Anda di halaman 1dari 27

UNKNOWN

Fujikawa Koyuki
Bedankt voor het lezen

Terima kasih sudah membacanya

(Fujikawa Koyuki)

2
PROLOG
Cahaya mentari dan hembusan angin yang sejuk, menemani seorang anak perempuan
yang tengah duduk berdampingan dibangku taman dengan seorang anak laki-laki.Tampak anak
perempuan tersebut mengeluarkan sesuatu dari balik kantongnya. Anak laki-laki itu
mengerutkan keningnya, terlihat kebingungan dengan sikap anak perempuan yang duduk di
sampingnya.
Pink, apa yang kau keluarkan dari sakumu.
Anak perempuan itu kemudian mengangkat wajahnya lalu menoleh kearah anak laki-
laki itu.Oh ini! ini hanya sebuah kalung hati. Anak yang bernama pink tersebut lalu
tersenyum seraya memperlihatkan kalung hati yang digenggamnya.
Kalung hati?untuk apa?
Blue, coba kau perhatikan kalung ini. Anak laki-laki yang bernama blue itu
mendekatkan wajahnya seraya menyipitkan matanya, memperhatikan setiap inci kalung hati itu.
Kau lihat, kalung ini bisa terbagi menjadi 2.
Lalu?Tanya blue polos.
Ambillah bagian yang ini, dan aku ambil yang satunya lagi.
Kenapa kau berikan untukku?
Untuk apa yah? Entahlah, aku juga bingung.Mungkin tanda persahabatan kita.Pink
tersenyum lalu memalingkan wajahnya dari blue, menatap sang jingga kembali ke peraduannya.

3
SATU
Angin bertiup agak kencang malam ini. Nakayama Haruka, bergegas menyusuri jalan
kecil dan sepi yang mengarah ke gedung apartemennya. Ia menggigil karena rasa dingin mulai
menembus jaket tebalnya dan menyebar ke tulang-tulangnya. Ia ingin cepat sampai di
apartemennya, meminum coklat panas, menyalakan tungku api dan tentu saja menikmati
makanan kesukaannya ramen.
Hey Haruka! Teriak seseorang itu sambil menepuk bahunya.
Ia terkejut dan memutar badannya dengan cepat. Matanya menangkap wanita paruh baya
yang berumur sekitar 60 tahun dengan rambut yang sudah memutih. Begitu mengenali wanita
paruh baya itu sebagai Suzuki Miho, pemilik apartemen yang sedang ia tinggali, ia
menghembuskan nafas lega.
Miho oba-san, kau membuat ku terkejut setengah mati. Ia mendesah sambil
memegangi dadanya.
Hahaha kau terlalu gampang terkejut.
Oba-san tahu kan, aku sangat takut dengan kegelapan dan kesunyian. Makanya aku
selalu merasa waswas kalau berjalan sendirian apalagi malam-malam begini.
Maaf maaf, ayo masuk sebelum kita membeku disini. Aku sudah menyiapkan ramen
untukmu.
Haruka, tinggal di sebuah apartemen yang berada di Shinjuku. Meskipun biaya sewa
apartemennya murah tapi masih cukup layak untuk dijadikan tempat tinggal. Ia telah tinggal
disana selama 3 tahun. Itulah sebanya dia sangat akrab dengan Miho oba-san dan sudah
menganggap sebagai pengganti orang tuanya yang kini tinggal berpisah dengannya.
Bagaimana urusan kuliahmu tadi ?
Baik-baik saja, aku sudah mengurus semuanya. Balasnya seraya meniup ramen yang
masih panas.
Tak lama kemudian seorang laki-laki paruh baya membuka pintu apartemen dan
membuat mereka berdua menoleh.
Tadaima Kata Suzuki yamato, suami dari Miho oba-san
Oh, kau sudah pulang. Ayo, makan ramen dengan kami. Kata oba-san sambil
menyiapkan ramen untuk suaminya.

4
Kalian sedang membicarakan sesuatu? Tanya Yamato oji-san sembari meletakkan
tasnya.
Oh, aku sedang menanyakan tentang urusan kuliah Haruka
Oh begitu.
Kesunyian berlangsung selama beberapa menit. Mungkin mereka bertiga sibuk dengan
ramen mereka masing-masing. Aku permisi dulu. Kata Haruka sambil meninggalkan mangkuk
ramen yang sudah tak tersisa.
Kenapa buru-buru? Tanya oji-san yang sedang sibuk menikmati ramen buatan istrinya.
Aku sangat lelah hari ini. Tugas kuliah sangat banyak. Keluh Haruka
Ah, kau benar.Oyasumi.
Oyasumi.
Haruka berjalan menuju kamarnya dengan semangat yang tersisa. Ia heran mengapa ia
masih sangat lelah padahal ia telah menghabiskan 2 mangkuk ramen. Ia berbaring sambil
menyetel beberapa lagu super junior di ponselnya. Yoshh aku kira semua lagu ini cukup untuk
semalam penuh. Ia kemudian mematikan lampu kamar dan menarik selimutnya untuk memberi
kehangatan baginya dimalam yang dingin itu. Tak perlu waktu lama, sembari mengenakan
earphone, ia telah berada di alam mimpi.
*****
Haruka membuka jendela kamarnya dan menikmati secangkir teh hangat untuk
memulai harinya. Tiba-tiba terdengar falling slowly milik sungmin yang berasal dari ponselnya.
Seketika senyum diwajahnya mengembang ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Moshi-moshi otousan, mengapa kau baru menelponku? Jawabnya dengan raut wajah
cemberut.
Maaf, maaf. Otousan sangat sibuk akhir-akhir ini. Tapi tebaklah, otousan punya kabar
gembira
Kabar gembira? Apa itu? Tanya Haruka penasaran.
Mmm otousan akan pulang ke Jepang akhir tahun nanti. Otousan ingin merayakan tahun
baru bersamamu.
Benarkah? Setelah sekian lama, akhirnya otousan pulang juga ke Jepang
Ya, otousan sangat menunggu hari itu tiba. aku tidak bisa berlama-lama menelpon
denganmu Haruka. Kau tahu sendiri kan bagaimana sibuknya orang ini. Jaga dirimu baik-baik.

