Disusun Oleh :
Arind Vicha Pradina
1506785740
maupun
internasional.
Setiap
Negara
seharusnya
memilki
rasa
reproduksi.
Definisi
kematian
ibu
menurut
International
Statistical
hakekatnya merupakan intervensi yang efisien dan efektif dalam menurunkan angka
kematian ibu.
bahwa faktor-faktor lain terkait kondisi sosiokultural masyarakat juga punya andil
terhadap masih tingginya AKI di Indonesia. Tiga faktor yang punya andil besar
terhadap masih tingginya AKI di Indonesia sangat terkait dengan rendahnya tingkat
pengetahuan kesehatan ibu hamil dan orang-orang di sekitarnya. Pendarahan yang
terjadi di masa kehamilan jika tidak segera ditangani bisa berakibat fatal bagi ibu
hamil. Masalah-masalah yang timbul di masa kehamilan seperti pendarahan
tersebut sebenarnya bisa diantisipasi dengan adanya Antenatal Care (ANC) atau
layanan pemeriksaan kondisi ibu hamil dan janinnya secara rutin dengan kualitas
yang baik dari para dokter profesional. Fasilitas layanan kebidanan dan kandungan
yang memadai dan komprehensif juga sangat diperlukan serta akses ke fasilitas
kesehatan yang juga harus dipermudah. Terwujudnya layanan kesehatan yang
memadai bagi ibu hamil juga akan menekan faktor-faktor penyebab lain secara
langsung seperti eklamsia dan infeksi serta komplikasi aborsi dan partus lama.
Factor penyebab tidak langsung kematian ibu diakibatkan oleh penyakit yang
diderita oleh si ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada
kaitannya dengan penyebab langsung obstetric, tapi penyakit tersebut diperberat
oleh efek fisiologik kehamilan. Beberapa penyebab kematian ibu tidak langsung
adalah: yang pertama, status perempuan dalam keluarga. Perempuan pada status
orang ke dua (konco wingking) biasanya tidak akan sanggup mengeluarkan keluhankeluhan yang berkaitan dengan timbulnya rasa sakit/kelainan yang ada di dalam diri
sehubungan
dengan
kehamilannya,
yang
akan
menyebabkan
terhadap
klinik yang jauh dan sulit terjangkau akan berakibat terhadap keterlambat
pertolongan pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin( Romli, 2013)
Pada akhirnya Kondisi sosiokultural di masyarakat seperti halnya latar
belakang pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan masyarakat dan beberapa hal
lainnya tidak bisa diabaikan memang turut memiliki kontribusi terhadap masih
tingginya AKI di Indonesia.
Faktor Penyerapan informasi dan yang beragam dan berbeda sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendidikan formal serta
informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai
dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya. Bagaimana mungkin seorang ibu
bisa mengetahui nutrisi yang mereka butuhkan selama masa kehamilan jika sama
sekali tak pernah mendengar nama asam folat dan zat besi. Padahal keduanya
sangat vital pada masa kehamilan sang ibu. jika ada gejala-gejala kurang baik pada
kandungan ibu hamil hal tersebut dianggap hal yang remeh sehingga tidak segera
dibawa ke dokter atau tenaga kesehatan yang kompeten. Kalaupun ibu hamil
memiliki keinginan memeriksakan kandungannya ke dokter atau bidan seringkali
mereka mengurungkan niatnya disebabkan tidak memiliki uang yang cukup, hal
inilah yang dimaksud dengan turut andilnya tingkat ekonomi masyarakat terhadap
masih tingginya AKI di Indonesia. Kepercayaan yang masih tinggi di lingkungan
masyarakat tertentu terhadap dukun beranak membuat banyak di antara mereka
yakin terhadap segala tindakan dukun beranak tersebut baik pra maupun pasca
proses persalinan terkadang justru membahayakan ibu hamil itu sendiri. Proses
maupun alat medis yang digunakan para dukun beranak terkadang jauh dari kata
steril sehingga bisa menimbulkan infeksi pasca proses persalinan.
Faktor pendukung lainya adalah kemudahan ibu dalam memperoleh informasi
bagi kesehatan ibu tersebut. Masih jauhnya fasilitas kesehatan masyarakat di
daerah-daerah terpencil serta letak geografis Indonesia yang luas, tidak memungkiri
ini adalah salah satu sebab mengapa akses dalam memperoleh informasi begitu
cukup susah. Masyarakat yang memiliki pendidikan kurang juga akan sangat
terbatas dalam menerima iinformasi kesehatan. Mereka hanya bisa menunggu
diberikan informasi oleh puskesmas setempat, tidak berinisiatif uuntuk bisa
mengakses sendiri informasi kesehatan yang bebas diperoleh dari internet. Terlebih
lagi meski seorang ibu itu memiliki kesadaran cukup tinggi terhadap kesehatanya
terkadang terkendala oleh akses jaringan internet yang terbatas di negara kita ini
sehingga belum semua wilayah mampu terjamah dengan mudah oleh akses
internet.
