Anda di halaman 1dari 9

Genetika Tanaman

Genetika Tanaman
Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa
latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara Etimologikata
genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal
mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian
meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal
itu juga. Genitika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi
hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih
informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan
sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam
ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan
kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Ilmu ini tidak cocok diterjemah dengan ilmu kebakaran, karena
sebagaimana tampak nanti, bahan sifat keturunan itu tidaklah bersifat
baka. Selalu mengalami perubahan, berangsur atau mendadak. Seluruh
makluk bumi mengalami evolusi termasuk manusia. Evolusi itu terjadi
karena perubahan bahan sifat keturunan, dan dilaksanakan oleh seleksi
alam.
Genitika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan
kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. kita
sebagai manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain
sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka. karena itu selain
kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada
tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut
sama saja bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai
objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya
lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan
sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai
ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus
ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan
metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri
seperti bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi,
taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang
banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat.
SEJARAH PERKEMBAGAN
Jauh sebelum genetika dapat dianggap sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan, berbagai kegiatan manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa disadari telah menerapkan prinsip-prinsip
genetika. Sebagai contoh, bangsa Sumeria dan Mesir kuno telah berusaha

untuk memperbaiki tanaman gandum, bangsa Cina mengupayakan sifat-sifat


unggul pada tanaman padi, bangsa Siria menyeleksi tanaman kurma.
Demikian pula, di benua Amerika dilakukan persilangan-persilangan pada
gandum dan jagung yang berasal dari rerumputan liar. Sementara itu,
pemuliaan hewan pun telah berlangsung lama; hasilnya antara lain berupa
berbagai hewan ternak piaraan yang kita kenal sekarang.
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai
menjelang akhir abad ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama
Gregor Johann Mendel berhasil melakukan analisis yang cermat dengan
interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya pada
tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang
pertama yang melakukan percobaan-percobaan persilangan. Akan tetapi,
berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan
keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan
sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya
mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan utama bagi
perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan
Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika. Penjelasan lebih rinci mengenai
percobaan persilangan Mendel akan diberikan pada Bab II.
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada
tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun,
selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang
memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara
terpisah, yakni Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman, dan Eric
von Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip
Mendel pada penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga
lebih kurang pertengahan abad ke-20 berbagai percobaan persilangan atas
dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi penelitian di bidang
genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan
genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang
sebagai cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi genetik, khususnya
mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetik adalah asam
deoksiribonukleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA
pada tahun 1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika
yang baru, yaitu genetika molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika
ilmu pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat
dalam satu dasawarsa, maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling
time) pada genetika molekuler hanyalah dua tahun! Bahkan, perkembangan
yang lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu
pada saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA

rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa
genetika.
Saat ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme-organisme seperti
domba, babi, dan kera didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang
disebut kloning. Sementara itu, pada manusia telah dilakukan pemetaan
seluruh genom atau dikenal sebagai projek genom manusia (human genom
project), yang diluncurkan pada tahun 1990 dan sebenarnya diharapkan
selesai pada tahun 2005. Namun, ternyata penyelesaian proyek ini berjalan
dua tahun lebih cepat daripada jadwal yang telah ditentukan.

KONTRIBUSI KE BIDANG-BIDANG LAIN


Sebagai ilmu pengetahuan dasar, genetika dengan konsep-konsep di
dalamnya dapat berinteraksi dengan berbagai bidang lain untuk
memberikan kontribusi terapannya.

