Anda di halaman 1dari 25

I.

Judul
Laporan Praktikum Alat Ukur dan Teknik Pengukuran “Alat Ukur Lingkungan”

II. Tujuan
Mempelajari cara menggunakan dan melakukan pengukuran lingkungan yaitu:
1. Pengukuran Kecepatan Angin
2. Pengukuran Kecepatan Air
3. Pengukuran Kuat Cahaya
4. Pengukuran Radiasi Elektromagnetik
5. Pengukuran Kebisingan

III. Alat dan Komponen


1. Anemo Meter
2. Current Meter
3. Lux Meter
4. EMF Field Tester
5. Sound Level Meter
6. Stop watch
7. Roll Meter

IV. Dasar Teori


Environment Tester atau alat ukur lingkungan adalah alat untuk mengukur besaran
yang ada pada sistem lingkungan. Lingkungan (sistem) adalah lingkungan dari sistem
fisik yang dapat berinteraksi dengan sistem dengan pertukaran massa, energi, atau
properti lainnya.

Gambar Environment Multimeter


Dalam ilmu dan rekayasa, sebuah sistem adalah bagian dari alam semesta yang
sedang dipelajari, sedangkan lingkungan merupakan sisa dari alam semesta yang terletak
di luar batas-batas sistem. Hal ini juga dikenal sebagai lingkungan, dan termodinamika,
sebagai reservoir. Tergantung pada jenis sistem, mungkin berinteraksi dengan lingkungan
dengan bertukar massa , energi (termasuk panas dan kerja ), momentum linier ,
momentum sudut , muatan listrik , atau sifat dilestarikan lainnya.
A. Pengukuran Kecepatan Angin
Angin dapat disefinisikan sebagai massa udara yang bergerak.Angin dapat
bergerak secara vertikal maupun horizontal dengan kecepatanyang bervariasi dan
berfruktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah
perbedaan tekanan udara antara satutempat dengan tempat lain. Angin selalu bertiup
dari tempat dengan tekananudara tinggi ke tempat dengan tekanan udara yang lebih
rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak
secaralangsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akantetapi
perputaran bumi pada sumbunya akan menimbulkan gaya yang akanmempengaruhi
arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi terhadaparah angin disebut
pengaruh
Coriolis (coriolis effect). Pengaruh coriolis menyebabkan angin bergerak
searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di belahan bumi selatan dan
sebaliknya bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam mengitari
daerah bertekan rendah di belahan bumi utara.Menurut hukum Stevenson, “kekuatan
angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya”. Gradient baromatrik ialah
angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak 15
meridian (111 km).
Campbell (1986) menyebutkan ada 3 sifat angin yang dapatdirasakan secara
langsung oleh orang awam, yakni : 1) Angin meyebabkan tekanan terhadap
permukaan yang menentang arah angin tersebut, 2) Angin mempercepat pendinginan
dari benda yang panas, dan 3) Kecepatan angina sangat beragam dari tempat ke
tempat dan dari waktu ke waktu. Angin mempunyai fungsi lain yang sangat penting
(kebanyakan tidak disadari olehorang awam) adalah mencampur lapisan udara,
antara udara panas danudara dingin, antara udara lembab dengan udara kering, antara
udara kaya karbon dioksida dengan udara yang karbon dioksida-nya lebih rendah,
dan seterusnya. Karena fungsi angin yang demikian, maka antara lain siklus
hidrologi dapat berlangsung dan keracunan karbon dioksida pada pusat kota dan
kawasan industri dapat dihindarkan.
Angin merupakan unsur terpenting diatmosfer. Seiring dengan semakin
majunya teknologi, kini telah ada alat yang dapat mengukur kecepatan angin. Nama
alat itu adalah Anemometer
Alat ini dapat mengukur kecepatan angin kapanpun dan dimanapun. Bahkan,
karena angin mempunyai pengaruh besar di lingkungan atmosfer, telah tercipta
berbagai bentuk anemometer. Mulai dari yang sederhana, yang bisa dibawa-bawa
dan praktis, sampai yang canggih dengan teknologi tinggi, yang dapat menghasilkan
data kecepatan angin dan menganalisiskecepatan angin, dengan keakuratan mencapai
hampir 100%. Namun, pemilihan jenis anemometer harus disesuaikan dengan tujuan
penggunaannya. Dalam pemilihan jenis anemometer perlu diperhatikan beberapa hal,
yang terpenting adalah :
1. Kisaran kecepatan angin (range of wind speed ) yang dapat dideteksi.Beberapa
anemometer mekanis hanya dapat bekerja jika kecepatanangin melampaui
kecepatan minimalnya (starting threshold wind speed).
2. Kelinieran tanggapan (linierity of response) pada kisaran kecepatanangin yang
diukur.
3. Kecepatan tanggapan (speed of response). Kecepatan tanggapan ini biasanya
diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan bagianemometer untuk milai
melakukan pengukuran.
4. Ukuran alat (size of the instrument). Ukuran ini penting diselaraskandengan
jenis angin yang akan diukur atau ruang tempat pengukuran. Misalnya untuk
mengukur kecepatan angin dalam sistem tajuk tanaman, dibutuhkan
anemometer kecil.
5. Kesesuaian alat dengan arah angin yang akan diukur kecepatannya. Perlu
diingat bahwa arah angin dapat berubah-ubah, tidak hanya dating dari satu
arah, namun dpt berubah kesegala arah dalam waktu yang singkat.
Anemometer Sederhana
Anemometer sederhana terdiri dari jenis yaitu; Anemometer mangkuk dan
anemometer baling-baling.
Anemometer Mangkuk merupakan jenis yang paling umum digunakan.
Umumnya terdiri dari 3 (bisa lebih dari 3) mangkuk yang dihubungkan keporos
dengan tangkai.