5
Baik otousan. Ia menekan tombol diponselnya untuk mengakhiri panggilan dengan
ayahnya.
Ia mengerutkan keningnya ketika melihat sesuatu melalui jendela kamarnya. Ada apa
ini? Mengapa ada mobil pengangkut di luar?
Haruka, apakah kau sudah bangun? Aku ingin menunjukkan sesuatu Suara Miho oba-
san menyadarkannya. Ia segera berdiri dan membuka pintu kamarnya.
Ada apa oba-san? Tanya Haruka seraya mengernyitkan dahinya.
Ayo kesini.
Elise bisakah kau membuka pintunya? Kata oba-san sembari mengetuk pintu kamar
yang berada tepat di depan kamar Haruka. Tak lama kemudian seorang wanita berparas cantik
mirip orang prancis membuka pintu yang ada didepannya.
Siapa dia? Rambut lurus berwarna blonde, mata biru, bibir berwarna merah muda dan
kulit putih berumur sekitar 20-an. Hmm dia cantik sekali.Tetangga baruku kah? Tanyanya
dalam hati sambil terus menatap perempuan yang ada dihadapannya.
Nah Haruka kenalkan ini Elise, dan Elise ini Haruka, pemilik kamar yang berada di
depanmu. Dia dari Prancis dan baru pindah kesini pagi tadi. Jelas oba-san.
Bounjor, Je m'appelle Elise, Elise Boucher. Sembari menyodorkan tangan kepada
Haruka. Haruka terlihat kebingungan dengan bahasa yang digunakannya.
Sorry, Iam not understand. Jawabnya dengan sedikit tersenyum.
Halo namaku Elise. Maaf aku sebenarnya bisa berbahasa jepang.
Oba-san akan pergi dulu bersenang-senanglah. Ucapnya sambil berlalu.
Detik berikutnya, Haruka telah menatap Elise dengan takjub.Yah, wanita yang benar-
benar cantik. Dia pasti memiliki banyak teman pria. Gerutunya dalam hati.
Haruka..Haruka halo Haruka ?Apakah kau mendengarkanku? Suara Elise
membuyarkan lamunannya.
Ah iya. Mmm Elise, maukah kau melihat-lihat kamarku? Tanyanya ringan
Elise mengangguk. Lalu mereka berdua berjalan masuk ke kamar Haruka.
Maaf kamarku sedang tidak rapi. Duduklah disana, aku akan membuatkan mu
minuman. Seraya menunjuk kearah sofa yang terletak disamping tempat tidurnya.
Setelah menuggu selama beberapa menit, akhirnya Haruka muncul juga dengan
membawa 2 minuman dingin. Selang beberapa jam, mereka terhanyut dengan cerita masing-

6
masing. Ada canda, tawa, dan sekali-kali mereka berdua merenung. Ia lalu melirik jam warna
pink yang tertempel di dinding kamarnya. Astaga, sudah jam 05.00 sore. Sudah berjam-jam kita
bertukar cerita. Aku masih ingin bercerita denganmu tapi aku teringat akan tugas kuliahku yang
menumpuk. Ia menjelaskan dengan raut wajah yang kecewa.
Tidak apa-apa. Lain kali kita lanjutkan lagi. Tapi aku ingin mengenalkanmu pada
sahabat baikku nanti. Sebenarnya dia orang Prancis tapi dia melanjutkan kuliahnya disini. Kau
maukan? Haruka mengangguk tanda mengiyakan dan mengantar Elise ke depan pintu
kamarnya.
Bonne nuit. Elise melanjutkan. Haruka sekali lagi terlihat bingung dengan perkataan
tetangga barunya itu.
Aduh, jangan menggunakan kata aneh seperti itu lagi Gerutunya sambil memegang
pinggang dengan kedua tangannya.
Baik-baik. Selamat malam Ucap Elise sambil berlalu dibalik pintuk kamarnya.
Selamat malam, Elise. Ia melebarkan senyumnya sejenak lalu melalukan hal yang sama
dengan Elise.
*****

7
DUA
Kicauan burung dan gemericik air danau yang tumpah ruah bersama dengan taman yang
dipenuhi oleh bunga-bunga yang bermekaran. Dua orang anak terlihat duduk berdekatan, tengah
mengucapkan sesuatu yang terlihat sangat penting.
Kau tahu pink, aku ingin kau mendengar sesuatu yang ingin ku ungkapkan padamu.
Pinta anak laki-laki itu.
Apa itu blue ? Katakan saja. Kelihatan dari raut wajahmu, itu sangat penting. Balas
seorang anak perempuan yang berada disamping anak laki-laki yang bernama blue.
Baiklah.kalau kita besar nanti, masih maukah kau menjadi sahabatku? Jika kau mau, kau
harus memakai cincin ini. Tapi kalau tidak, kau harus melemparnya ke arah kolam ikan itu.
Pinta blue dengan penuh pengharapan dan menyerahkan sebuah cincin yang terbuat dari rotan.
Tiba-tiba anak perempuan yang bernama pink menitikan air mata lalu tersenyum.
Pink kau kenapa? Apakah aku melukai mu? Tanya blue dengan cemas.
Tidak, kau tidak melukaiku.
Lalu, mengapa kau mengangis?
Aku juga tidak tahu. Mungkin aku hanya terharu melihatmu begini. Kemudian pink
memakai cincin dari rotan yang diberikan oleh blue sambil tersenyum.

Kringg.... kringggg ...... kringggg

Haruka terbangun dari mimpi indahnya sambil menekan tombol alarm yang tengah
berbunyi. Akhhh kenapa kejadian itu datang lagi? Gerutunya sambil mengacak-ngacak
rambutnya yang berantakan. Sejenak alisnya terangkat dan ia memutar otaknya seperti
memikirkan sesuatu. Dimana kau blue?
Aku sangat rindu padamu. Ia menghela nafasnya. Lalu menuju ke kamar mandi untuk
menyegarkan dirinya untuk menyambut pagi yang cerah.
Hari ini hari sabtu, kuliahnya sedang libur. Jadi ia memutuskan untuk pergi ketaman
untuk melihat bunga sakura bermekaran untuk terakhir kalinya dan melihat penduduk merayakan
hanami -piknik dibawa pohon sakura. Bunga sakura hanya mekar dalam waktu 2 minggu selama
musim semi, jadi memang, momen itu sangat langka dijepang.

8
Sekitar 25 menit kemudian, ia telah sampai di tanah lapang yang penuh dengan hamparan
bunga. Akhirnya sampai juga Ucapnya sambil menoleh kekanan dan kekiri untuk mencari
tempat duduk kosong yang cocok untuknya. Aha! kelihatannya tempat duduk ini kosong,
posisinya juga strategis. Aku duduk disini saja. Ia lalu mengeluarkan kamera dari tas
selempangnya yang berwarna pink lembut.
Wah, bunga sakura memang selalu tampak indah Haruka tersenyum melihat hasil
potretnya
Ya kau benar
Hampir saja ia menjatuhkan kameranya karena terkejut. Lalu ia memutar wajahnya
kearah suara itu dengan sangat hati-hati, berharap suara yang didengarnya bukanlah suara hantu
yang sedang berkeliaran di pagi hari yang cerah.
Maaf, membuatmu terkejut dengan perkataanku tadi. Ucap seorang pria yang berada di
sampingnya sambil tersenyum.
Ia memperhatikan pria itu dengan cukup lama. Mengamati tiap inci wajahnya. Rambut
hitam, mata keabu-abuan, hidung yang lumayan mancung, serta mempunyai lesung pipi dikedua
pipinya yang membuat wajahnya bertambah menarik untuk dipandang oleh kaum hawa. Manis,
Nilainya 8. Semuanya sempurna.
Maaf mengganggumu, tapi, bisakah kau mencari tempat duduk yang lain? Haruka
masih asyik memperhatikan pria yang tengah berbicara padanya.
Halo apa kau mendengarkanku?
Suara lembut dari pria itu membuatnya tersadar dari lamunannya Ah iya. Kau bilang apa
tadi ?
Dengan hati-hati, pria itu berkata Maaf nona bisakah kau mencari tempat duduk yang
lain?
Haruka merasa risih dengan perkataan pria itu dan membalasnya dengan perasaan yang
amat jengkel Harusnya kau yang mencari tempat duduk yang lain. Aku sudah disini sejak 15
menit yang lalu.
Huh, pria macam apa dia, sehingga menyuruh perempuan pergi untuk mencari tempat
duduk yang kosong. Benar-benar pria yang menjengkelkan. Gumam Haruka dalam hati
sembari menatap pria itu dengan tatapan yang tajam dan menusuk. Ia menurunkan nilai pria itu
menjadi 5 setengah.

