Judul
Laporan Praktikum Alat Ukur dan Teknik Pengukuran “Alat Ukur Lingkungan”
II. Tujuan
Mempelajari cara menggunakan dan melakukan pengukuran lingkungan yaitu:
1. Pengukuran Kecepatan Angin
2. Pengukuran Kecepatan Air
3. Pengukuran Kuat Cahaya
4. Pengukuran Radiasi Elektromagnetik
5. Pengukuran Kebisingan
Bentuk 3 mangkuk
Anemometer mangkuk digunakan untuk kecepatan angin horizontal. Poros atas
sumbu putar harus berada pada posisi tegak lurus, karena jika miring akan
menyebabkan bias yang cukup berarti dalam mengukur kecepatan angin. Sebagai
contoh, jika sumbu miring 10o, maka bias pengukuran mencapai 6%. Selain karena
posisi yang tidak tegak lurus, bias dalam pengukuran juga dapat terjadi jika
kecepatan angin sangat berfluktuasi. Pada kondisi kecepatan angin yang sangat
berfluktuasi, anemometer mangkuk cenderung menunjukkan angka pengukuran yang
lebih tinggi darikecepatan rata-rata yang sesungguhnya (overestimated). Selain itu,
ada kemungkinan anemometer berputar berlawanan arah dengan rancangan arah
putaran dalam pengukuran. Anemometer mangkuk mempunyai batas minimal
kecepatan angin untuk dapat beroperasi, umumnya berkisar antara 0,1 m/detik
sampai 0,4 m/detik.
Selain anemometer mangkuk, ada juga anemometer yang menggunakan baling-
baling sebagai sumbu putarnya. Pada prinsipnya, Jenis anemometer ini sama dengan
anemometer mangkuk. Perbedaannya, Anemometer baling-baling jenis ini dapat
mengukur kecepatan angin horizontal dan vertikal. Umumnya digunakan tiga atau
lebih daun kipas (blade). Putaran baling-baling berkorelasi denga kecepatan angin.
Anemometer baling-baling memiliki kecepatan minimum dibawah 0,1 m/detik, lebih
rendah dibandingkan anemometer mangkuk, sehingga banyak digunakan dalam
pengukuran kecepatan angin skala mikro.
Anemometer baling-baling
Anemometer canggih
Selain anometer sederhana, ada pula anemometer canggih, yaitu Anemometer
arus konstan. Komponen utama alat ini adalah satu atau beberapa helai kawat halus
yang daya hantar listriknya dipengaruhi olehsuhu. Sebelum pengukuran suhu, kawat
diatur agar lebih tinggi dari suhu udara disekitarnya, dengan demikian akan terjadi
perpindahan panas darikawat ke udara. Perpindahan panas dari kawat ke udara
disekitarnya akanlebih cepat dengan bertambahnya kecepatan angin. Semakin
tinggikecepatan angin berarti suhu kawat akan cepat turun. Karena daya hantar listrik
kawat tergantung pada suhunya, maka dengan mengetahui dayahantar listrik dapat
dihitung suhu kawat. Selanjutnya berdasarkan perubahan suhu kawat akibat
hembusan angin, maka kecepatan angin dapatdihitung.
Metode ini digunakan untuk sungai yang dangkal dengan mengukur pada
kedalaman 0,6 h. Kecepatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
V = V0,6
Tempat yang harus dipilih adalah bagian sungai yang lurus dengan perubahan
lebar sungai, dalamnya air dan gradien yang kecil. Tiang-tiang untuk observasi
dipancangkan pada 2 buah titik dengan jarak dari 50 sampai 100 m. Waktu
mengalirnya pelampung diukur dengan “stopwatch”. Setelah kecepatan aliran
dihitung, maka diadakan perhitungan debit yakni kecepatan kali luas penampang
melintangnya.
Pelepasan pelampung:
Beberapa saat sesudah pelepasan, pelampung itu tidak stabil. Jadi pelampung
harus dilepaskan kira-kira 20-50 m di sebelah hulu garis observasi pertama,
sehingga pada waktu observasi, pelampung itu telah mengalir dalam keadaan yang
stabil. Mengingat posisi pelepasan itu sulit ditentukan, maka sebelumnya harus
disiapkan tanda yang menunjuk posisi tersebut dengan jelas.