1. Pertanian
Di antara kontribusinya pada berbagai bidang, kontribusi genetika di bidang
pertanian, khususnya pemuliaan tanaman dan ternak, boleh dikatakan
paling tua. Persilangan-persilangan konvensional yang dilanjutkan dengan
seleksi untuk merakit bibit unggul, baik tanaman maupun ternak, menjadi
jauh lebih efisien berkat bantuan pengetahuan genetika. Demikian pula,
teknik-teknik khusus pemulian seperti mutasi, kultur jaringan, dan fusi
protoplasma kemajuannya banyak dicapai dengan pengetahuan genetika.
Dewasa ini beberapa produk pertanian, terutama pangan, yang berasal dari
organisme hasil rekayasa genetika ataugenetically modified organism (GMO)
telah dipasarkan cukup luas meskipun masih sering mengundang kontroversi
tentang keamanan.
Contoh lain dari perkembangan ilmu genetika dibidang pertanian adalah di
temukanya cara baru dalam mengatasi serangga hama yaitu dengan cara
perakitan tanaman tahan serangga hama melalui teknik rekayasa genetik.
Salah satu kendala dalam produksi suatu komoditas tanaman di negara yang
beriklim tropis dan lembab adalah serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) seperti serangga hama dan patogen tumbuhan. Bahkan
pada tanaman tertentu seperti padi.
Serangga hama masih merupakan kendala utama dan menjadi masalah

serius, misalnya wereng coklat dan peng-gerek batang. Di negara tertentu


se-perti Amerika Serikat (AS), kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan
serangga hama seperti penggerek jagung dan penggerek buah kapas bisa
mencapai jutaan dolar AS. Usaha pengendalian yang biasa dilakukan petani
adalah menggunakan cara bercocok tanam yang tepat yang meliputi
penanaman Hak Cipta 2002, Balitbio varie-tas tahan dan pergiliran
tanaman, serta penyemprotan insektisida.
Di negara maju, seperti AS, untuk menanggulangi OPT dari jenis serangga
hama, petani sudah menggunakan insektida hayati yang berasal dari
bakteri Bacillus thuri-ngiensis (Bt) selama lebih dari 30 tahun. Namun secara
komersial produksi insektisida hayati terbatas dan pengaruh
perlindungannya hanya berumur pendek. Selain pengendalian dengan
insektisida, petani juga menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas
tahan merupakan cara pengendalian serangga hama yang murah dan
ramahlingkungan. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui
modifikasi genetic baik dengan pemuliaan tanaman secara konvensional
maupun dengan bioteknologi khususnya tek-nologi rekayasa genetik.
Kadang-kadang dalam perakitan
varietas tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi
suatu kendala yang sulit dipecah-kan, yaitu langkanya atau tidak ada-nya
sumber gen ketahanan di da-lam koleksi plama nutfah. Contoh sumber gen
ketahanan yang langka adalah gen ketahanan terhadap se-rangga hama,
misalnya penggerek batang
padi, penggerek polong ke-delai, hama boleng ubi jalar, peng-gerek buah
kapas (cotton bolworm), dan penggerek jagung (Herman, 1997). Akhir-akhir
ini, ke-sulitan pemulia konvensional terse-but dapat diatasi dengan teknologi
rekayasa genetik melalui tanaman transgenik (Herman, 1996).
Pemulian dan perekayasa genetik mempunyai tujuan yang sama. Pemulia tanaman secara konvensional mela-kukan persilangan dan atau seleksi,
sedangkan perekayasa genetik mengembangkan secara terus menerus dan
memanfaatkan teknik isola-si dan transfer gen dari sifat yang di-inginkan.
Melalui rekayasa genetik sudah dihasilkan tanaman transgenic yang
memiliki sifat baru seperti ketahan-an terhadap serangga hama atau
herbisida atau peningkatan kualitas hasil. Tanaman transgenik tahan
serangga hama tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan di berbagai
negara (James, 2002a). Sedangkan di Indonesia, tanaman transgenik tahan
serangga hama baru pada taraf penelitian perakitannya. Dalam makalah ini
akan dijelaskan tentang tanaman transgenic tahan serangga hama,
perkembangan tanaman transgenic secara global, dan status tanaman
transgenik di Indonesia.
2. Kesehatan
Salah satu contoh klasik kontrubusi genetika di bidang kesehatan adalah
diagnosis dan perawatan penyakit fenilketonurani (PKU). Penyakit ini