9
Tapi, nona aku sudah berada disini sejak 1 setengah jam yang lalu. Kamera dan kantong
belanjaan ku juga masih berada disitu. Tadi aku pergi ke toilet dan membeli sekaleng minuman
dingin ucap pria itu sembari menunjuk ke arah kameranya yang berada didekat Haruka.
Haruka malu setengah mati. Bagaikan petir beribu watt yang menyambar dirinya saat
ini.Sial, bagaimana aku tidak melihat barang-barang itu. Gumam Haruka dalam hati.
Tapi, jika kau sudah merasa nyaman duduk disini, biar aku yang pergi untuk mencari
tempat duduk lain. Pria itu mengambil kamera yang masih berada di tempat duduk itu dan
bersiap untuk pergi.
Haruka tak mau kalah, ia tidak ingin harga dirinya menjadi jauh lebih jatuh lagi. Ia pun
mengambil tasnya dan berdiri di depan pria itu. Sehingga mata mereka berdua bertatapan.Maaf
telah mengambil tempat duduk mu, kau saja yang duduk disini. Biar aku yang pergi. Ucapannya
membuat pria itu mematung sambil terus menatap Haruka yang berlalu semakin kecil hingga
menghilang.
Hemm wanita yang aneh. Pria itu segera mengembangkan senyuman manis dibibirnya
lalu melanjutkan pekerjaan memotretnya.
Haruka terus menerus bergumam di sepanjang perjalan pulang dan memikirkan semua
masalah yang terjadi padanya hari ini. Cihh, mengapa aku sial sekali hari ini. Pertama, aku
diingatkan lagi tentang blue dan semua kenangan tentangnya. Kedua, aku bertemu pria asing
yang entah dari mana asalnya. Huffft benar-benar akhir pekan yang buruk.
Ia tak ingin hari ini bertambah lebih parah dengan pulangnya dia ke apartemennya yang
kosong. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke shinjuku library, perpustakaan favoritenya. Selain
buku-buku di sana selalu diperbaharui, yang paling penting, di sana ia akan bertemu dengan
orang yang dikaguminya. Yaitu Ryuji, Yoshida Ryuji.
Ia tersenyum membayangkan pertemuannya dengan Ryuji diperpustakaan nanti. Semoga
Ryuji datang di shinjuku library hari ini.
Meskipun Ryuji sering ke perpustakaan, dia bukan kutu buku, Ryuji masih
memperhatikan penampilannya. Bahkan Ryuji merupakan salah satu pria populer yang banyak
dikagumi oleh wanita termasuk Haruka. Rambut hitam, postur tubuh yang bidang, wajah yang
tak kalah dengan super junior dan yang paling penting matanya berwarna biru, warna kesukaan
Haruka.
*****

10
Pintu perpustakaan berderit, disertai seorang wanita berambut panjang, dan bermata
coklat keabu-abuan sedang melangkah masuk kedalam perpustakaan. Terlihat dia sedang
menoleh kekanan dan kekiri seperti mencari-cari sosok yang ingin ditemukannya.
Ryuji! Serunya setelah menangkap sosok yang dicarinya seraya melambai-lambaikan
tangan. Seketika pria yang disapa Ryuji menoleh dan tersenyum.
Hei Haruka. Sambil melambai-lambaikan tangannya seperti yang dilakukan Haruka.
Haruka melangkahkan kaki kecilnya menuju pria yang akrab disapanya sebagai Ryuji. Seketika
itu juga, banyak pengunjung perpustakaan terutama pengunjung pria yang memandangi dirinya.
Bagaikan atmosfer yang membawa angin segar di perpustakaan itu.
Hey Ryuji, mengapa pengunjung disini memandangiku seperti tadi? Apa ada yang salah
padaku hari ini?Ia meletakkan tasnya di tempat Ryuji yang sedang membaca seraya
memperhatikan detail tubuhnya. Ryuji berusaha keras menahan tawanya tetapi ia tak berhasil.
Tawanya meledak bagaikan gunung berapi yang meletus.
Mengapa kau tertawa? Aku meminta pendapatmu bukan memintamu untuk
mentertawaiku. Teriak Haruka yang sedang memasang muka cemberut.
Kau ini sudah dewasa tapi kurang bisa mengerti keadaan. Mereka menatapmu seperti
tadi, itu karena mereka baru kali ini melihat bidadari cantik yang berkeliaran di perpustakaan.
Pipi Haruka langsung memerah.
Haruka memang wanita yang cantik dan banyak dikagumi pria. Mempunyai rambut yang
panjang, mata coklat keabu-abuan, berbadan mungil, dan yang paling menarik adalah wajah
yang merupakan perpaduan antara Jepang dan Indonesia. Setiap orang yang bertemu dengannya
baik itu wanita maupun pria akan merasa tertarik dan merasa nyaman didekatnya. Tetapi Haruka
tidak pernah menyadari akan hal itu.
Oh ya, maukah kau menemaniku untuk siang hari ini. Biar aku yang traktir
Haruka mengangguk cepat. Mana mungkin dia akan melewatkan kesempatan emas ini,
diajak oleh orang yang dikaguminya. Baiklah.Tapi aku yang pilih tempatnya. Mmm berhubung
aku yang lugu ini suka dengan korea, maka hari ini kita makan di ozakkyo saja.
Baiklah. Sekali-kali makan masakan korea juga tidak papa. Ayo kita berangkat. Mereka
berdua segera keluar dari Shinjuku library dan menaiki sebuah mobil Honda CR-Z berwarna
merah milik Ryuji.

11
Silahkan naik di singgasana tuan putri. Kata Ryuji sambil mengembangkan senyum
pamungkasnya.
30 menit kemudian sampailah mereka didepan rumah makan ozakkyo. Kita duduk
disana Ajak Ryuji sambil menunjuk kearah kursi untuk dua orang.
Neo gateun saram tto eopseo juwireul dureobwado geujeo georeohdeongeol eodiseo
channiNeo gatchi joheun saram neo gatchi joheun saram neo gatchi joheun ma eum neo gatchi
joheun seonmul..
Ia telah disambut oleh penggalan lagu no other - super junior. Sebagai elf yang maniak,
secara refleks ia bernyanyi mengikuti alunan lagu dirumah makan tersebut.
Hey, bisakah kau kecilkan suaramu? Sadarlah ini tempat umum. Ia tetap saja tidak
peduli dia masih tetap bernyanyi, bahkan dia meninggikan volume suaranya. Dia seorang elf
sejati, tidak peduli keadaannya. Baik itu didepan umum maupun bukan. Dia akan terus bernyanyi
jika yang didengarnya itu lagu super junior. Terserah kau saja. Ryuji lebih baik menyerah
melihat sikap wanita yang dikenalnya selama 1 tahun belakangan ini.
Seorang waitress mendatangi meja mereka sambil membawa buku kecil untuk mencatat
pesanan mereka. Mau pesan apa ? Tanya waitress tersebut dengan suara yang lembut.
Baiklah, mari kita lihat menunya.Mata Haruka meneliti setiap masakan dibuku menu.
Mencari-cari makanan apa yang cocok buatnya. Ah ini dia. Untuk makanannya aku pesan
Bulgogi dan untuk minumannya Hwachae. Kalau kau mau pesan apa? Tanyanya sambil
menoleh kearah pria yang duduk disampingya.
Aku tidak terlalu tahu tentang makanan korea jadi aku pesan makanan yang sama
denganmu. Jawab Ryuji ringan.
Baik. Mmm permisi, apakah anda pasangan kekasih? Jika iya, kami mempunyai diskon
untuk hari ini.
Keduanya terkejut dan saling berpandangan. Bingung harus menjawab apa. Kami
bukan aduh. Tiba-tiba Ryuji menginjak kaki Haruka dan refleks ia berteriak merasakan sakit
dikakinya.
Bisakah nona mengulanginya? Haruka baru saja ingin menjawabnya, tapi Ryuji segera
mengambil alih dan berkata Kami memang pasangan kekasih.Haruka menatap Ryuji dengan
mata yang membelalak.

12
Baiklah. Seperti yang kuduga, kalian memang pasangan kekasih. Kalian sangat serasi
Waitress itu pun berlalu dengan membawa buku menu dan pesanan mereka.
Sementara itu, Ia masih tidak mengerti dengan perkataan Ryuji tadi. Hey Ryuji,
mengapa kau berkata kita ini pasangan kekasih. Harusya kau bilang yang sebenarnya kalau Kita
kan hanya teman, teman biasa. Ocehannya membuat telinga Ryuji tak tahan mendengarnya.
Aduh, kau ini masih saja begini. Tidak mengerti. Begini, bayangkan jika saja tadi kita
tadi berkata bahwa kita bukan pasangan kekasih, kita tidak akan mendapatkan diskon. Jarang-
jarang kan kau mendapatkan diskon dirumah makan.Ryuji menjelaskan secara rinci dan
berharap wanita yang ada didepannya bisa sedikit lebih tenang.
Perkataan Ryuji tidak membuatnya sedikit lebih tenang, tapi membuat amarahnya jadi
semakin tinggi. Oh jadi begitu, kau menjualku demi diskon? benar-benar licik. Aku jadi tidak
nafsu makan.
Haruka-chan, kau jangan marah pada padaku. Kapanlagi kau bisa makan siang dengan
pria setampan diriku. Ryuji berusaha keras untuk membujuknya, tetapi Haruka tetap saja marah
dan memalingkan wajahnya dari Ryuji.
Tapi Ryuji tak kehabisan akal, dia masih mempunyai jurus andalan. Baiklah kalau kau
tetap marah padaku. Rencanya sehabis kita pulang dari sini, aku ingin mengajak mu untuk
berburu barang super junior tapi uangku mungkin tidak cukup untuk itu. Jadi aku terpaksa
mengambil diskon itu agar uangku cukup. Tapi sekarang kau malah marah. Tak apalah.
Benarkah itu? Berhasil! jurus andalan Ryuji bekerja dengan baik. Dia tahu bahwa
Haruka tak akan menolak jika itu tentang super junior.
Menurutmu, aku berbohong? Ryuji memasang wajah yang meyakinkan. Mungkin jika
ia ikut dalam lomba drama, pasti dia yang memenangkan posisi pertama.
Baiklah kali ini akan kumaafkan.Tapi jika kau mengulanginya lagi, aku takkan
memaafkan mu.
*****
Aduh, aku sangat kenyang sekali hari ini.Ryuji berkata sambil mengusap-ngusap
perutnya.
Haruka yang tak tahan melihat kelakuan Ryuji, langsung menegurnya. Hey Ryuji,
berhenti melakukan itu. Apa jadinya jika ada fans wanitamu yang melihat kau melakukan itu.

13
Pasti dia menyesal pernah mengagumi orang seperti dirimu. Ryuji tampak mengabaikan
ocehan-ocehan Haruka.
Dibandingkan dengan wajahnya yang tampan, cool, dan bekharisma. Sifatnya
berbandik terbalik dari itu semua. Gumamnya sambil menatap detail wajah Ryuji.
Astaga ini sudah jam 03.00 pm aku lupa kalau memiliki janji dengan oba-san untuk
membantunya memasak.
Jadi, kita tidak jadi pergi berburu barang super junior? Tanya Ryuji sambil
mengemudikan mobil merahnya.
Ia merasa bersalah pada Ryuji. Tapi harus bagaimana lagi, ia harus menepati janjinya
pada oba-san. Kurasa begitu. Lain kali saja yah.
Setelah 1 jam perjalanan. Akhirnya, Haruka sampai juga di depan apartemennya. Jadi,
hari apa kita pergi berbelanja? Tanya Ryuji sambil membukakan pintu mobil untuknya.
Aku tidak tahu. Tapi, kalau aku menemukan waktu yang tepat, aku akan menelpon mu.
Kau belum mengganti nomor ponselmu kan?
Hehehe itu salah, aku telah menggantinya kemarin. ini nomor ponsel baruku. Kata
Ryuji sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memberikannya pada Haruka. Haruka juga
melakukan hal yang sama dengan Ryuji, mengeluarkan ponsel dari tasnya. Tapi ia tak kunjung
menemukannya. Jadi dia hanya merobek secarik kertas dan balpoin untuk mencatat nomor
ponsel temannya itu.
Ini ponselmu, sudah aku catat. Seraya meyodorkan ponsel dan memasukkan secarik
kertas itu kedalam tasnya.
Aku pulang dulu, ja nee. Kata Ryuji sambil membunyikan klaskson mobilnya.
Ya, hati-hati dijalan. Teriak Haruka sambil melambaikan tangannnya dan menatap
mobil merah yang dikemudikan Ryuji.
Ia masih terdiam disana, seperti memikirkan sesuatu. Aneh, mengapa ponsel
ku tidak ada yah? Mungkin aku tidak membawanya ketaman. Pasti tertinggal
dikamarku. Ia berbalik membuka pintu lalu melangkah masuk keapartemennya .
*****
Sudah sekitar 2 setengah jam yang lalu, Ia mengacak-ngacak kamarnya. Seperti mencari
sesuatu yang hilang. Dia membongkar isi lemari hingga barang-barang yang ada dikamarnya.