Bentuk 3 mangkuk
Anemometer mangkuk digunakan untuk kecepatan angin horizontal. Poros atas
sumbu putar harus berada pada posisi tegak lurus, karena jika miring akan
menyebabkan bias yang cukup berarti dalam mengukur kecepatan angin. Sebagai
contoh, jika sumbu miring 10o, maka bias pengukuran mencapai 6%. Selain karena
posisi yang tidak tegak lurus, bias dalam pengukuran juga dapat terjadi jika
kecepatan angin sangat berfluktuasi. Pada kondisi kecepatan angin yang sangat
berfluktuasi, anemometer mangkuk cenderung menunjukkan angka pengukuran yang
lebih tinggi darikecepatan rata-rata yang sesungguhnya (overestimated). Selain itu,
ada kemungkinan anemometer berputar berlawanan arah dengan rancangan arah
putaran dalam pengukuran. Anemometer mangkuk mempunyai batas minimal
kecepatan angin untuk dapat beroperasi, umumnya berkisar antara 0,1 m/detik
sampai 0,4 m/detik.
Selain anemometer mangkuk, ada juga anemometer yang menggunakan baling-
baling sebagai sumbu putarnya. Pada prinsipnya, Jenis anemometer ini sama dengan
anemometer mangkuk. Perbedaannya, Anemometer baling-baling jenis ini dapat
mengukur kecepatan angin horizontal dan vertikal. Umumnya digunakan tiga atau
lebih daun kipas (blade). Putaran baling-baling berkorelasi denga kecepatan angin.
Anemometer baling-baling memiliki kecepatan minimum dibawah 0,1 m/detik, lebih
rendah dibandingkan anemometer mangkuk, sehingga banyak digunakan dalam
pengukuran kecepatan angin skala mikro.

Anemometer baling-baling
Anemometer canggih
Selain anometer sederhana, ada pula anemometer canggih, yaitu Anemometer
arus konstan. Komponen utama alat ini adalah satu atau beberapa helai kawat halus
yang daya hantar listriknya dipengaruhi olehsuhu. Sebelum pengukuran suhu, kawat
diatur agar lebih tinggi dari suhu udara disekitarnya, dengan demikian akan terjadi
perpindahan panas darikawat ke udara. Perpindahan panas dari kawat ke udara
disekitarnya akanlebih cepat dengan bertambahnya kecepatan angin. Semakin
tinggikecepatan angin berarti suhu kawat akan cepat turun. Karena daya hantar listrik
kawat tergantung pada suhunya, maka dengan mengetahui dayahantar listrik dapat
dihitung suhu kawat. Selanjutnya berdasarkan perubahan suhu kawat akibat
hembusan angin, maka kecepatan angin dapatdihitung.

Anemometer Arus Konstan


B. Pengukuran Kecepatan Air
Pengukuran kecepatan aliran dengan Current-meter
Prinsip kerja jenis curent meter ini adalah propeler berputar dikarenakan
partikel air yang melewatinya. Jumlah putaran propeler per waktu pengukuran dapat
memberikan kecepatan arus yang sedang diukur apabila dikalikan dengan rumus
kalibrasi propeler tersebut. Jenis alat ini yang menggunakan sumbu propeler sejajar
dengan arah arus disebut Ott propeler curent meter dan yang sumbunya tegak lurus
terhadap arah arus disebut Price cup current meter. Peralatan dengan sumbu vertikal
ini tidak peka terhadap arah aliran.
Keuntungan:
Propeler curent meter ini menghasilkan pekerjaan yang akurat dan cepat
apabila dilakukan perawatan yang baik dan pelaksanaan yang cermat. Juga kalibrasi
propeler harus dilakukan dengan baik.
Kerugian:
Dapat dipengaruhi oleh kapal (pitching dan rolling), sehingga kecepatan arus
yang diukur bukan hanya kecepatan arus aliran sungai saja. Diperlukan test kalibrasi
untuk mengatasi hal ini.
Cara pemakaian:
Ott current-meter dapat digunakan baik dengan digantung pada kabel/tali
maupun pada tiang. Cara yang pertama dapat dilaksanakan pada pengukuran di
sungai maupun di muara sungai, sedangkan cara kedua dapat dipakai pada
pengukuran di kanal yang kecil atau digantung di jembatan.
Metode pengukuran kecepatan aliran di sungai:

a. Metode satu titik

Metode ini digunakan untuk sungai yang dangkal dengan mengukur pada
kedalaman 0,6 h. Kecepatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