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga
Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (terlambat
mengambil keputusan), terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari
tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam
keadaan emergensi. Selain tiga terlambat juga kematian ibu disebabkan empat
terlalu yaitu terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, dan terlalu rapat jarak kelahiran.
Tiga terlambat dan empat terlalu ini bisa terjadi antara lain karena faktor budaya,
politik (UU, Kebijakan, anggaran), geografis, dan faktor medis.
Kegagalan Kesehatan reproduksi yang di analisis dalam konferensi
kependudukan di Kairo 1994 dan sampai saat ini masih berlaku menyebutkan
bahwa karena tingkat pengetahuan yang tidak mencukupi tentang seksualitas serta
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang tidak tepat atau tidak
berkualitas, Perilaku seksual yang berisiko tinggi, praktekpraktek sosial yang
diskriminatif; sikapsikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan,
kekuasaan terbatas yang dimiliki banyak perempuan dan anak perempuan atas
kehidupan seksual dan reproduksi mereka.
Praktek yang terjadi antara lain budaya patriarki dalam keluarga, keputusan
menikah adalah di tangan orang tua dimana anak segera dinikahkan karena takut
menjadi perawan tua, hal ini tidak memperdulikan pendapat anak itu sendiri apakah
mau dinikahkan ataupun tidak, keputusan untuk mempunyai anak atau menentukan
jumlah anak juga ada di tangan suami, wanita hanya menjadi penerima keputusan
saja. Sering kali wanita mengalami kehamilan dengan jarak kehamilan yang pendek
dikarenakan suami ingin memiliki banyak anak. keputusan penggunaan alat
kontrasepsi ada di tangan suami, keputusan menentukan pertolongan persalinan
ada di tangan suami, keputusan penanganan saat kritis atau pendarahan ada di
tangan suami. Memang benar suami adalah pemegang keputusan dan tanggung
jawab di dalam keluarga, namun alangkah lebih baiknya jika menghiraukan
pendapat istri (wanita) dalam setiap keputusan yang diambil. Budaya tersebut di
sehingga
bersikap
pasrah
atas
kehidupanya
setelah
melahirkan.
sumber daya yang tidak efektif dan kesulitan dalam memanfaatkan hasil kajian untuk
perbaikan program dan perluasan intervensi. Perlu diakui bahwa masih banyak
wilayah yang memiliki sistem kesehatan yang baik dan bisa dicontoh wilayah lain,
namun itu tak sebanyak dengan wilayah yang masih perlu pengawasan dan
pembinaan bahkan dari level pusat sekalipun.
cakupanya harus terus dioptimalkan, terbatasnya tenaga ahli yang ada diseluruh
wilayah di Indonesia yang harus lebih di sama ratakan dan peningkatan
kompetensinya harus diperbaiki serta rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan ibu. Perlu kita ketahui bahwa telah banyak upaya
pemerintah dalam menurunkan Angka kematian Ibu saat ini.
Strategi pemerintah dalam penurunan angka kematian ibu yang tercantum
dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan AKI yaitu peningkatan kualitas cakupan
pelayanan ibu, oeningkatan peran pemerintah dan swaasta dalam upaya kesehatan
ibu dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan program utamanya yaitu
penjaminan kompetensi bidan desa sesuai standar, penjaminan pelayanan fasilitas
kesehatan yang mampu menjangkau persalinan ibu, penjaminan seluruh RS di
kabupaten/kota telah PONEK, penjaminan terlaksananya rujukan yang efektif bagi
kasus komplikasi, penjaminan dukungan pemerintah daerah terhadap regulasi yang
ada, peningkatan kemitraan dengan lintas sektor dan swasta serta peningkatkan
pemahaman masyarakat dalam pelaksanaan P4K.
Salah satu upaya pelaksanaanya adalah melakukan persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, sesuai dengan Standar Pelayanan
Program Kesehatan Ibu dan Anak. Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan
pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu. Tiga (3)
pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah setiap persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat
pelayanan yang adekuat (memadai), setiap wanita subur mempunyai akses
terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran. Program utama pemerintah dalam penurunan AKI adalah penjaminan
kompetensi bidan desa dimana harus semakin diperketatnya uji kompetensi bagi
para lulusan bidan dan diadakanya pelatihan bagi bidan agar siap dalam
menjalankan tugasnya di daerah-daerah yang telah ditetapkan.
Selain itu pula keselamatan nyawa ibu hamil,bersalin dan nifas sangat
dipengaruhi oleh aksesnya setiap saat terhadap pelayanan kebidanan yang
berkualitas, karena setiap kehamilan dan persalinan mempunyai resiko mengalami
komplikasi yang mengancam jiwa. Konsep pelayanan kebidanan berkesinambungan
yang disampaikan di bab sebelumnya mendasari sangat pentingnya peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan, sedemikian rupa sehingga setiap ibu hamil dan
bersalin yang mengalami komplikasi mempunyai akses ke pelayanan kesehatan
berkualitas secara tepat waktu dan tepat guna. Pelayanan berkesinambungan ini
terutama sangat penting pada periode proses persalinan dan dalam 24 jam pertama
pasca-salin oleh karena di dalam waktu yang sangat pendek tersebut sebagian
besar kematian ibu terjadi. Akses terhadap pelayanan untuk kasus-kasus tertentu
yang dapat memperburuk kondisi ibu hamil, bersalin dan nifas, dan kasus-kasus
yang mempunyai implikasi kesehatan dan sosial yang luas di masa mendatang,
yaitu Anemia, Malaria di daerah endemis, HIV/AIDS, Asuhan Paska Keguguran dan
kehamilan pada remaja, sangat perlu mendapatkan perhatian.
Penguatan sistem rujukan perlu mendapatkan dukungan yang kuat dari
PEMDA dan pemangku kepentingan lainnya, sedemikian rupa, sehingga pasien
yang dirujuk segera mendapatkan pertolongan. Dukungan sangat diperlukan
mengingat
proses
rujukan
memerlukan
keterlibatan
berbagai
pihak
yaitu
banyak terjadi kesalahan input data atau data yang justru tidak sempat diisi.
Hal ini mendorong tenaga kesehatan sendiri untuk mengisi data yang tidak
sesuai dengan apa yang ada dilapangan. Pengawasan terhadap sistem
pencatatan dan pelaporan di Indonesia cenderung sangat lemah dan sudah
seharusnya ada upaya masiv baik dari pemerintah pusat dan daerah untuk
mereformasi sistem pendataan kesehatan tersebut. Pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan/program yang dicanangkan pun kerap kali kurang.
3. Pemerintah Masih Fokus Pada Permasalahan di Hilir
Program yang digulirkan pemerintah masih berfokus pada permasalahan hilir.
Mulai dari menangani komplikasi ibu secara langsung sampai penyiapan
pelayanan kesehatan bagi ibu. Namun yang terpenting adalah mengantisipasi
permasalahan yang mungkin terjadi di hulu. Penyiapan remaja perempuan
agar siap menjadi calon ibu yang sehat juga diperlukan. Dicanangkannya
pusat kesehatan peduli remaja belum bisa merata disemua puskesmas yang
ada. Padahal dari sini lah kita bisa menanamkan ilmu-ilmu kesehatan
semenjak calon ibu ini masih muda sehingga mengurangi risiko dalam
terjadinya kematian ibu karena adanya peningkatan pengetahuan dan pola
hidup yang benar.Bukan hanya remaja putri saja yang disiapkan, namun juga
diperlukan penyuluhan pada orang tua terlebih di daerah-daaerah pelosok
untuk menghindari pernikahan dini, budaya patriarki yang harus terus ditekan.
Pentingnya pengetahuan hak-hak reproduksi bagi perempuan juga harus
ditanamkan pada diri remaja perempuan dan orang tua.
Daftar Pustaka
Depkes RI, FKM UI, WHO.1999.Materi Ajar Modul Safe Motherhood.Jakarta :
Depkes
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Riset
Kesehatan
Dasar
2013
Available
at
<http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/catalog/book/64>[
[Diakses tanggal 10 September 2015]
Kemenkes RI.Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan AKI 2013-2015.
Available at < http://www.gizikia.depkes.go.id/category/download-pedomankesehatan-ibu/> [Diakses tanggal 2 Juni 2015]
Kemenkes
RI.Pedoman
PWS
KIA.
Available
at
<
http://www.gizikia.depkes.go.id/category/download-pedoman-kesehatan-ibu/>
[Diakses tanggal 2 Juni 2015]
Kemenkes RI.Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi .
Available at < http://www.gizikia.depkes.go.id/category/download-pedomankesehatan-ibu/> [Diakses tanggal 2 Juni 2015]
Survey Demografi Kesehatan Indonesia, tahun 2012
Budiarti, Tri.tanpa tahun. Akselerasi Penurunan AKI di Indonesia. Avalilable at<
http://tribudiarti01.blogspot.co.id/2015/01/problematika-akselerasipenurunan.html> [Diakses tanggal 5 November 2015]
Undang-Undang
Perkawinan
No
Tahun
1974
Available
at
<