14
Tetapi benda yang dicarinya tak kunjung terlihat. Hari ini memang hari sial bagiku. Mengapa
ponselku tidak ada disini? Mungkin ada di sebelah sana.
Akhirnya Ia menyerah tanpa mendapatkan apa-apa.Ia menghempaskan tubuhnya diatas
tempat tidur empuk miliknya sambil mengistirahatkan dirinya setelah berjam-jam mencari
ponsel. Tiba-tiba ia bangkit dari tidurnya seperti mengingat sesuatu. Mungkinkah itu? tidak,
tidak, itu pasti salah. Haruka menggeleng-gelengkan kepalanya berharap pikirannya itu salah.
Tapi..kalau itu benar bagaimana? Ahhh AKU PUSING ! Ia berteriak sekencang kencangnya
karena memikirkan prediksi yang telah dibuatnya itu.
*****
Pukul 08.00 malam
Tingg tongg .. tingg tonggg
Bunyi bel pintu membuyarkan lamunannya
Oh kau, masuklah. Terdengar suara pria berumur 26
tahun yang mempersilahkan seseorang untuk masuk kedalam rumah kecilnya.
Bagaimana? Apakah kau sudah membeli kamera yang kupesan? Terdengar suara
wanita yang berumur tak jauh dari si pemilik rumah.
Oh, soal itu. Barang itu ku letakkan disana." Ujar pemilik rumah sembari menutup pintu
yang tadi dibukanya.
Apakah kau menyukainya? Lanjutnya.
Hey Pieter, apakah kau juga membeli ponsel berwarna pink ini? Aku tak tahu kalau kau
menyukai warna pink, ini lebih pantas untukku. Ujar wanita itu.
Tampak kening pria yang bernama Pieter itu berkerut, ia terlihat bingung. Berikan
ponsel itu padaku, Elise. Pieter menyipitkan matanya, memperhatikan ponsel yang sedang
digenggamnya dengan seksama. Kau tahu? aku tidak membeli ponsel ini. Mungkin milik
seseorang.
Mungkin saja, tapi yang pasti pemiliknya adalah perempuan. Oh yah Pieter, apakah kau
mempunyai waktu kosong minggu depan? Alis Elise terangkat menunggu jawaban pria yang
ada di depannya.
Sebentar. Ujar Pieter sambil mengambil buku agendanya. Minggu depan yah. Mmm
sepertinya aku punya waktu kosong. Memangnya kenapa? Lanjutnya seraya mengangkat
wajahnya dari buku agenda yang sedang dibacanya tadi.

15
Bagus, aku ingin kau bertemu dengan seorang wanita, teman seapartemenku.
Mengapa aku harus bertemu dengannya? Balas Pieter tidak peduli.
Elise menghela nafasnya dalam-dalam melihat sikap temannya itu. Aduh Pieter kau ini
memang selalu seperti ini, selalu tidak peduli dengan orang lain. Pieter tetap mengabaikan
semua perkataan Elise. Ini membuat Elise menjadi jengkel padanya.
Aku mohon padamu, kali ini saja. Hanya berkenalan. Kau maukan? Lanjutnya sambil
menyatukan kedua tangannya seraya memohon pada Pieter.
Pieter tak tahan dengan ocehan dan perbuatan yang dilakukan Elise, akhirnya dia
menyerah. Ok ok. Aku akan menemuinya. Balasnya tak bersemangat.
Benarkah? Ucap Elise dengan penuh semangat.
Keheningan terjadi selama beberapa menit. Pieter memulai berbicara setelah mengingat
sesuatu. Aku ingat sekarang! Ucapnya dengan menjentikkan jari-jarinya.
Elise bingung dengan perkataan Pieter. Hey, kau kenapa? Apa yang kau ingat?
Sekarang aku tahu pemilik ponsel ini.
Siapa.... Elise baru saja akan bertanya ketika ponselnya berbunyi. Oh oba-san, ada
apa?
Baiklah, aku akan pulang sesegera mungkin. Elise menekan tombol diponselnya untuk
memutuskan panggilan dan bersamaan dengan Pieter yang tengah memandanginya.
Kau sudah mau pulang? Apa ada masalah diapartemenmu? Kata Pieter khawatir.
Tidak, oba-san hanya menyuruhku untuk pulang cepat. Dia mengkhawatirkanku. Kata
Elise sambil mengambil kantong belanjaan berisi kamera.
Oba-san? Siapa dia? Alis Pieter sedikit terangkat.
Dia pemilik apartemen yang aku tempati sekarang. Karena aku telah merasa dekat
padanya, makanya aku memanggilnya dengan sebutan oba-san. Balas Elise singkat.
Oh begitu, Au revoir -sampai jumpa, prancis. Kata Pieter seraya mengantar Elise
kedepan pintu rumahnya.
Au revoir. Balas Elise seraya meninggalkan Pieter yang sedang memandanginya di
pintu.
*****

16
TIGA
Cahaya mentari pagi menembus kaca jendela apartemen Haruka, seakan menyambut
dirinya untuk bersemangat menjalani aktifitasnya hari ini. Hoamm, tidurku nyenyak sekali
malam ini.Sampai-sampai aku tidak mendengar alarmku berbunyi. Mungkin aku terlalu capek
mencari ponselku yang hilang semalam. Ia menguap seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya.
Baru saja Haruka ingin beranjak dari tempat tidurnya, oba-san telah memangil-manggil
namanya. Haruka. Haruka..ada telpon untukmu!. Sejenak ia berpikir, siapakah yang
menelponnya pagi buta begini. Apakah Ryuji? Bukan,itu tidak mungkin. Dia tidak mengetahui
nomor telpon apartemenku.Tapi siapa?Haruka bertanya-tanya pada hati kecilnya.
Ya oba-san. Haruka segera menuruni satu persatu anak tangga untuk sampai ketempat
oba-san berada. Sesampainya dibawah, oba-san segera memberikan gagang telpon untuknya
tanpa banyak berkomentar.
Moshi-moshi, saya berbicara dengan siapa?
Maaf telah mengganggumu. Begini, apakah kau masih ingat dengan pria yang kau
temui ditaman kemarin?Terdengar balasan seorang pria berumur pertengahan 20-an diujung
sana.
Ia sempat membisu beberapa detik, mencoba mengingat kejadian di taman kemarian. Ah
aku ingat, kau kah itu? Mengapa kau tahu nomor telpon apartemenku?
Iya benar, aku pria yang ditaman kemarin. Begini, aku hanya ingin bertanya padamu.
Apakah kau pemilik ponsel berwarna pink yang sedang ku pakai ini?
Ia teringat dengan prediksi yang ia buat tadi malam. Astaga, ternyata itu benar-benar
terjadi. Mungkin ponselku terjatuh kedalam kantong belanjaannya, waktu mengeluarkan
kameraku. Gumamnya dalam hati.
Memang itu ponselku. Kau ada dimana sekarang? Aku ingin mengambil ponselku
Aku? Aku masih berada dirumah. Bagaimana kalau kita bertemu di taman yang
kemarin.
Baiklah, aku setuju denganmu. Kita bertemu pukul 12.00 nanti. Belum sempat pria itu
menjawab, Haruka telah meletakkan gagang telpon di posisinya semula. Ia tak ingin berbicara
lama-lama dengan pria itu. Huh menyebalkan. Mengapa ponselku harus ada padanya, sial.
Ia terdiam dan sedang memikirkan sesuatu. Hmm bukankah aku terlalu kasar padanya?
Kalau diingat-ingat, dia sudah berbicara dan meminta dengan lembut padaku sewaktu ditaman,

17
tapi mengapa aku waktu itu malah marah-marah padanya? Kalau dia memang orang yang tidak
peduli dengan perempuan pasti dia tidak akan berusaha untuk mengambalikan ponselku.
Baiklah, kali ini aku akan berbicara lembut dan meminta maaf padanya atas kejadian kemarin.
*****
Seorang pria duduk terpaku dibangku taman yang dicat putih itu. Sesekali ia terlihat
melirik arlojinya. Ia gelisah. Ia sedang menunggu seseorang, tapi orang yang ditunggunya tak
kunjung datang. Aku sudah 30 menit disini sampai-sampai aku menghabiskan 3 minuman
kaleng. Ucapnya pada dirinya sendiri. Tempat duduk ditaman ini sangat banyak, mungkin ia
berada di tempat duduk lain dan melakukan hal yang sama denganku, menunggu. Tapi itu tidak
mungkin, pasti ia masih mengingat tempat ini.
Ia mengerutkan kening dan menyipitkan matanya seraya memperhatikan dari kejauhan,
seorang wanita yang tengah berjalan kearah dirinya. Diakah itu? Semakin lama, wanita itu
semakin dekat dengan tempat duduknya hingga ia tak sadar bahwa wanita itu telah berada di
depan matanya.
Wanita itu tampak risih dipandang dengan tatapan seperti itu. Apakah kau pria yang
kemarin? Suara lembut wanita itu membuatnya tersadar dari lamunannya.
Ah iya.Silahkan duduk Katanya seraya mempersilahkan wanita itu duduk didekatnya.
Maaf kau sudah menunggu terlalu lama.
Tidak apa-apa. Baru kali ini aku datang tepat waktu ketika memiliki janji dengan
seseorang. Biasanya aku yang sering terlambat. Oh iya, namaku Pieter, Pieter Dupont. Katanya
singkat lalu menyodorkan tangannya yang disambut baik oleh wanita itu.
Namaku Haruka, Nakayama Haruka. Mmm begini, soal yang kemarin aku ingin minta
maaf padamu. Karena aku telah mengambil tempat duduk mu dan marah-marah padamu. Ucap
wanita itu dengan terbata-bata dan ekspresi yang terlihat canggung.
Melihat ekspresi wanita itu, Pieter segera membalasnya untuk mencairkan suasana yang
terasa canggung diantara mereka berdua. Oh soal kemarin? Tidak apa-apa, aku sudah
melupakannya. Oh sebentar, aku hampir lupa dengan ini. Balasnya seraya mengambil sesuatu
ditas ranselnya.
Ini ponselmu. Baterainya habis sewaktu aku menelponmu tadi pagi. Lanjut Pieter
seraya menyerahkan ponsel tersebut kepada pemiliknya. Baru saja Pieter akan mengatakan
sesuatu tiba-tiba ponselnya berbunyi.

18
Halo..ada apa? Jawabnya ringan.
Kau mau dijemput disana? Baik, aku akan menjemputmu. Katanya sebelum menekan
tombol end di ponselnya.
Kita tidak bisa berbicara lebih lama lagi. Ada yang harus kulakukan sekarang.
Oh, tidak apa-apa. Aku juga sudah mau pulang. Arigatou telah mengembalikan
ponselku.
Douitashimashite, Haruka. Pieter tersenyum lalu memakai tas ranselnya sambil berlalu.
Ja nee, Pieter. Balas Haruka pelan seraya terus memandangi punggung Pieter yang
semakin lama semakin terlihat kecil hingga tidak terlihat lagi.
*****
Seorang wanita duduk didepan perpustakaan sedang gelisah menunggu seseorang untuk
menjemputnya. Sudah cukup lama ia disana, sekitar 50 menit . Dasar Pieter, selalu saja
terlambat. Katanya dengan amat kesal.
Saat itu juga pintu perpustakaan terbuka, diikuti oleh seorang pria yang seumur dengan
dirinya yang keluar dari perpustakaan. Refleks wanita itu menoleh kearah pria itu. Mereka
berpandangan dengan cukup lama sampai pria itu membuka suara.
Dari tadi aku perhatikan, kau sudah cukup lama berada disini. Apakah kau sedang
menuggu seseorang?
Ah iya. Aku menunggu seorang teman yang akan menjemputku. Tapi sampai saat ini dia
tidak datang-datang juga. Balasnya.
Kalau begitu kenalkan namaku Ryuji, Yoshida Ryuji.
Aku Elise, Elise Boucher.
Kau bukan orang jepang yah? Tanya Ryuji yang penasaran.
Iya, aku orang prancis. Aku disini untuk melanjutkan kuliahku.
Bahasa jepangmu sangat bagus.
Terima kasih.
Mereka berdua terlarut dalam cerita masing-masing sampai tak menyadari sebuah mobil
Honda jazz berwarna putih telah berhenti di depan mereka. Pip..pip..pip... seseorang yang berada
didalam mobil membunyikan klasonnya, membuat mereka berdua menoleh kearahnya.
Ah temanku sudah datang. Sayangnya pembicaraan kita harus terputus. Jelas Elise
dengan nada kecewa.

19
Tidak apa-apa.Aku senang bertemu denganmu.
Aku juga.Aku pergi dulu. Ja nee. Elise masuk kedalam mobil sambil melambaikan
tangannya.
Ja nee. Ryuji melambaikan tangannya sambil terus memandangi mobil honda jazz itu
berlalu. Hmm ini hari keberuntunganku untuk bertemu dengan wanita itu. Aku harap bisa
bertemu dengannya lagi.
*****

Didalam mobil..
Hey Pieter, kenapa kau lama sekali?Kau tahu berapa lama aku menuggumu.Dasar orang
yang tidak pernah tepat waktu.
Tadi aku sempat ke taman dulu untuk bertemu dengan seseorang.
Elise refleks menoleh kearah temannya itu.Pria atau wanita? Tanyanya serius
Wanita. Memangnya kenapa?
Elise merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Kau menemui seorang
wanita? Wow itu sangat langka.
Dengar dulu.Wanita itu adalah pemilik ponsel yang kau temukan kemarin. Ingatkan?
Oh begitu.Tunggu dulu. Ada yang aneh. Biasanya kau itu orang yang cuek. Tapi
mengapa kau berusaha mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya?Alis Elise terangkat
menunggu jawaban pria yang duduk didekatnya itu.
Entahlah Balas Pieter dengan cuek.
Apakah mungkin kau tertarik padanya? Pertanyaan Elise membuat Pieter terkejut.
Pieter terdiam, ia tak tahu harus berbicara apa. Ia juga merasa kata-kata Elise itu benar.
Baru kali ini ia berusaha keras untuk mengembalikan barang kepada pemiliknya.
Aha! kau terdiam. Akhirnya temanku yang tampan ini menemukan seseorang yang
menarik Ejekan Elise membuatnya semakin merasa malu.
Itu tidak benar. Ujarnya cuek seraya menyembunyikan perasaan malunya.
Kau tidak bisa menyembunyikan itu. Itu Nampak jelas diwajahmu.
Diamlah Elise, aku sedang berkonsentrasi menyetir.
Kau hanya mencari-cari alasan saja.Kata Elise tidak percaya.

