Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemasaman tanah (pH) tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H + di
dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H +).
Dilihat dari pHnya lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat
basa jika pHnya lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7
jika tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam.
Kemasaman tanah (pH) merupakan salah satu petunjuk yang paling
indikatif. Nilai pH merupakan ciri kimia tanah, menjadi faktor sangat penting
dalam menentukan kesuburan tanah karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman
sangat berkaitan dengan nilai pH. Semakin tinggi nilainya berarti semakin asam
tanah tersebut. Populasi dan kegiatan mikroorganisme di dalam tanah juga sangat
dipengaruhi oleh tingkat keasaman tanah. Pengukuran nilai pH dapat dengan
berbagai cara, yaitu menggunakan kertas lakmus dan pH meter.
Tanah yang terlalu masam menyebabkan tumbuhan lebih cepat mati,
karena tidak semua tumbuhan menyukai dan mampu bertahan pada tanah dengan
tingkat keasaman yang tinggi. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak
dapat memanfaatkan nitrogen, fosfor, kalium dan zat hara lain yang dibutuhkan
oleh tanaman itu. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan besar
teracuni logam berat yang pada akhirnya mati karena keracunan logam berat.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran
mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan adanya
pengetahuan tentang pH suatu tanah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum reaksi tanah adalah untuk mengetahui
tingkat pH yang terkandung pada tiap lapisan tanah ineptisol dan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah. Kegunaan dilaksanakannya
praktikum pH tanah agar mahasiswa mengetahui cara mengukur pH tanah dan
dapat dijadikan sebagai informasi apabila dilakukan penanganan lebih lanjut
pada tanah tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemasaman Tanah


Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai
unsur-unsur

dan

senyawa-senyawa

kimia

yang

lengkap.

Reaksi

tanah

menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada
pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia
tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan, dkk, 1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion terlarut yang
merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi ion terlalu beragam dan tergantung
pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim kemarau
atau kering air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah
drastis akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman.

Larutan

mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih
besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang
keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi prosesproses biologik (Hakim, dkk, 1986).
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kemasaman
(reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya
konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah
yang diukur pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah
banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid
tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hanafiah, 2007).
Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah dipisahkan kedalam
beberapa kelas kemasaman dan kebasaan. Biasanya tanah-tanah masam umum
dijumpai didaerah iklim basah. Dalam tanah tersebut konsentrasi H + melebihi
konsentrasi ion OH-tanah tersebut dapat mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut
dalam jumlah besar. Tanah alkali kebanyakan terdapat didaerah iklim agak kering
hingga kering. Akibat reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung sedikit Al,
Fe, dan Mn terlarut. Al memiliki peranan dalam kemasaman tanah (Tan, 1992).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H + didalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula

ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H +. Pada tanahtanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-,
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hakim dkk, 1986).
Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang
asam atau basa. Asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian
bahan organik tanah, merupakan konstituen tanah yang dapat mempengaruhi
kemasaman tanah. Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif. Kemasaman
aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah (Hanafiah, 1983).
PH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama
dengan keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan
lahan berkisar antara 57,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi
(alkalis) membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak
langsung. Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari
pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Buckman, 1982).
Kemasaman berpengaruh pada ketersediaannya atau tidak tersedianya
hara tanaman. Dalam hal ini kita mengenal pH tanah. pH tanah adalah suatu
ukuran aktifitas ion hidrogen di dalam larutan air tanah dan dapat di pakai sebagai
ukuran bagi keasaman tanah (Pairunan, dkk, 1985).
Perbandingan berdasarkan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH
meter lebih akurat dibandingkan dengan indikator, dikarenakan pH meter
menggunakan digital, maka pengukurannya ditampilkan langsung berupa angka
pada monitor dan menunjukkan nilai pH dari larutan yang tidak diketahui pH-nya,
indikator sifat penentuan nilai pH-nya terbatas pada nilai (Buckman, 1982).
PH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH
(keasaman atau alkalinitas) dari cairan meskipun probe khusus terkadang
digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat. Sebuah pH meter khas terdiri dari
probe pengukuran khusus atau elektroda (Buckman, 1982).
Terdapat beberapa jenis alat ukur pH tanah salah satunya yaitu alat ukur
pH tanah ETP110 atau yang biasa disebut dengan soil pH meter merupakan salah
satu dari soil test kit yang sangat penting dalam kegiatan pengukuran dan
penelitian kandungan zat dalam tanah. Alat

pH

tanah ini digunakan untuk

mengukur keasaman dan kebasaan pada tanah, selain itu juga terdapat kertas
lakmus yang menentukan pH tanah pada saat dilapangan (Hakim dkk, 1986).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman
tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H + dan Al3+ dapat tukar
pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil
dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis (Hakim dkk, 1986).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemasaman tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung
dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan
induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan
mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen
renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah. Bahan
organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak
air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H + sehingga tanah
menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat
melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. Tanah yang banyak mengandung
kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi yang masam (Hakim dkk, 1986).
Dalam sistem alami pH tanah dipengaruhi oleh mineralogi, iklim dan
pelapukan. Pengolahan tanah sering kali mengubah pH alami dari tanah akibat
dari pupuk nitrogen penghasil asam atau akibat pengambilan basa-basa kalium
(K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Tanah yang mengandung mineral
penghasil sulfur dapat menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat asam apabila
mineral tersebut terkena udara bebas (Sarwono, 2010).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pH tanah adalah sulfur yang
merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air akan
menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan. Fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-gas sulfur
dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Hanafiah, 1983).
Menurut Hanafiah (1983) faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah
yang menyebabkan perbedaan nilai pH adalah :
1. Kejenuhan Basa (KB)
apabila semakin besar kejenuhan basa, semakintinggi pH tanah dan sebaliknya
bila kejenuhan basa rendah, maka pH rendah.

2. Sifat koloid
Sifat koloid merupakan koloid organik mudah mendisosiasikan ion H + kelarutan
tanah dan sebaliknya untuk koloid Fe dan Al hidroksoksida danliat silikat, pH
tanah organik kurang dari pH tanah mineral yang kaya Fe dan Al hidroksoksida
atau liat silikat pada kejenuhan basa yang sama.
3. Air Hujan
Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH
rendah (asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada
dasarnya adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan
atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam
air. Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida,
maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5, 6.
4. Bahan organik
Berbagai macam bahan organik juga dapat menyebabkan pengasaman tanah.
Kemampuan pengasamannya tergantung pada jenis tanaman sebagai sumber
bahan organik tersebut. Beberapa tanaman mengandung asam organik dalam
jumlah yang sangat berbeda dengan tanaman lainnya. Asam organik hasil
dekomposisi bahan organik menyebabkan pengasaman tanah.
5. Respirasi Akar
Tanaman juga menghasilkan karbon dioksida karena proses respirasi akar, dan
selama periode pertumbuhan aktif akar dapat menyebabkan karbon dioksida di
tanah yang konsentrasinya lebih tinggi beberapa kali dari di atmosfer, sehingga
terjadi peningkatan jumlah karbon dioksida terlarut dalam air tanah dan
menyebabkan peningkatan keasaman tanah atau pH menjadi lebih rendah. Secara
umum ion hidrogen (H+) ketiga tersebut akan terlarut pada pH di atas netral.

6. Pupuk
Karbon dioksida bukan satu-satunya sumber ion hidrogen dalam tanah, namun.
Pada tanah yang dikelola, pupuk dapat menjadi sumber utama ion hidrogen.
7. Tanaman
Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses
penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran

dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Jenis


Tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman, Selama masa pertumbuhan
tanaman Leguminosa terjadi penyerapan anion dan kation dengan perbandingan
yang tidak seimbang, sehingga lebih mengasamkan tanah. Tanaman leguminosa
menyerap hara nitrogen dari hasil fiksasi mikrobia yang bersimbiosis dengannya.
Tanaman non-leguminosa menyerap nitrogen dari sistem tanah dan penyerapan ini
dalam kondisi yang seimbang dengan penyerapan kation-kation basa, sehingga
lebih sedikit pertukaran dengan ion hidrogen, maka sedikit menyebabkan
pengasaman tanah.
8. Hujan Asam
Hujan asam juga memberikan kontribusi dalam proses pengasaman tanah. Sistem
tanah kontribusi dari hujan asam relatif rendah dibandingkan dengan pengaruh
dari pasir sesquioxida yang bersifat sangat asam yang KTK sangat rendah.
2.3 Hubungan kemasaman tanah dengan kesuburan tanah
Tanah yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi tidak baik bagi pertumbuhan
tanaman karena akan secara langsung menahan serta mencegah unsur untuk
diserap tanaman. Cara yang paling mudah untuk menyesuaikan tingkat keasaman
tanah agar bisa diterima oleh tanaman bersangkutan hanyalah melalui aplikasi
/pemberian kapur. Kapur untuk tanah tersedia dalam berbagai bentuk. Namun
yang paling sering digunakan adalah kapur dolomit. Penggunaan kapur dolomit
ini karena dia memiliki kandungan kalsium yang tinggi, trace element dan tahan
lama pengaruhnya. Umumnya, kapur diperlukan setiap tiga tahun sekali untuk
tanah yang memiliki tingkat keasaman tinggi, dengan cara memberikan rata-rata 5
pound per 100 kaki persegi. Jumlah ini akan menurunkan pH sebanyak 1. Bahan
lain yang juga bisa digunakan untuk menurunkan keasaman adalah debu/sisa
pembakaran kayu. Abu kayu kaya akan potasium. Semakin keras kayunya, maka
semakin bagus kandungan nutrisinya. Perlu diketahui pula bila kita memberikan
kapur dalam jumlah yang tidak tepat apalagi berlebih maka akan menyebabkan
menunrunkan unsur mangan (Buckman, 1982).
Kemasaman tanah (pH) tanah berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu

tersedianya unsur-unsur hara tertentu. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara


3,510 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran
pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2010).
Kemasaman tanah mengakibatkan penurunan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman. Karena kemasaman tanah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara yang diserap oleh akar pada pH 6-7,
pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air (Buckman, 1982).
Derajat keasaman atau pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsurunsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah masam, banyak ditemukan
unsur aluminiun yang bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat
diserap oleh tanaman. Pada tanah masam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut
sehingga ditemukan unsur mikro, seperti Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah terlalu
besar, akibatnya menjadi racun bagi tanaman. Pada tanah alkali, ditemukan unsur
yang meracuni tanaman, yaitu natrium (Na) dan molibdenum. Jika tanah terlalu
asam, maka pupuk yang digunakan tidak mampu diserap tanaman. Kesuburan
tanaman ditentukan oleh kemampuan tanaman menyerap unsur hara, tanaman
akan mampu menyerap unsur hara, jika pH tanaman berada dalam kisaran 6-6-7,
sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air (Tan, 1992).
Tanah yang terlalu asam menyebabkan racun bagi tanaman, banyak unsur
Alumunium yang dampaknya akan mengikat phosphor, sehingga tanaman tidak
dapat menyerap phosphor yang dibutuhkannya. Keasaman tanah yang berlebihan,
meningkatkan unsur mikro yang meracuni tanaman (Pairunan, dkk, 1985).

Akibat lain dari tanah yang asam, adalah pertumbuhan mikroorganisme


yang merugikan tanah karena proses penguraian unsur organik terganggu dan akar
tanaman kesulitan dalam menyerap unsur hara.

Mikroorganisme yang

menguntungkan bagi akar tanaman, dapat berkembang baik, pada tingkat


keasaman pH 5,5 7 jamur, apalagi pada tingkat keasarman tersebut, bakteri
pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik (Sarwono, 2010).

Kemasaman tanah (pH) tanah berpengaruh terhadap perkembangan dan


pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu
tersedianya unsur-unsur hara tertentu. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara
3,510 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran
pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Buckman N. C, Brady C. B. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bharata Karya Aksara.


Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bandung : ITB.

Hanafiah, K.A. 1983. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers, Jakarta.


Hardjowigeno, H. Sarwono. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta :
Akademika Pressindo.
Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus
Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1991.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur.
Pairunan, A. Bachrul. Ibrahim, Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur. Makassar.
Sarwono, 2010. Masalah kesuburan tanah di Indonesia. Depertemen Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Tan, Kim. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum bahan organik dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan


Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini
dilaksanaan pada hari Kamis 22 Oktober 2015, mulai dari pukul 10.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tamah kering udara dan
aquades. Alat yang digunakan adalah pH meter, pH indikator, gelas vial/selinder,
selinder pengukur volume.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah langkah yang perlu diperhatikan untuk menentukan pH tanah :
3.3.1 Menggunakan pH meter
1.
2.
3.
4.

Menyediakan tanah terganggu yang telah dihaluskan terlebih dahulu.


Setelah haluskan, kita masukkan kedalam gelas vial sampai kira-kira 5 g.
Menuangkan air suling (pH 7) kedalam selinder ukur sebanyak 12,5 ml.
Menuangkan air suling yang telah diukur tadi kedalam gelas vial berisi tanah

5g tadi.
5. Menutup gelas vial dan kocok gelas vial hingga terbentuk suspensi tanah yang
homogen.
6. Menyuci elektoda pada pH meter yang akan digunakan.
7. Elektroda pada pH meter yang telah dibersihkan dicelupkan kedalam gelas vial
yang telah disediakan pada langkah sebelumnya.
8. Catat hasilnya.
3.3.2 Menggunakan pH indikator
1. Menyediakan tanah terganggu yang telah dihaluskan terlebih dahulu.
2. Setelah haluskan, kita masukkan kedalam gelas vial sampai kira-kira 5 g
3. Menuangkan air suling (pH 7) kedalam selinder ukur sebanyak 12,5 ml.
4. Menuangkan air suling yang telah diukur tadi kedalam gelas vial berisi tanah
5g tadi.
5. Menutup gelas vial dan kocok gelas vial hingga terbentuk suspensi tanah yang
homogen.
6. Mengambil selembar kertas indikator kemudian dicelupkan ke gelas vial tadi.
7. Diamkan kemuadian liat perubahannya.
8. Amati kesesuaiannya dengan data indikator yang telah disediakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Berdasarkan hasi pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan pH pada tanah
Lapisan

Nilai

I
II
III
Sumber: Data primer, 2015

pH Meter
4,60
4,84
4,48

pH Indikator
5
4
4

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa lapisan I pH meternya yaitu
4,60 dan pH indikatornya yaitu 5. Lapisan II pH meternya yaitu 4,84 dan pH
indikatornya 4. Lapisan III pH meternya yaitu 4,48 dan pH indikatornya yaitu 4.
Dari hasil pengamatan keasaman tanah tersebut kita dapat melihat perbedaan
antara pengukuran pH menggunakan pH meter dan pH indikator, bisa dilihat dari
perbedaan konsentrasi yang diperoleh. pH pada daerah ini adalah agak masam.
Hal ini disebabkan karena adanya curah hujan yang tinggi yang menyebabkan
pelapukan batuan yang intensif. Dari pelapukan, basa-basa dan Al akan
dibebaskan. Basa-basa mudah tercuci, sedangkan Al mudah terserap bersama ion
H. Tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan yang menyebabkan tanah
bereaksi masam. Hal tersebut didukung oleh Pairunan (1991) berpendapat bahwa
tanah dikatakan masam jika pH-nya lebih kecil dari 7 dan dikatakan basa jika nilai
pH-nya lebih besar dari 7. Sifat tersebut dipengaruhi oleh kandungan air di dalam
tanah, sehingga kandungan basa dalam tanah tercuci dan mengakibatkan tanah
tersebut menjadi masam.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH
suatu tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai
dengan pendapat (Pairunan, 1991) yang menyatakan bahwa pemberian air yang
berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap nilai pH suatu tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan basa, sifat misel, dan
macam kation yang terserap. Mineralisasi atau dekomposisi bahan organik,
respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam
dalam tanah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Kemasaman pada lapisan I pH meternya yaitu 4,60, lapisan II pH meternya
4,84, dan lapisan III pH meternya 4,48.
2. Kemasaman pada lapisan I, II dan III dengan pH indikator masing-masing
adalah dan 5, 4 dan 4.

3. Pengukuran pH indikator dan pH meter memiliki perbedaan yaitu dari


penyediaan indikator.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum mengenai kemasaman tanah praktikan
hadir semua di dalam laboratorium untuk melakukan praktikum supaya
mengetahui secara langsung prosedur kerja dalam menentukan pH suatu lapisan
pada tanah.

Anda mungkin juga menyukai