C. Pengukuran Kuat Cahaya
Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk menberikan
penerangan kepada benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau mesin
dan proses produksi serta lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas
penerangan yang optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan juga
diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya. Standar ini memuat
prosedur, penentuan titik dan peralatan pengukuran intensitas penerangan yang
digunakan.
Intensitas penerangan merupakan aspek penting di tempat kerja, karena
berbagai masalah akan timbul ketika kualitas intensitas penerangan di tempat kerja
tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan
ketentuan penting intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan. Terbaru diikuti
dengan Keputusan Menteri KesehatanNomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal :
19 Nopember 2002 tentang : “PERSYARATAN DAN TATA CARA
PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
PERKANTORAN”, menetapkan batas minimal pencahayaan di ruang kerja adalah
100 lux.
3. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas
penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi.
Persyaratan pengukuran
a. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan
b. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan
c. Menghidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor
d. Membawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan
e. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehinggadidapat nilai angka yang stabil
f. Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan
g. Mematikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
penerangan.
D. Pengukuran Radiasi Elektromagnet
Medan elektromagnet adalah medan yang ditentukan oleh kumpulan 4
(empat) besaran vektor yang saling berkait bersama-sama dengan rapat arus listrik
dan muatan listrik per volume, mencirikan kondisi listrik dan magnet dari medium
bahan atau dari vakum. Empat besaran vektor terkait yang mengikuti persamaan
Maxwell adalah:
• kuat medan listrik E;
• rapat fluks listrik D;
• kuat medan magnet H;
• rapat fluks magnet B.
Besaran medan magnet dapat digunakan kuat medan megnet (H) dengan
satuan A/m (amper per meter) atau rapat fluks megnet (B) dengan satuan m Tesla.
Untuk rapat fluks magnet dapat digunakan satuan Wb/m2 (Weber per meter persegi)
atau G (Gauss).
1 T = 1 Wb/ m2 = 104 G.
1 N/Wb = 1 A/ m = 4 π x 103 Oersted.
1 mG = 0,1 μ T
1 G = 80 A/m atau 1 mG = 80 mA/m.
Nilai ambang batas medan listrik dan medan magnet dengan frekuensi 50 / 60
Hz padasaluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran udara tegangan ekstra
tinggi (SUTET), ditetapkan dengan berorientasi kepada kesehatan manusia dan
makhluk hidup disekitarnya, dan berdasarkan kepada hasil penelitian para pakar.
Nilai ambang batas medan listrik dinyatakan oleh kuat medan listrik (E) dan nilai
ambang batas medan magnet dinyatakan rapat oleh fluks magnet (B).
V. Langkah Kerja
A. Pengukuran Kecepatan Angin
1. Menyiapkan alat environment multimeter (Mastech MS 6300)
2. Menghidupkan sumber daya
3. Memindahkan posisi alat untuk pengukuran kecepatan angin dengan menekan
tombol ANEMO
4. Mengubah skala pembacaan pada m/s dengan menekan tombul UNIT
5. Mengukur kecepatan angin sebanyak 10 kali dengan interval 2 menit setiap
pengukuran
6. Mencatat hasil pengukuran dalam lembar data dan mematikan alat
7. Menghitung kecepatan angin rata-rata yang didapatkan
8. Mengulangi langkah di atas hingga didapatkan tiga (3) lokasi yang berbeda.
B. Pengukuran Kecepatan Air
1. Menyiapkan alat Current Meter (Flowatch)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
v 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
(m/s) m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan angin rata-rata di belakang lab. Listrik:
kecepatan angin
v R 1=
pengukuran
¿ 0,03 m/s
2. Di belakang lab. Gamtek (R2), diperoleh data kecepatan angin sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
v 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
(m/s) m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan angin rata-rata di belakang lab. Gamtek:
kecepatan angin
v R 2=
pengukuran
¿ 0 m/s
3. Di lantai 5 (lima) STTN-BATAN (R3), diperoleh data kecepatan angin sebagai
berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
v 1,3 5,5 2,1 4,1 1,1 1,7 1,7 1,6 3,1 0,0
(m/s) m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan angin rata-rata di lantai 5 (lima) STTN-BATAN:
kecepatan angin
v R 3=
pengukuran
¿ 2,22 m/s
Jadi, kecepatan angin rata-rata di STTN-BATAN yaitu:
vR1 + vR2 + vR3
v rata−rata=
3
0,03+0+2,22
¿
3
2,25
¿
3
¿ 0,75 m/s
B. Pengukuran Kecepatan Air
1. Metode 1 titik
Kedalaman sungai (d) = 30 cm
Kedalaman pengukuran = 0,6d = 18 cm
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5.
