l. Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml
empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
a) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
B. Perubahan Anatomi Fisiologi pada Lansia
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di
sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi
tubuh. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat
proses menua.
a. Rongga Mulut
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:
a) Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusutan dan fibrosis pada akar halus,
pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah
tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.
b) Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa dan
peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa yang sama
kualitasnya.
c) Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah
dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan epitelium dan
mengandung keratin.
d) Air liur atau saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang telah
dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut:
penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, dan penyiapan
makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah mengalami penurunan.
b. Faring dan Esofagus.
Banyak lansia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses menelan sering
sukar. Kelemahan otot esophagus sering menyebabkan proses patologis yang disebut
hernia hiatus didalam esofagus juga mengalami dilatasi yaitu kehilangan tonus sfingter
jantung, serta penurunan refleks muntah.Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
terjadinya risiko aspirasi.
c. Lambung
a) Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11% sampai 40%
dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan
mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan bertumbuh secara
berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.
b) Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obatobatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.
d. Usus halus
Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berukurang,
menyebabkan jumlah vili berkurang dan selanjutnya juga menurunkan proses absorbsi.
e. Usus besar dan Rectum
Pada usus besar kelok kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon
menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorbsi air dan elektrolit meningkat,
feses menjadi lebih keras sehingga keluhan sulit buang air merupakan keluhan yang
sering didapat pada lansia. Konstipasi juga disebabkan karena peristaltic kolon yang
melemah, akibatnya kolon gagal mengosongkan rectum.
f. Saluran Empedu, Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas
Pada hepar dan hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari
80 tahun. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran empedu, hati,
kandung empedu, dan pankreas akibat proses menua:
a) Pengecilan ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi penurunan
kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan. Sekresi
insulin normal dengan kadar gula darah yang tinggi (250-300 mg/dL).
b) Perubahan proporsi lemak empedu tampa diikuti perubahan metabolisme asam empedu
yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolestero
C. Penyakit Sistem Pencernaan pada Lansia
a. Sembelit (Konstipasi), adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala
mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan
kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon,
akibat samping obat-obatan (Aluminium hidroksida (dalam antasid yang dijual bebas),
Garam besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-hipertensi), Golongan narkotik,
beberapa obat penenang dan obat tidur, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya,
konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan
sulit dikeluarkan.
b. Mencret (Diare), terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Pengobatannya Untuk cara mengobati
Diare adalah dengan Perawatan yang terpenting untuk mengobati diare adalah
memastikan kecukupan asupan cairan dan garam.
c. Wasir atau hemoroid, adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman
pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air
besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus.
d. Kanker usus, merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh
dunia. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju
dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu.
e. Kanker Lambung, tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau
masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau
berkembang menjadi kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma.
Faktor makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker lambung.
f. Kanker Anus, faktor risiko untuk kanker anus adalah penyakit tertentu yang ditularkan
secara seksual. Berdarah dengan buang air besar, rasa sakit, dan kadang-kadang gatal
seputar dubur adalah gejala khas.
g. Irritable Bowel Syndrome adalah suatu kelainan pergerakan keseluruhan saluran
pencernaan, yang menyebabkan nyeri perut, sembelit (konstipasi) atau diare. Penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada kelainan ini, saluran pencernaan sangat
peka terhadap berbagai rangsangan. Stres, makanan, obat-obatan, hormon atau
rangsangan lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran pencernaan menjadi
abnormal. Kontraksi saluran pencernaan menjadi lebih kuat dan lebih sering, sehingga
makanan dan tinja hanya sesaat singgah di usus kecil sehingga seringkali menyebabkan
diare.
h. Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa, adalah pecahnya pembuluh darah abnormal
yang menghubungkan pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena).
i. Ulkus Peptikum, adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan
lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan
getah pencernaan.
j. INSPEKSI
k. Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh berbaring pada
l. sisi kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut dengan posisi lateral kiri.
m. Perawat perlu menilai
n. adanya konsistensi abnormalitas pada anus, meliputi hal-hal berikut ini:
o. 1. Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup nyeri
sehingga menghambat pemeriksaan rectal dengan jari. Fisura-in-ano biasanya terjadi
p. secara berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah.
q. 2. Hemoroid, merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena akibat
r. bendungan vena usus.
s. 3.
Prolaps rekti, merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna
merah
t. terlihat menonjol dari anus.
u. 4. Fistel-in-ano, lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4 cm dari
anus.
v. Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang disebabkan jaringan granulasi.
Fistel
w. ini mempunyai hubungan dengan penyakit Crohn.
x. 5. Karsinoma anus, dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang kol pada
y. pinggir anus.
z. PALPASI
aa. Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang
ab. terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada an us. Pasien diminta
ac. bernapas melalui mulut dengan tenaga dan rileks. Dengan perlahan-lahan
ad. meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kea rah bawah sampai sfingter terasa agak
ae. lemas. pada saat ini dimasukkan perlahan -lahan kedalam rectum.
af. Penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum:
ag. 1. Karsinoma rekti
ah. 2. Polip rekti
ai. 3. Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas)
aj. 4. Deposit metastatic pada pelvis
ak. 5. Keganasan uterus atau ovarium
Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC,
Jakarta
Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 1991,
Buku ajar kesehatan anak, jilid i, penerbit fkui ngastiyah, 997, perawatan anak sakit, egc,
jakarta
Price & wilson 1995, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1, ed.4, egc,
Jakarta
Soetjiningsih 1998, tumbuh kembang anak, egc, jakarta soeparman & waspadji, 1990, ilmu
penyakit dalam, jilid i, ed. Ke-3, bp fkui, jakarta.
Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.Jakarta:EGC
Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:Hipokrates.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC
Syaifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta :
Salemba Medika