Anda di halaman 1dari 6

Essay Praktikum

Agroklimatologi

ALAT PENGUKUR ARAH DAN KECEPATAN ANGIN

Disusun oleh :

Nama : Lisna Maulydia

Nim : G111 15 004

Kelompok :5

Asisten : Nurhadi R Parewasi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016
A. TINJAUAN PUSTAKA

Angin merupakan salah satu unsur meteorologi yang memiliki peranan

penting dalam menentukan kondisi cuaca dan iklim disuatu tempat. Angin dapat

dibatasi sebagai gerakan horizontal udara relatif terhadap permukaan bumi.

Batasan ini berasumsi bahwa seluruh gerakan udara secara vertical kecepatannya

dapat diabaikan karena relative rendah yaitu < 1 ms-1. Untuk mendapatkan data

pengukuran kecepatan angin yang akurat, diperlukan suatu alat ukur yang dapat

mencatat kecepatan maupun arah pergerakan angin secara akurat. Alat pengukur

kecepatan angin yang umum digunakan pada stasiun pengamatan cuaca

(klimatologi) adalah anemometer jenis Cup counter yang menerapkan metode

mekanik dalam pengukurannya (Tim Dosen, 2013).

Anemometer adalah sebuah alat pengukur kecepatan angin yang banyak

dipakai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca.

Nama alat ini berasal dari kata Yunani yaitu anemos yang berarti angin.

Perancang pertama dari alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450.

Selain untuk mengukur kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya

tekanan angin itu. Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka. Pada saat

tertiup angin, baling-baling atau mangkok yang terdapat pada anemometer akan

bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup mangkok-

mangkok tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya piringan mangkok-

mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat diketahui kecepatan

anginnya, karena di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan

menghitung kecepatan angin (Luffy, 2013).


Prinsip kerja dari anemometer adalah sebagai berikut: pertama, angin akan

menghasilkan tekanan yang kuat pada baling-baling yang berbentuk cekung

(mangkok). Kemudian bagian yang cekung akan berputar kesatu arah. Poros yang

terputar dihubungkan oleh dinamo kecil. Selanjutnya bila baling-baling berputar

maka akan terjadi arus listrik yang besarnya sebanding dengan kecepatan putaran.

Besarnya arus listrik akan dihubungkan dengan alat pencatatat (Luffy, 2013).

Alat ini terdiri dari 3 buah mangkok dengan sudut 123 yang akan berputar

bila tertiup angin, pada bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang

mencatat perputaran mangkok tersebut, dan alat ini dipasang diatas tiang pipa besi

setinggi ( m, 2 m, 10 m) dari permukaan tanah. Untuk mengetahui kecepatan

rata-rata angin pada periode waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil

pembacaan pada angka counter saat eeeeeeee

B. PERMASALAHAN

Kendala yang terdapat pada alat ini yaitu cara mendapatkan atau

memperoleh cup counter anemometer. Untuk mendapatkan alat ini, stasiun

pengamatan cuaca di Indonesia perlu mengimpor dari luar negeri, sehingga

diperlukan biaya yang cukup mahal untuk memiliki alat ini.


Selain itu, cup counter anemometer dipasang hingga dengan ketinggian

10m dan memiliki ujung-ujung yang runcing sehingga membutuhkan alat

penangkar petir apabila dipasang di daerah yang rawan akan petir.

Karena alat ini merupakan alat non-recording, maka pengamat diharuskan

melakukan perhitungan pada cup counter anemometer untuk mengetahui data

yang yang matang.

C. SOLUSI

Solusi yang dapat ditawarkan adalah dalam cara memperoleh alat cup

counter anemometer yang terbilang mahal. Sebagaimana kita ketahui bahwa

prinsip kerja dari alat ini cukup sederhana yaitu cup yang berjumlah tiga buah
berputar pada suatu tiang yang dihubungkan dengan counter. Dengan mengetahui

prinsip yang sederhana tersebut kita dapat mengembangkan alat ini, yaitu dengan

cara membuat Cup counter anemometer dari bahan-bahan yang mudah didapat

dan terjangkau harganya akan tetapi dapat bekerja secara optimal.

Solusi selanjutnya adalah memasang alat penangkar petir agar alat ini

tidak terkena petir pada daerah yang rawan akan petir. Kemudian karena alat ini

termasuk manual, maka pengamat dituntut akan ketelitiannya saat melakukan

perhitungan data agar data yang dihasilkan terhindar dari kekeliruan.

D. DAFTAR PUSTAKA

Arvionita, Luffy. 2013. Laporan Praktikum Anemometer. Politeknik Perkapalan

Negeri Surabaya. Surabaya.


Hendayana, Dandan. 2016. Mengenal Alat-Alat Pemantau Cuaca dan Iklim.

Bogor.

Tim Dosen. 2013. Angin Dan Alat Pengukurnya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai