Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

UNIT : 1
PENGUJIAN KOMPONEN ELEKTRONIS

Nama

: Ade Anlika Damayanti

No. Mahasiswa : 13/348168/TK/40806


Kelompok/Hari : jumat

LABORATORIUM ELEKTONIKA DASAR


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO & TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

A. Pendahuluan
1. Tujuan
a. Mampu melakukan pengukuran terhadap komponen elektronis seperti resistor,
Potensio, LDR, transformator, NTC, PTC, dioda, transistor, kapasitor, da relay.
b. Dapat Mengetahui sifat-sifat komponen elektronis tersebut.
2. Landasan Teori
a. Resistor
Resistor adalah komponen elektronis (komponen pasif) yang digunakan untuk
menahan atau membatasi jumlah arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian.
Resistor umumnya terbuat dari bahan karbon yang didalamnya mengandung nilai
tertentu seusai dengan nilai hambatan yang diinginkan. Ada 4 lingkaran yang ada
pada body resistor. Lingkaran warna tersebut berfungsi untuk menunjukan nilai
hambatan dari resistor.
Daftar kode warna resistor:
Hitam= 0
Hijau
=5
Coklat= 1
Biru
=6
Merah= 2
Nila/Ungu= 7
Kuning= 4
Putih
=9
Toleransi:
Coklat = 1%
Emas = 5%
Perak = 10%
Polos = 20%
Lambang Resistor
b. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronis (komponen pasif yang berfungsi untuk
menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan
penyekat (dielektrik) pada tiap konduktor atau yang disebut keping. Untuk arus DC,
kapasitor dapat berfungsi sebagai isulator (penahan arus listrik), sedangkan untuk
arus AC, kapasitor berfungsi sebagai konduktor (melewatkan arus listrik).

Lambang dioda
c. Dioda
Dioda termasuk komponen elektronika (komponen aktif) yang terbuat dari bahan
semikonduktor tipe-P dan tipe-N. Dioda memiliki dua kutub yaitu kutup
positif(anoda) dan kutub negatif (katoda). Dioda memiliki fungsi untuk mengalirkan
arus satu arah saja dan menghambat arus dari arah sebaliknya. Arus akan mengalir
dari sisi P menuju sisi N. Dioda sebenarnya tidak memiliki karakter yang sempurna,
melainkan memiliki karakter yang berhubungan dengan arus dan tegangan komplek

yang tidak linier dan seringkali tergantung pada teknologi yang digunakan serta
parameter penggunaannya.
P

Anoda

Katoda

d. Transistor
Transistor adalah komponen elektronis dari bahan semikonduktor yang
memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor
(Pemancar). Komponen ini berfungsi sebagai penguat, pemutus dan penyambung
(switching), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal dan masih banyak lagi fungsi
lainnya. Selain itu, transistor juga dapat digunakan sebagai kran listrik sehingga dapat
mengalirkan listrik dengan sangat akurat dan sumber listriknya. Transistor juga
merupakan komponen aktif yang menggunakan aliran elektron sebagai prinsip
kerjanya. Transistor ada dua jenis yaitu NPN dan PNP.

NPN

PNP

e. Potensio
Potensio adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk
pembagi tegangan. Potensio biasanya digunakan untuk mengendalikan piranti
elektronis seperti pengendali suara pada penguat. Perubahan sudut pada potensio akan
mempengaruhi besarnya hambatan. Semaakin besar sudutnya, semakin besar nilai
hambatan potensio tersebut. Potensio dapat berfungsi sebagai resistor variabel atau
rheostat apabila hanya dua terminal yang digunakan.

f.

Light Dependent Resistor (LDR)


Light Dependent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang dapat
mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan penerimaan
cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR (Light Dependent

Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu
sendiri.Semakin kecil intensitas cahaya yang diterima LDR, makin besar nilai
hambatannya.