merupakan penyakit menurun yang disebabkan oleh mutasi gen pengatur


katabolisme fenilalanin sehingga timbunan kelebihan fenilalanin akan
dijumpai di dalam aliran darah sebagai derivat-derivat yang meracuni sistem
syaraaf pusat. Dengan diet fenilalanin yang sangat ketat, bayai tersebut
dapat terhindar dari penyakit PKU meskipun gen mutan penyebabnya sendiri
sebenarnya tidak diperbaiki.
Beberapa penyakit genetika lainnya telah dapat diatasi dampaknya dengan
cara seperti itu. Meskipun demikia, hingga sekarang masih banyak penyakit
yang menjadi tantangan para peneliti dari kalangan kedokteran dan genetika
untuk menanganinya seperti perkembangannya resistensi bakteri patogen
terhadap antibiotok, penyakit-penyakit kanker, dan sindrom hilangnya
kekebalan bawaan atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Contoh lain dari perkembangan ilmu genetika dibidang kesehatan adalah
proyek genom manusia yang dipelopori oleh amerika serikat dimana proyek
ini akan menguraikan 100.000 gen manusia. Diperkirakan pada abad XXI
mendatang akan muncul bidang kedokteran baru yang disebut ilmu
kedokteran prediktif (predictive medicine). Munculnya ilmu kedokteran
tersebut di mungkinkan karena pada abad XXI mendatang, diperkirakan
seluruh informasi dari genom manusia yang mengandung 100.000 gen akan
teridentifikasi. Dengan diketahuinya genom manusia dapat digunakan
memprediksi berbagai penyakit, artinya dengan ilmu kedoktran prediktif
dapat diketahui kemungkinan seseorang mengalami kanker payudara atau
kanker calon rental dengan melakukan analisa terhadap kombinasi gen-gen
yang dipunyai orang tersebut.
3. Industri farmasi
Teknik rekayasa genetika memungkinkan dilakukannya pemotongan molekul
DNA tertentu. Selanjutnya, fragmen-fragmen DNA hasil pemotongan ini
disambungkan dengan molekul DNAlain sehingga terbentuk molekul DNA
rekombinan. Apabila molekul DNA rekombinan dimasukkan kedalam suatu
sel bakteri yang sangat cepat pertumbuhannya, misalnyaEscherichia
coli, maka dengan mudah akan diperoleh salinan molekul DNA rekombinan
dalam jumlah besar dan waktu yang singkat. Jika molekul DNA rekombinan
tersebut membawa gen yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, maka
berarti gen ini telah diperbanyak dengan cara yang mudah dan cepat.
Prinsip kerja semacam ini telah banyak di terapkan diberbagai industri yang
memproduksi biomolekul penting seperti insulin, interferon, dan beberapa
hormon pertumbuhan.
4. Hukum
Sengketa dipengadilan untuk menentukan ayah kandung bagi seorang anak
secara klasik sering diatasi melalui pengujian golongan darah. Pada kasuskasus tertentu cara ini dapat menyelesaikan masalah dengan cukup
memuaskan, tetapi tidak jarang hasil yang diperoleh kurang meyakinkan.
Belakangan ini dikenal cara yang jauh lebih canggih, yaitu uji DNA. Dengan