v 0,7 1,1 1,1
1 m/s 1 m/s
(m/s) m/s m/s m/s
Kecepatan rata-rata air:
kecepatan
v 0,6=
pengukuran
0,7+1+1,1+1,1+1
¿
5
4,9
¿
5
¿ 0,98 m/s
2. Metode 2 titik
Kedalaman sungai (d) = 30 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 1 = 0,2d = 6 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 2 = 0,8d = 24 cm
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5.
v pada 0,9 0,9 0,9
1 m/s 1 m/s
titik 1 m/s m/s m/s
v pada 0,7 0,8 0,6 0,8 0,7
titik 2 m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan air rata-rata pada titik 1: Kecepatan air rata-rata pada titik 2:
0,9+0,9+1+1+0,9 0,7+0,8+ 0,6+0,8+0,7
v 0,2= v 0,8=
5 5
4,7 3,6
¿ ¿
5 5
0,94+0,72
¿
2
1,66
¿
2
¿ 0,83 m/s
3. Metode 3 titik
Kedalaman sungai (d) = 30 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 1 = 0,6d = 18 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 2 = 0,2d = 6 cm
Kedalaman pengukuran pada titik 3 = 0,8d = 24 cm
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5.
v pada 0,7 1 m/s 1,1 1,1 1 m/s
titik 1 m/s m/s m/s
v pada 0,9 0,9 0,9
1 m/s 1 m/s
titik 2 m/s m/s m/s
v pada 0,7 0,8 0,6 0,8 0,7
titik 3 m/s m/s m/s m/s m/s
Kecepatan air rata-rata pada metode 3 titik yaitu:
v 0,2 +v 0,6 + v 0,8
v rata−rata=
3
0,94+0,98+ 0,72
¿
3
2,64
¿
3
¿ 0,88 m/s
4. Metode pelampung
s
No. S (m) t (s) v= (m/s)
t
1. 10 m 15 s 0,6 m/s
2. 10 m 15 s 0,6 m/s
3. 10 m 16 s 0,63 m/s
Kecepatan air rata-rata pada metode pelampung yaitu:
0,67+0,67+0,63
v rata−rata=
3
1,97
¿
3
¿ 0,657 m/s
Debit air=luas penampang saluran x kecepatan air
m
¿ 50 m 2 x 0,657
s
m3
¿ 32,85
s
C. Pengukuran Kuat Cahaya
1. Pengukuran di lab. Listrik bagian timur (R1)
Suhu ruangan = 29,2C
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kuat 45 88,5 89 28 48 89 88 45 50 82 82,5 63
cahaya lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux
Kuat cahaya rata-rata:
kuat ca h ya
Rata−rata kuat ca h aya=
pengukuran
¿ 66,5 lux
2. Pengukuran di lab. Listrik bagian tengah (R2)
Suhu ruangan = 29,4C
Data yang diperoleh:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kuat 48 64 67 61 53 81,5 82 54 43 67 79 50
cahaya lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux lux
Kuat cahaya rata-rata:
Kuat cahaya
Rata−rata kuat cahaya=
Pengukuran
¿ 62,46 Lux
3. Pengukuran di lab. Listrik bagian barat (R3)
Suhu ruangan = 29,6C
Data yang diperoleh:
¿ 46,57 Lux
D. Pengukuran Radiasi Elektromagnet
1. Pengukuran pada kipas angin (R1) diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Besar radiasi
gelombang
0,69 0,11 0,05 0,03 0,12 0,58 0,1 0,01 0,01 0
elektromagneti
k
Rata-rata radiasi elektromagnetik:
Radiasi elektromagnetik
Rata−rata=
Pengukuran
1.7
¿
10
¿ 0,17
2. Pengukuran pada power supply (R2) diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Besar radiasi
gel
3,02 0,32 1,7 1,97 1,3 1,4 5,5 1,75 0,6 2,2
elektromagneti
k
Rata-rata radiasi elektromagnetik:
Radiasi elektromagnetik
Rata−rata=
Pengukuran
¿ 1,98
3. Pengukuran pada osiloscope (R3) diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Besar radiasi
gel
0,04 3,78 0,54 0,8 0,27 0,62 0,79 1,17 0,05 0,5
elektromagneti
k
