ditemukan
Pediculus
humanus capitis
dewasa, nimfa
atau telur dari
rambut kepala.

Panjang
rambut

Panjang rambut
yang dimaksud
dalam penelitian
ini adalah ukuran
rambut yang
tumbuh di kepala

Observasi

1. Pendek: ujung Nominal


rambut
hanya
mencapai
tengkuk
2. Sedang: ujung
rambut sampai
pada bahu
3. Panjang: ujung
rambut melebihi
bahu

Frekuensi
cuci
rambut

Frekuensi cuci
rambut yang
dimaksud adalah
aktivitas mencuci
rambut atau
keramas dengan
menggunakan
shampoo atau
bahan pembersih
lainnya.

Quisioner

1. Cukup: 3 kali Ordinal


seminggu
2. Kurang : < 3 kali
seminggu

1.12

DAFTAR PUSTAKA

Bachok, Norsaadah, dkk. 2001. Prevalence And Associated Factors Of Head Lice
Infestation
Among
Primary
Schoolchildren
In
Kelantan,
Malaysia.
http://www.google.com. diakses tanggal 22 Oktober 2015
Behrman, Richard E, Robert M. Kliegman, Hal B. Jenson. 2004. Textbook of
Pediatrics. Saunders
Brown, H. W, 1983. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: PT. Gramedia
Davarpanah, dkk. 2008. The Prevalence Of Pediculus Capitis Among School
Children In Fars Province, Southern Iran.
Didi. 2008. Pediculosis. http://www.google.com. diakses tanggal 22 Oktober 2015
http://eprints.undip.ac.id/44909/1/01.Bab_0.pdf diakses tanggal 21 Oktober 2015
Firas, Mohammad. Kutu Rambut (Head Lice). http://www.google.com. Diakses
tanggal 22 September 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37359/4/Chapter%20II.pdf
tanggal 22 Oktober 2015

diakses

Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.


Nur Hudayah.2011. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pediculosis Capitis
Pada Siswa Sekolah Dasar Inpres Benteng Timur Selayar. Makassar: Universitas
Hasanuddin. http://www.google.com. diakses tanggal 22 Oktober 2015
Rubeiz, Nelly. 2009.
Oktober 2015

Pediculosis. http://www.pubmed.com, diakses tanggal 21

Wijayati, Fitriana.2007.Hubungan Antara Perilaku Sehat Dengan Angka Kejadian


Pediculosis Capitis Pada Santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang.
http://www.google.com tanggal 21 Oktober 2015
Willems, Sara,dkk. 2001. The Importance Of Socio-economic Status And Individual
Characteristics On The Prevalence Of Head-Lice In Schoolchildren.

Anda mungkin juga menyukai