membandingkan pola restriksi pada molekul DNA anak,ibu, dan orang yang
dicurigai sebagai ayah kandung anak, maka dapat diketahui benar tidaknya
kecurigaan tersebut.
Dalam kasus-kasus kejahatan seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan
bahkan teror pengeboman, teknik rekayasa genetika dapat diterapkan untuk
memastikan benar tidaknya tersangka sebagai pelaku. Jika tersangka masih
hidup pengujian dilakukan dengan membandingkan DNA tersangka dengan
DNA objek yang tertinggal di tempat kejadian, misalnya rambut atau
sperma. Cara ini dikenal sebagai sebagia sidik jari DNA (DNA finger printing).
Akan tetapi, jika tersangka mati dan tubuhnya hancur, maka DNA dari
bagian-bagian tubuh tersangka dicocokkan pola restruksinya dengan DNA
kedua orang tuanya atau saudara-saudaranya yang masih hidup.
5. Kemasyarakatan dan kemanusiaan
Di negara-negara maju, terutama di kota-kata besarnya, dewasa ini dapat
dijumpai klinik konsultasi genetik yang antara lain berperan dalm
memberikan pelayanan konsultasi perkawinan. Berdasarkan atas data sifatsifat genetik, khususnya penyakit genetik, pada kedua belah pihak yang
akan menikah, dapat dijelaskan berbagai kemungkinan penyakit genetik
yang akan diderita oleh anak mereka, dan juga besar kecilnya kemungkinan
tersebut.
Contoh kontribusi pengetahuan genetika di bidang kemanusiaan antara lain
dapat di lihat pada gerakan yang dinamakan eugenika, yaitu gerakan yang
berupaya untuk memperbaiki kualitas genetika manusia. Jadi, dengan
gerakan ini sifat-sifat positif manusia akan di kembangkan, sedangkan sifatsifat negatifnya ditekan. Di berbagai negara, terutama di negara-negara
berkembang, gerakan eugenika masih sering dianggap tabu. Selain itu, ada
tantangan yang cukup besar bagi keberhasilan gerakan ini karena pada
kenyataannya orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dengan status sosial
ekonomi yang tinggi pula biasanya hanya mempunyai anak sedikit.
Sebaliknya, orang dengan tingkat kecerdasan dan status sosial-ekonomi
rendah umumnya justru akan beranak banyak.
Untuk mengetahui lebih jelas perkembangan genetika, dapat kita lihat pada
kronologi berikut ini:
Setelah penemuan ulang karya Mendel, genetika berkembang sangat pesat.
Perkembangan genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai
penggunaan metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains.
Berikut adalah tahapan-tahapan perkembangan genetika:
1859 Charles Darwin menerbitkan The Origin of Species, sebagai dasar
variasi genetik.;
1865 Gregor Mendel menyerahkan naskah Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman;
1878 E. Strassburger memberikan penjelasan mengenai pembuahan
berganda;

1900 Penemuan kembali hasil karya Mendel secara terpisah oleh Hugo de
Vries (Belgia), Carl Correns (Jerman), dan Erich von Tschermak (AustroHungaria) ==> awal genetika klasik;
1903 Kromosom diketahui menjadi unit pewarisan genetik;
1905 Pakar biologi Inggris William Bateson mengkoinekan istilah 'genetika';
1908 dan 1909 Peletakan dasar teori genetika populasi oleh Weinberg
(dokter dari Jerman) dan secara terpisah oleh James W. Hardy (ahli
matematika Inggris) ==> awal genetika populasi;
1910 Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen-gen berada pada
kromosom, menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) ==> awal
sitogenetika;
1913 Alfred Sturtevant membuat peta genetik pertama dari suatu
kromosom;
1918 Ronald Fisher (ahli biostatistika dari Inggris) menerbitkan On the
correlation between relatives on the supposition of Mendelian inheritance
(secara bebas berarti "Keterkaitan antarkerabat berdasarkan pewarisan
Mendel"), yang mengakhiri perseteruan antara teori biometri (Pearson dkk.)
dan teori Mendel sekaligus mengawali sintesis keduanya ==> awal genetika
kuantitatif;
1927 Perubahan fisik pada gen disebut mutasi;
1928 Frederick Griffith menemukan suatu molekul pembawa sifat yang dapat
dipindahkan antarbakteri (konjugasi);
1931 Pindah silang menyebabkan terjadinya rekombinasi;
1941 Edward Lawrie Tatum and George Wells Beadle menunjukkan bahwa
gen-gen menyandi protein, ==> awal dogma pokok genetika;
1944 Oswald Theodore Avery, Colin McLeod and Maclyn McCarty mengisolasi
DNA sebagai bahan genetik (mereka menyebutnya prinsip transformasi);
1950 Erwin Chargaff menunjukkan adanya aturan umum yang berlaku untuk
empat nukleotida pada asam nukleat, misalnya adenin cenderung sama
banyak dengan timin;
1950 Barbara McClintock menemukan transposon pada jagung;
1952 Hershey dan Chase membuktikan kalau informasi genetik bakteriofag
(dan semua organisme lain) adalah DNA;
1953 Teka-teki struktur DNA dijawab oleh James D. Watson dan Francis Crick
berupa pilin ganda (double helix), berdasarkan gambar-gambar difraksi sinar
X DNA dari Rosalind Franklin ==> awal genetika molekular;
1956 Jo Hin Tjio dan Albert Levan memastikan bahwa kromosom manusia
berjumlah 46;
1958 Eksperimen Meselson-Stahl menunjukkan bahwa DNA digandakan
(direplikasi) secara semikonservatif;
1961 Kode genetik tersusun secara triplet;
1964 Howard Temin menunjukkan dengan virusRNA bahwa dogma pokok
dari tidak selalu berlaku;
1970 Enzim restriksi ditemukan pada bakteri Haemophilus influenzae,
memungkinan dilakukannya pemotongan dan penyambungan DNA oleh
peneliti (lihat juga RFLP) ==> awal bioteknologi modern;