Lambang LDR
g. Transformator
Transformator adalah sebuah alat yang mentransfer energi antara 2 sirkuit
yang melalui induksi elektromagnetik. Transformer di mungkinkan untuk di gunakan
sebagai perubahan tegangan dengan mengubah tegangan sebuah arus bolak balik dari
satu tingkat tegangan ke tingkat tegangan lainnya dari input ke input alat tertentu,
untuk menyediakan kebutuhan yang berbeda dari sebuah tingkatan arus sebagai
sumber arus cadangan, atau bisa juga di gunakan untuk mencocokkan impedansi
antara sirkuit elektrik yang tidak sinkron untuk memaksimalkan pertukaran antara 2
sirkuit. Hal ini memungkinkan terjadinya pertambahan daya arus listrik yang terjadi
dari sebuah benda yang memiliki arus tegangan listrik yang tidak stabil.
Transformator merupakan piranti listrik yang termasuk dalam golongan mesin listrik
statis.

h. Thermistor NTC dan PTC


Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya berubah apabila
mengalami perubahan penerimaan cahaya. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu
Negative Temperature Coefficient (NTC) dan Positive Temperature Coefficient
(PTC).

i.

Relay
Relay adalah suatu alat/komponen elektro mekanik yang digunakan untuk
mengoperasikan seperangkat kontak saklar, dengan memanfaatkan tenaga listrik
sebagai sumber energinya. Dengan memanfaatkan lilitan atau coil (koil) berintikan
besi yang dialiri arus listrik, tentunya akan menghasilkan medan magnet pada ujung
inti besi apa bila koil dialiri arus listrik. Medan magnet/energi magnet tersebutlah
yang digunakan untuk mengerjakan saklar nantinya.

B. Alat dan Bahan


1. Resistor
2. Potensio
3. Light Dependent Resistor (LDR)
4. Transformator
5. Negative Temperature Coefficient (NTC)
6. Positive Temperature Coefficient (PTC)
7. Dioda
8. Transistor PNP (SA 671)
9. Transistor NPN (2SC1061)
10. Kapasitor
11. Relay
12. Papan EEC470
13. Multimeter Digital
14. Solder
15. Jepit Buaya
C. Analisa Gambar Rangkaian
1. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri

Rangkaian diatas merupakan 5 buah resistor yang dirangkai secara seri dengan nilai
resistansi pada masing-masing resistor jika diukur berdasarkan warna gelangnya adalah:
R1= 2200

R2= 1
M
R3= 470

R4= 10
k
R5= 27
k
Karena rangkaian diatas merupakan rangkaian seri maka untuk mendapatkan
hambatan total atau hambatan pengganti dari rangkaian diatas digunakan rumus:
Rs=R1+R2+R3+.+Rn
Jika dilakukan pengukuran terhadap tiap titik pada rangkaian akan diketahui jika nilai
hambatan total antara titik A sampai dengan titik B sama atau mendekati dengan nilai
hambatan atau resistansi dari R1 yaitu 2200.

Untuk nilai hambatan total dari titik B sampai titik C, nilainya akan sama atau paling
tidak mendekati dengan nilai hambatan dari R2 yaitu 1M.
Sedangkan untuk titik A sampai titik C, nilai hambatan total dari R1 dengan R2 dapat
dicari menggunakan rumus yang telah disebutkan diatas yaitu Rs= R1 +R2. Dari rumus
tersebut maka akan didapatkan hasil sebesar 1002200 ..
Untuk hambatan total dari titik C hingga titik D, nilainya akan sama atau paling tidak
mendekati jika diukur menggunakan multimeter dengan nilai hambatan dari R3 yaitu
470 .
Hambatan total dari titik D sampai dengan titik E, nilainya akan sama atau paling
tidak mendekati(jika diukur dengan multimeter) dengan nilai hambatan dari R4 yaitu
sebesar 2167 .
Dan untuk nilai hambatan total dari titik A sampai titik F dapat dihitung dengan cara
menghitung hambatan seri dari R1,R2,R3,R4, dan R5. Jika diimplementasikan dengan
menggunakan rumus yang telah disebutksn diatas maka akan didapatkaan hasil sebesar
1039670 , akan tetapi jika diukur dengan mennggunakan multimeter hasilnya adalah
1,045 . Perbedaan antara hasil pengukuran dengan menggunakan multimeter
dibandingkan dengan hasil perhitungan manual berdasaarkan warna gelang dapat
disebabkan oleh alat ukur yang kurang cermat, atau dikarenakan nilai resistansi dari
masing-masing resistor karena ada nilai toleransi) ketika dilakukan pengukuran.
2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel

Nilai hambatan masing-masing resistor pada rangkaian diatas adalah (diukur


berdasarkan warna gelang):
R1= 2200
R2= 1 M
R3= 470
R4= 10 k
R5= 27 k
R6= 470 k

R7= 330
R8= 220
nilai hambatan total atau hambatan pengganti pada rangkaian paralel dapat dihitung
menggunakan rumus:

1
1
1
1
1
=
+
+
+ +
Rp R 1 R 2 R 3
Rn

Gambar diatas merupakan gabungan antara rangkaian paralel dan rangkaian seri,
Perbedaan nilai hambatan pada pengujian dan perhitungan tersebut, bisa disebabkan
karena tingkat ketelitian dan kecermatan alat ukur yang terbatas, kesalahan pengukuran,
atau nilai toleransi yang dimiliki oleh komponen dalam hal ini resistor.
3. Pengujian Kapasitor

Nilai kapasitansi pengganti atau kapasitansi total dari kapasitor yang dirangkai seri
dapat dihitung dengan rumus:

1
1
1
1
1
=
+
+
++
Cs C 1 C 2 C 3
Cn

Rangkaian diatas merupakan kapasitor yang dirangkai Secara seri dengan nilai
kapasiotor sebagai berikut :
C1 = 10K
C2 = 10K
C3 = 100K
C4 = 220K
C5 = 1 mikroF
Dengan memaanfaatkan rumus diatas maka kita akan mendapat turunan rumus untuk
mencari nilai di titik A-C,A-E,C-F

Ca, c=

C 1 .C 2
C 1+C 2

1
1
1
1
1
=
+
+
+
Ca , e C 1 C 2 C 3 C 4
1
1
1
1
=
+
+
Cc , f C 3 C 4 C 5

4. Relay

Saat keadaan aktif namun tanpa beban seperti pada rangkaian diatas, sifat relay
menjadi berkebalikan dengan keadaan normal. Saklar benpindah dari NC ke NO. Relay
dihubungkan dengan sumber tegangan DC 5 volt, saat gaund dihubungkan dengan NO,
tegangannya terukur 5,04 volt. Sedangkan saat ground dihubungkan dengan NC tegangan
yang terukur hanya 0,03 volt. Lama kelamaan tegangan pada NC akan semakin
mendekati 0. Pada saat keadaan aktif dengan beban motor. Prinsipnya hampir sama
seperti sebelumnya, saklar NC berpindah ke NO. Relay dihubungkan dengan sumber
tengangan DC 5 volt. Saat gaund dihubungkan dengan NO, tegangannya terukur 5,03
volt, sedangkan saat ground dihubungkan dengan NC, tegangan yang terukur hanya 0,01
volt. Pada pengukuran arus pada motor, hasil yang terukur pada multimeter adalah 0,29
mA.
D. Hasil Pengujian
1. Pengujian Resistor

Kode Warna
No

Nilai

Nilai

Tolerans

Nilai

.
1.
2.

Merah, merah, orange, emas


Kuning, ungu, coklat, perak

Terbaca
2200
1M

Terukur
2160
1,005 M

i
10%
5%

Susut
0,04 k
0,005 k

3.
4.
5.
6.

Merah, merah, coklat, perak


Merah, merah, hitam, emas
Merah, merah, merah, emas
Kotak putih pendek

470
10k
27 k
Tertulis

462
9,84 k
26,42k
48,6 k

5%
10%
5%
20%

0,008 k
0,16 k
0,58 k
1,6 k

99,4

2%

0,6

5W47K
7.

Kotak putih lebih panjang

Tertulis

20W100

2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri


R1= 2200
R2= 1 M
R3= 470
R4= 10 k
R5= 27 k

A-B
2,162k

B-C
1,006M

A-C
1,008 M

C-D
0,462 k

D-E
9,85 k

A-F
1,045 M

D-E
0,5

A-F
2,783 k

3. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel


R1= 2200
R2= 1 M
R3= 470
R4= 10 k
R5= 27 k
R6= 470 k
R7= 330
R8= 220

A-B
1,998 k

B-C
0,1

A-C
1,998 k

4. Pengujian Potensio
Pada posisi 45= 1,544 k
Pada posisi 90= 2,661 k

C-D
0,445 k

Pada posisi 135= 4,86 k


Pada posisi mak = 10,57 k

5. Pengujian Light Dependent Resistor (LDR)


a. LDR pada posisi terbuka terhadap sinar
= 240,6
b. LDR pada posisi sinar terhalang telapak tangan = 0,504 k
c. LDR pada posisi tertutup telapak tangan
= 1,154 k
6. Pengujian Transformator (Trafo) pada Kumparan Primer dan Sekunder

No

Kumpara

Besarnya

Kumparan

Besarnya

.
1.
2.
3.
4.

Primer
0 dengan 110
0 dengan 220
110 dengan 220

Tahanan
250,5
0,522 k
272,4

Sekunder
CT dengan 9
CT dengan 12
9 dengan 9
12 dengan 12

Tahanan
3,1
3,9
7,9
14,8

7. Pengujian Negative Temperature Coefficient (NTC) dan


Positive Temperature Coefficent (PTC)
NTC keadaan netral tidak dipanasi = 20,5
PTC keadaan netral tidak dipanasi
= 23,9
NTC keadaan dipanasi
= 48,1
PTC keadaan dipanasi
= 30,8
8. Pengujian Diode

Pencolok Merah dengan Anoda


Pencolok Hitam Katoda
110,25 M

Pencolok Hitam dengan Anoda


Pencolok Merah Katoda
2,903

9. Pengujian Transistor PNP dan NPN

SA 671

2SC1061

2N3055

Merah ke Basis
Hitam ke Kolektor

Merah ke Basis
Hitam ke Emitor

Merah ke

14,66 M

15,75 M

Kolektor
Hitam ke Emitor

Merah ke Basis
Merah ke

Hitam ke Basis
Merah ke Emitor

Hitam ke Kolektor
Merah ke Emitor

Kolektor
18,30 M

18,41M

Merah ke Basis
Hitam ke Kolektor

Merah ke Basis
Hitam ke Emitor

Merah ke

6,72M

7,68 M

Kolektor
Hitam ke Emitor

10. Pengujian Kapasitor

Kapasitor
Terukur

10K
10,11 nF

100K
102,2 nF

220K
223,7 nF

1F
1,003 F

Pengujian kapasitor dalam rangkaian seri


C1= 10k
A-C= 5,27 nF
C2= 10k
A-E= 4,95 nF
C3= 100k
C-F= 65,6 nF
C4= 220k
C5= 1 k
11. Tambahan
a. Keadaan Normal
Titik A dengan NO=
Titik A dengan NC= 1,6
b. Keadaan Aktif (tanpa beban)
Gaund dengan NO= 0 Volt
Ground dengan NC= 7 Volt
c. Keadaan Aktif (dengan Beban Motor DC)
Gaund dengan NO= 4,98 Volt
Ground dengan NC= 0 Volt
Arus pada motor= 44,4 mA
E. Analisa Hasil Pengujian
1. Pengujian Resistor
Pada resistor kita dapat mengetahui nilai hambatan pada resistor tersebut dengan cara
membaca warna gelang yang ada pada body resistor tersebut.Nilai yang terbaca dari
warna gelang inilah yang merupakan nilai ideal dari sebuah resistor. Namun, pada
kenyataanya, tidak semua nilai ideal tersebut sama dengan nilai yang terukur saat resistor