V = V0,6

b. Metode dua titik

Pengukuran dilakukan pada kedalaman 0,2 h dan 0,8 h. Kecepatan rata-


rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

c. Metode tiga titik

Pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung

Pelampung merupakan alat ukur kecepatan arus yang paling sederhana.


Pelampung bergerak terbawa oleh arus dan kecepatan arus didapat dari jarak
tempuh pelampung dibagi dengan waktu tempuh. Pelampung dapat berupa
pelampung permukaan, pelampung ganda, pelampung tongkat dan lain-lain.
Cara ini dapat dengan mudah digunakan meskipun permukaan air sungai itu
tinggi. Cara ini sering digunakan karena tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-
kayuan yang hanyut dan mudah dilaksanakan.

Tempat yang harus dipilih adalah bagian sungai yang lurus dengan perubahan
lebar sungai, dalamnya air dan gradien yang kecil. Tiang-tiang untuk observasi
dipancangkan pada 2 buah titik dengan jarak dari 50 sampai 100 m. Waktu
mengalirnya pelampung diukur dengan “stopwatch”. Setelah kecepatan aliran
dihitung, maka diadakan perhitungan debit yakni kecepatan kali luas penampang
melintangnya.

Pelepasan pelampung:

Beberapa saat sesudah pelepasan, pelampung itu tidak stabil. Jadi pelampung
harus dilepaskan kira-kira 20-50 m di sebelah hulu garis observasi pertama,
sehingga pada waktu observasi, pelampung itu telah mengalir dalam keadaan yang
stabil. Mengingat posisi pelepasan itu sulit ditentukan, maka sebelumnya harus
disiapkan tanda yang menunjuk posisi tersebut dengan jelas.
C. Pengukuran Kuat Cahaya
Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk menberikan
penerangan kepada benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau mesin
dan proses produksi serta lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas
penerangan yang optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan juga
diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya. Standar ini memuat
prosedur, penentuan titik dan peralatan pengukuran intensitas penerangan yang
digunakan.
Intensitas penerangan merupakan aspek penting di tempat kerja, karena
berbagai masalah akan timbul ketika kualitas intensitas penerangan di tempat kerja
tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan
ketentuan penting intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan. Terbaru diikuti
dengan Keputusan Menteri KesehatanNomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal :
19 Nopember 2002 tentang : “PERSYARATAN DAN TATA CARA
PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
PERKANTORAN”, menetapkan batas minimal pencahayaan di ruang kerja adalah
100 lux.

Tabel tingkat pencahayaan


Kualitas penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi fungsi
penglihatan, juga untuk lingkungan sekeliling tempat kerja, maupun aspek
psikologis, yang dapat dirasakan sebagai kelelahan, rasa kurang nyaman, kurang
kewaspadaan sampai kepada pengaruh yang terberat seperti kecelakaan.
Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja
Standar ini menguraikan tentang metoda pengukuran intensitas penerangan di
tempat kerja dengan menggunakan luxmeter. Lux satuan intensitas penerangan per
meter persegi yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen. Luxmeter alat yang digunakan
untuk mengukur intensitas penerangan dalam satuan lux. Pengukuran penerangan
setempat adalah penerangan di tempat obyek kerja, baik berupa meja kerja maupun
peralatan. Sedangkan penerangan umum adalah penerangan di seluruh area tempat
kerja. Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya
dapat langsung dibaca. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum
skala. Untuk alat digital, energi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada
layar monitor.
Penentuan titik pengukuran
Jarak dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
1. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. Contoh
denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari
10 meter persegi.
2. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong
garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga)
meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas
ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi.

3. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas
penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi.

Persyaratan pengukuran
a. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan
b. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan
c. Menghidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor
d. Membawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan
e. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehinggadidapat nilai angka yang stabil
f. Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan
g. Mematikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
penerangan.
D. Pengukuran Radiasi Elektromagnet
Medan elektromagnet adalah medan yang ditentukan oleh kumpulan 4
(empat) besaran vektor yang saling berkait bersama-sama dengan rapat arus listrik
dan muatan listrik per volume, mencirikan kondisi listrik dan magnet dari medium
bahan atau dari vakum. Empat besaran vektor terkait yang mengikuti persamaan
Maxwell adalah:
• kuat medan listrik E;
• rapat fluks listrik D;
• kuat medan magnet H;
• rapat fluks magnet B.
Besaran medan magnet dapat digunakan kuat medan megnet (H) dengan
satuan A/m (amper per meter) atau rapat fluks megnet (B) dengan satuan m Tesla.
Untuk rapat fluks magnet dapat digunakan satuan Wb/m2 (Weber per meter persegi)
atau G (Gauss).
1 T = 1 Wb/ m2 = 104 G.
1 N/Wb = 1 A/ m = 4 π x 103 Oersted.
1 mG = 0,1 μ T
1 G = 80 A/m atau 1 mG = 80 mA/m.
Nilai ambang batas medan listrik dan medan magnet dengan frekuensi 50 / 60
Hz padasaluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran udara tegangan ekstra
tinggi (SUTET), ditetapkan dengan berorientasi kepada kesehatan manusia dan
makhluk hidup disekitarnya, dan berdasarkan kepada hasil penelitian para pakar.
Nilai ambang batas medan listrik dinyatakan oleh kuat medan listrik (E) dan nilai
ambang batas medan magnet dinyatakan rapat oleh fluks magnet (B).

ElektroMagnetic Field Radiation Tester (EMF) dirancang untuk memberikan


pengguna yang cepat, handal dan cara mudah untuk mengukur elektromagnetik
tingkat radiasi medan listrik sekitar garis transmisi, peralatan rumah tangga dan
perangkat industri.

Gambar EMF Tester Lutron-827


E. Pengukuran Kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja, diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun
kwalitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan diindentifikasikan sebagai “suara yang tak dikehendaki”, misalnya
yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa
sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan ketulian.
Sound Level Meter merupalan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Alat ini
digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30-130 dBA dan dari
frekuensi 20Hz-20.000Hz.
Fungsi dan Aplikasi
Adapun fungsi dan aplikasi Sound Level Meter adalah sebagai berikut.
1.    Fungsi     
       Sound Level Meter digunakan untuk untuk mengukur kebisingan antara 30-
130 dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20-20.000Hz.
2.    Aplikasi
Aplikasi Sound Level Meter biasanya dipakai di tempat kerja, untuk
menganalisi kebisingan peralatan misalnya pada bengkel, pabrik pupuk, alat
yang berpotensi menimbulkan kebisingan seperti turbin, compressor, condenser,
pompa drum dan lain-lain.

Prinsip Kerja dan Cara Pemakaian


 Pada umumnya SLM & Noise Dosimeter diarahkan ke sumber suara, setinggi
telinga, agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta. Untuk keperluan mengukur
kebisingan di suatu ruangan kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh
dengan beberapa kali pencatatan dari SLM. Cara pemakainnya adalah sebagai
berikut:
a. Persiapan alat
1. Pasang baterai pada tempatnya
2. Tekan tombol power
3. Cek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik
atau tidak
4. Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga alat pada monitor sesuai dengan
angka kalibrator.
b. Pengukuran
1. Pilih selektor pada posisi:
a. Fast: untuk jenis kebisingan kontinu. Bising dimana fluktuasi dari
intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinu
dibagi menjasi dua yaitu:
 Wide Spectrum merupakan bising dengan spectrum frekuensi yang
luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk
periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara
mesin tenun.
 Narrow Spectrum merupakan bising yang relative tetap akan tetapi
hanya mempunyai fekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000)
misalnyaa gergji sirkuler, katup gas.
b. Slow : untuk jenis kebisingan impulsif / terputus-putus. Bising ini sering
disebut juga intermitten noise, yaitu bising yang berlangsung secara
tidak terus terusan, melainkan ada periode rekatif tenang misalnya lalu
lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
2. Pilih selektor range intensitas kebisingan.
3. Tentukan lokasi pengukuran.
4. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit
dengan kurang lebih 6 kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka
yang ditunjukkan pada monitor.
5. Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/51/MEN/1999 zona
kebisingan  dibedakan atas tiga bagian, yaitu:
a.  Zona aman tanpa pelindung          : < 85 dBA
b.  Zona dengan pelindung ear plug  : 85 - 95 dBA
c.  Zona dengan pelindung ear muff  : > 95 dBA

V. Langkah Kerja
A. Pengukuran Kecepatan Angin
1. Menyiapkan alat environment multimeter (Mastech MS 6300)
2. Menghidupkan sumber daya
3. Memindahkan posisi alat untuk pengukuran kecepatan angin dengan menekan
tombol ANEMO
4. Mengubah skala pembacaan pada m/s dengan menekan tombul UNIT
5. Mengukur kecepatan angin sebanyak 10 kali dengan interval 2 menit setiap
pengukuran
6. Mencatat hasil pengukuran dalam lembar data dan mematikan alat
7. Menghitung kecepatan angin rata-rata yang didapatkan
8. Mengulangi langkah di atas hingga didapatkan tiga (3) lokasi yang berbeda.
B. Pengukuran Kecepatan Air
1. Menyiapkan alat Current Meter (Flowatch)