20
35 menit kemudian, sebuah mobil Honda jazz telah berhenti didepan apartemen Elise.
Hmm apartemen yang bagus untuk harga sewa yang lumayan murah. Pieter mengamati setiap
detail apartemen Elise.
Ia tersenyum mendengar perkataan Pieter. Aku orang yang beruntung kan? Ayo masuk.
Lain kali saja, aku capek sekali hari ini. aku ingin beristirahat dirumah. Sampai jumpa.
Pieter menancap gas Honda jazz miliknya dengan cepat dan berlalu dihadapan Elise yang masih
menatapnya.
Dasar Pieter. Ujar Elise singkat lalu menuju pintu apartemennya.
Ia merasa heran ketika melangkah masuk ke apartemennya. Tak ada siapa-siapa disana.
Kemana perginya semua orang?Ia tidak langsung menuju kamarnya melainkan kekamar
Haruka.
Tok..tok..tok.. Ia mengetuk pintu dengan keras, tapi tidak ada jawaban. Ia terus
mengetuk-ngetuk pintu tetangganya itu. Tetap tidak ada jawaban. Entah sudah berapa kali ia
mengetuk-ngetuk pintu. Tetap tidak ada jawaban. Ia kembali menegetuk-ngetuk pintu sambil
memanggil manggil nama Haruka, beharap Haruka menjawabnya. Akhirnya suara yang dinanti-
nantikannya muncul juga.
Siapa itu? Apakah kau Elise? Jawab Haruka dengan malas.
Iya, ayo cepat bukakan pintunya. Balasnya dengan cemas.
Pintu kamar Haruka terbuka. Refleks, ia langsung berlari masuk ketika menangkap sosok
Haruka. Kau sedang apa tadi? Lama sekali kau membukakan pintu untukku.
Aku sedang tidur tadi, ketika kau mengetuk- ngetuk pintuku. Balas Haruka seraya
menutup mulutnya yang sedang menguap.
Ngomong-ngomong kenapa disini sepi sekali.Kemana oba-san dan oji-san? Tanyanya
sambil merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Haruka.
Aku tidak tahu jelas mereka kemana.Tadi obasan hanya bilang mau ke luar sebentar.
Ngomong-ngomong sejak awal kuperhatikan, kau senyum senyum dari tadi. Kau kenapa?
Benarkah? Mungkin perasaan mu saja. Jawabnya dengan seulas senyum yang
tersungging dibibirnya.
Aha! Kau tersenyum lagi. Ada apa? Ayo ceritakan padaku. Haruka mendekatkan diri
padanya, yang siap mendengarkan setiap cerita yang akan keluar dari mulutnya.

21
Baiklah,hmm begini sewaktu aku berada di Shinjuku Library, aku bertemu dengan
seseorang.
Alis Haruka sedikit terangkat mendengar penjelasan tetangganya itu. Hmm
seseorang?Apakah dia pria atau wanita?
Seorang pria.
Oh, aku mengerti sekarang mengapa kau dari tadi senyum-senyum sendirian. Rupanya
jatuh cinta pandangan pertama yah.
Kau bisa saja. Dia itu hanya sekedar kenalan saja.
Yah saat ini memang hanya sekedar kenalan, tapi nanti Baru saja Haruka ingin
melanjutkan kalimatnya, ia sudah mendapati tangan Elise yang tengah mencubitnya.
Jangan menggodaku lagi. Ujar Elise seraya menyembunyikan rona merah dipipinya.
Pipimu memerah, itu tandanya kau sedang malu.Ngomong-ngomong siapa nama pria
itu? Tanya Haruka yang tengah memegang perutnya yang kesakitan akibat cubitan yang ia
dapatkan tadi.
Tunggu sebentar. Elise berusaha keras untuk mengingat pria yang tadi dijumpainya.
Ah!Aku ingat. Ryuji,Ryuji ah! Aku lupa nama lengkapnya.Lanjutnya dengan seulas
senyum.
Sontak wajah Haruka menjadi pucat. Hatinya terasa remuk mendengar nama yang
diucapkan Elise. Kaget, cemas, dan perih. Perasaan itu menggambarkan keadaan Haruka
sekarang.
Kau kenapa? Tanya Elise khawatir.
Tti..tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.
Oh yah, apakah kau masih ingat tentang tetanggaku sewaktu diprancis yang sedang
melanjutkan kuliahnya disini ?
Haruka mengangguk pelan
Begini, aku berencana untuk mengajakmu untuk bertemu dengannya minggu depan.
Bagaimana, kau mau kan? Sekedar jalan-jalan.
Baiklah aku mau, tapi kemana kita akan pergi? Tanya Haruka singkat
Oh, kau benar. Dimana yah? Elise berpikir sejenak memikirkan tempat yang akan
mereka kunjungi.

22
Ah! Aku tahu bagaimana kalau di Shibuya saja. Banyak objek wisata disana, salah
satunya Harujuku. Haruka menjentikkan jarinya-jarinya ketika mendapatkan suatu ide.
Setuju. Akan lebih baik jika kita menggunakan kereta. Sebentar aku akan menelpon
temanku dulu.Elise mengeluarkan ponselnya dan mulai memanggil seseorang.
Ini aku, Elise. Apakah kau masih ingat tentang pembicaraan kita yang terakhir?
Bagus, kau masih mengingatnya. Kita akan bertemu di stasiun kereta Shinjuku, jam
03.00 sore jangan sampai terlambat!
Ok semua sudah siap. Kita akan bertemu dengannya jam 03.00 sore. Haruka hanya
mengangguk mendengarkan tetangganya yang cerewet itu.
Oh ya, aku ingin kembali kekamarku. Aku lelah sekali seharian ini. kalau kau ada perlu
datang saja. Elise beranjak dari tempat tidur Haruka sambil mengambil tasnya.
Tunggu sebentar, kau mau makan malam dimana?Tanya Haruka singkat
Entah, mungkin membeli ramen. Jawab Elise yang tak kalah singkatnya
Kalau kau mau, malam nanti kau bisa datang kesini.Aku baru membeli ramen instant
hari ini.
Tentu saja Elise tidak akan menolak akan hal itu, kapan lagi dia bisa makan gratis.
Tentu saja aku mau, Ja nee.