tersebut digunakan. Karena resistor memiliki nilai Toleransi yang merupakan


penyimpangan atau selisih nilai yang masih diperbolehkan pada sebuah resistor. Sehingga
walaupun nilai resistor tersebut berbeda dengan nilai idealnya tetapi jika masih dalam
rentang nilai toleransi, maka resistor tersebut masih dapat berfungsi dengan baik. Nilai
toleransi tersebut dikodekan pada gelang terakhir pada sebuah resistor dengan tanda
persen. Yang artinya, nilai resistansi dari resistor tersebut ada di antara nilai yang terbaca
dikurangi toleransi (resistansi minimal) dan nilai yang terbaca ditambah toleransi
(resistansi maksimal).
Pada praktikum ini, semua nilai yang terukur tidak sama dengan nilai yang terbaca
pada gelang resistor. Tetapi, perbedaan tersebut masih dalam wilayah toleransi dari
masing-masing resistor. Nilai susut adalah nilai mutlak yang didapat dari nilai terbaca
dikurangi dengan nilai terukur memperlihatkan besarnya perbedaan antara kedua nilai
tersebut.

2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri


Seperti yang sudah dijelaskan diawal, untuk mencari nilai hambatan total dalam
rangkaian seri dapat digunaakan rumus :
Rs=R1+R2+R3+.+Rn
Nilai dari masing- masing R1, R2, R3, R4, dan R5 pada percobaan ini sudah
dijelaskan pada bagian hasil pengujian diatas.dengan menggunakan rumus diatas,
masing- masing nilai hambatan dari suatu titik ke titik lain dapat dirturunkan dalam
persamaan :
A-B = 1
B-C = 2
A-C = 1+ 2
C-D = 3
D-E = 4
A-F = 1 + 2 + 3 + 4 + 5
Dengan membandingkan nilai resistansi hasil percobaan dengan rentang nilai resistansi
toleransidan nilai resistensi ideal ,maka dapat dilihat bahwa nilai hambatan pada teori
tidak berbeda jauh dengan nilai hambatan yang terukur
3. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel
Untuk mendapatkan hambatan pada rangkaian paralel resistor, dapat digunakan
rumus:

1
1
1
1
1
=
+
+
+ +
Rp R 1 R 2 R 3
Rn
Nilai dari masing- masing R1, R2, R3, R4,R5,R6 dan R7 pada percobaan ini sudah
dijelaskan pada bagian hasil pengujian diatas.dengan menggunakan rumus diatas,
masing- masing nilai hambatan dari suatu titik ke titik lain dapat dirturunkan dalam
persamaan :

1
1
1
=
+
Ra , b R1 R 4
1
1
1
=
+
Rc ,d R 3 R 5

Rb,c = R2

1
1
1
1
=
+
+
Ra , d Ra , b R 2 Rcd
1
1
1
=
+
,f R6 R7
Ra,f = R a,d + Re,f + R8

4. Pengujian Potensio
Dengan melihat pola hasil percobaan pengujian potensio yang didapat, dapat kita
simpulkan bahwa perubahan sudut putar potensio akan mempengaruhi besarnya nilai
hambatan. semakin besar sudut putarnya, semakin besar pula nilai hambatan dalam potensio
tersebut. Pada sudut 45, besarnya hambatan adalah 1,554 k, pada sudut 90, nilai
hambatannya adalah 2,6611 k, pada posisi sudut 135, hasilnya adalah 4,86 k, sedangkan
pada posisi maksimal, nilai hambatanya adalah 10,57 k. Hasil ini sudah sesuai dengan teori
yang ada.
5. Pengujian Light Dependent Resistor (LDR)
Dalam percobaaan ini akaan ada tiga keadaan yang diukur nilai hambatannya .
Kondisi pertama adalah ketika LDR berada pada posisi terbuka terhadap sinar, nilai
hambatan yang terukur adalah 240,6 . Kondisi kedua, ketika LDR pada posisi sinar
terhalang telapak tangan,hasil nilai hambatannya adalah 0,504 k. Dan keadaan ketiga,
yaitu LDR berada pada posisi tertutupi penuh oleh jari, nilai hambatannya adalah 1,154
k.
Dari pengujian tersebutdapat disimpulkan bahwa nilai hambatan pada LDR akan
berbanding terbalik dengan intensitas cahaya, maksudnya jika semakin banyak intensitas

cahaya yang masuk maka nilai resistensi pada LDR akan semakin kecil, begitupun
sebaliknya.
6. Pengujian Transformator (Trafo) pada Kumparan Primer dan Sekunder
Dengan melihat hasil percobaan transoformator diatas maka diperoleh nilai resistansi
dari kumparan primer antara 0 dan 110 adalah 250,5 dan resistansi antara 0 dan 220
adalah 522 . Sehingga, resistansi dari antara 110 dan 220 seharusnya 522-250,5=271,5
karena nilai resistansinya tersusun secara seri, dan dari pengukuran diperoleh sebesar
272,5 , nilai yang cukup mendekati.
Sedang pada kumparan sekunder nilai resistansi antara CT dan 9 adalah 3,1 .
Sedangkan nilai resistansi antara CT dan 12 adalah 3,9 , sehingga resistansi antara 12
dan 12 adalah dua kalinya yaitu 7,8 , tetapi nilai pada pengukuran multimeter adalsah
7,9 cukup mendekati nilai teori. Yang terakhir adalah nilai dari 15 dan 15 adalah sebesar
14,8.
7. . Pengujian Negative Temperature Coefficient (NTC) dan
Positive Temperature Coefficient (PTC)
Dalam percobaaan ini akan ada dua perlakuan yang yang akan dikenakan kepada
NTC dan PTC . perlakuan pertama adalah NTC dan PTC berada pada suhu normal Dari
pengujian ini didapatkan nilai hambatan pada NTC adalah 20,5 dan nilai hambatan
pada PTC adalah 23,9 . Perlakuan yang kedua adalah NTC dan PTC ini akan dikenai
panas. Dari pengujian ini didapatkan nilai hambatan NTC adalah 48,1 dan nilai PTC
adalah 30,8 .dapat dilihat disini pada teori nilai NTC akan berkurang jika suhunya naik
tetapi pada percobaan ini malah terjadi sebaliknya. Kemungkinaanya adalah NTC yang
digunakan sudah rusak atau terjaadi kesalahan yang dibuat oleh praktikan saat memanasi
NTC.
Pada komponen PTC dapat kita lihaat dari data yang diporeh sudah sesuaai dengan
teori yaitu apabila PTC dipanasi maka nilai hambatannya akan naik.
8. Pengujian Dioda
Pada percobaan kali ini dioda akan dikenakan dua kondisi, yang pertama adalah
pencolok merah dihubungkan dengan anoda sedangkan pencolok hitam dihubungkan
dengan katoda pada kondisi ini dioda berada pada keadaan forward bisas. kondisi kedua
adalah pencolok merah dihubungkan dengan katoda sedangkan pencolok hitam dengan
katoda pada kondisi ini dioda berada pada keadaan reverse bias.
Jika melihat dari data hasil percobaan diatas maka dapat kesimpulan bahwa hasil
percobaan tersebut tidak sesuai dengan teori yang berlaku, seharusnya pada keadaan
forward bias dioda akan mengalirkan arus listrik sehingga resistansinya kecil(masih bisa
di tolerir) sedangkan pada keadaan reverse bias dioda tidak akan mengalirkan arus listrik
dengan kata lain hambatannya menjadi sangat besar.