2. Memasang tangkai teleskop pada alat utama


3. Memasang sensor kecepatan air (60mm water impeler) pada tangkai teleskop
4. Mengukur penampang saluran yang akan di hitung kecepatannya
5. Melakukan pengukuran aliran air pada sebuah saluran/sungai dangkal dengan
metoda 1 titik, 2 titik dan 3 titik
6. Mematikan alat dan mengembalikan pada tempatnya (sebelumnya dibersihkan
dari air menggunakan lap yang tersedia)
7. Melakukan pengukuran dengan metode pelampung
8. Mencatat hasil pengukuran pada lembar data
9. Menghitung kecepatan aliran air rata-rata.
C. Pengukuran Kuat Cahaya
1. Menyiapkan alat environment multimeter (Mastech MS 6300)
2. Membuat peta ruangan yang akan dilakukan pengukuran, menentukan titik
pengukuran yang akan dilakukan
3. Menghidupkan alat
4. Memindah posisi alat untuk pengukuran kuat cahaya dengan menekan tombol
LUX
5. melakukan pengukuran untuk tiap titik pengukuran
6. Mencatat hasil pengukuran (termasuk suhu ruangan) dalam lembar data dan
mematikan alat
7. Menghitung kuat cahaya rata-rata yang didapatkan
8. Mengulangi langkah di atas hingga didapatkan tiga (3) lokasi yang berbeda.
D. Pengukuran Radiasi Elektromagnet
1. Menyiapkan alat EMF Tester (Lutron EMF 827)
2. Menentukan lokasi yang akan dilakukan pengukuran
3. Menghidupkan alat
4. Mengatur skala pengukuran ke posisi yang terbesar (2000 T), bila tidak terbaca
memindahkan skala ke yang lebih kecil
5. Melakukan pengukuran untuk tiap titik pengukuran
6. Mencatat hasil pengukuran dalam lembar data dan mematikan alat
7. Menghitung radiasi elektromagnet rata-rata yang didapatkan
8. Mengulangi langkah di atas hingga didapatkan tiga (3) lokasi atau peralatan
listrik yang diukur.
E. Pengukuran Kebisingan
1. Menyiapkan alat environment multimeter (Mastech MS 6300)
2. Menentukan ruangan yang akan dilakukan pengukuran dan menentukan titik
pengukurannya
3. Menghidupkan sumber daya
4. Memindah posisi alat untuk pengukuran kebisingan (sound level meter) dengan
menekan tombol dB
5. Memastikan skala pembacaan pada dB A, dengan menekan tombol UNIT
6. Menghadapkan sensor ke arah bagian yang diukur secara tegak lurus
7. Melakukan pengukuran untuk tiap ruang sebanyak 10 kali dengan interval 2
menit
8. Mencatat hasil pengukuran dalam lembar data dan mematikan alat
9. Menghitung kebisingan rata-rata yang didapatkan
10. Mengulangi langkah di atas hingga didapatkan tiga (3) lokasi yang berbeda.

VI. Data Praktikum dan Perhitungan


A. Pengukuran Kecepatan Angin
1. Di belakang lab. Listrik (R1), diperoleh data kecepatan angin sebagai berikut:

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
v 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
(m/s) m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan angin rata-rata di belakang lab. Listrik:
kecepatan angin
v R 1=
pengukuran

0,0+0,0+0,3+ 0,0+0,0+0,0+ 0,0+0,0+0,0+ 0,0


¿
10
0,3
¿
10

¿ 0,03 m/s
2. Di belakang lab. Gamtek (R2), diperoleh data kecepatan angin sebagai berikut:

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
v 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
(m/s) m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan angin rata-rata di belakang lab. Gamtek:
kecepatan angin
v R 2=
pengukuran

0,0+0,0+0,0+ 0,0+0,0+0,0+ 0,0+0,0+0,0+ 0,0


¿
10
0,0
¿
10

¿ 0 m/s
3. Di lantai 5 (lima) STTN-BATAN (R3), diperoleh data kecepatan angin sebagai
berikut:

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
v 1,3 5,5 2,1 4,1 1,1 1,7 1,7 1,6 3,1 0,0
(m/s) m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan angin rata-rata di lantai 5 (lima) STTN-BATAN:
kecepatan angin
v R 3=
pengukuran

1,3+ 5,5+2,1+4,1+1,1+1,7+1,7+ 1,6+3,1+0,0


¿
10
22,2
¿
10

¿ 2,22 m/s
Jadi, kecepatan angin rata-rata di STTN-BATAN yaitu:
vR1 + vR2 + vR3
v rata−rata=
3

0,03+0+2,22
¿
3
2,25
¿
3

¿ 0,75 m/s
B. Pengukuran Kecepatan Air
1. Metode 1 titik
Kedalaman sungai (d) = 30 cm
Kedalaman pengukuran = 0,6d = 18 cm
Data yang diperoleh:

No. 1. 2. 3. 4. 5.
v 0,7 1,1 1,1
1 m/s 1 m/s
(m/s) m/s m/s m/s
Kecepatan rata-rata air:
kecepatan
v 0,6=
pengukuran

0,7+1+1,1+1,1+1
¿
5
4,9
¿
5

¿ 0,98 m/s
2. Metode 2 titik
Kedalaman sungai (d) = 30 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 1 = 0,2d = 6 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 2 = 0,8d = 24 cm
Data yang diperoleh:

No. 1. 2. 3. 4. 5.
v pada 0,9 0,9 0,9
1 m/s 1 m/s
titik 1 m/s m/s m/s
v pada 0,7 0,8 0,6 0,8 0,7
titik 2 m/s m/s m/s m/s m/s

Kecepatan air rata-rata pada titik 1: Kecepatan air rata-rata pada titik 2:
0,9+0,9+1+1+0,9 0,7+0,8+ 0,6+0,8+0,7
v 0,2= v 0,8=
5 5
4,7 3,6
¿ ¿
5 5

¿ 0,94 m/ s ¿ 0,72 m/s


Kecepatan air rata-rata pada metode 2 titik yaitu:
v 0,2 +v 0,8
v rata−rata=
2

0,94+0,72
¿
2

1,66
¿
2

¿ 0,83 m/s

3. Metode 3 titik
Kedalaman sungai (d) = 30 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 1 = 0,6d = 18 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 2 = 0,2d = 6 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 3 = 0,8d = 24 cm
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5.
v pada 0,7 1 m/s 1,1 1,1 1 m/s
titik 1 m/s m/s m/s
v pada 0,9 0,9 0,9
1 m/s 1 m/s
titik 2 m/s m/s m/s
v pada 0,7 0,8 0,6 0,8 0,7
titik 3 m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan air rata-rata pada metode 3 titik yaitu:
v 0,2 +v 0,6 + v 0,8
v rata−rata=
3

0,94+0,98+ 0,72
¿
3

2,64
¿
3

¿ 0,88 m/s
4. Metode pelampung
s
No. S (m) t (s) v= (m/s)
t
1. 10 m 15 s 0,6 m/s
2. 10 m 15 s 0,6 m/s
3. 10 m 16 s 0,63 m/s
Kecepatan air rata-rata pada metode pelampung yaitu:
0,67+0,67+0,63
v rata−rata=
3

1,97
¿
3

¿ 0,657 m/s
Debit air=luas penampang saluran x kecepatan air
m
¿ 50 m 2 x 0,657
s
m3
¿ 32,85
s
C. Pengukuran Kuat Cahaya
1. Pengukuran di lab. Listrik bagian timur (R1)
Suhu ruangan = 29,2C
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kuat 45 88,5 89 28 48 89 88 45 50 82 82,5 63
cahaya lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux
Kuat cahaya rata-rata:
kuat ca h ya
Rata−rata kuat ca h aya=
pengukuran

45+88,5+ 89+28+48+ 89+88+ 45+50+82+82,5+63


¿
12
798
¿
12

¿ 66,5 lux
2. Pengukuran di lab. Listrik bagian tengah (R2)
Suhu ruangan = 29,4C
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kuat 48 64 67 61 53 81,5 82 54 43 67 79 50
cahaya lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux
Kuat cahaya rata-rata:
Kuat cahaya
Rata−rata kuat cahaya=
Pengukuran

48+64 +67+61+53+ 81,5+ 82+54+ 43+67+79+50


¿
12
749,5
¿
12

¿ 62,46 Lux
3. Pengukuran di lab. Listrik bagian barat (R3)
Suhu ruangan = 29,6C
Data yang diperoleh:

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.


Kuat 50 42,3 43 19 46 67 64 20,5 32 56 60 59
cahaya lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux
Kuat cahaya rata-rata:
Kuat cahaya
Rata−rata kuat cahaya=
Pengukuran
50+ 42,3+ 43+19+46 +67+64 +20,5+32+56+60+59
¿
12
558,8
¿
12

¿ 46,57 Lux
D. Pengukuran Radiasi Elektromagnet
1. Pengukuran pada kipas angin (R1) diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Besar radiasi
gelombang
0,69 0,11 0,05 0,03 0,12 0,58 0,1 0,01 0,01 0
elektromagneti
k
Rata-rata radiasi elektromagnetik:
Radiasi elektromagnetik
Rata−rata=
Pengukuran

0,69+0,11+0,05+ 0,03+0,12+0,58+0,1+0,01+ 0,01+ 0


¿
10

1.7
¿
10

¿ 0,17
2. Pengukuran pada power supply (R2) diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Besar radiasi
gel
3,02 0,32 1,7 1,97 1,3 1,4 5,5 1,75 0,6 2,2
elektromagneti
k
Rata-rata radiasi elektromagnetik:
Radiasi elektromagnetik
Rata−rata=
Pengukuran

3,02+ 0,32+ 1,7+1,97+1,3+1,4 +5,5+1,75+0,6+2,2


¿
10
19,76
¿
10

¿ 1,98
3. Pengukuran pada osiloscope (R3) diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Besar radiasi
gel
0,04 3,78 0,54 0,8 0,27 0,62 0,79 1,17 0,05 0,5
elektromagneti
k
Rata-rata radiasi elektromagnetik:
Radiasi elektromagnetik
Rata−rata=
Pengukuran

0,04+3,78+0,54 +0,8+0,27 +0,62+0,79+1,17+ 0,05+ 0,5


¿
10

8,56
¿
10

¿ 0,856
E. Pengukuran Kebisingan
1. Pengukuran kebisingan di lab. Listrik bagian timur diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
66, 55, 61,
53,8 65,8 61 63 57,1 59 58
Kebisingan 3 8 9
dB dB dB dB dB dB dB
dB dB dB
Rata-rata kebisingan:
Kebisingan
Rata−rata=
Pengukuran

53,8+ 66,3+65,8+55,8+61+63+57,1+59+ 61,9+ 58


¿
10

601,7
¿
10

¿ 60,17 dB
2. Pengukuran kebisingan di lab. Listrik bagian tengah diperoleh data sebagai
berikut:

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
55,6 52 50,3 74,6 54 52,5 55,5 53,4 58,4 48,6
Kebisingan
dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB
Rata-rata kebisingan:
Kebisingan
Rata−rata=
Pengukuran

55,6+52+ 50,3+74,6+54+52,5+ 55,5+ 53,4+58,4+ 48,6


¿
10

554,9
¿
10

¿ 55,49 dB
3. Pengukuran kebisingan di lab. Listrik bagian barat diperoleh data sebagai berikut:

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
65,
59,1 62 52,3 58 53 56,1 53 48,1 59
Kebisingan 7
dB dB dB dB dB dB dB dB dB
dB
Rata-rata kebisingan:
Kebisingan
Rata−rata=
Pengukuran

59,1+ 62+ 65,7+52,3+58+53+56,1+53+ 48,1+ 59


¿
10

566,3
¿
10

¿ 56,63 dB

VII. Pembahasan
A. Pengukuran Kecepatan Angin
Pengukuran dilakukan di lingkungan STTN-BATAN Yogyakarta pada pukul
16.00 WIB. Dalam pengukuran kecepatan angin ini, praktikan melakukan
pengukuran di tiga tempat berbeda yaitu di belakang laboratorium listrik (R1), di
belakang laboratorium gambar teknik (R2), dan di lantai lima STTN-BATAN. Pada
tiap-tiap tempat dilakukan pengambilan data kecepatan angin sebanyak sepuluh kali
lalu dihitung rata-ratanya sehingga diperoleh data rata-rata kecepatan angin sebagai
berikut:
Kecepatan angin rata-rata di belakang laboratorium listrik (R1) = 0,03 m/s
Kecepatan angin rata-rata di belakang laboratorium gambar teknik (R2) = 0,00 m/s
Kecepatan angin rata-rata di lantai lima STTN-BATAN (R3) = 2,22 m/s
Kecepatan angin rata-rata di STTN-BATAN = 0,75 m/s
Data yang telah diperoleh dari pengukuran ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca,
ketinggian tempat, adanya penghalang hembusan angin seperti pohon, bangunan, dll.
B. Pengukuran Kecepatan Air
Pengukuran dilakukan di sungai Babarsari (bawah jembatan Babarsari) pada
pukul 15.00 WIB di daerah dengan kedalaman (d) 30 cm. Dalam pengukuran
kecepatan air ini, praktikan menggunakan metode 1 titik, metode 2 titik, metode 3
titik, dan metode pelampung. Pada metode 1 titik, 2 titik, dan 3 titik dilakukan
pengambilan data sebanyak lima kali. Sedangkan pada metode pelampung dilakukan
pengambilan data sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung rata-ratanya sehingga
diperoleh data rata-rata kecepatan air sebagai berikut:
Kecepatan air rata-rata dengan metode 1 titik = 0,98 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 2 titik = 0,83 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 3 titik = 0,88 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode pelampung = 0,657 m/s
Debit air bisa diketahui dengan metode pelampung yaitu dengan mengalikan
luas penampang saluran dengan kecepatan air sehingga diperoleh debit air sungai

