Anda di halaman 1dari 8

Nama : Milana Celia

No
: 15
Kelas : XII IPA

1. Tifa

Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku, Tifa mirip seperti gendang cara
dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau
dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya
digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan
indah. Bentuknya pun biasanya dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papua
memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional. Ini
biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun
acara-acara penting lainnya.
2. Idiokordo

Idiokardo adalah alat musik yang seperti siter berdawai tiga dengan cara di
petik. Alat musik ini disebut juga Tatabuhan.

3. Gong
Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan
Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak
lagi perajin gong seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan
nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya
masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.
Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat
dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari
dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek.

Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki


kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran
gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.

4. Arababu
Arababu adalah alat musik jenis rebab yang terbuat dari
bambu, wadah gemanya terbuat dari kayu atau tempurung

5. Korno
Korno adalah alat musik yang dibuat
dari siput yang dinamakan Fuk-fuk. Alat
musik ini dimainkan dengan cara ditiup.

Nama
No
: 14
Kelas : XII IPA

1. Foy Doya

: Hastuti

Kabupaten Ngada Flores yang beribukota Bajawa mempunyai banyak


ragam kesenian daerah. antara lain musik Foy Doa.
Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena
tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy
Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang
bergandeng dua atau lebih.
Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam
permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran.
Sistem penalaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah
nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera
si pemain musik Foy Doa.
Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan
kehidupan , sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupurupu, go-tuka ate wi me menge, yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan
kelaparan.
Cara Memainkan, Hembuskan angin dari mulut secara lembut ke lubang peniup,
sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri menutup lubang suara.
Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan seara
sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan
alat-alat musik lainya seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka.
Fungsi dari alat-alat musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa.
2. Foy Pai

Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi
lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa.
Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik
Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy Pai : do, re, mi, fa, sol.
3. Knobe Khabetas

Masyarakat Dawan peraya bahwa alat musik Knobe Kbetas telah


ada sejak nenek moyang mereka berumah di gua-gua. Bentuk alat musik
ini sama dengan busur panah.
Cara memainkannya ialah, salah satu bagian ujung busur
ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara
dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari.
Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi
berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alat-alat
musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil
mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan
untuk melepas kesepian.
Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik ini digunakan
juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu
bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah
sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah
berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana).
4.

Knobe Oh
Nama alat musik yang terbuat dari kilit bambu dengan ukuran panjang lebih
kurang 12,5 cm. ditengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi belahan bambu
yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya, sehingga dapat
berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal ujungnya ditarik dengan
untaian tali yang terkait erat pada pangkalujung terseut maka timbul bunyi
melalui proses rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator

5. Nuren
Alat musik ini terdapat di Solor Barat. Orang Talibura di Sikka Timur menyebut
alat musik ini dengan nama Sason, apabula disebut seara puitis menjadi Sason Nuren.
Secara etimologi Sason berarti jantan, dan Nuren berarti perempuan. Sason Nuren
merupakan dua buha suling yang dimainkan oleh seorang sendirian, merupakan
sebutan keramat, sakral, kesayangan, alat hiburan. Menurut cerita tua, seorang tokoh
legendaris Solor Barat konon berkepala dua sekaligus memiliki rmulut dua. Orang
Solor Barat menyebutnya dengan nama Edoreo sedangkan di bagian tengah Solor
Barat menyebutnya dengan nama Labaama Kaha. Konon menurut erita ia pernah
hidup 3-4 abad yang lalu. Konon menurut erita pula ia mampu meminkan Sason
Nuren sekaligus, sehingga apabila sedang maminkan lat musik ini orang mengira ada
dua pribadi yang sedang memainkan Sason Nuren. Menurut keperayaan penduduk
setempat Sason Nuren merupakan suara para peri (nitun).
6. Prere

Alat bunyi-bunyian dari Manggarai ini terbuat dari seruas bambu keil sekeil
pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah dibiarkan tertutup,
tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruaw bagian bawah
dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut dari tabung bambu bagian atas,
sekaligus bagian belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai
orong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya. Alat musik ini selain
digunakan untuk hiburan pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik gong
gendang pada permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan
adalah do dan re, sehingga nama alat ini disebut Prere.
7. Suling
Umumnya seluruh kabupaten yang ada di NTT memiliki instrumen suling
bambu, seperti di Sumba terdapat suling hidung. Namanya demikian karena suling ini
ditiup dari hidung. Kalau di Kabupaten Belu terdapat orkes suling dengan jumlah
pemain ( 40 orang. Orkes suling ini terdiri dari suling pembawa melodi (suling keil),
dan suling pengiring yang berbentuk silinder yaitu, suling alto, tenor, dan bass. Suling
pengiring ini terdiri dari 2 bambu yang berbentuk silinder yaitu, bambu peniup
berukuran keil dan bambu pengatur nada berbentuk besar.
Suling melodi bernada 1 oktaf lebih, suling pengiring bernada 2 oktaf. Dengan
demikian untuk meniptakan harmoni atau akord, maka suling alto bernada mi, tenor
bernada sol, dan bass bernada do, atau suling alto bernada sol, tenor mi,dan dan bass
bernada do.
Cara memainkan : suling sopran atau pembawa melodi seperti memainkan
suling pada umumnya, dan suling pengiring sementar bambu peniup dibunyikan, maka
bambu pengatur nada digerakkan turun dan naik, yaitu sesuai dengan nada yang dipilih.
Keualui pada sulign bass, bambu peniup yang digerakkan turun dan naik. Fungsi alat
musik suling ini untuk menyambut tamu atau untuk memeriahkan hari-hari nasional.
8. Heo
Alat gesek (heo) terbuat dari kayu dan penggeseknya terbuat dari ekor kuda
yang dirangkai menjadi satu ikatan yang diikat pada kayu penggesek yang
berbentuk seperti busur (dalam istilah masyarakat Dawan ini terbuat dari usus
kuskus yang telah dikeringkan). Alat ini mempunyai 4 dawai, dan masingmasing bernama :
dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki
dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana
dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan
dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk
Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re, tali tiga bernada la dan tali 4
bernada do.
9. Leko Boko / Bijol

Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu
(bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya.
Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti
yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan
pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan
heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko.
Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pembei harmoni, sedangkan
Heo berperan sebagi pembawa melodi atau kadang-kadang sebagai pengisi
(Filter) Nyanyian-nyayian pada msyarkat Dawan umumnya berupa
improvisasi dengan menuturkan tentang kejadian-kejadi an tang telah terjadi
pda masa lampau maupun kejadian yang sedang terjadi (aktual).Dalam nyanyian ini
sering disisipi dengan Koa (semaam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa
bersyair dan Koa tak bersyair.
10. Sowito
Alat musik pukul dari bambu dari Kabupaten Ngada. Seruas bambu yang
dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan
kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara
memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya
kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Untuk keperluan
penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan.
11. Reba
Alat musik ini berdawai tunggal ini, terbuat dari tempurung kelapa/labu hutan
sebagai wadah resonansi yang ditutupi dengan kulit kambing yang ditengahnya telah
dilubangi. Dawainya terbuat dari benang tenun asli yang telah digosok dengan lilin
lebah. Penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun
yang juga telah digosok dengan lilin lebah. Dalam pengembangannya alat ini dari jenis
gesek menjadi alat musik petik, yang juga berdawai satu dimodifikasikan menjadi 12
dawai, serta dawainya pun diganti dengan senar plastik. Reba tiruan ini berfungsi untuk
mengiringi lagu-lagu daerah populer.

12. Ketadu Mara

Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri
dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula
dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi makluk halus.

13. Sasado

Fungsi musik sasando gong dalam masyarakat pemiliknya sebagi alat musik
pengiring tari, menghibur keluarga yang sedang berduka, menghibur keluarga yang
sedang mengadakan pesta, dan sebagai hiburan pribadi. Sasando gong yang pentatonis
ini mempunyai banyak ragam cara memainkannya, antara lain : Teo renda, Ofalangga,
Feto boi, Batu matia, Basili, Lendo Ndao, Hela, Kaka musu, Tai Benu, Ronggeng, Dae
muris, Te'o tonak.
Ragam-ragam tersebut sudah merupakan ragam yang baku, namun dengan
sedikit perbedaan ini dikarenakan : (a). Rote terdiri dalam 18 Nusak adat dan terbagi
dalam 6 keamatan. Dengan sendirinya setiap nusak mempunyai gaya permainan yang
berbeda-beda. (b). Perbedaan-perbendaan ini dipengaruhi oleh kemampuan musikalis
dari masing-masing pemain sasando gong. (c). Belum adanya sistem notasi musik
sasando gong yang baku.
Perkembangan Sansando Sasando pada mulanya menggunakan tangga nada
pentatonis. Diperkirakan akhir abad ke-18 sansando mengalami perkembangan sesuai
tuntutn zaman, yaitu menggunakan tangga nada diatonis. Sasando diatonis khusunya
berkembang di Kabupaten Kupang.
Jumlah dawai yang digunakan oleh sasando diatonis bervariasi yaitu, 24 dawai,
28 dawai, 30 dawai, 32 dawai, dan 34 dawai. Kemudian dalam perkembangan
selanjutnya yaitu kira-kira 1960 untuk pertam kalinya sasando menggunakan listrik. Ide

ini datang dari seorang yang bernama Bapak edu Pah, yaitu salah seorang pakar pemain
sasando di Nusa Tenggara Timur.

Anda mungkin juga menyukai