Rata-rata radiasi elektromagnetik:
Radiasi elektromagnetik
Rata−rata=
Pengukuran
8,56
¿
10
¿ 0,856
E. Pengukuran Kebisingan
1. Pengukuran kebisingan di lab. Listrik bagian timur diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
66, 55, 61,
53,8 65,8 61 63 57,1 59 58
Kebisingan 3 8 9
dB dB dB dB dB dB dB
dB dB dB
Rata-rata kebisingan:
Kebisingan
Rata−rata=
Pengukuran
601,7
¿
10
¿ 60,17 dB
2. Pengukuran kebisingan di lab. Listrik bagian tengah diperoleh data sebagai
berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
55,6 52 50,3 74,6 54 52,5 55,5 53,4 58,4 48,6
Kebisingan
dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB
Rata-rata kebisingan:
Kebisingan
Rata−rata=
Pengukuran
554,9
¿
10
¿ 55,49 dB
3. Pengukuran kebisingan di lab. Listrik bagian barat diperoleh data sebagai berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
65,
59,1 62 52,3 58 53 56,1 53 48,1 59
Kebisingan 7
dB dB dB dB dB dB dB dB dB
dB
Rata-rata kebisingan:
Kebisingan
Rata−rata=
Pengukuran
566,3
¿
10
¿ 56,63 dB
VII. Pembahasan
A. Pengukuran Kecepatan Angin
Pengukuran dilakukan di lingkungan STTN-BATAN Yogyakarta pada pukul
16.00 WIB. Dalam pengukuran kecepatan angin ini, praktikan melakukan
pengukuran di tiga tempat berbeda yaitu di belakang laboratorium listrik (R1), di
belakang laboratorium gambar teknik (R2), dan di lantai lima STTN-BATAN. Pada
tiap-tiap tempat dilakukan pengambilan data kecepatan angin sebanyak sepuluh kali
lalu dihitung rata-ratanya sehingga diperoleh data rata-rata kecepatan angin sebagai
berikut:
Kecepatan angin rata-rata di belakang laboratorium listrik (R1) = 0,03 m/s
Kecepatan angin rata-rata di belakang laboratorium gambar teknik (R2) = 0,00 m/s
Kecepatan angin rata-rata di lantai lima STTN-BATAN (R3) = 2,22 m/s
Kecepatan angin rata-rata di STTN-BATAN = 0,75 m/s
Data yang telah diperoleh dari pengukuran ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca,
ketinggian tempat, adanya penghalang hembusan angin seperti pohon, bangunan, dll.
B. Pengukuran Kecepatan Air
Pengukuran dilakukan di sungai Babarsari (bawah jembatan Babarsari) pada
pukul 15.00 WIB di daerah dengan kedalaman (d) 30 cm. Dalam pengukuran
kecepatan air ini, praktikan menggunakan metode 1 titik, metode 2 titik, metode 3
titik, dan metode pelampung. Pada metode 1 titik, 2 titik, dan 3 titik dilakukan
pengambilan data sebanyak lima kali. Sedangkan pada metode pelampung dilakukan
pengambilan data sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung rata-ratanya sehingga
diperoleh data rata-rata kecepatan air sebagai berikut:
Kecepatan air rata-rata dengan metode 1 titik = 0,98 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 2 titik = 0,83 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 3 titik = 0,88 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode pelampung = 0,657 m/s
Debit air bisa diketahui dengan metode pelampung yaitu dengan mengalikan
luas penampang saluran dengan kecepatan air sehingga diperoleh debit air sungai
m3
sebesar 32,85 . Data yang diperoleh dari pengukuran ini dipengaruhi oleh adanya
s
sampah di aliran sungai.
