Anda di halaman 1dari 3

1.

PENGERTIAN HAK ASASI DAN HAK REPRODUKSI


Menurut Undang-Undamg nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu
merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang
benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Reproduksi
berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidup. Sedangkan menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pada bagian
keenam tentang Kesehatan Reproduksi dinyatakan bahwa setiap orang berhak:
a.

menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, serta bebas
dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.

b. menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan, dan/atau


kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan martabat
manusia sesuai dengan norma agama.
c.

menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat secara medis
serta tidak bertentangan dengan norma agama.

d.

memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang


benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pada International Conference on Population and Development(ICPD) Kairo 1994, hak


reproduksi dinyatakan sebagai berikut : Hak-hak reproduksi berlandaskan pada
pengakuan terhadap hak asasi pasangan atau individu untuk secara bebas dan bertanggung
jawab menetapkan jumlah, jarak dan waktu kelahiran anaknya dan hak untuk memperoleh
informasi serta cara untuk melakukan hal tersebut, dan hak untuk mencapai standar
kesehatan reproduksi dan seksual yang setinggi mungkin. Sedangkan menurut BkkbN
(2011) hak-hak reproduksi adalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan
kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang dilahirkan serta memilih
upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut (pemakaian kontrasepsi).
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan
mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman,
efektif, terjangkau, serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih

dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak
ini mencakup, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai sehingga para
wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara aman, serta memberikan
kesempatan bagi para pasangan untuk memiliki bayi yang sehat (Kusmiran, 2012).
untuk memiliki bayi yang sehat (Kusmiran, 2012).
2. HAK REPRODUKSI PADA WANITA
Hak reproduksi wanita secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu
dalam hal ini perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya. Hak-hak
reproduksi wanita merupakan hak asasi manusia. Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan
dalam International Conference on Population and Development (ICPD) 1994 di Kairo
bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani
maupun rohani, meliputi :
a.

Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.


c.

Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.

d.

Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.

e.

Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.

f.

Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.

g.

Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari

perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.


h.

Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kesehatan reproduksi.
i.

Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.

j.

Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.

k.

Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan

kehidupan reproduksi.
3. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksiPemenuhan Hak-hak Reproduksi Wanita

Berdasarkan UU No. 7/1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala


bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan dokumen Kairo dapat disimpulkan hak
reproduksi (dan implikasinya pada kesehatan reproduksi) selalu menyangkut dua komponen
dasar. Komponen pertama, kebebasan dalam menentukan jumlah anak dan waktu/jarak
kelahiran. Arti kebebasan ini tidak dapat dilepaskan dari dokumen-dokumen hak asasi

manusia lainnya dan bersifat mutlak. Ia harus berdasarkan rasa tanggungjawab, baik terhadap
kehidupannya, anaknya maupun masyarakatnya. Tanggung jawab seperti ini hanya akan bisa
terwujud kalau perempuan menempati posisi yang kuat, posisi dimana ia dapat bernegosiasi
dengan lingkungannya (keluarga, suami serta masyarakat) dan pemerintah. Komponen
berikutnya adalah entitlement yang menyangkut erat masalah memperoleh informasi serta
pelayanan keluarga berencana.Entitlement merupakan manifestasi dari rasa tanggung jawab
masyarakat dan negara, terhadap kehidupan reproduksi perempuan dan memiliki nilai sosial
(Adrina dkk, 1998).
4.

Pengabaian hak reproduksi pada wanita

Anda mungkin juga menyukai