Anda di halaman 1dari 3

Shophouses

Karena masyarakat tionghoa di Indonesia sudah lama dikenal sebagai


kaum pedagang, maka dikembangkanlah fungsi dari rumah tinggal
menjadi rumah toko atau ruko. Pada zaman colonial, biasanya pemukiman
masyarakat tionghoa dipisah dengan pemukiman masyrakat pribumi.
Pemukiman masyarakat tionghoa ini sering disebut pecinan. Namun
menurut Alan Vitaro (1992), dalam tulisannya yaitu Is the Chinese
shophouse Chinese? mengatakan bahwa sebenarnya ruko bukan berasal
asli dari Cina. Ruko merupakan bagunan yang erupakan pencampuran
dari arsitektur cina dan eropa.

Menurut Lombard dalam Kurniawan (2010), ruko mulai diperkenalkan di


Indonesia pada abad ke-17. Ruko di Indonesia sebagian besar dibuat dari
bata dan atap dari genteng tanah liat. Memiliki lebar 3 meter hingga 6
meter dan panjang 6 hingga 8 kali dari lebarnya.

Potongan ruko

Menurut Widodo dan Nas, 2009, ruko memiliki bentuk yang memanjang,
terkdang teras ruko-ruko sering saling menyambung satu sama lainnya
yang menciptakan atap yang bersifat continue. Biasanya bertingkat 2 dan
dibangun di atas lahan yang berukuran panjang 14 meter hingga 40
meter dan lebar 3 meter hingga 5 meter.

Menurut Kurniawan (2010), bentuk ruko merupakan transformasi dari


rumah huniantradisional Cina di bagian selatan, dimana merupak bentuk
rumah farm house. Transformasi tersebut mengubah bentuk rumah farm
house menjadi bentuk row house.

Transformasi bentuk farm house menjadi row house

Menurut Akmal (2009), ruko di Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya


Melayu dan Belanda, biasanya digunakan dalam ornamen pada ruko.

Sumber
Viaro, Allain. (Ed). (1992). Is Chinese shophouse Chinese?" In Les Cahiers
de la rechercede Architecturale. Marseille: Parentheses
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42578/4/Chapter%20II.pdf
http://www.klikbatavia.com/en/content/batavian-shop-house-and-terracehouse-1

Anda mungkin juga menyukai