1977 Sekuensing DNA pertama kali oleh Fred Sanger, Walter Gilbert, dan
Allan Maxam yang bekerja secara terpisah. Tim Sanger berhasil melakukan
sekuensing seluruh genom Bacteriofag -X174;, suatu virus ==> awal
genomika;
1983 Perbanyakan (amplifikasi) DNA dapat dilakukan dengan mudah setelah
Kary Banks Mullis menemukan Reaksi Berantai Polymerase (PCR);
1985 Alec Jeffreys menemukan teknik sidik jari genetik.
1989 Sekuensing pertama kali terhadap gen manusia pengkode protein CFTR
penyebab cystic fibrosis;
1989 Peletakan landasan statistika yang kuat bagi analisis lokus sifat
kuantitatif (analisis QTL) ;
1995 Sekuensing genom Haemophilus influenzae, yang menjadi sekuensing
genom pertama terhadap organisme yang hidup bebas;
1996 Sekuensing pertama terhadap eukariota: khamir Saccharomyces
cerevisiae;
1998 Hasil sekuensing pertama terhadap eukariota multiselular, nematoda
Caenorhabditis elegans, diumumkan;
2001 Draf awal urutan genom manusia dirilis bersamaan dengan mulainya
Human Genome Project;
2003 Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) menyelesaikan 99%
pekerjaannya pada tanggal (14 April) dengan akurasi 99.99%
CABANG-CABANG GENETIKA
Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan.
Cabang-cabang ilmu ini terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman
terhadap suatu aspek tertentu dari objek kajiannya.
Cabang-cabang murni genetika :
genetika molekular ,
genetika sel (sitogenetika) ,
genetika populasi ,
genetika kuantitatif ,
genetika perkembangan .
Cabang-cabang terapan genetika :
genetika kedokteran ,
ilmu pemuliaan ,
rekayasa genetika atau rekayasa gen ,
bioteknologi.
MANFAAT MEMPELAJARI GENETIKA
Manfaat dari mempelajari genetika adalah agar kita dapat mengetahui sifatsifat keturunan kita sendiri atau setiap makluk yang berada di sekitar
lingkungan kita.
Manusia jarang digunakan sebagai objek atau barang percobaan genetis
karena sulitnya mempelajari gen manusia, sehingga lebih mudah
mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam
tubuh tumbuhan dan hewan sekitar. Ada beberapa kesukaran dalam

mempelajari manusia sebagai obyek genetika, diantaranya:


1. Sulitnya mengumpulkan data karena jarang sekali orang yang mau
diketahui memiliki cacat atau kelainan suatu karakter pada tubuhnya atau
keluarganya.
2. Sulitnya menjajaki secara langsung sifat genetis yang dijumpai pada
seseorang karena tidak dapat dipilih dan ditentukan dengan siapa orang
(obyek penelitian) ter-sebut akan kawin.
3. Sulitnya mengamati pertumbuhan karakter yang sesuai dengan
kemampuan atau harapan peneliti. Hal ini disebabkan pindahnya sang objek,
kawin lagi dengan seseorang yang akan mengacaukan penyelidikan semula.
4. Sulitnya mendapatkan data statistik tentang sifat genetis yang sama
dalam karakter yang diselidiki, hal ini dikarenakan data yang didapat dari
perbandingan-perbandingan karakter tertentu sangat sedikit. Lain halnya
dengan tanaman atau hewan renik yang dapat memiliki keturunan yang
banyak.
5. Umur si peneliti lebih pendek dari pada umur obyek yang diteliti, karena
daur hidup obyek yang diteliti lebih panjang dari daur hidup si peneliti.
6. Sulitnya mengatur dan mengontrol suasana lingkungan obyek yang diteliti
sesuai dengan harapan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai