PTERYGIUM
Ellyna Aisha Sari
20100310096
Dokter Pembimbing
dr. Sri Yunihartati Sp.M
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ibu S
Umur
: 57 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Pendidikan
: S1
Pekerjaaan
: PNS
Agama
: Islam
Alamat
: Kebonkuning, Sawangan,
Magelang
ANAMNESIS
Keluhan
utama :
mata kiri nyerocos terasa pedih
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien mengeluh mata nyerocos dan pedih
Gambar
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaa
n
Visus Jauh
Oculli sinistra
(OS)
6/21
Refraksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Visus Dekat
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Proyeksi
Sinar
Dapat
membedakan arah
sinar
Dapat
membedakan
warna
Dapat
membedakan
arah sinar
Dapat
membedakan
warna
Proyeksi
Warna
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan
1. Sekitar mata
(supersilia)
OD
OS
Penilaian
Kedudukan alis
baik, scar (-)
Kedudukan alis
baik, scar (-)
2. Kelopak mata
-
Pasangan
Simetris
Gerakan
Bebas
Bebas
Lebar rima
10 mm
10 mm
Normal 9-13mm
Kulit
Hiperemi (-),
tumor (-)
Tepi kelopak
Trikiasis (-),
entropion (-),
ekstropion (-),
3. Apparatus Lakrimalis
-
Dakriodenitis (-)
Dakriosistitis (-)
Sekitar glandula
lakrimalis
Sekitar sacus
lakrimalis
Uji flurosensi
Tak dilakukan
Uji regurgitasi
Tak dilakukan
Tes Anel
Tak dilakukan
4. Bola Mata
-
Pasangan
Simetris
Gerakan
Tak ada
gangguan gerak
(syaraf dan otot
penggerak bola
mata normal)
Ukuran
Makroftalmus (-)
Mikroftalmus (-)
5. TIO
Palpasi
konsistensi
kenyal, simetris
Hiperemis (-),
hordeolum (-)
Tenang
6. Konjungtiva
-
Palpebra superior
Forniks
Palpebra inferior
Bulbi
Tenang
Tampak selaput
putih berbentuk
segitiga +/- 1 cm
di bagian nasal,
hiperemis (+)
Hiperemis (-),
hordeolum (-)
OS terdapat
selaput putih
7. Sklera
Ikterik (-),
perdarahan (-)
Ikterik (-),
perdarahan (-)
Ikterik (-),
perdarahan (-)
10 mm
10 mm
Lebih cembung
dari sklera
ODS Arkus
senillis (-), OS
tampak selaput
putih bagian
nasal
OS tampak
selaput putih
Tak dilakukan
8. Kornea
-
Ukuran
Kecembungan
Limbus
Permukaan
Uji Flurosensi
Placido
Licin
Tak dilakukan
Ukuran
Isi
Dbn
Dbn
Coklat
Coklat
Coklat
Simetris
Simetris
Simetris
Bulat
Bulat
Bulat, reguler
10. Iris
-
Warna
Pasangan
Bentuk
11. Pupil
Ukuran
4 mm
4 mm
Bentuk
Bulat
Bulat
Pada ruangan
dengan cahaya
cukup, N= 3-5
mm
Isokor
Tempat
Sentral
Sentral
Sentral
Tepi
Reguler
Reguler
Dbn
Reflek direct
Dbn
Reflek indirect
Dbn
12. Lensa
-
Ada/tidak
Ada
Ada
Dbn
Kejernihan
Jernih
Jernih
Jernih
Letak
Warna kekeruhan
Sentral, belakang
iris
Jernih
Dbn
Sentral, belakang
iris
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Cemerlang
Kesimpulan Pemeriksaan
OD
Mata tenang
Visus 6/12
Konjungtiva bulbi tenang
Limbus arcus senilis (-)
Kornea permukaan licin
Proyeksi sinar baik
Persepsi warna baik
OS
- Mata tenang
- Visus 6/21
- Konjungtiva bulbi tampak
selaput putih berbentuk
segitiga +/- 1 cm di bagian
nasal, hiperemis (+)
- Limbus tampak selaput putih
pada tepi limbus bagian nasal
- Kornea permukaan terdapat
selaput putih berukuran +/- 1
mm di bagian nasal dari limbus
- Proyeksi sinar baik
- Persepsi warna baik
Deferensial Diagnosis
Pseudopterygium
Pingueculae
Squamous cell carcinoma of the conjunctiva
Diagnosis
OS : Pterygium stadium
II
Penatalaksanaan
Air mata buatan : Lyteers 4 x gtt OS
Kortikosteroid
: Tobroson 6 x gtt OS
Definisi Pterygium
Pterygium berasal dari bahasa Yunani yaitu
pteron yang artinya sayap.