C. Pengukuran Kuat Cahaya
Pengukuran dilakukan di lingkungan STTN-BATAN Yogyakarta pada pukul
17.15 WIB. Dalam pengukuran ini, praktikan melakukan pengukuran di tiga tempat
berbeda yaitu laboratorium listrik bagian timur (R1), laboratorium listrik bagian
tengah (R2), dan laboratorium listrik bagian barat (R3). Sebelum melakukan
pengambilan data, praktikan membuat denah pengukuran pada ruangan yang akan
diambil data kuat cahayanya. Selain data kuat cahaya, dalam pengukuran ini
praktikan juga mengambil data suhu ruangan. Pada tiap-tiap ruangan dilakukan
pengambilan data sebanyak 12 kali lalu dihitung rata-ratanya sehingga didapatkan
data sebagai berikut:
Laboratorium listrik bagian timur (R1)
Suhu ruangan rata-rata = 29,2C
Kuat cahaya rata-rata = 66,5 lux
Laboratorium listrik bagian tengah (R2)
Suhu ruangan rata-rata = 29,4C
Kuat cahaya rata-rata = 62,46 lux
Laboratorium listrik bagian barat (R3)
Suhu ruangan rata-rata = 29,6C
Kuat cahaya rata-rata = 46,57 lux
Pengukuran dilakukan dengan kondisi lampu menyala dan pintu terbuka.
D. Pengukuran Radiasi Elektromagnet
Pengukuran dilakukan pada pukul 16.00 WIB pada benda-benda yang ada di
dalam laboratorium listrik yaitu kipas angin (R1), power supply (R2), dan osiloscope
(R3). Pada tiap-tiap benda dilakukan pengambilan data sebanyak sepuluh kali lalu
dihitung rata-ratanya sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada kipas angin (R1) = 0,17
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada power supply (R2) = 1,98
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada osiloscope (R3) = 0,856
E. Pengukuran Kebisingan
Pengukuran dilakukan di lingkungan STTN-BATAN Yogyakarta pada pukul
17.15 WIB. Dalam pengukuran ini, praktikan melakukan pengukuran pada tiga
tempat berbeda yaitu laboratorium listrik bagian timur (R1), laboratorium listrik
bagian tengah (R2), laboratorium listrik bagian barat (R3). Pada tiap-tiap ruangan
dilakukan pengambilan data sebanyak sepuluh kali lalu dihitung rata-ratanya
sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Kebisingan rata-rata pada laboratorium listrik bagian timur (R1) = 60,17 dB
Kebisingan rata-rata pada laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 55,49 dB
Kebisingan rata-rata pada laboratorium listrik bagian barat (R3) = 56,63 dB
Pada pengukuran ini dipengaruhi oleh suara orang-orang di dalam ruangan
yang sedang berbicara atau bercakap-cakap.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan yaitu:
1) Rata-rata suhu ruangan di tiga tempat berbeda yang telah dilakukan pengukuran yaitu:
Rata-rata suhu ruangan di laboratorium listrik bagian timur (R1) = 29,2C
Rata-rata suhu ruangan di laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 29,4C
Rata-rata suhu ruangan di laboratorium listrik bagian barat (R3) = 29,6C
2) Kuat cahaya rata-rata di tiga tempat berbeda yang telah dilakukan pengukuran yaitu:
Kuat cahaya rata-rata di laboratorium listrik bagian timur (R1) = 66,5 lux
Kuat cahaya rata-rata di laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 62,46 lux
Kuat cahaya rata-rata di laboratorium listrik bagian barat (R3) = 46,57 lux
3) Kebisingan rata-rata di tiga tempat berbeda yang telah dilakukan pengukuran yaitu:
Kebisingan rata-rata di laboratorium listrik bagian timur (R1) = 60,17 dB
Kebisingan rata-rata di laboratorium listrik bagian tengah (R2) = 55,49 dB
Kebisingan rata-rata di laboratorium listrik bagian barat (R3) = 56,63 dB
4) Rata-rata radiasi elektromagnetik pada tiga benda berbeda yang telah dilakukan
pengukuran yaitu:
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada kipas angin (R1) = 0,17
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada power supply (R2) = 1,98
Rata-rata radiasi elektromagnetik pada osiloscope (R3) = 0,856
5) Kecepatan angin rata-rata di STTN-BATAN Yogyakarta adalah sebesar 0,75 m/s
dengan dipengaruhi faktor lingkungan sekitar seperti cuaca dan penghalang hembusan
angin seperti bangunan dan pepohonan serta ketinggian tempat
6) Kecepatan air rata-rata dengan empat metode pengukuran yaitu:
Kecepatan air rata-rata dengan metode 1 titik = 0,98 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 2 titik = 0,83 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode 3 titik = 0,88 m/s
Kecepatan air rata-rata dengan metode pelampung = 0,657 m/s
m3
7) Debit air berdasarkan pengukuran dengan metode pelampung = 32,85
s