m3
sebesar 32,85 . Data yang diperoleh dari pengukuran ini dipengaruhi oleh adanya
s
sampah di aliran sungai.
C. Pengukuran Kuat Cahaya
Pengukuran dilakukan di lingkungan STTN-BATAN Yogyakarta pada pukul
17.15 WIB. Dalam pengukuran ini, praktikan melakukan pengukuran di tiga tempat
berbeda yaitu laboratorium listrik bagian timur (R1), laboratorium listrik bagian
tengah (R2), dan laboratorium listrik bagian barat (R3). Sebelum melakukan
pengambilan data, praktikan membuat denah pengukuran pada ruangan yang akan
diambil data kuat cahayanya. Selain data kuat cahaya, dalam pengukuran ini
praktikan juga mengambil data suhu ruangan. Pada tiap-tiap ruangan dilakukan
pengambilan data sebanyak 12 kali lalu dihitung rata-ratanya sehingga didapatkan
data sebagai berikut:
 Laboratorium listrik bagian timur (R1)
Suhu ruangan rata-rata = 29,2C
Kuat cahaya rata-rata = 66,5 lux
 Laboratorium listrik bagian tengah (R2)
Suhu ruangan rata-rata = 29,4C
Kuat cahaya rata-rata = 62,46 lux
 Laboratorium listrik bagian barat (R3)
Suhu ruangan rata-rata = 29,6C
Kuat cahaya rata-rata = 46,57 lux
Pengukuran dilakukan dengan kondisi lampu menyala dan pintu terbuka.
D. Pengukuran Radiasi Elektromagnet
Pengukuran dilakukan pada pukul 16.00 WIB pada benda-benda yang ada di
dalam laboratorium listrik yaitu kipas angin (R1), power supply (R2), dan osiloscope
(R3). Pada tiap-tiap benda dilakukan pengambilan data sebanyak sepuluh kali lalu
dihitung rata-ratanya sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada kipas angin (R1) = 0,17
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada power supply (R2) = 1,98
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada osiloscope (R3) = 0,856
E. Pengukuran Kebisingan
Pengukuran dilakukan di lingkungan STTN-BATAN Yogyakarta pada pukul
17.15 WIB. Dalam pengukuran ini, praktikan melakukan pengukuran pada tiga
tempat berbeda yaitu laboratorium listrik bagian timur (R1), laboratorium listrik
bagian tengah (R2), laboratorium listrik bagian barat (R3). Pada tiap-tiap ruangan
dilakukan pengambilan data sebanyak sepuluh kali lalu dihitung rata-ratanya
sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Kebisingan rata-rata pada laboratorium listrik bagian timur (R1) = 60,17 dB
Kebisingan rata-rata pada laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 55,49 dB
Kebisingan rata-rata pada laboratorium listrik bagian barat (R3) = 56,63 dB
Pada pengukuran ini dipengaruhi oleh suara orang-orang di dalam ruangan
yang sedang berbicara atau bercakap-cakap.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan yaitu:
1) Rata-rata suhu ruangan di tiga tempat berbeda yang telah dilakukan pengukuran yaitu:
Rata-rata suhu ruangan di laboratorium listrik bagian timur (R1) = 29,2C
Rata-rata suhu ruangan di laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 29,4C
Rata-rata suhu ruangan di laboratorium listrik bagian barat (R3) = 29,6C
2) Kuat cahaya rata-rata di tiga tempat berbeda yang telah dilakukan pengukuran yaitu:
Kuat cahaya rata-rata di laboratorium listrik bagian timur (R1) = 66,5 lux
Kuat cahaya rata-rata di laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 62,46 lux
Kuat cahaya rata-rata di laboratorium listrik bagian barat (R3) = 46,57 lux
3) Kebisingan rata-rata di tiga tempat berbeda yang telah dilakukan pengukuran yaitu:
Kebisingan rata-rata di laboratorium listrik bagian timur (R1) = 60,17 dB
Kebisingan rata-rata di laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 55,49 dB
Kebisingan rata-rata di laboratorium listrik bagian barat (R3) = 56,63 dB
4) Rata-rata radiasi elektromagnetik pada tiga benda berbeda yang telah dilakukan
pengukuran yaitu:
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada kipas angin (R1) = 0,17
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada power supply (R2) = 1,98
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada osiloscope (R3) = 0,856
5) Kecepatan angin rata-rata di STTN-BATAN Yogyakarta adalah sebesar 0,75 m/s
dengan dipengaruhi faktor lingkungan sekitar seperti cuaca dan penghalang hembusan
angin seperti bangunan dan pepohonan serta ketinggian tempat
6) Kecepatan air rata-rata dengan empat metode pengukuran yaitu:
Kecepatan air rata-rata dengan metode 1 titik = 0,98 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 2 titik = 0,83 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 3 titik = 0,88 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode pelampung = 0,657 m/s
m3
7) Debit air berdasarkan pengukuran dengan metode pelampung = 32,85
s

Anda mungkin juga menyukai