Kesalahan pada percobaan ini mungkin disebabkan oleh komponen yang sudah tidak
layak dipakai.
9. Pengujian Transistor PNP dan NPN
Dalam percobaan kali ini akan dilakukan terhadap dua jenis transistor yaitu : transistor
PNP dan transistor NPN
a. Transistor SA671 PNP
Dalam percobaan ini transistor akan diberi 3 kondisi yang berbeda.yang
pertama adalah pencolok merah dihubungkan dengan basis dan pencolok hitam
dihubungkan dengan kolektor pada kondisi ini merupakan keadaan forward bias ,
sehingga terdapat nilai resistansi yaitu 14,66 . Maka arus bisa mengalir dari basis ke
kolektor
Yang kedua aadalah ketika pencolok merah dihubungkan dengan basis dan pencolok
hitam dihubungkan dengan emitor, pada kondisi ini merupakan keadaan forward bias,
sehingga hasil pengujian menunjukkan nilai resistansi 15,75. Maka arus dapat mengalir
dari basis menuju emitor.
Lalu kondisi yang terakhir adalah ketika pencolok merah dihubungkan dengan
kolektor dan pencolok hitam dihubungkan dengan emitor pada kondisi ini merupakan
keadaan reverse bias,sehingga hasil yang terukur dari multimeter adalah overload. Karena
tidak boleh ada arus yang mengalir, maka besarnya resistensi sangat besar atau tak
terhingga (overload).
Dari data data diatas dapat kita simpulkan bahwa transistor SA671 merupakan
transistor PNP karena arus dapat mengalir dari kaki basis ke kaki emitor atau kolektor.
b. Transistor 2SC1061 NPN
Dalam percobaan ini transistor akan diberi 3 kondisi yang berbeda.yang
pertama adalah pencolok hitam dihubungkan dengan basis dan pencolok merah
dihubungkan dengan kolektor pada kondisi ini merupakan keadaan forward bias ,
sehingga terdapat nilai resistansi yaitu 18,30 . Maka arus bisa mengalir dari
kolektor ke basis
Yang kedua adalah ketika pencolok hitam dihubungkan dengan basis dan
pencolok merah dihubungkan dengan emitor, pada kondisi ini merupakan keadaan
forward bias, sehingga hasil pengujian menunjukkan nilai resistansi 18,41. Maka
arus dapat mengalir dari emitor menuju basis .
Lalu kondisi yang terakhir adalah ketika pencolok hitam dihubungkan dengan
kolektor dan pencolok merah dihubungkan dengan emitor pada kondisi ini
merupakan keadaan reverse bias,sehingga hasil yang terukur dari multimeter adalah
overload. Karena tidak boleh ada arus yang mengalir, maka besarnya resistensi sangat
besar atau tak terhingga (overload)
Dari data data diatas dapat kita simpulkan bahwa transistor SA671 merupakan
transistor NPN karena arus dapat mengalir dari kaki kolektor atau kaki emitor ke .

c. Pengujian 2N3055 PNP


Dalam percobaan ini transistor akan diberi 3 kondisi yang berbeda.yang
pertama adalah pencolok merah dihubungkan dengan basis dan pencolok hitam
dihubungkan dengan kolektor pada kondisi ini merupakan keadaan forward bias ,
sehingga terdapat nilai resistansi yaitu 6,72 . Maka arus bisa mengalir dari basis ke
kolektor
Yang kedua aadalah ketika pencolok merah dihubungkan dengan basis dan
pencolok hitam dihubungkan dengan emitor, pada kondisi ini merupakan keadaan
forward bias, sehingga hasil pengujian menunjukkan nilai resistansi 7,68. Maka
arus dapat mengalir dari basis menuju emitor.
Lalu kondisi yang terakhir adalah ketika pencolok merah dihubungkan
dengan kolektor dan pencolok hitam dihubungkan dengan emitor pada kondisi ini
merupakan keadaan reverse bias,sehingga hasil yang terukur dari multimeter adalah
overload. Karena tidak boleh ada arus yang mengalir, maka besarnya resistensi sangat
besar atau tak terhingga (overload).
Dari data data diatas dapat kita simpulkan bahwa transistor SA671
merupakan transistor PNP karena arus dapat mengalir dari kaki basis ke kaki emitor
atau kolektor.
10. Pengujian Kapasitor
Jika melihat hasil pengujian kapasitor kali ini maka dapat dilihat bahwa nilai yang
tertera pada kapasitor tidak beda jauh dengan nilai pada pengukuran menggunakan
multimeter. Maka dapat disimpulkan bahwa kapasitor yang akna digunakan untuk
melakukan percobaan selanjutnya masih layak dipakai.
Pada pengujian kapasitor dalam rangkaian seri, untuk menghitung nilai kapasitansi
total dapat menggunakan rumus:

1
1
1
1
1
=
+
+
++
Cs C 1 C 2 C 3
Cn

Nilai dari masing- masing C1, C2, C3, C4, dan C5 pada percobaan ini sudah
dijelaskan pada bagian hasil pengujian diatas,dengan menggunakan rumus diatas, masingmasing nilai kapasitansi dari suatu titik ke titik lain dapat dirturunkan dalam persamaan :

