PENDAHULUAN
Makassar terletak antara 0o12- 8o Lintang Selatan dan 116o48' 122o36' Bujur
Timur. Provinsi Sulawesi selatan adalah provinsi yang yang berbatasan dengan
Provinsi Sulawesi Barat di sebelah Utara dan Teluk Bone serta Provinsi Sulawesi
Tenggara di sebelah Timur. Batas sebelah Barat dan Timur masing-masing adalah
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 46.083,94 km2 persegi yang
Sinjai, Takalar, Tana Toraja, Toraja Utara, Wajo, Luwu Timur, Luwu Utara,
Selatan dan 1192630 sampai 1194720Bujur Timur. Daerah ini berada pada
ketinggian 0-2.600 meter dari permukaan laut. Kabupaten Pinrang berada 180
Km dari Kota Makassar, dengan memiliki luas 1.961,77 Km2, terdiri dari tiga
diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ketanah maka disebut hujan,
akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi
maka jatuhan tersebut disebut Virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan
yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Untuk
dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam
belerang.
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan
sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang
memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada
Iklim adalah perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan
demi bulan) dalam jangka panjang di suatu wilayah, sintetis tersebut bisa diartikan
kejadian, dan sebagainya. Maka iklim sering dikatakan sebagai nilai statistik
cuaca jangka panjang di suatu wilayah. Dimana dalam menentukan iklim suatu
antara Bulan Kering (BK) dan Bulan Basah (BB). Kriteria BK dan BB yang
digunakan dalam klasifikasi Schmidt-Ferguson cara perhitungan BK dan BB akhir
iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan
bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui curah hujan yang
Adapun kegunaan dari oraktikum ini adalah sebagai tambahan informasi dan
TINJAUAN PUSTAKA
secara geografis terletak pada koordinat antara 31913 sampai 41030 Lintang
Selatan dan 1192630 sampai 1194720Bujur Timur. Daerah ini berada pada
ketinggian 0-2.600 meter dari permukaan laut. Kabupaten Pinrang berada 180
Km dari Kota Makassar, dengan memiliki luas 1.961,77 Km2, terdiri dari tiga
dimensi kewilayahan meliputi dataran rendah, laut dan dataran tinggi. Kabupaten
Sebagian besar dari wilayah kecamatan merupakan daerah pesisir yang memiliki
luas 1.457,19 Km2 atau 74,27% dari luas keseluruhan Wilayah Kabupaten
Kabupaten Enrekang dan Sidrap. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
lebar, mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga
dataran yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl).
Dataran yang terletak pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian
besar terletak di bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada
TAHUN
Bln Dkd
2010 2011 2012 2013 2014 Rtaan
1 x 123 13 85 123 100
2 105 86 17 61 40 62
Jan
3 5 51 62 34 3 102
Jum 107 256 95 177 161 253
1 223 55 63 34 x 74
2 351 9 79 19 28 86
Feb
3 98 57 199 19 4 79
Jum 699 119 323 73 33 223
1 30 20 66 45 78 69
2 20 30 41 20 54 57
Mar
3 65 145 49 21 93 87
Jum 117 202 156 85 226 207
1 38 15 164 169 205 121.5
2 25 74 124 101 77 82
Apr
3 135 218 39 101 x 133
Jum 198 307 327 371 282 286
1 134 40 124 38 57 99
2 163 119 46 99 213 100.25
Mei
3 209 121 44 85 266 118
Jum 510 283 211 223 545 286
1 61 4 44 264 15 111
2 69 X 17 231 110 89
Jun
3 168 7 1 13 37 60
Jum 298 11 62 508 162 226
1 173 X 195 147 9 83
2 125 75 219 249 136 93
Jul
3 215 X x 53 x 77
Jum 518 75 401 449 140 154
1 85 X 4 124 2 51
2 58 X x 71 x 19
Ags
3 115 X 16 113 x 34
Jum 261 0 21 309 2 58
1 413 13 5 39 x 84
2 68 27 34 17 28 32
Sep
3 182 X 35 x x 60
Jum 663 40 74 56 28 104
1 178 69 4 12 x 77
2 37 69 69 2 x 42
Okt
3 167 160 113 19 x 73
Jum 386 304 191 34 0 144
1 204 77 198 117 52 104
2 189 37 32 61 113 99
Nop
3 74 247 61 162 73 103
Jum 467 361 291 340 238 287
1 59 59 115 94 124 88
2 24 93 343 130 128 128
Des
3 161 255 77 69 43 136
Jum 252 418 525 290 289 353
diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ketanah maka disebut hujan,
akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi
maka jatuhan tersebut disebut Virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan
yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Untuk
dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam
belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari
udara. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi
namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1
milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau satu liter (Wibowo, 2008).
1. Hujan Konvektif
Akibat pemanasan radiasi matahari udara permukaan akan memuai dan naik ke
atas, kemudian udara yang naik akan mengembung. Gerakan vertical udara
nisbih kecil sehingga hujan deras berlangsung dalam waktu tidak lama. Hujan
konvektif biasanya tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman karena air hujan
2. Hujan Orografik
Jika gerakan udara melalui pegunungan atau bukit yang tinggi, maka udara
akan dipaksa naik. Setelah terjadi kondensasi, tumbuh awan pada lereng di atas
lereng di bawah angina (leeward side), udara yang turun akan mengalami
pemanasan dengan sifat kering, dan daerah ini disebut daerah bayangan hujan.
Jika ada konvergensi pada arus udara horizontal dari massa udaraa yang besar
dan tebal, maka akan terjadi gerakan ke atas. Kenaikan udara di daerah
jenis berbed, maka massa udara yang lebih panas akan dipaksa naik di atas massa
udara dingin. Bdang batas antara kedua massa udara yang berbeda sifat fisisnya di
sebut front.
Iklim adalah sintestis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca
(hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu wilayah,
sintetis tersebut bisa diartikan pula sebagai statistik yang meliputi rata-rata,
sebagai nilai statistik cuaca jangka panjang di suatu wilayah (Tjasyono, 2004).
Ilmu yang mempelajari iklim adalah Klimatologi yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu klima dan logos yang berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke
lintang tempat sedangkan logos berarti ilmu. Jadi definisi dari klimatologi adalah
berbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara iklim dengan
mempunyai hubungan yang erat, hubungan antara pola iklim dengan distribusi
tanaman banyak digunakan sebagai dasar dalam klasifikasi iklim. Hasil suatu jenis
tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan
seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan pola iklim dan teknologi, dalam buku
yang sama dia juga mengatakan bahwa cuaca dan iklim merupakan salah satu
tanaman. Wilayah dengan kondisi iklim tertentu akan didominasi iklim tertentu
akan didominasi pula oleh spesies tumbuhan tertentu, yakni tumbuhan yang dapat
beradaptasi secara baiki pada kondisi iklim tersebut. Berdasarkan keterkaitan yang
erat antara kondisi iklim dengan spesies tumbuhan yang dominan pada suatu
2.5.1 Schmidt-Ferguson
kering dan bulan basah, tetapi cara perhitungannya berbeda. Schmidt dan
Fergusson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari tiap-tiap tahun
perhitungan jumlah bulan kering dan bulan basah adalah stasiun hujan yang
Menurut Tjasyono (2004), untuk menentukan bulan kering dan bulan basah
a. Bulan Kering: Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan < 60 mm.
b. Bulan Lembab: Jika dalam satu bulan jumlah curah hujan 60 100 mm.
c. Bulan Basah: Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan > 100 mm.
Sedangkan untuk menentukan rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah
d
Md = Dimana: Md : Rata-rata bulan kering
w
Mw = Dimana: Mw : Rata-rata bulan basah
Q = X 100% Dimana : Q : Tipe iklim SF
1. Tipe A : Daerah sangat basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika
2.5.2 Oldemen
unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim, yaitu bulan basah dan bulan
kering secara berturut turut yang dikaitkan dengan pertanian untuk daerah daerah
tertentu, misalnya jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang
palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap
bulan. Musim hujan selama 5 bulan cukup untuk membudidayakan padi selama
satu musim, dalam metode ini, bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang
digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal
untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat menanam
padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka
masing-masing tanaman sehingga setiap zone memiliki jenis tanaman dan cara
11. D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan bulan kering 11
12. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
13. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
14. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
METODOLOGI
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Senin, tanggal 14, 21,28 Maret 2016
Alat yang digunakan yaitu Laptop, LCD (proyektor), alat tulis menulis,dan
buku sumber. Sedangkan bahan yang dignakan adalah data iklim dan curah hujan
2. Menentukan jumlah curah hujan dan rata-ratanya yang terjadi dalam waktu
cells curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut (dalam tahun tertentu).
5. Menghitung dan memilah jumlah bobot hujan yang ada dengan ketetapan
6. Memasukkan kedalam tipe utama (Huruf) dan sub tipe (angka), sehingga
2. Menghitung dan memilah jumlah bobot hujan yang ada dengan ketetapan
3. Menghitung jumlah Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) yang terjadi
dalam bobot curah hujan yang ada, sehingga dapat menentukan pada bulan
sifatnya (Oldeman)
4.1 Hasil
Tabel 3. Schmidt-Ferguson
Tabel 4. Oldemen
Grafik 1. Peluang 40 %
250
200
150
100
50
300
250
200
150
100
50
0
Grafik 3. Peluang 60%
250
200
150
100
50
0
4.2 Pembahasan
Pada hasil pengamatan berupa data curah hujan 15 tahun terakhir diatas
iklim B. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjasyono (2004) bahawa tipe iklim
berkisar jika nilai Q nya berada pada 0,143 dengan 0,333. Dimana iklim tipe B
merupakan daerah basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika. Dimana bulan
keringnya lebih sering terjadi antara bulan Juni dan Oktober. Sedangkan bulan
tersebut setelah dihitung jumlah bulan kering dan bulan basahnya mendapatkan
hasil: jumlah bulan keringnya yang berurut sebanyak 3 dan bulan basahnya
sebanyak 5. Dimana bulan kering sering terjadi pada bulan Juli hingga November
sedangkan bulan basahnya sering terjadi pada bulan Desember hingga Juni.
Setelah menghitung jumlah BK dan BB yang berurut, wilayah ini masuk ke dalam
tipe iklim C2. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (2012) yang menyatakan
bahwa tipe iklim C2 adalah iklim yang mempuyai 5-6 bulan basah yang berurutan
berurutan dan 2-4 bulan kering berurutan. Tipe iklim C2 juga memungkinkan
tanaman padi yang dapat dipanen 2 kali setahun yang berarti wilayah ini termasuk
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada daerah pinrang
rata-rata hujan terjadi (musim hujan) pada sekitar Juni sampai Desember dan
pada iklim B yang berarti termasuk daerah basah. Hal ini hampir sama dengan
klasifikasi iklim Oldemen, dimana wilayah pinrang termasuk ke dalam iklim C2,
5.2 Saran
yang tinggi pada saat pengelolaan data curah hujan, agar data yang diperoleh valid
Selatan. Pinrang.
Wibowo, H. 2008. Desain Prototipe Alat Pengukur Curah Hujan Jarak Jauh
Cipta, Jakarta.
Jakarta.
Laporan Praktikum II
Agroklimatologi
Kelompok :5
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016