Pterygium adala pertumbuhan jaringan
fibrovaskuler pada subkonjungtiva dan
tumbuh menginfiltrasi permukaan kornea,
umumnya billateral di sisi nasal
Pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
terjadi pada pterygium bersifat degeneratif
dan invasif.
Pterygium mudah meradang, bila terjadi iritasi,
bagian pterygium akan berwarna merah.
Anatomi Lensa
Patofisiologi Pterygium
Terjadinya pterygium sangat berhubungan erat dengan paparan
sinar matahari, walaupun dapat pula disebabkan oleh udara
yang kering, inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu
atau iritan yang lain.
Faktor Risiko
Pterygium lebih banyak terjadi di daerah iklim panas dan kering
Paparan ultraviolet, mikrotrauma kronis pada mata, infeksi mikroba atau
virus
Radiasi sinar UV
Mikrotrauma oleh pasir, debu, angin, inflamasi, bahan iritan atau
kekeringan
Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia banyak
ditemui pada usia dewasa tetapi dapat juga ditemui pada usia anakanak.
Klasifikasi Pterygium
Berdasarkan Tipe
Nuklear
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Berdasarkan Stadium
Stadium
Stadium
Stadium
Stadium
I
II
III
IV
Klasifikasi Pterygium
Berdasarkan Perjalanan Penyakit
Pterygium Progressif
Pterygium Regresif
Berdasarkan Stadium
T1
T2
T3
Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada tahap awal biasanya ringan bahkan
sering tanpa keluhan sama sekali.
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi pterygium terlihat sebagai
jaringan fibrovaskular pada permukaan
konjungtiva.
Pterygium dapat memberikan gambaran
yang vaskular dan tebal tetapi ada juga
pterygium avaskular dan flat.
Pterygium paling sering ditemukan pada
konjungtiva nasal dan berekstensi ke kornea
nasal, tetapi dapat pula ditemukan
pterygium pada daerah temporal.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
KONSERVATIF
Penanganan pterygium pada tahap awal
adalah berupa tindakan konservatif seperti
penyuluhan pada pasien untuk mengurangi
iritasi maupun paparan sinar ultraviolet
dengan menggunakan kacamata anti UV
dan pemberian air mata buatan/topical
lubricating drops, serta pemberian
kortikosteroid anti inflamasi jika gejala
semakin sering.
Penatalaksanaan
OPERATIF
Menurut Ziegler:
Mengganggu visus
Mengganggu pergerakan bola mata
Berkembang progresif
Mendahului suatu operasi intraokuler
Kosmetik
Bare sclera
Simple closure
Sliding flap
Rotational flap
Conjungtival graft
Amniotic membran transplantation
Komplikasi
Preoperatif
Astigmatis, kemerahan, iritasi, bekas luka kronis, keterlibatan otot
ekstraokular
Intraoperatif
Nyeri, iritasi, kemerahan, graft oedema, corneoscleral dellen
(thinning), dan perdarahan subkonjungtival dapat terjadi akibat
tindakan eksisi dengan conjunctival autografting, namun
komplikasi ini secara umum bersifat sementara dan tidak
mengancam penglihatan.
Pascaoperatif
Infeksi, reaksi bahan jahitan, diplopia, jaringan parut, parut
kornea, graft konjungtiva longgar, perforasi mata, perdarahan
vitreus, dan ablasio retina. Penggunaan mitomycin C post operasi
dapat menyebabkan ektasia atau nekrosis sklera dan kornea.
Pterigium rekuren.
Prognosis
Referensi
Ardalan Aminlari, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. Management
of Pterygium. Opthalmic Pearls.2010
Cason, John B., Amniotic Membrane Transplantation.[online] 2007. [cited
2015 September 14]. Available from
http://eyewiki.aao.org/Amniotic_Membrane_Transplant
Ilyas S., 2008. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke 3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Jerome P. Fisher, Pterygium. [online]. 2011. [cited 2015 September 14].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview
Lang, Gerhad K. Conjungtiva. In: Opthalmology a Pocket Textbook Atlas.
New York: Thieme Stutgart.2000
Skuta, Gregory L. Cantor, Louis B. Weiss, Jayne S. Clinical Approach to
Depositions and Degenerations of the Conjunctiva, Cornea, and Sclera. In:
External Disease and Cornea. San Fransisco : American Academy o
Opthalmology. 2008. P.8-13, 366
Vaughan D.G, Asbury T, Riordan P, 2007, Ofalmologi Umum, Edisi ke -17,
Widya Medika, Jakarta.