Ryuji? Apakah mungkin?

*****

23
EMPAT
Minggu pagi
Ah, ini sudah seminggu sejak Elise menjanjikan pertemuan itu.Nanti sore adalah
pertemuanku dengannya. Ucap Haruka malas.
Toktoktok
Haruka bangkit dari sofa yang didudukinya, membukakan pintu untuk seseorang yang
ada dibaliknya.
Hai !!! Teriakan Elise yang ceria mengagetkan Haruka yang tengah membukakan
pintu.
Ternyata kau. Jantungku hampir copot.Ayo masuk.
Tidak usah, aku tidak akan lama. Sepertinya, kita tidak bisa berangkat bersama ke
stasiun kereta. Aku harus pergi untuk mengurus sesuatu. Jadi, bagaimana kalau kita pergi sendiri
saja dan bertemu disana. Kau mau kan ?
Haruka mengangguk pelan Ok. Tapi Elise, mmm bolehkah aku mmm mengajak seorang
teman ?Tanyanya dengan ragu-ragu.
Terserah kau aja, yang penting kau harus datang dan dandan yang cantik. Ja nee.
Ja nee Haruka melambaikan tangannyakemudian menutup pintu apartemennya.Ia
kemudian mengambil ponselnya untuk menelpon sahabatnya itu.
Ryuji, ini aku Haruka.Apakah kau punya waktu luang sebentar sore?
Oh ternyata kau. Kau pasti menelponku untuk menagih janji padaku kan? Kukira kau
sudah lupa tentang membelikanmu barang super junior.
Aku tidak akan melupakannya secepat itu.Tapi bukan itu yang ingin ku minta.
Bagaimana? Kau punya waktu atau tidak?
Sebentar sore ya? Mmm aku rasa aku punya waktu. Memangnya kenapa?
Datanglah ke apartemenku. Jangan lupa memakai pakaian yang rapih.Jangan tanya
untuk apa! Ja nee
Haruka menatap layar ponselnya dengan cemas. Memikirkan semua kemungkinan yang
akan terjadi nanti. Hmm Ryuji, apakah orang yang dibicarakan Elise itu kau? Kalau memang
orang itu adalah kau, sejujurnya aku tak rela.Haruka menghela nafasnya dalam.
****

24
Sebenarnya apa yang ingin kau tunjukkan padaku? Sudah 1 jam kita menunggu disini.
Ditambah suara-suara kereta api yang lewat sebentar lagi akan membuat telingaku sakit. Keluh
Ryuji.
Sebenarnya aku mengajakmu kesini untuk pergi ke Shibuya. Jelas Haruka datar.
Ke Shibuya? Untuk apa? katamu kau akan mengajakku ke Shibuya tapi mengapa kau
membuatku menunggu disini dari 1 jam yang lalu? Bukankah kita harusnya segera menaiki
kereta ke Shibuya? Tanya Ryuji panjang lebar.
Aduh kau ini, harusnya kau diam saja. Bukannya membuatku bertambah pusing. Begini
tetangga apartemenku mengajakku untuk berkenalan dengan sahabat laki-lakinya. Ditambah ini
hari minggu, sekalian dia mengajakku untuk pergi liburan. Dan kau ku ajak untuk menemaniku
disana agar aku tidak bosan. Jelas Haruka dengan raut wajah tak karuan.
Oh begitu. Tapi dimana tetangga apartemenmu? Bukankah kita telah menunggu terlalu
lama? Belum sempat Haruka membalas perkataan Ryuji, tampak 2 orang tengah berlari kearah
dirinya seraya melambai-lambaikan tangan.
Maaf Haruka, gara-gara orang ini aku jadi terlambat kesini. Jelasnya terengah-engah
seraya menunjuk orang yang berada tepat di belakangnya.
Pieter? Bukankah kau Pieter Dupont? Orang yang mengembalikan ponselku. Tanya
Haruka dengan nada terkejut
Dan kau Nakayama Haruka? Ternyata orang yang ingin Elise padaku adalah kau.Balas
Pieter yang tak kalah terkejutnya.
Jadi kau pemilik ponsel pink itu? Kalian sudah saling mengenal rupanya. Untunglah,
jadi aku tak akan susah-susah mengenalkan Pieter padamu lagi. Ujar Elise sembari menatap
Haruka yang sedang tercengang.
Elise! Kau kah itu? Perempuan yang kutemui di Shinjuku library beberapa waktu lalu.
Apakah kau masih ingat denganku? Tanya Ryuji yang membuat ketiganya sontak menoleh
kearahnya.
Astaga Ryuji? Aku tak pernah menyangka bahwa kita semua sudah saling mengenal.
Haruka, apakah kau masih mengingat tentang pria yang kutemui pada hari itu? Ya, yang kutemui
adalah Ryuji. Ternyata dia adalah sahabatmu. Dunia ini memang sempit yah. Ucap Elise

25
Haruka hanya tersenyum mendengar perkataan Elise. Sebenarnya yang ia rasakan adalah
marah, kecewa, perih dan sangat terkejut. Mengapa harus Ryuji ku?Bukankah di Jepang ini
banyak yang bernama Ryuji.Tapi mengapa harus Yoshida Ryuji? Gumamnya dalam hati.
Ah itu dia! Kereta yang menuju ke Shibuya. Ayo. Teriak Ryuji
Mereka berempat kemudian menaiki kereta yang baru saja berhenti. Tapi ada satu hal
yang membuat Haruka sangat kecewa.Siapalagi kalau bukan Ryuji.Ryuji memilih duduk
berdekatan dengan Elise di kursi penumpang dibanding dirinya. Ia harus rela duduk bersama
Pieter yang berada tepat di depan kursi Ryuji dan Elise.
Selama diperjalanan Nakayama Haruka, tak henti-hentinya menatap Ryuji yang sedari
tadi asik berbicara dengan Elise. Hati Haruka semakin terbakar ketika melihat mereka berdua
tertawa bersama-sama. Pieter yang merasa diacuhkan, kemudian memberanikan untuk mencoba
berbicara dengan wanita yang disapa Haruka itu.
Apakah matamu tidak merasa lelah? Sudah setengah jam kau terus saja mengamati
mereka berdua.
Diamlah. Lagi pula ini tidak ada hubungannya denganmu. Balas Haruka seolah tidak
peduli.
Aku mengerti sekarang. Kau menyukainya kan? Si Ryuji itu? Itulah sebabnya kau terus
saja memandanginya.
Tidak! Aku tidak menyukainya.
Benarkah? Lalu mengapa kau terlihat tidak tenang ketika Ryuji lebih memilih duduk di
dekat Elise dibanding dirimu. Kau itu cemburu! Cemburu pada Elise!.

26
27

Anda mungkin juga menyukai