Ca, c=

C 1 .C 2
C 1+C 2

1
1
1
1
1
=
+
+
+
Ca , e C 1 C 2 C 3 C 4
1
1
1
1
=
+
+
Cc , f C 3 C 4 C 5

11. Relay

Pada pengujian ini relay akan diuji dalam tiga kondisi. Yang pertama adalah pada
keadaan normal. Pada keadaan normal, ketika titik A dihubungkan dengan NO/normally
Open( keadaan apabila kontak-kontak tertutup saat relay dicatu) nilai resistaansi
mmenjadi tidak terhingga. karena kontak-kontak tertutup pada keadaan normal maka arus
tidak dapat mengalir sehingga resistansi yang terukur overload. Sedangkan ketika titik A
dihubungkan dengan titik NC(keadaan apabila kontak-kontak teertutup saat relay dicatu)
nilai resistansinya adalah1,6 Ohm. Hal ini dikarenakan karena kontak-kontak terbuka saat
dialiri catu daya sehingga ada arus yang mengalir.
Yang kedua adalah keadaan aktif namun tanpa beban, sifat relay menjadi
berkebalikan dengan keadaan normal. Sehingga saklar berpindah dari NC ke NO. saat
gaund dihubungkan dengan NO, tegangannya terukur 0 volt atau tidak ada arus yang
mengalir. Sedangkan saat ground dihubungkan dengan NC tegangan yang terukur hanya 7
volt berarti ada arus yang mengalir.
Keadaan ketiga, yaitu keadaan aktif dengan beban motor. Saat gaund dihubungkan
dengan NO, tegangannya terukur 4,98 volt, sedangkan saat ground dihubungkan dengan
NC, tegangan yang terukur hanya 0 volt. Dan arus yang ada pada motor sebesar 44,4mA
F. Kesimpulan
1. Nilai resistansi dari sebuah resistor dapat dicari dengan cara melihat warna gelang yang
berada pada body resistor.
2. Perbedaan hasil antara nilai yang terbaca pada komponen, teori, maupun perhitungan
matematis dengan keadaan real atau nilai yang terukur dalam pengujian bisa disebabkan
karena faktor kualitas komponen, tingkat ketelitian dan kecermatan alat ukur, kesalahan
pencatatan, pembacaan nilai, dan penghitungan dari praktikan, atau bisa juga karena nilai
toleransi pada komponen tersebut.
3. Nilai hambatan total pada resistor yang dirangkai seri dapat digunakan rumus:
Rs=R1+R2+R3+.+Rn
Sedangkan untuk rangkaian paralel, digunakan rumus:

1
1
1
1
1
=
+
+
+ +
Rp R 1 R 2 R 3
Rn
4. Potensio nilainya akan berubah bersesuaian dengan sudut putaran dari pemutarnya.
Semakin besar sudut putarnya, semakin besar pula nilai hambatan dalam potensi
tersebut.
5. Niali resistansi pada LDR akan berubah berbanding terbalik dengan insensitas cahaya .
Resistansinya akan semakin besar apabila intensitas cahaya yang diterima oleh LDR
semakin kecil.
6. Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Negative Temperature Coefficient (NTC) dan
Positive Temperature Coefficient (PTC).
7. Nilai resistansi NTC dalam temperatur tinggi akan lebih rendah daripada NTC pada suhu
normal. Sedangkan nilai resistansi PTC dalam temperatur tinggi akan lebih tinggi dari
PTC pada suhu normal.

8. Dioda hanya bisa mengalirkan arus dari anoda ke katoda atau dalam keadaan foward bias.
9. Transistor NPN hanya mengalirkan arus dari kaki emitor atau kaki kolektor ke basis
sementara transistor PNP hanya akan mengalirkan arus dari basis ke emitor atau kolektor.
10. Kapasitor yang dirangkai seri, nilai kapasitansi totalnya bisa dihitung dengan rumus

1
1
1
1
1
=
+
+
++
Cs C 1 C 2 C 3
Cn
11. Dengan arus yang rendah, relay mampu menghantarkan listrik dengan tegangan yang
lebih tinggi.
G. Lampiran
1. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai